Pada kesempatahn kali ini saya akan kembali membagikan makalah tentang studi kasus. Anda dapat menggunakannya sebagai referensi manakala anda mendapat tugas dari guru atau dosen Anda. Semoga contoh makalah ini bisa menjadi contoh atau perbandingan pada saat anda menyusun makalah sesuai dengan tema makalah Anda.
Bagi Anda yang sedang membutuhkan makalah ini Anda bisa mendownloadnya melalui link yang telah kami sediakan di bawah ini. Contoh Makalah Studi Kasus memiliki format pdf atau .pdf. Sehingga anda bisa mengeditnya sesuai dengan yang anda inginkan.
Jika anda ingin melihat previewnya, di bawah ini kami telah menulisnya untuk Anda :
Contoh Makalah Studi Kasus
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupannya, setiap manusia selalu dihadapkan pada berbagai
masalah. Salah satu diantaranya adalah masalah Broken Home. Broken Home
adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa tidak nyaman dengan kondisi
didalam keluarganya sendiri yang disebabkan oleh faktor tertentu.
Broken Home dapat menimbulkan efek yang buruk bagi anak apabila tidak
segera di atasi. Broken Home dapat di sebabkan banyak faktor antara lain akibat
dari orang tua yang bercerai, tidak adanya komunikasi dan keterbukaan dalam
keluarga, kurangnya perhatian dari orang tua kepada anak, sehingga hal ini dapat
memicu timbulnya suasana ketidak harmonisan dan kenyamanan bagi anak.
Dalam keadaan yang demikian anak sering merasa tidak nyaman di dalam
keluarga anak sering kabur dari rumah, sering bertengkar dengan orang tua, dan
tidak jarang dari mereka melampiaskan kekesalannya itu ke hal-hal negatif seperti
terlibat pergaulan bebas serta pemakaian narkoba.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut salah satu cara bisa
diselesaikan menggunakan teknik studi kasus. Studi kasus sendiri dapat diartikan
sebagai berikut :
A. Pengertian Studi Kasus
1.Menurut Mohamad Surya dan I. Djumhur
Studi kasus adalah suatu teknik mempelajari seorang individu secara mendalam
untuk membantunya memperoleh penyesuaian yang lebih baik.
2.Menurut Sayekti Pujosuwarno
Dengan studi kasus kita mampu mengumpulkan data selengkap-lengkapnya
tentang individu. Data tersebut dapat kita olah atau analisa kemudian hasilnya
akan dapat merupakan dugaan permasalahan dari individu terseut, berdasarkan
semua itu maka kita dapat melaksanakan layanan bimbingan dan konseling
dengan setepat mungkin.
3.Menurut A. N. Sadu dan Amarjit Singh
Studi kasus adalah bentuk analisa kualitatif dengan melakukan observasi yang
cermat dan lengkap tentang seorang manusia satu situasi atau satu lembaga.
4.Menurut S. Nasution
Studi kasus adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang aspek suatu
lingkungan sosial termasuk manusia didalamnya. Dalam buku tersebut dijelaskan
bahwa studi kasus merupakan salah satu bentuk desain penelitian disamping
survey dan eksperimen.
B.Langkah-Langkah Memberikan Bantuan Dalam Memecahkan Masalah
Menurut I. Djumhur dan Mohamad Surya.
1.Langkah Identifikasi Kasus
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang
nampak. Dalam kasus ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat
bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapat bantuan terlebih
dahulu.
2.Langkah Diagnosa
Langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar
belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan
data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik
pengumpul data. Setelah data terkumpul kemudian ditetapkan masalah yang
diihadapi beserta latar belakangnya. Dari data studi kasus yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan sementara dan kesimpulan ini kemudian dibicarakan
lagi dalam pertemuan kasus untuk menetapkan masalah dan latar belakangnya.
3.Langkah Prognosa
Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa, terapi apa
yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah ini ditetapkan
berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah ditetapkan
masalah beserta latar belakangnya. Untuk menetapkan langkah prognosa ini
sebaiknya ditetapkan bersama setelah mempertimbangkan berbagai
kemungkinan dan berbagai faktor.
4.Langkah Terapi
Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan
pelaksanaan apa-apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini
tentu memakan banyak waktu dan proses yang kontinue dan sistematis serta
memerlukan adanya pengamatan yang cermat.
5.Langkah Evaluasi dan Follow Up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah langkah
terapi yang telah dilakukan sejauh mana hasilnya. Dalam langkah ini dilihat
perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.
BAB II
ISI LAPORAN
A.Identifikasi Kasus
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang
nampak. Dalam kasus ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat
bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapat bantuan terlebih
dahulu.
I.Pengumpulan Data
a.Data Pribadi :
1.Nama : siswa � x �
2.Tempat lahir : Yogyakarta
3.Tanggal lahir : 20 Agustus 1994
4.Umur : 16 tahun
5.Jenis kelamin : Laki-laki
6.Agama : Islam
7.Kelas : 3 IPS
8.Alamat : Brajan Rt.05, Rw.03, Sonosewu, Kasihan, Bantul
9.Sekolah : SMA
10.Jumlah saudara : Anak tunggal
b.Data Keluarga :
1.Ayah :
-Nama ayah : Sunaryo
-Umur : 50 tahun
-Pekerjaan : Wiraswasta
-Alamat : Brajan Rt.05, Rw.03, Sonosewu, Kasihan, Bantul
2.Ibu :
-Nama ibu : Suranti
-Umur : 45 tahun
-Pekerjaan : wiraswasta
-Alamat : Brajan Rt.05, Rw.03, Sonosewu, Kasihan, Bantul
II.Hasil Wawancara dan Observasi
a. Dengan Guru
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru kelas didapatkan berbagai
keterangan bahwa siswa �X� merupakan siswa pendiam, kurang bergaul dengan
teman-temannya, sulit melakukan penyesuaian diri, sering tidak membawa
perlengkapan dan alat tulis, prestasinya rendah dan memiliki tingkat emosi yang
cukup tinggi.
b. Dengan Wali Kelas
Berdasarkan wawancara dari wali kelas didapat informasi bahwa siswa �X�
mengalami penurunan prestasi belajar yang cukup drastis. Dibandingkan dari data
prestasinya sewaktu dikelas satu maupun kelas dua. Selain itu ia juga sering tidak
masuk kelas tanpa izin.
c. Dengan Orang Tua Siswa
Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tuanya didapat keterangan bahwa
mereka senantiasa mencukupi semua keinginan dan kebutuhan anaknya. Anak
diberikan kebebasan untuk bergaul dengan siapa saja, memilih jalan hidupnya
sendiri, serta orang tuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sehingga
komunikasi antara orang tua dengan anak tidak terjaga dengan baik.
d. Dengan teman dekatnya
Berdasarkan hasil wawancara dengan teman dekat siswa tersebut didapatkan
informasi bahwa siswa �X� kurang senang berada dirumah, dia mengaku bahwa
suasana dirumahnya sangat membosankan. Orang tua yang hanya mementingkan
urusannya masing-masing. Siswa tersebut juga mengatakan ia lebih suka pergi
dari rumah, pergi ke diskotik, suka mabuk-mabukkan dan sering main wanita.
e. Melalui Angket dan Sosiometri
Berdasarkan hasil dari data angket dan sosiometri dapat ditarik kesimpulan
bahwa siswa tersebut tidak banyak di sukai oleh teman-temannya. Dan ia hanya
memilih beberapa teman yang ia sukai.
f. Wawancara dengan Klien
Berdasarkan hasil wawancara dengan klien didapat data bahwa klien mengaku
kalau ia tidak suka dirumah, ia lebih suka bermain diluar rumah dengan teman-
temannya untuk mencari kesenangan, menghambur-hamburkan uang untuk hal
yang kurang bermanfaat. Ia juga mengaku bahwa kedua orang tuanya sering
bertengkar hanya gara-gara hal kecil, mereka juga sibuk dengan pekerjaanya
masing-masing. Sehingga, tidak ada waktu untuk berkumpul bersama, mereka
tidak pernah mau tahu kebutuhan akan kasih sayang sebagaimana orang tua yang
lain.
Yang mereka tahu hanyalah memberikan uang yang mereka pikir itu cukup
melaksanakan kewajiban sebagai orang tua terhadap anaknya. Orang tua juga
tidak pernah memberikan ajaran agama juga norma-norma dalam masyarakat.
g. Observasi pada kilen terhadap perilakunya
Berdasarkan hasil observasi dapat di ketahui bahwa perilaku yang di lakukan oleh
klien tidak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Klien juga terlihat kurang
bersemangat dalam mengikuti pelajaran di Sekolah, sering tidak membawa
perlengkapan sekolah, sering melamun atau menyendiri, tidak suka bergaul
teman sebayanya, dan kurang bersosialisasi.
B. Diagnosa
Langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar
belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan
data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik
pengumpul data. Setelah data terkumpul kemudian ditetapkan masalah yang
diihadapi beserta latar belakangnya. Dari data studi kasus yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan sementara dan kesimpulan ini kemudian dibicarakan
lagi dalam pertemuan kasus untuk menetapkan masalah dan latar belakangnya.
Dari data studi kasus yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan sementara dan
kesimpulan ini kemudian dibicarakan lagi dalam pertemuan kasus untuk
menetapkan masalah dan latar belakangnya.
Berdasarkan data pengumpulan dari permasalahan yang di hadapi klien
maka dapat di diagnosa yaitu anak tersebut mempunyai masalah dalam
keluarganya (broken home).
C.Langkah Prognosa
Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa, terapi
apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah ini ditetapkan
berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah ditetapkan
masalah beserta latar belakangnya. Untuk menetapkan langkah prognosa ini
sebaiknya ditetapkan bersama setelah mempertimbangkan berbagai
kemungkinan dan berbagai faktor.
Berdasarkan dari diagnosa dapat di ambil langkah prognosa, kemudian di
kemukakan pula kemungkinan-kemungkinan langkah selanjutnya di tempuh
untuk memberikan bantuan yaitu :
1.Memberikan arahan pada siswa tersebut untuk senantiasa berusaha untuk
bersosialisasi dan terbuka dengan teman di sekolahnya.
2.Memberikan arahan untuk lebih meningkatkan komunikasi dengan orang
tuanya.
3.Memberikan arahan kepada klien untuk lebih meningkatkan ketakwaannya
serta keimanannya.
4.Menyuruh orang tua untuk datang ke sekolah.
D. Langkah Terapi
Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan
pelaksanaan apa-apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini
tentu memakan banyak waktu dan proses yang kontinue dan sistematis serta
memerlukan adanya pengamatan yang cermat.
Berdasarkan prognosa yang telah di tentukan kemudian klien memilih semua
alternative pilihan untuk di laksanakan.
1.Memberikan arahan pada siswa tersebut untuk senantiasa berusaha untuk
bersosialisasi dan terbuka dengan teman di sekolahnya. Hal ini ia lakukan
dengan cara mengikuti kegiatan- kegiatan yang ada di sekolah seperti mengikuti
ekstra kurikuler( pramuka, organisasi osis) dan belajar kelompok.
2.Memberikan arahan untuk lebih meningkatkan komunikasi dengan orang
tuanya. Alternatif ini ia aplikasikan dengan cara makan malam bersama dengan
orang tua, menonton televisi bersama, liburan bersama, dan berbincang-bincang
serta bercanda bersama ketika ada waktu luang.
3.Memberikan arahan kepada klien untuk lebih meningkatkan ketakwaan serta
keimanannya. Hal ini diaplikasikan kedalam beberapa kegiatan keagamaan, yaitu
ia mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah, pengajian dan TPA di masyarakat,
berusaha melaksanakan sholat lima waktu secara tertib dan sering membaca Al
Quran setelah sholat magrib.
4.Memanggil orang tua klien ke sekolah guna konselor memberikan pengertian
pada orang tua agar lebih memberikan waktu luang pada anaknya, memberikan
kasih sayang yang tulus pada anak, mengajarkan norma-norma dan ajaran agama.
E. Langkah Evaluasi dan Follow Up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah
langkah terapi yang telah dilakukan dan sejauh mana hasilnya. Dalam langkah ini
dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.
Berdasarkan treatmen yang telah dilakukan oleh klien maka konselor
mengadakan evaluasi. Hal ini dilakukan guna untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pemecahan masalah siswa.
Berdasarkan evaluasi terhadap observasi yang dilakukan konselor terhadap
tingkah laku klien, didapat hasil bahwa sudah nampak ada perubahan didalam diri
klien. Namun hal ini belum mencapai hasil yang maksimal, hal ini dibuktikan klien
belum bisa melakukan proses sosialiasi dengan baik, terkadang masih membolos,
dan dalam bergaul ia masih memilih-milih teman.
Berdasarkan hasil keterangan klien didapat juga informasi bahwa orang
tuanya di dalam memberikan bimbingan dan kasih sayang terhadap klien masih
kurang. Hal ini dibuktikan dengan pengakuan dari klien bahwa, orang tuanya
masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan biasanya mereka melupakan
waktu luang untuk berkumpul bersama.
Berhubungan dengan hal tersebut kemudian konselor berusaha menindak
lanjuti kasus siswa X tersebut agar bisa tuntas. Hal ini di lakukan dengan cara
konselor mengadakan �Home Visit� hal ini di lakukan dengan cara konselor
datang langsung ke rumah klien untuk bertemu dengan kedua orang tua klien.
Dalam hal ini konselor memberikan arahan, pengertian pada ke dua orang tua
tersebut untuk lebih dapat memberikan kasih sayang, pendidikan agama juga
norma-norma, sehingga diharapkan klien dapat nyaman di rumah, klien dapat
meningkatkan segenap potensi yang di milikinya di sekolah. Dengan hal ini di
harapkan klien akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang sehat
juga mampu optimal dalam hidupnya, dan yang terpenting adalah terciptanya
keharmonisan suasana dalam keluarga.
Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh konselor tersebut, konselor
mengadakan evaluasi kembali bahwa klien telah mengalami perubahan yang
cukup drastis hal ini di tunjukan dari perubahan perilaku klien menjadi lebih baik
dan peningkatan prestasi klien di sekolah menjadi lebih baik, klien tidak lagi
membolos juga senantiasa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Berdasarkan keterangan dari klien di dapatkan informasi bahwa klien sudah
nyaman di rumah, klien juga mengaku setelah konselor mengadakan �Home visit�
orang tuanya lebih perhatian padanya, lebih dapat terbuka satu sama lain dalam
anggota keluarganya.
BAB III
KESIMPULAN
Dari isi laporan diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa �X� yang masih
duduk dibangku SMA sedang mengalami masalah Broken Home. Hal ini ditandai
dengan klien mengaku kalau ia tidak suka dirumah, ia lebih suka bermain diluar
rumah dengan teman-temannya untuk mencari kesenangan, menghambur-
hamburkan uang untuk hal yang kurang bermanfaat. Ia juga mengaku bahwa
kedua orang tuanya sering bertengkar hanya gara-gara hal kecil, mereka juga
sibuk dengan pekerjaanya masing-masing.
Data ini diperkuat dengan adanya keteraangan dari guru kelas yang
mengatakan bahwa klien merupakan pribadi yang pendiam, sukar bersosialisai,
dan tidak disukai teman-temannya karena ia memiliki tingkat emosi yang tinggi.
Dari wali kelas mengatakan bahwa prestasi klien menurun sangat drastis. Orang
tua mengaku bahwa mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan telah
mencukupi semua kebutuhan dan keinginan anaknya. Dari teman dekatnya
mengatakan bahwa klien tidak suka dirumah dan lebih sering bermain bersama
teman-teman untuk menghambur-hamburkan uang serta bermain wanita. Serta
data dari angket dan sosiometri yang menunjukkan bahwa klien tidak disukai oleh
teman-temannya. Hanya beberapa teman yang mau memilihnya dan sebaliknya
klien hanya memilih beberapa teman yang disukainya.
Dalam menyelesaian suatu permasalahan seorang pembimbing memiliki
andil yang cukup besar untuk menyelesaikan masalah. Dalam kasus siswa �X�
berdasarkan data-data yang telah diperoleh dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa sisw �X� mengalami masalah yaitu Broken Home.
Dalam hal ini pembimbing memberikan bantuan untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi siswa �X�. Yaitu dengan cara memberikan arahan
pada siswa tersebut untuk senantiasa berusaha bersosialisasi dan terbuka dengan
teman disekolahnya, lebih meningkatkan komunikasi dengan orang tua,
meningkatkan ketaqwaannya serta keimanannya dan menyuruh orang tua untuk
datang ke sekolah guna untuk memberikan masukan padanya.
Selain itu pembimbing juga mengadakan kunjungan rumah (Home Visit) guna
memberikan arahan dan masukan pada orang tua klien. Untuk lebih dapat
meluangkan waktu untuk berkumpul dengan anaknya, menjaga komunikasi dan
keharmonisan didalam keluarga, lebih terbuka pada anak, senantiasa
memberikan ajaran agama dan norma-norma yang berlaku didalam masyarakat.
Berdasarkan langkah-langkah yang telah dilakukan oleh pembimbing dapat
dinyatakan bahwa klien mampu menyelesaiakan permasalahannya yakni ditandai
dengan klien sudah mampu meningkatkan prestasi, mampu melakukan proses
sosialisasi dengan teman-teman, sudah bisa mengikuti kegiatan keagamaan
disekolahnya, sudah merasa nyaman dengan suasana dirumah, dan mengisi
waktu luang untuk hal-hal yang bermanfaat.
SARAN
Berdasarkan masalah yang dialami oleh klien maka dapat diberikan saran
sebagai berikut :
1. Sebaiknya pembimbing senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang
pada seluruh peserta didiknya.
2. Guru pembimbing senantiasa selalu memberikan layanan informasi kepada
peserta didik, sehingga mereka dapat mencegah timbulnya permasalahan.
3. Sebaiknya guru pembimbing memberikan layanan bimbingan secara tepat
dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai pada peserta didik.
Sehingga peserta didik mampu mengembangkan kemampuannya secara
optimal dan hidup sehat.
4. Guru pembimbing harus selalu mengadakan kerjasama dengan kepala
sekolah, guru kelas, wali kelas, orang tua, dan masyarakat.
5. Sebaiknya orang tua selalu memberikan perhatian dan kasih sayang pada
anak-anaknya.
6. Dalam mendidik anak sebaiknya orang tua menerapkan pola asuh yang
demokrasi.
7. Sejak dini orang tua harus sudah mengajarkan norma-norma dan ajaran
agama pada anak.
8. Sebaiknya orang tua selalu menjaga komunikasi antar anggota keluarga,
keharmonisan dan kehangatan dalam keluarga.
Contoh Makalah Studi Kasus II
IDENTITAS
1. Identitas Siswi /Klien
Dalam penyusunan studi kasus, identifikasi siswi yang berkasus (klien) merupakan
tahap awal yang harus dilalui di dalam proses penyusunan studi kasus. Pada saat
ini konselor mengamati klien yang bersekolah di SMPN 1 pangkalan,
Kec.Pangkalan. Kab. Karawang.
Identifikasi Diri Siswa
Nama Siswi : Icih Suningsih
Nama Panggilan : Icih/ esih
Kelas : 9 (Sembilan) B
Tempat/tgl. Lahir : karawang 10 september 1998
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Wargasetra, Rt 03/Rw 05. Kec. Tegal Waru.
Kab. Karawang
Sekolah : SMPN 1 Pangkalan. Karawang
Hobby : Olahraga
Jumlah saudara : 3 (tiga)
Anak ke : 2 (dua)
Keadaan Kesehatan
Penglihatan : Normal
Pendengaran : Normal
Pembicaraan : Agak Cedal
Potensi jasmani: Normal
Fasilitas Belajar dan Pendukung
Kelengkapan belajar
Buku paket : lengkap
Buku catatan : lengkap
Ruang belajar : tidak punya
Bimbingan
Dari ayah: pernah
Dari ibu : selalu
Dari saudara: selalu
Waktu belajar: - waktu belajar kurang teratur.
belajar jika disuruh orang tua.
Kelakuan dan prestasi Klien
Sikap pada teman: Cukup baik, tidak membeda-bedakan teman.
Sikap pada guru: Cukup Baik, tapi masih merasa segan untuk bertanya.
Prestasi: Kurang baik/lambat, prestasi rendah.
2. Identifikasi Orang Tua
Nama lengkap : Ujang Muksin
Umur/TTL : 39 tahun / Karawang , 7 April 1969
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Hubungan dengan anak : Anak kandung
Alamat : Desa Wargasetra, Rt 03/Rw 05. Kec. Tegal Waru.
Kab. Karawang
Nama lengkap : Dini
Umur/TTL : 31 tahun / Karawang, 28 Agustus 1977
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Desa Wargasetra, Rt 03/Rw 05. Kec. Tegal Waru.
Kab. Karawang
Perumahan
Klien tinggal bersama ayah, ibu, Adik dan kakaknya dalam lingkungan Desa
Wargasetra, Rt 03/Rw 05. Kec. Tegal Waru. Kab. KarawangDalam lingkungan
tempat tinggalnya tersebut hubungan bertetangga cukup bagus. Hal ini
mendukung perkembangan sosial klien untuk berinteraksi dengan lingkungan
masyarakat di sekitar tempat tinggal siswa berada.
Tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat di desa tempat tinggalnya tergolong
menengah kebawah. Sebagian besar warga di daerah tempat tinggal siswa
bekerja sebagai buruh serabutan dan petani.
BAB II
Gambaran Masalah
Dalam penyusunan studi kasus, identifikasi siswa yang berkasus (klien)
merupakan tahap awal yang harus dilalui di dalam proses penyusunan studi
kasus. Pada saat ini konselor mengamati klien� Icih Suningsih seorang murid
perempuan yang bersekolah di SMPN 1 pangkalan dalam beberapa minggu
terakhir ( klien ) kelihatannya murung tidak bergairah untuk belajar bahkan untuk
beberapa nilai pelajarannya turun di samping itu, anak tersebut cepat merasa
tersinggung apabila di tegur sama temannya di tambah lagi sering terlambat
masuk kelas, oleh salah seorang gurunya sudah di panggil dan sudah di
peringatkan namun belum membawakan hasil.
Gejala-gejala yang nampak jelas pada diri klien diantaranya sebagai berikut:
Gejala yang Bersifat Positif ,
Gejala yang bersifat positif adalah sikap atau perbuatan yang dapat
membantu dan meningkatkan proses belajar mengajar pada diri klien. Gejala-
gejala tersebut diantaranya :
Rajin mengikuti kegiatan sekolah
Tidak suka membolos sekolah
Rajin mengerjakan tugas/PR
Gejala-gejala yang Bersifat Negatif,
Gejala yang bersifat negatif adalah sikap atau perbuatan yang kurang baik di
tunjukan beberapa minggu terakhir, yang dapat mengganggu proses belajar
mengajar pada diri klien. Gejala tersebut diantaranya:
Sering terlihat murung, tidak bergairah untuk belajar
Cepat merasa tersinggung apabila di tegur sama temannya
Sering terlambat masuk Kelas
Beberapa nilai pelajarannya turun
Bertindak semaunya sendiri
Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data mengenai siswa yang berkasus (klien) dilakukan
dengan berbagai pendekatan. Dalam studi kasus ini pendekatan atau cara yang
digunakan oleh konselor dalam rangka pengumpulan data tentang siswa yang
bermasalah ialah sebagai berikut:
Berdasarkan Pengamatan di Sekolah
Kepribadian :
Sebelumnya pribadi ( klien ) baik, selalu semangat dalam mengikuti mata
pelajaran, dan bahakan nilai pelajarannya baik, walaupun cenderung mudah
putus asa, kurang teliti dalam mengerjakan sesuatu dan semua keinginannya ingin
selalu dituruti. namun siswi ini (klien) tidak pernah memilih-milih teman.
Tingkah Laku :
Tingkah laku klien di rumah menunjukkan sikap yang cukup baik. Ia juga sangat
patuh terhadap peraturan sekolah. Ia termasuk siswa yang disiplin baik dalam
piketnya, datang ke sekolah atau mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah lainnya,
ramah terhadap lingkungan sekolah maupun di dalam kelas.
Perkembangan Jasmani :
Perkembangan jasmani klien cukup baik. Klien memiliki fisik yang normal dan
sama seperti teman-teman seusianya, bahkan termasuk anak yang cukup lincah
dan energik.
Klien patuh dan hormat dengan guru-guru di sekolah.:
Dalam kesehariannya, klien terlihat memilki rasa tidak percaya diri untuk
mengutarakan isi hatinya ketika ada materi pelajaran yang belum ia pahami. Pada
saat guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya klien cenderung
untuk memilih diam saja. Ia tidak berani angkat tangan untuk bertanya.
Berdasarkan Wawancara
Latar Belakang Keluarga
Berdasarkan wawancara dengan orang tua klien, klien adalah anak kedua
dari tiga bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai buruh serabutan. Ibunya sebagai
ibu rumah tangga. Klien dan keluarganya tinggal di lingkungan desa Wargasetra,
Kec. Tegalwaru Kab. Karawang. Rumahnya tergolong sedang dan sederhana. Di
dalam lingkungan desa tersebut klien tidak mengalami hambatan dalam
berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga hubungan
bertetangganyapun cukup baik dan akrab.
Minat
Minat klien terhadap kegiatan sekolah yang berhubungan dengan masalah
pelajaran cukup baik walaupun secara intelektual klien tertinggal dengan teman
yang lain-lainnya. Hal ini dapat dilihat dari presensi klien yang tidak pernah
membolos dan selalu masuk sekolah.
Hobi Siswa
Siswa memiliki hobi bermain voli di rumah maupun sekolah. Kadang waktu
luangnya sering dimanfaatkan atau digunakan untuk bermain voli daripada
mempelajari kembali pelajaran yang sudah diterangkan di sekolah.
DIAGNOSIS
Masalah yang dihadapi siswi SMP sangatlah kompleks dan banyak faktor
yang dapat menyebabkan timbulnya masalah. Faktor tersebut dapat berasal dari
diri sendiri, keluarga atau lingkungan. Begitu pula yang dialami klien. Ada banyak
faktor yang menimbulkan masalah pada diri klien, diantaranya adalah sebagai
berikut:
Faktor yang Berasal dari Diri Sendiri
Motivasi yang kurang
Anak kurang mau bekerja keras agar terbiasa dalam pelajaran.
Anak tidak mau meneliti kembali hasil pekerjaannya.
Anak terlalu manja.
Semua keinginanya harus dipenuhi
Faktor dari Lingkungan Keluarga
Kurang bimbingan orang tua saat belajar.
Terlalu dimanja dengan selalu menuruti keinginan klien
Pelanggaran-pelangaran klien kurang mendapat teguran dari orang tua.
Faktor yang Bersumber dari Lingkungan Sekolah
Kurang terbuka kepada guru.
Kurang terbuka kepada teman satu lingkungan sekolah
Sikap mudah putus asa dalam pelajaran maupun dalam hal lain.
Luar sekolah atau masyarakat
Kurang memanfaatkan waktu luang, waktu hanya digunakan untuk :
Nonton TV
Pacaran
Mengikuti kemajuan tekhnologi
Mengikuti kemajuan Pasion
Dari rincian di atas dapat disimpulkan berbagai hal yang menyebabkan
permasalahan pada klien. Permasalahan tersebut berasal dari diri klien sendiri,
keadaan keluarga dan lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap sikap dan
daya tangkap belajar siswa. Dapat ditarik kesimpulan yang terjadi pada diri klien
disebabkan oleh :
Kurang minat belajar.
Bimbingan dari orang tua kurang.
Pengaruh kemajuan teknologi
Anggota keluarga terlalu memanjakannya.
Keinginannya belum terpenuhi
Hal-hal tersebut berpengaruh terhadap klien yang menyebabkan klien
kurang tertarik pada pelajaran dan malas belajar atau berpikir untuk mengerjakan
tugas yang dibebankan kepadanya, bahkan untuk berpikir bersosial dengan ramah
di lingkungan sekolah sajah tidak terjamah.
C. PROGNOSIS
Langkah Memecahkan Persoalan Tersebut
Mengajak klien berbincang-bincang mengenai masalah yang dihadapinya
sehingga memudahkan konselor untuk megetahui pribadi siswi dan masalah yang
sedang dihadapinya serta mempermudah memberikan bantuan dan bimbingan.
Memberi bimbingan yang luas pada klien yang berhungan dengan pendidikan
sehingga dapat menimbulkan minat dan motivasi untuk meningkatkan semangat
belajar dari siswi/klien yang bermasalah tersebut.
Memberi pengarahan pada klien bahwa sikapnya yang semaunya sendiri
menimbulkan kerugian pada dirinya sendiri maupun terhadap orang lain di
sekitarnya.
Memberikan pengarahan dan penjelasan agar klien memeperhatikan penjelasan
dari guru. Serta tidak mudah menyerah bila mengalami kesulitan belajar.
Menasehati klien agar tidak telalu manja pada siapapun terutama kepada kedua
orang tua siswa/klien yang bermasalah tersebut.
Menasihati klien agar lebih rajin belajar.
Mendatangi rumah orangtuanya dengan tujuan bersilaturahmi dan penuh
kekeluargaan sesuai dengan hadits Rasulluwloh saw, yang di riwayatkan oleh
bukhori muslim, yang artinya :
Barang siapa yang beriman kepada allah dan hari akhir, maka hendaklah
memuliaikan tetangganya. ( Bukhori Muslim )
Setelah bertemu dengan orang tuanyya kemudian di pertanyakan perkara
permasalahan yang di hadapi oleh anaknya, hanyasajah dalam penyampaiannya
harus penuh kehati-hatian khawatir akan orangtuanya tidak menerima
kedatangan kita. Hal ini tertuang dalam al-quran surah al-maidah ayat 2 yang
artinya :
Dan saling tolong menolonglah kamu sekalian di dalam hal kebaikan dan taqwa
dan janganlah saling tolong menolong di dalam dosa dan permusuhan �� (Al-
Maidah : 02 )
Jadi pihak kita berkewajiban menanyakan hal�ikhwal perilaku anaknya
dengan kejadian tersebut dapat di ambil jalan pemecahannya sambil menanyakan
kepada si anak mengapa bersikap murung tak bergairah. Artinya kita bisa
menyikapi karakterristik si anak mengapa bersikap murung , kalau memang ada
permasalahan pribadi si anak apa yang terjadi bisa langsung dipertanyakan ,
apabila sianak secara tertutup tidak bisa mengugkapkan, maka di cari jalan
dengan menanyakan kepada rekan-rekannya baik dalam 1 kelas 1 lingkungan
teman dan rekanlain (pacar). Sebab yang menjadi kekhawatiran pihak kita takut
orangtuanya langsung mengambil tindakan yang tidak kita inginkan kita
mendatangi keluarga aank perempuan itu karna terdesit dalam sebuah hadits
menyatakan :
�Tidak sempurna iman seseorang, sehingga dia mencintai saudaranya itu seperti
dia mencintai dirinya sendiri ��.
Jika kita sudah sering berkunjung, akan terbinalah rasa kasih sayang hingga
lebih mencintai saudara kita itu sebagai mana kita mencintai diri kita sendiri.
Selain itu wajib bagi kita sebagai orang tua sesuai dengan hadits rasulluwloh saw
yang berbunyi : hak dan kewajiban sebagai orang tua ada tiga (3), yang pertama
(1) memberi nama yang bagus kepada si anak ketika dia dilahirkan kedua (2),
memberikan ilmu dengan jalan menyekolahkan dan memasukan kepesantren
tetkala dia berakal , ketiga (3) menikahkan anaknya dengan laki-laki atau
perempuan yang sekiranya baik dalam penilaian kekeluargaan, keagamaan dan
ketampanan apabila dia sudah mencapai usia dewasa ( Bukhori muslim). Dalam
menyikapi hal ini orang tua wajib selalu mengawasi dan memeriksakan keadaan
pribadi si anakdalam masa di sekolah apabila menemukan sikap anak prilaku yang
berbeda dari kebiasaan adat istiadat kebiasaan sehari-harinya perlu di sikapi dan
di pertanyakan sebagai contoh yang biasa prikau hidupnya bersikap baik dan
sopan tapi ada perubahan pada dirinya bersikap acuh tak acuh maka perlu diambil
jalan dengan cara(1). Menanyakan apa yang terjadi sesungguhnya pada diri anak
itu bila kita enggan untuk menanyakan langsung akan sikap anak tersebut maka
kita berkewajiban bertanya kepada rekan-rekannya si anak tersebut. Dengan jalan
demikian kita dapat mengambil solusi dan pemecahan masalhnya serta seraya
mendatangi piahak sekolah agar kita terbebas dari beban sesuai , karna sekolah
merupakan pusat kegiatan masyarakat .semua kegiatan kemasyarakatan dapat di
tanagani di dalamnya oleh pungsionalis sekolah termasuk pula kenakalan remaja.
Antara orang tua, lembaga masyrakat dan pungsionalis sekolah harus saling bantu
membantu di dalam mengatasi berbagai permasalahan remaja.Pembinaan
masyarakat yang sistemmatis dapat di lakukan melalui penyiapan kader-kader
masyarakat, organisasi pemuda, tenaga intelektual, suakrelawan dan lain
sebaginya. Semua itu di tujukan untuk meningkatkan pendidikan sebaian orang
tua yang belum mengertikewajibannya sebagai orang tua, serta sebagianremaja
yang belum mengetahui pula tentang kewajiban mereka terhadap kedua orang
tuanya, leh karna itu pada mubalig dan mubaligoh sebagai pemberi penyidikan di
masyarakat hendaklah dapat memberikan kesan kepada para remajabahwa
agama merupakan kebutuhan utama untuk menentramkan hati mereka. Sesuai
dengan pirman Allah di dalam surat Ar�raru ayat 28 yang artinya :
�Ingatlah dengan mengingat allah akan tentramlah hati � ( Ar�Run :28 )
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Masalah yang dihadapi siswi dalam kasus ini adalah terlalu manja dan setiap
mempunyai keinginan harus selalu terpenuhi, mempunyai sikap semaunya
sendiri, terlebihnya lagi siswi tersebut kurang mendapatkan bimbingan belajar,
dan terlalu dimanja oleh kedua orang tuanya.
Saran
Dalam menyelesaikan suatu masalah, haruslah difikirkan dan direncanakan
secara matang, langkah-langkah yang ditempuh harus dilakukan dengan sabar,
tekun dan berkesinambungan.
nah itulah ontoh makalah studi kasus yang baik dan benar