Friday, 23 December 2016

Inilah Contoh Makalah Studi Kasus Yang Baik Dan Benar



Pada kesempatahn kali ini saya akan kembali membagikan makalah tentang studi kasus. Anda dapat menggunakannya sebagai referensi manakala anda mendapat tugas dari guru atau dosen Anda. Semoga contoh makalah ini bisa menjadi contoh atau perbandingan pada saat anda menyusun makalah sesuai dengan tema makalah Anda.

Bagi Anda yang sedang membutuhkan makalah ini Anda bisa mendownloadnya melalui link yang telah kami sediakan di bawah ini. Contoh Makalah Studi Kasus memiliki format pdf atau .pdf. Sehingga anda bisa mengeditnya sesuai dengan yang anda inginkan.



Jika anda ingin melihat previewnya, di bawah ini kami telah menulisnya untuk Anda :


 Contoh Makalah Studi Kasus



BAB I


PENDAHULUAN


Dalam kehidupannya, setiap manusia selalu dihadapkan pada berbagai


masalah. Salah satu diantaranya adalah masalah Broken Home. Broken Home


adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa tidak nyaman dengan kondisi


didalam keluarganya sendiri yang disebabkan oleh faktor tertentu.


Broken Home dapat menimbulkan efek yang buruk bagi anak apabila tidak


segera di atasi. Broken Home dapat di sebabkan banyak faktor antara lain akibat


dari orang tua yang bercerai, tidak adanya komunikasi dan keterbukaan dalam


keluarga, kurangnya perhatian dari orang tua kepada anak, sehingga hal ini dapat


memicu timbulnya suasana ketidak harmonisan dan kenyamanan bagi anak.


Dalam keadaan yang demikian anak sering merasa tidak nyaman di dalam


keluarga anak sering kabur dari rumah, sering bertengkar dengan orang tua, dan


tidak jarang dari mereka melampiaskan kekesalannya itu ke hal-hal negatif seperti


terlibat pergaulan bebas serta pemakaian narkoba.


Untuk menyelesaikan masalah tersebut salah satu cara bisa


diselesaikan menggunakan teknik studi kasus. Studi kasus sendiri dapat diartikan


sebagai berikut :


A. Pengertian Studi Kasus


1.Menurut Mohamad Surya dan I. Djumhur


Studi kasus adalah suatu teknik mempelajari seorang individu secara mendalam


untuk membantunya memperoleh penyesuaian yang lebih baik.


2.Menurut Sayekti Pujosuwarno


Dengan studi kasus kita mampu mengumpulkan data selengkap-lengkapnya


tentang individu. Data tersebut dapat kita olah atau analisa kemudian hasilnya


akan dapat merupakan dugaan permasalahan dari individu terseut, berdasarkan


semua itu maka kita dapat melaksanakan layanan bimbingan dan konseling


dengan setepat mungkin.


3.Menurut A. N. Sadu dan Amarjit Singh


Studi kasus adalah bentuk analisa kualitatif dengan melakukan observasi yang


cermat dan lengkap tentang seorang manusia satu situasi atau satu lembaga.


4.Menurut S. Nasution


Studi kasus adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang aspek suatu


lingkungan sosial termasuk manusia didalamnya. Dalam buku tersebut dijelaskan


bahwa studi kasus merupakan salah satu bentuk desain penelitian disamping


survey dan eksperimen.


B.Langkah-Langkah            Memberikan         Bantuan        Dalam       Memecahkan         Masalah


Menurut I. Djumhur dan Mohamad Surya.


1.Langkah Identifikasi Kasus


Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang


nampak. Dalam kasus ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat


bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapat bantuan terlebih


dahulu.


2.Langkah Diagnosa


Langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar


belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan


data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik


pengumpul data. Setelah data terkumpul kemudian ditetapkan masalah yang


diihadapi beserta latar belakangnya. Dari data studi kasus yang terkumpul


kemudian dibuat kesimpulan sementara dan kesimpulan ini kemudian dibicarakan


lagi dalam pertemuan kasus untuk menetapkan masalah dan latar belakangnya.


3.Langkah Prognosa


Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa, terapi apa


yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah ini ditetapkan


berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah ditetapkan


masalah beserta latar belakangnya. Untuk menetapkan langkah prognosa ini


sebaiknya         ditetapkan        bersama         setelah         mempertimbangkan        berbagai


kemungkinan dan berbagai faktor.


4.Langkah Terapi


Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan


pelaksanaan apa-apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini


tentu memakan banyak waktu dan proses yang kontinue dan sistematis serta


memerlukan adanya pengamatan yang cermat.


5.Langkah Evaluasi dan Follow Up


Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah langkah


terapi yang telah dilakukan sejauh mana hasilnya. Dalam langkah ini dilihat


perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.


BAB II


ISI LAPORAN


A.Identifikasi Kasus


Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang


nampak. Dalam kasus ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat


bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapat bantuan terlebih


dahulu.


I.Pengumpulan Data


a.Data Pribadi                    :


1.Nama                                  : siswa � x �


2.Tempat lahir                    : Yogyakarta


3.Tanggal lahir                  : 20 Agustus 1994


4.Umur                                 : 16 tahun


5.Jenis kelamin                  : Laki-laki


6.Agama                               : Islam


7.Kelas                                  : 3 IPS


8.Alamat                              : Brajan Rt.05, Rw.03, Sonosewu, Kasihan, Bantul


9.Sekolah                            : SMA


10.Jumlah saudara             : Anak tunggal


b.Data Keluarga                       :


1.Ayah                                                   :


-Nama ayah             : Sunaryo


-Umur                         : 50 tahun


-Pekerjaan                 : Wiraswasta


-Alamat                     : Brajan Rt.05, Rw.03, Sonosewu, Kasihan, Bantul


2.Ibu                                       :


-Nama ibu                 : Suranti


-Umur                         : 45 tahun


-Pekerjaan                 : wiraswasta


-Alamat                     : Brajan Rt.05, Rw.03, Sonosewu, Kasihan, Bantul


II.Hasil Wawancara dan Observasi


a. Dengan Guru


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru kelas didapatkan berbagai


keterangan bahwa siswa �X� merupakan siswa pendiam, kurang bergaul dengan


teman-temannya, sulit melakukan penyesuaian diri, sering tidak membawa


perlengkapan dan alat tulis, prestasinya rendah dan memiliki tingkat emosi yang


cukup tinggi.


b. Dengan Wali Kelas


Berdasarkan wawancara dari wali kelas didapat informasi bahwa siswa �X�


mengalami penurunan prestasi belajar yang cukup drastis. Dibandingkan dari data


prestasinya sewaktu dikelas satu maupun kelas dua. Selain itu ia juga sering tidak


masuk kelas tanpa izin.


c. Dengan Orang Tua Siswa


Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tuanya didapat keterangan bahwa


mereka senantiasa mencukupi semua keinginan dan kebutuhan anaknya. Anak


diberikan kebebasan untuk bergaul dengan siapa saja, memilih jalan hidupnya


sendiri, serta orang tuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sehingga


komunikasi antara orang tua dengan anak tidak terjaga dengan baik.


d. Dengan teman dekatnya


Berdasarkan hasil wawancara dengan teman dekat siswa tersebut didapatkan


informasi bahwa siswa �X� kurang senang berada dirumah, dia mengaku bahwa


suasana dirumahnya sangat membosankan. Orang tua yang hanya mementingkan


urusannya masing-masing. Siswa tersebut juga mengatakan ia lebih suka pergi


dari rumah, pergi ke diskotik, suka mabuk-mabukkan dan sering main wanita.


e. Melalui Angket dan Sosiometri


Berdasarkan hasil dari data angket dan sosiometri dapat ditarik kesimpulan


bahwa siswa tersebut tidak banyak di sukai oleh teman-temannya. Dan ia hanya


memilih beberapa teman yang ia sukai.


f. Wawancara dengan Klien


Berdasarkan hasil wawancara dengan klien didapat data bahwa klien mengaku


kalau ia tidak suka dirumah, ia lebih suka bermain diluar rumah dengan teman-


temannya untuk mencari kesenangan, menghambur-hamburkan uang untuk hal


yang kurang bermanfaat. Ia juga mengaku bahwa kedua orang tuanya sering


bertengkar hanya gara-gara hal kecil, mereka juga sibuk dengan pekerjaanya


masing-masing. Sehingga, tidak ada waktu untuk berkumpul bersama, mereka


tidak pernah mau tahu kebutuhan akan kasih sayang sebagaimana orang tua yang


lain.


Yang mereka tahu hanyalah memberikan uang yang mereka pikir itu cukup


melaksanakan kewajiban sebagai orang tua terhadap anaknya. Orang tua juga


tidak pernah memberikan ajaran agama juga norma-norma dalam masyarakat.


g. Observasi pada kilen terhadap perilakunya


Berdasarkan hasil observasi dapat di ketahui bahwa perilaku yang di lakukan oleh


klien tidak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Klien juga terlihat kurang


bersemangat dalam mengikuti pelajaran di Sekolah, sering tidak membawa


perlengkapan sekolah, sering melamun atau menyendiri, tidak suka bergaul


teman sebayanya, dan kurang bersosialisasi.





B. Diagnosa


Langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar


belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan


data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik


pengumpul data. Setelah data terkumpul kemudian ditetapkan masalah yang


diihadapi beserta latar belakangnya. Dari data studi kasus yang terkumpul


kemudian dibuat kesimpulan sementara dan kesimpulan ini kemudian dibicarakan


lagi dalam pertemuan kasus untuk menetapkan masalah dan latar belakangnya.


Dari data studi kasus yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan sementara dan


kesimpulan ini kemudian dibicarakan lagi dalam pertemuan kasus untuk


menetapkan masalah dan latar belakangnya.


Berdasarkan data pengumpulan dari permasalahan yang di hadapi klien


maka dapat di diagnosa yaitu anak tersebut mempunyai masalah dalam


keluarganya (broken home).


C.Langkah Prognosa


Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa, terapi


apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah ini ditetapkan


berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah ditetapkan


masalah beserta latar belakangnya. Untuk menetapkan langkah prognosa ini


sebaiknya         ditetapkan        bersama         setelah         mempertimbangkan         berbagai


kemungkinan dan berbagai faktor.


Berdasarkan dari diagnosa dapat di ambil langkah prognosa, kemudian di


kemukakan pula kemungkinan-kemungkinan langkah selanjutnya di tempuh


untuk memberikan bantuan yaitu :


1.Memberikan arahan pada siswa tersebut untuk senantiasa berusaha untuk


bersosialisasi dan terbuka dengan teman             di sekolahnya.


2.Memberikan arahan untuk lebih meningkatkan komunikasi dengan orang


tuanya.


3.Memberikan arahan kepada klien untuk lebih meningkatkan ketakwaannya


serta keimanannya.


4.Menyuruh orang tua untuk datang ke sekolah.


D. Langkah Terapi


Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan


pelaksanaan apa-apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini


tentu memakan banyak waktu dan proses yang kontinue dan sistematis serta


memerlukan adanya pengamatan yang cermat.


Berdasarkan prognosa yang telah di tentukan kemudian klien memilih semua


alternative pilihan untuk di laksanakan.


1.Memberikan arahan pada siswa tersebut untuk senantiasa berusaha untuk


bersosialisasi dan terbuka dengan teman               di sekolahnya. Hal ini ia lakukan


dengan cara mengikuti kegiatan- kegiatan yang ada di sekolah seperti mengikuti


ekstra kurikuler( pramuka, organisasi osis) dan belajar kelompok.


2.Memberikan arahan untuk lebih meningkatkan komunikasi dengan orang


tuanya. Alternatif ini ia aplikasikan dengan cara makan malam bersama dengan


orang tua, menonton televisi bersama, liburan bersama, dan berbincang-bincang


serta bercanda bersama ketika ada waktu luang.


3.Memberikan arahan kepada klien untuk lebih meningkatkan ketakwaan serta


keimanannya. Hal ini diaplikasikan kedalam beberapa kegiatan keagamaan, yaitu


ia mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah, pengajian dan TPA di masyarakat,


berusaha melaksanakan sholat lima waktu secara tertib dan sering membaca Al


Quran setelah sholat magrib.


4.Memanggil orang tua klien ke sekolah guna konselor memberikan pengertian


pada orang tua agar lebih memberikan waktu luang pada anaknya, memberikan


kasih sayang yang tulus pada anak, mengajarkan norma-norma dan ajaran agama.


E. Langkah Evaluasi dan Follow Up


Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah


langkah terapi yang telah dilakukan dan sejauh mana hasilnya. Dalam langkah ini


dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.


Berdasarkan treatmen yang telah dilakukan oleh klien maka konselor


mengadakan evaluasi. Hal ini dilakukan guna untuk mengetahui tingkat


keberhasilan pemecahan masalah siswa.


Berdasarkan evaluasi terhadap observasi yang dilakukan konselor terhadap


tingkah laku klien, didapat hasil bahwa sudah nampak ada perubahan didalam diri


klien. Namun hal ini belum mencapai hasil yang maksimal, hal ini dibuktikan klien


belum bisa melakukan proses sosialiasi dengan baik, terkadang masih membolos,


dan dalam bergaul ia masih memilih-milih teman.


Berdasarkan hasil keterangan klien didapat juga informasi bahwa orang


tuanya di dalam memberikan bimbingan dan kasih sayang terhadap klien masih


kurang. Hal ini dibuktikan dengan pengakuan dari klien bahwa, orang tuanya


masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan biasanya mereka melupakan


waktu luang untuk berkumpul bersama.


Berhubungan dengan hal tersebut kemudian konselor berusaha menindak


lanjuti kasus siswa X tersebut agar bisa tuntas. Hal ini di lakukan dengan cara


konselor mengadakan �Home Visit� hal ini di lakukan dengan cara konselor


datang langsung ke rumah klien untuk bertemu dengan kedua orang tua klien.


Dalam hal ini konselor memberikan arahan, pengertian pada ke dua orang tua


tersebut untuk lebih dapat memberikan kasih sayang, pendidikan agama juga


norma-norma, sehingga diharapkan klien dapat nyaman di rumah, klien dapat


meningkatkan segenap potensi yang di milikinya di sekolah. Dengan hal ini di


harapkan klien akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang sehat


juga mampu optimal dalam hidupnya, dan yang terpenting adalah terciptanya


keharmonisan suasana dalam keluarga.


Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh konselor tersebut, konselor


mengadakan evaluasi kembali bahwa klien telah mengalami perubahan yang


cukup drastis hal ini di tunjukan dari perubahan perilaku klien menjadi lebih baik


dan peningkatan prestasi klien di sekolah menjadi lebih baik, klien tidak lagi


membolos juga senantiasa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.


Berdasarkan keterangan dari klien di dapatkan informasi bahwa klien sudah


nyaman di rumah, klien juga mengaku setelah konselor mengadakan �Home visit�


orang tuanya lebih perhatian padanya, lebih dapat terbuka satu sama lain dalam


anggota keluarganya.


BAB III


KESIMPULAN


Dari isi laporan diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa �X� yang masih


duduk dibangku SMA sedang mengalami masalah Broken Home. Hal ini ditandai


dengan klien mengaku kalau ia tidak suka dirumah, ia lebih suka bermain diluar


rumah dengan teman-temannya untuk mencari kesenangan, menghambur-


hamburkan uang untuk hal yang kurang bermanfaat. Ia juga mengaku bahwa


kedua orang tuanya sering bertengkar hanya gara-gara hal kecil, mereka juga


sibuk dengan pekerjaanya masing-masing.


Data ini diperkuat dengan adanya keteraangan dari guru kelas yang


mengatakan bahwa klien merupakan pribadi yang pendiam, sukar bersosialisai,


dan tidak disukai teman-temannya karena ia memiliki tingkat emosi yang tinggi.


Dari wali kelas mengatakan bahwa prestasi klien menurun sangat drastis. Orang


tua mengaku bahwa mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan telah


mencukupi semua kebutuhan dan keinginan anaknya. Dari teman dekatnya


mengatakan bahwa klien tidak suka dirumah dan lebih sering bermain bersama


teman-teman untuk menghambur-hamburkan uang serta bermain wanita. Serta


data dari angket dan sosiometri yang menunjukkan bahwa klien tidak disukai oleh


teman-temannya. Hanya beberapa teman yang mau memilihnya dan sebaliknya


klien hanya memilih beberapa teman yang disukainya.


Dalam menyelesaian suatu permasalahan seorang pembimbing memiliki


andil yang cukup besar untuk menyelesaikan masalah. Dalam kasus siswa �X�


berdasarkan data-data yang telah diperoleh dapat ditarik suatu kesimpulan


bahwa sisw �X� mengalami masalah yaitu Broken Home.


Dalam hal ini pembimbing memberikan bantuan untuk menyelesaikan


permasalahan yang dihadapi siswa �X�. Yaitu dengan cara memberikan arahan


pada siswa tersebut untuk senantiasa berusaha bersosialisasi dan terbuka dengan


teman disekolahnya, lebih meningkatkan komunikasi dengan orang tua,


meningkatkan ketaqwaannya serta keimanannya dan menyuruh orang tua untuk


datang ke sekolah guna untuk memberikan masukan padanya.


Selain itu pembimbing juga mengadakan kunjungan rumah (Home Visit) guna


memberikan arahan dan masukan pada orang tua klien. Untuk lebih dapat


meluangkan waktu untuk berkumpul dengan anaknya, menjaga komunikasi dan


keharmonisan      didalam      keluarga,      lebih      terbuka      pada      anak,      senantiasa


memberikan ajaran agama dan norma-norma yang berlaku didalam masyarakat.


Berdasarkan langkah-langkah yang telah dilakukan oleh pembimbing dapat


dinyatakan bahwa klien mampu menyelesaiakan permasalahannya yakni ditandai


dengan klien sudah mampu meningkatkan prestasi, mampu melakukan proses


sosialisasi dengan teman-teman, sudah bisa mengikuti kegiatan keagamaan


disekolahnya, sudah merasa nyaman dengan suasana dirumah, dan mengisi


waktu luang untuk hal-hal yang bermanfaat.





SARAN


Berdasarkan masalah yang dialami oleh klien maka dapat diberikan saran


sebagai berikut :


1. Sebaiknya pembimbing senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang


pada seluruh peserta didiknya.


2. Guru pembimbing senantiasa selalu memberikan layanan informasi kepada


peserta didik, sehingga mereka dapat mencegah timbulnya permasalahan.


3. Sebaiknya guru pembimbing memberikan layanan bimbingan secara tepat


dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai pada peserta didik.


Sehingga peserta didik mampu mengembangkan kemampuannya secara


optimal dan hidup sehat.


4. Guru pembimbing harus selalu mengadakan kerjasama dengan kepala


sekolah, guru kelas, wali kelas, orang tua, dan masyarakat.


5. Sebaiknya orang tua selalu memberikan perhatian dan kasih sayang pada


anak-anaknya.


6. Dalam mendidik anak sebaiknya orang tua menerapkan pola asuh yang


demokrasi.


7. Sejak dini orang tua harus sudah mengajarkan norma-norma dan ajaran


agama pada anak.


8. Sebaiknya orang tua selalu menjaga komunikasi antar anggota keluarga,


keharmonisan dan kehangatan dalam keluarga.


Contoh Makalah Studi Kasus II



IDENTITAS


1. Identitas Siswi /Klien


Dalam penyusunan studi kasus, identifikasi siswi yang berkasus (klien) merupakan


tahap awal yang harus dilalui di dalam proses penyusunan studi kasus. Pada saat


ini konselor mengamati klien yang bersekolah di SMPN 1 pangkalan,


Kec.Pangkalan. Kab. Karawang.





Identifikasi Diri Siswa


Nama Siswi              : Icih Suningsih


Nama Panggilan : Icih/ esih


Kelas                            : 9 (Sembilan) B


Tempat/tgl. Lahir : karawang 10 september 1998


Agama                           : Islam


Jenis Kelamin            : Perempuan


Alamat                        : Desa Wargasetra, Rt 03/Rw 05. Kec. Tegal Waru.


Kab. Karawang


Sekolah                       : SMPN 1 Pangkalan. Karawang


Hobby                          : Olahraga


Jumlah saudara         : 3 (tiga)


Anak ke                        : 2 (dua)





Keadaan Kesehatan


Penglihatan       : Normal


Pendengaran : Normal


Pembicaraan : Agak Cedal


Potensi jasmani: Normal





Fasilitas Belajar dan Pendukung


Kelengkapan belajar


Buku paket                  : lengkap


Buku catatan : lengkap


Ruang belajar           : tidak punya


Bimbingan


Dari ayah: pernah


Dari ibu       : selalu


Dari saudara: selalu


Waktu belajar: - waktu belajar kurang teratur.


belajar jika disuruh orang tua.


Kelakuan dan prestasi Klien


Sikap pada teman: Cukup baik, tidak membeda-bedakan teman.


Sikap pada guru: Cukup Baik, tapi masih merasa segan untuk bertanya.


Prestasi: Kurang baik/lambat, prestasi rendah.





2. Identifikasi Orang Tua


Nama lengkap                   : Ujang Muksin


Umur/TTL                          : 39 tahun / Karawang , 7 April 1969


Pendidikan                          : SMP


Pekerjaan                              : Buruh


Hubungan dengan anak : Anak kandung


Alamat : Desa Wargasetra, Rt 03/Rw 05. Kec. Tegal Waru.


Kab. Karawang


Nama lengkap                   : Dini


Umur/TTL                          : 31 tahun / Karawang, 28 Agustus 1977


Pendidikan                          : SD


Pekerjaan                              : Ibu rumah tangga


Alamat                                  : Desa Wargasetra, Rt 03/Rw 05. Kec. Tegal Waru.


Kab. Karawang





Perumahan


Klien tinggal bersama ayah, ibu, Adik dan kakaknya dalam lingkungan Desa


Wargasetra, Rt 03/Rw 05. Kec. Tegal Waru. Kab. KarawangDalam lingkungan


tempat tinggalnya tersebut hubungan bertetangga cukup bagus. Hal ini


mendukung perkembangan sosial klien untuk berinteraksi dengan lingkungan


masyarakat di sekitar tempat tinggal siswa berada.


Tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat di desa tempat tinggalnya tergolong


menengah kebawah. Sebagian besar warga di daerah tempat tinggal siswa


bekerja sebagai buruh serabutan dan petani.


BAB II


Gambaran Masalah


Dalam penyusunan studi kasus, identifikasi siswa yang berkasus (klien)


merupakan tahap awal yang harus dilalui di dalam proses penyusunan studi


kasus. Pada saat ini konselor mengamati klien� Icih Suningsih seorang murid


perempuan yang bersekolah di SMPN 1 pangkalan dalam beberapa minggu


terakhir ( klien ) kelihatannya murung tidak bergairah untuk belajar bahkan untuk


beberapa nilai pelajarannya turun di samping itu, anak tersebut cepat merasa


tersinggung apabila di tegur sama temannya di tambah lagi sering terlambat


masuk kelas, oleh salah seorang gurunya sudah di panggil dan sudah di


peringatkan namun belum membawakan hasil.


Gejala-gejala yang nampak jelas pada diri klien diantaranya sebagai berikut:


Gejala yang Bersifat Positif ,


Gejala yang bersifat positif adalah sikap atau perbuatan yang dapat


membantu dan meningkatkan proses belajar mengajar pada diri klien. Gejala-


gejala tersebut diantaranya :


Rajin mengikuti kegiatan sekolah


Tidak suka membolos sekolah


Rajin mengerjakan tugas/PR


Gejala-gejala yang Bersifat Negatif,


Gejala yang bersifat negatif adalah sikap atau perbuatan yang kurang baik di


tunjukan beberapa minggu terakhir, yang dapat mengganggu proses belajar


mengajar pada diri klien. Gejala tersebut diantaranya:


Sering terlihat murung, tidak bergairah untuk belajar


Cepat merasa tersinggung apabila di tegur sama temannya


Sering terlambat masuk Kelas


Beberapa nilai pelajarannya turun


Bertindak semaunya sendiri


Pengumpulan Data


Proses pengumpulan data mengenai siswa yang berkasus (klien) dilakukan


dengan berbagai pendekatan. Dalam studi kasus ini pendekatan atau cara yang


digunakan oleh konselor dalam rangka pengumpulan data tentang siswa yang


bermasalah ialah sebagai berikut:


Berdasarkan Pengamatan di Sekolah


Kepribadian :


Sebelumnya pribadi ( klien ) baik, selalu semangat dalam mengikuti mata


pelajaran, dan bahakan nilai pelajarannya baik, walaupun cenderung mudah


putus asa, kurang teliti dalam mengerjakan sesuatu dan semua keinginannya ingin


selalu dituruti. namun siswi ini (klien) tidak pernah memilih-milih teman.


Tingkah Laku :


Tingkah laku klien di rumah menunjukkan sikap yang cukup baik. Ia juga sangat


patuh terhadap peraturan sekolah. Ia termasuk siswa yang disiplin baik dalam


piketnya, datang ke sekolah atau mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah lainnya,


ramah terhadap lingkungan sekolah maupun di dalam kelas.


Perkembangan Jasmani :


Perkembangan jasmani klien cukup baik. Klien memiliki fisik yang normal dan


sama seperti teman-teman seusianya, bahkan termasuk anak yang cukup lincah


dan energik.


Klien patuh dan hormat dengan guru-guru di sekolah.:


Dalam kesehariannya, klien terlihat memilki rasa tidak percaya diri untuk


mengutarakan isi hatinya ketika ada materi pelajaran yang belum ia pahami. Pada


saat guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya klien cenderung


untuk memilih diam saja. Ia tidak berani angkat tangan untuk bertanya.


Berdasarkan Wawancara


Latar Belakang Keluarga


Berdasarkan wawancara dengan orang tua klien, klien adalah anak kedua


dari tiga bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai buruh serabutan. Ibunya sebagai


ibu rumah tangga. Klien dan keluarganya tinggal di lingkungan desa Wargasetra,


Kec. Tegalwaru Kab. Karawang. Rumahnya tergolong sedang dan sederhana. Di


dalam lingkungan desa tersebut klien tidak mengalami hambatan dalam


berinteraksi       dengan      lingkungan      tempat      tinggalnya,      sehingga      hubungan


bertetangganyapun cukup baik dan akrab.


Minat


Minat klien terhadap kegiatan sekolah yang berhubungan dengan masalah


pelajaran cukup baik walaupun secara intelektual klien tertinggal dengan teman


yang lain-lainnya. Hal ini dapat dilihat dari presensi klien yang tidak pernah


membolos dan selalu masuk sekolah.


Hobi Siswa


Siswa memiliki hobi bermain voli di rumah maupun sekolah. Kadang waktu


luangnya sering dimanfaatkan atau digunakan untuk bermain voli daripada


mempelajari kembali pelajaran yang sudah diterangkan di sekolah.


DIAGNOSIS


Masalah yang dihadapi siswi SMP sangatlah kompleks dan banyak faktor


yang dapat menyebabkan timbulnya masalah. Faktor tersebut dapat berasal dari


diri sendiri, keluarga atau lingkungan. Begitu pula yang dialami klien. Ada banyak


faktor yang menimbulkan masalah pada diri klien, diantaranya adalah sebagai


berikut:


Faktor yang Berasal dari Diri Sendiri


Motivasi yang kurang


Anak kurang mau bekerja keras agar terbiasa dalam pelajaran.


Anak tidak mau meneliti kembali hasil pekerjaannya.


Anak terlalu manja.


Semua keinginanya harus dipenuhi


Faktor dari Lingkungan Keluarga


Kurang bimbingan orang tua saat belajar.


Terlalu dimanja dengan selalu menuruti keinginan klien


Pelanggaran-pelangaran klien kurang mendapat teguran dari orang tua.


Faktor yang Bersumber dari Lingkungan Sekolah


Kurang terbuka kepada guru.


Kurang terbuka kepada teman satu lingkungan sekolah


Sikap mudah putus asa dalam pelajaran maupun dalam hal lain.


Luar sekolah atau masyarakat


Kurang memanfaatkan waktu luang, waktu hanya digunakan untuk :


Nonton TV


Pacaran


Mengikuti kemajuan tekhnologi


Mengikuti kemajuan Pasion


Dari rincian di atas dapat disimpulkan berbagai hal yang menyebabkan


permasalahan pada klien. Permasalahan tersebut berasal dari diri klien sendiri,


keadaan keluarga dan lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap sikap dan


daya tangkap belajar siswa. Dapat ditarik kesimpulan yang terjadi pada diri klien


disebabkan oleh :


Kurang minat belajar.


Bimbingan dari orang tua kurang.


Pengaruh kemajuan teknologi


Anggota keluarga terlalu memanjakannya.


Keinginannya belum terpenuhi


Hal-hal tersebut berpengaruh terhadap klien yang menyebabkan klien


kurang tertarik pada pelajaran dan malas belajar atau berpikir untuk mengerjakan


tugas yang dibebankan kepadanya, bahkan untuk berpikir bersosial dengan ramah


di lingkungan sekolah sajah tidak terjamah.





C. PROGNOSIS


Langkah Memecahkan Persoalan Tersebut


Mengajak klien berbincang-bincang mengenai masalah yang dihadapinya


sehingga memudahkan konselor untuk megetahui pribadi siswi dan masalah yang


sedang dihadapinya serta mempermudah memberikan bantuan dan bimbingan.


Memberi bimbingan yang luas pada klien yang berhungan dengan pendidikan


sehingga dapat menimbulkan minat dan motivasi untuk meningkatkan semangat


belajar dari siswi/klien yang bermasalah tersebut.


Memberi pengarahan pada klien bahwa sikapnya yang semaunya sendiri


menimbulkan kerugian pada dirinya sendiri maupun terhadap orang lain di


sekitarnya.


Memberikan pengarahan dan penjelasan agar klien memeperhatikan penjelasan


dari guru. Serta tidak mudah menyerah bila mengalami kesulitan belajar.


Menasehati klien agar tidak telalu manja pada siapapun terutama kepada kedua


orang tua siswa/klien yang bermasalah tersebut.


Menasihati klien agar lebih rajin belajar.


Mendatangi rumah orangtuanya dengan tujuan bersilaturahmi dan penuh


kekeluargaan sesuai dengan hadits Rasulluwloh saw, yang di riwayatkan oleh


bukhori muslim, yang artinya :


Barang siapa yang beriman kepada allah dan hari akhir, maka hendaklah


memuliaikan tetangganya. ( Bukhori Muslim )


Setelah bertemu dengan orang tuanyya kemudian di pertanyakan perkara


permasalahan yang di hadapi oleh anaknya, hanyasajah dalam penyampaiannya


harus penuh kehati-hatian khawatir akan orangtuanya tidak menerima


kedatangan kita. Hal ini tertuang dalam al-quran surah al-maidah ayat 2 yang


artinya :


Dan saling tolong menolonglah kamu sekalian di dalam hal kebaikan dan taqwa


dan janganlah saling tolong menolong di dalam dosa dan permusuhan �� (Al-


Maidah : 02 )


Jadi pihak kita berkewajiban menanyakan hal�ikhwal perilaku anaknya


dengan kejadian tersebut dapat di ambil jalan pemecahannya sambil menanyakan


kepada si anak mengapa bersikap murung tak bergairah. Artinya kita bisa


menyikapi karakterristik si anak mengapa bersikap murung , kalau memang ada


permasalahan pribadi si anak apa yang terjadi bisa langsung dipertanyakan ,


apabila sianak secara tertutup tidak bisa mengugkapkan, maka di cari jalan


dengan menanyakan kepada rekan-rekannya baik dalam 1 kelas 1 lingkungan


teman dan rekanlain (pacar). Sebab yang menjadi kekhawatiran pihak kita takut


orangtuanya langsung mengambil tindakan yang tidak kita inginkan kita


mendatangi keluarga aank perempuan itu karna terdesit dalam sebuah hadits


menyatakan :


�Tidak sempurna iman seseorang, sehingga dia mencintai saudaranya itu seperti


dia mencintai dirinya sendiri ��.


Jika kita sudah sering berkunjung, akan terbinalah rasa kasih sayang hingga


lebih mencintai saudara kita itu sebagai mana kita mencintai diri kita sendiri.


Selain itu wajib bagi kita sebagai orang tua sesuai dengan hadits rasulluwloh saw


yang berbunyi : hak dan kewajiban sebagai orang tua ada tiga (3), yang pertama


(1) memberi nama yang bagus kepada si anak ketika dia dilahirkan kedua (2),


memberikan ilmu dengan jalan menyekolahkan dan memasukan kepesantren


tetkala dia berakal , ketiga (3) menikahkan anaknya dengan laki-laki atau


perempuan yang sekiranya baik dalam penilaian kekeluargaan, keagamaan dan


ketampanan apabila dia sudah mencapai usia dewasa ( Bukhori muslim). Dalam


menyikapi hal ini orang tua wajib selalu mengawasi dan memeriksakan keadaan


pribadi si anakdalam masa di sekolah apabila menemukan sikap anak prilaku yang


berbeda dari kebiasaan adat istiadat kebiasaan sehari-harinya perlu di sikapi dan


di pertanyakan sebagai contoh yang biasa prikau hidupnya bersikap baik dan


sopan tapi ada perubahan pada dirinya bersikap acuh tak acuh maka perlu diambil


jalan dengan cara(1). Menanyakan apa yang terjadi sesungguhnya pada diri anak


itu bila kita enggan untuk menanyakan langsung akan sikap anak tersebut maka


kita berkewajiban bertanya kepada rekan-rekannya si anak tersebut. Dengan jalan


demikian kita dapat mengambil solusi dan pemecahan masalhnya serta seraya


mendatangi piahak sekolah agar kita terbebas dari beban sesuai , karna sekolah


merupakan pusat kegiatan masyarakat .semua kegiatan kemasyarakatan dapat di


tanagani di dalamnya oleh pungsionalis sekolah termasuk pula kenakalan remaja.


Antara orang tua, lembaga masyrakat dan pungsionalis sekolah harus saling bantu


membantu di dalam mengatasi berbagai permasalahan remaja.Pembinaan


masyarakat yang sistemmatis dapat di lakukan melalui penyiapan kader-kader


masyarakat, organisasi pemuda, tenaga intelektual, suakrelawan dan lain


sebaginya. Semua itu di tujukan untuk meningkatkan pendidikan sebaian orang


tua yang belum mengertikewajibannya sebagai orang tua, serta sebagianremaja


yang belum mengetahui pula tentang kewajiban mereka terhadap kedua orang


tuanya, leh karna itu pada mubalig dan mubaligoh sebagai pemberi penyidikan di


masyarakat hendaklah dapat memberikan kesan kepada para remajabahwa


agama merupakan kebutuhan utama untuk menentramkan hati mereka. Sesuai


dengan pirman Allah di dalam surat Ar�raru ayat 28 yang artinya :


�Ingatlah dengan mengingat allah akan tentramlah hati � ( Ar�Run :28 )


BAB III


PENUTUP


Kesimpulan


Masalah yang dihadapi siswi dalam kasus ini adalah terlalu manja dan setiap


mempunyai keinginan harus selalu terpenuhi, mempunyai sikap semaunya


sendiri, terlebihnya lagi siswi tersebut kurang mendapatkan bimbingan belajar,


dan terlalu dimanja oleh kedua orang tuanya.





Saran


Dalam menyelesaikan suatu masalah, haruslah difikirkan dan direncanakan


secara matang, langkah-langkah yang ditempuh harus dilakukan dengan sabar,


tekun dan berkesinambungan.

nah itulah ontoh makalah studi kasus yang baik dan benar