LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Di ajukan untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Pengembangan Kurikulum PAI
Yang dibina oleh: Heni Listiana
Disusun Oleh:
Imam Hanafi
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan Rahmat, Taufik, dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun masih
banyak kekurangan seperti kata pepatah “Tak ada gading yang tak retak”.
Shalawat
serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
yang telah berusaha dengan penuh kesabaran sehingga mengangkis kita dari alam
kebodohan menuju alam yang terang benderang sehingga sampai detik ini penulis
tetap semangat berjuang meningkatkan wawasan keilmuan.
Penulis
berharap semoga makalah ini memberikan manfaat bagi pembaca, dan kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan tulisan. Karena
itu kami berharap saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penulis,
01 Maret 2016
Kelompok 3. Kls D
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
B.
Rumusan
Masalah
C.
Tujuan
Masalah
BAB II : PEMBAHASAN
A.
Landasan
Pengembangan Kurikulum
1.
Landasan
Filosofis
2.
Landasan
Psikologis
3.
Landasan
Sosiologis
4.
Landasan
Iptek
BAB III : PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Kritik
dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
zaman modern seperti sekarang ini, pendidikan mempunyai peran
yang sangat penting bagi manusia.Di Pendidikan sebagai sarana untuk mengembangankan
potensi diri yang ada. Pendidikan juga tidak lepas dari kurikulum, karena
kurikulum itu sebagai fondasi bagi pendidikan agar kegiatan belajar mengajar
dapat terlaksana dengan baik. Setiap manusia pasti berkembang begitu pula
dengan kurikulum. Untuk memenuhi kebutuhan berbeda setiap zamannya.
Kurikulum akan selalu berkembang agar dapat memenuhi kebutuhan
suatu lembaga. Ketika kurikulum tidak dikembangkan sesuai dengan meningkatnya
kebutuhan suatu lembaga, maka lembaga itu akan mengalami ketertinggalan. Tetapi
untuk mengembangkan kurikulum, tidak hanya dirancang sesuai keinginan para
pengelola lembaga tertentu, melainkan harus memperhatikan beberapa aspek
pengembangan kurikulum, yaitu landasan filosofis, psikologis, sosiologis, dan
iptek.
Oleh karena itu, landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan
yang sangat penting, untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang
diinginkan. Jadi, kami disini akan mengurai tentang landasan pengembangan
kurikulum agar berguna untuk peserta didik yang lain.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian landasan pengembangan kurikulum?
2.
Mengapa
kurikulum memerlukan landasan?
3.
Bagaimana
landasan kurikulum jika ditinjau dari segi filosofis, psikologis, sosiologis,
dan iptek?
C.
Tujuan
Masalah
1.
Mengetahui
pengertian landasan pengembangan kurikulum.
2.
Mengetahui
perlunya landasan dalam kurikulum.
3.
Mengetahui
landasan kurikulum jika ditinjau dari segi filosofis, psikologis, sosiologis,
dan iptek.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Landasan
Pengembangan Kurikulum
Menurut Hornby, landasan adalah suatu gagasan atau kepercayaan yang
menjadi sandaran, sesuatu prinsip yang mendasari, contohnya seperti landasan
kepercayaan agama, dasar atau titik tolak. Kurikulum merupakan wahana
belajar-mengajar yang dinamis sehingga perlu dinilai dan dikembangkan secara
terus-menerus dan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan yang ada dalam
masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum adalah suatu
proses yang menentukan bagaimana pembuatan kurikulum akan berjalan. Bondi dan
Wiles mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum yang terbaik adalah proses yang
meliputi banyak hal yakni :
a.
Kemudahan-kemudahan
suatu analisis tujuan
b.
Rancangan
suatu program
c.
Penerapan
serangkaian pengalaman yang saling berhubungan
d.
Peralatan
dalam evaluasi proses ini.[1]
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan
lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sesuaidengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan (Bab IX, Ps.
37).[2]Dengan
demikian landasan pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan,
suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam
mengembangkan kurikulum.[3]
Agar pengembangan kurikulum dapat berhasil sesuai dengan yang di inginkan,
maka dalam pengembangan kurikulum diperlukan landasan-landasan pengembangan
kurikulum. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum SD, dalam landasan program
dan pengembangan dikemukakan bahwa pengembangan kurikulum mengacu pada tiga
unsur. Pertama, nilai dasar yang merupakan falsafah dalam pendidikan
manusia seutuhnya. Kedua, fakta empiris yang tercermin dari pelaksanaan
kurikulum, baikberdasarkan penilaian kurikulum, studi maupun survei lainnya. Ketiga,
landasan teori yang menjadi arahan pengembangan dan kerangka penyorotnya.[4]
Ada empat landasan pengembangan kurikulum, yakni landasan
filosofis, psikologis, sosiologis dan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek). Keempatjenis landasan pengembangan kurikulum tersebut diuraikan
dibawah ini:
1.
Landasan
Filosofis
Filsafat
berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata philos dan sophia.
Philosartinya cinta yang mendalam, dan sophia adalah kearifan
atau kebijaksanaan. Dengan demikian, filsafat secara harfiah dapat diartikan
sebagai cinta yang mendalam akan kearifan.
Sebagai suatu
landasan fundamental, filsafat memegang peranan penting dalam proses
pengembangan kurikulum. Ada empat fungsi filsafat dalam proses pengembangan
kurikulum.
a.
Filsafat
dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan.
b.
Filsafat
dapat menentukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
c.
Filsafat
dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan. Filsafat sebagai sistem
nilai dapat dijadikan pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran.
d.
Melalui
filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan tolok ukur keberhasilan proses
pendidikan.
Ada
berbagai aliran filsafat, antara lain:
1)
Aliran
Perennialisme
Aliran ini
bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual anak melalui pengetahuan yang
abadi, universal, dan absolut. Aliran ini diciptakan para pemikir unggul
sepanjang masa, yang dihimpun dalam The Great Books. Kebenaran dalam
buku itu bertahan teguh terhadap segala perubahan zaman.
Kurikulum yang
diinginkan oleh aliran ini terdiri atas mata pelajaran yang terpisah sebagai
disiplin ilmu dengan menolak penggabungan seperti IPA atau IPS. Hanya mata
pelajaran yang sungguh mereka anggap dapat mengembangkan kemampuan intelektual
seperti IPA yang diajarkan, yang lain tidak diajarkan.
2)
Aliran
Idealisme
Aliran ini
berpendapat bahwa kebenaran itu berasal dari dunia supra-natural dari Tuhan.
Tujuan hidup ialah memenuhi kehendak Tuhan.
Aliran ini
umumnya diterapkan di sekolah yang berorientasi religius. Namun pendidikan
intelektual juga sangat diutamakan dengan menentukan standar mutu yang tinggi.
3)
Aliran
Realisme
Aliran ini
mencari kebenaran di dunia ini sendiri. Melalui pengamatan dan penelitian
ilmiah dapat ditemukan hukum alam. Mutu kehidupan senantiasa dapat ditingkatkan
melalui kemajuan dalam iptek. Tujuan hidup adalah memperbaiki kehidupan melalui
penelitian ilmiah.
Kurikulum ini
tidak memperhatikan minat anak, namundiharapkan agar menaruh minat terhadap
pelajaran akademis. Ia harus sungguh-sungguh mempelajari buku-buku berbagai
disiplin ilmu. Penguasaan ilmu yang banyak berkat studi yang intensif adalah
persiapan yang sebaik-baiknya bagi lanjutan studi dan kehidupan dalam
masyarakat.
4)
Aliran
Pragmatisme
Aliran ini juga
disebut aliran instrumentalisme yang berpendapat bahwa kebenaran adalah buatan
manusia berdasarkan pengalamannya. Tidak ada kebenaran mutlak, kebenaran adalah
tentatif dan dapat berubah. Tujuan hidup ialah mengabdi kepada masyarakat
dengan peningkatan kesejahteraan manusia.
5)
Aliran
Eksistensialisme
Aliran ini
mengutamakan individu sebagai faktor dalam menentukan apa yang baik dan benar.
Norma-norma hidup berbeda secara individual dan ditentukan masing-masing secara
bebas, namun dengan pertimbangan jangan menyinggung perasaan orang lain. Tujuan
hidup adalah menyempurnakan diri, merealisasikan diri.[5]
2.
Landasan
Psikologis
Kurikulum
merupakan pedoman bagi guru dalam mengantar anak didik sesuai dengan harapan
dan tujuan pendidikan. Secara psikologis, anak didik memiliki keunikan dan
perbedaan-perbedaan baik perbedaan minat, bakat, maupun potensi yang
dimilikinya sesuai dengan tahapan perkembangannya. Dengan alasan itulah,
kurikulum harus memerhatikan kondisi psikologi perkembangan dan psikologi
belajar anak.
Pemahaman
tentang anak bagi seorang pengembang kurikulum sangatlah penting. Kesalahan
persepsi tentang anak, dapat menyebabkan kesalahan arah dan kesalahan praktik
pendidikan.
a.
Psikologi
perkembangan anak
Pentingnya
perkembangan anak disebabkan beberapa alasan. Pertama, setiap anak didik
memiliki tahapan atau masa perkembangan tertentu. Pada setiap tahapan itu anak
memiliki karakteristik dan tugas-tugas perkembangan tertentu. Seandainya
tugas-tugas perkembangan itu tidak terpenuhi, maka akan mengalami hambatan pada
tahapan berikutnya. Kedua, anak didik yang sedang pada masa perkembangan
merupakan periode yang sangat menentukan untuk keberhasilan dan kesuksesan
hidup mereka. Pada masa itu anak berada pada periode perkembangan yang sangat
cepat dalam berbagai aspek perkembangan. Ketiga, pemahaman akan
perkembangan anak, akan memudahkan dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan,
baik yang menyangkut proses pemberian bantuan memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi, maupun dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diharapkan.[6]
Implikasi dari
pemahaman tentang peserta didik terhadap pengembangan kurikulum, antara lain:
1)
Setiap
peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat,
minat, dan kebutuhannya.
2)
Menyediakan
pelajaran yang bersifat universal juga yang bersifat pilihan sesuai minat anak.
3)
Lembaga
pendidikan hendaknya menyediakan bahan ajar baik yang bersifat kejuruan maupun
akademik.
4)
Kurikulum
memuat tujuan yang mengandung aspek pengetahuan, nilai/sikap, dan keterampilan
yang menggambarkan pribadi yang utuh lahir dan batin.
b.
Psikologi
Belajar
Psikologi
belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana individu belajar. Pemahaman
tentang teori-teori belajar berdasarkan pendekatan psikologis adalah upaya
mengenali kondisi objektif terhadap individu anak yang sedang mengalami proses
belajar dalam rangka pertumbuhan dan perkembangannya.
Pemahaman yang
luas dan komprehensif tentang berbagai teori belajar akan memberikan kontribusi
yang sangat berharga bagi para pengembang kurikulum baik di tingkat makro
maupun tingkat mikro untuk merumuskan model kurikulum yang diharapkan.
Ada tiga jenis teori
belajar yang berkembang dewasa ini dan memiliki pengaruh terhadap pengembangan
kurikulum di Indonesia, yakni:
1)
Teori
Psikologi Kognitif, teori ini memandang manusia sebagai pelajar yang aktif yang
memprakarsai pengalaman, mencari dan mengolah informasi untuk memecahkan
masalah, mengorganisasi apa-apa yang telah mereka ketahui untuk mencapai suatu
pemahaman baru.
2)
Teori
Psikologi Behavioristik, mencakup tiga teori yaitu S-R Bond (asosiasi), Conditioning
(kondisi diberikn pada stimulus), dan Reinforcement (kondisi diberikan
pada respons).
3)
Teori
Psikologi Humanistik, lebih menekankan pada partisipasi aktif siswa dalam
belajar.
3.
Landasan
Sosiologis
Landasan
Sosiologis adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan
titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Untuk menjadikan peserta didik agar
menjadi warga masyarakat yang diharapkan maka pendidikan memiliki peranan
penting, karena itu kurikulum harus mampu memfasilitasi peserta didik agar
mereka mampu bekerja sama, berinteraksi, beradaptasi dengan kehidupan di
masyarakat dan mampu meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk yang
berbudaya.
Jadi,
Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia
yang berbudaya. Dalam konteks inilah peserta didik dihadapkan dengan budaya
manusia, dibina dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya, serta dipupuk
kemampuan dirinya menjadi manusia.
Faktor
kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam pengembangan kurikulum dengan
pertimbangan:
1)
Individu
lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap, pengetahuan,
keterampilan, dan sebagainya. Semua itu dapat diperoleh individu melalui
interaksi dengan lingkungan budaya, keluarga, masyarakat sekitar, dan lembaga
pendidikan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan mempunyai tugas khusus untuk
memberikan pengalaman kepada para peserta didik dengan kurikulum.
2)
Kurikulum
pada dasarnya harus mengakomodasikan aspek-aspek sosial dan budaya. Aspek
sosiologis adalah yang berkenaan dengan kondisi sosial masyarakat yang sangat
beragam, seperti masyarakat industri, pertanian, nelayan, dan sebagainya.
Pendidikan di sekolah pada dasarnya bertujuan mendidik anggota masyarakat agar
dapat hidup berintegrasi, berinteraksi, dan beradaptasi dengan anggota
masyarakat lainnya serta meningkatkan kualitas hidupnya sebagai makhluk
berbudaya. Hal ini membawa implikasi bahwa kurikulum sebagai salah satu alat
untuk mencapai tujuan pendidikan harus bermuatan kebudayaan yang bersifat
universal.[7]
4.
Landasan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ilmu
pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara sistematis yang
dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi adalah aplikasi
dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan.
Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan. Sejak abad pertengahan ilmu
pengetahuan telah berkembang dengan pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan pada
masa kini banyak didasari oleh penemuan dan hasil pemikiran para filsuf purba
seperti Plato, Socrates, Aristoteles, John Dewey, Archimedes, dan lain-lain.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi terhadap
pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup pengembangan isi/materi
pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem
evaluasi. Secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali
peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai
pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah
pendidikan.[8]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada prinsipnya ada empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar
dalam setiap pengembangan kurikulum, yaitu:
1.
Landasan
filosofis yaitu asumsi-asumsi tentang hakikat realitas, manusia, pengetahuan,
dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan
kurikulum.Asusmsi-asumsi filosofis tersebut berimplikasi pada perumusan tujuan
pendidikan, pengembangan isi atau materi pendidikan, penentuan strategi, serta
pada peranan peserta didik dan peranan pendidik.
2.
Landasan
psikologis berkaitan dengan psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
Psikologi perkembangan mempelajari proses dan karakteristik perkembangan
peserta didik sebagai subjek pendidikan, sedangkan psikologi belajar
mempelajari tingkah laku peserta didik dalam situasi belajar. Ada tiga jenis
teori belajar yang mempunyai pengaruh besar dalam pengembangan kurikulum, yaitu
teori belajar kognitif, behavioristik, dan humanistik.
3.
Landasan
sosiologis berkaitan dengan budaya-budaya dan nilai-nilai yang berkembang di masyarakat
sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulum.
4.
Landasan
iptek berkaitan dengan isi kurikulum yang menyelaraskan dengan perkembangan
iptek.
B.
Kritik
dan Saran
Berkaitan
dengan makalah ini, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kesalahan dan kekurangan, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Dan kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan
Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Hamalik, Oemar.
Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Nasution, S. Asas-asas
Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Sanjaya, Wina. Kurikulum
dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Tim Pengembang
MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Rajawali Pers, 2012.
[1]Dimyati
dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
hlm. 268.
[2] Oemar
Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm.
18.
[3] Tim
Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran
(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 16.
[4]Ibid.
268.
[5]S.
Nasution, Asas-asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 23-26.
[6] Wina
Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), hlm. 48.
[7]Ibid. Hal.40
[8]Ibid.
26-43.
LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Di ajukan untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Pengembangan Kurikulum PAI
Yang dibina oleh: Heni Listiana
Disusun Oleh:
Imam Hanafi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun masih banyak kekurangan seperti kata pepatah “Tak ada gading yang tak retak”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah berusaha dengan penuh kesabaran sehingga mengangkis kita dari alam kebodohan menuju alam yang terang benderang sehingga sampai detik ini penulis tetap semangat berjuang meningkatkan wawasan keilmuan.
Penulis berharap semoga makalah ini memberikan manfaat bagi pembaca, dan kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan tulisan. Karena itu kami berharap saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis, 01 Maret 2016
Kelompok 3. Kls D
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II : PEMBAHASAN
A. Landasan Pengembangan Kurikulum
1. Landasan Filosofis
2. Landasan Psikologis
3. Landasan Sosiologis
4. Landasan Iptek
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Kritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman modern seperti sekarang ini, pendidikan mempunyai peran yang sangat penting bagi manusia. Pendidikan sebagai sarana untuk mengembangankan potensi diri yang ada. Pendidikan juga tidak lepas dari kurikulum, karena kurikulum itu sebagai fondasi bagi pendidikan agar kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik. Setiap manusia pasti berkembang begitu pula dengan kurikulum. Untuk memenuhi kebutuhan berbeda setiap zamannya.
Kurikulum akan selalu berkembang agar dapat memenuhi kebutuhan suatu lembaga. Ketika kurikulum tidak dikembangkan sesuai dengan meningkatnya kebutuhan suatu lembaga, maka lembaga itu akan mengalami ketertinggalan. Tetapi untuk mengembangkan kurikulum, tidak hanya dirancang sesuai keinginan para pengelola lembaga tertentu, melainkan harus memperhatikan beberapa aspek pengembangan kurikulum, yaitu landasan filosofis, psikologis, sosiologis, dan iptek.
Oleh karena itu, landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat penting, untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Jadi, kami disini akan mengurai tentang landasan pengembangan kurikulum agar berguna untuk peserta didik yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian landasan pengembangan kurikulum?
2. Mengapa kurikulum memerlukan landasan?
3. Bagaimana landasan kurikulum jika ditinjau dari segi filosofis, psikologis, sosiologis, dan iptek?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian landasan pengembangan kurikulum.
2. Mengetahui perlunya landasan dalam kurikulum.
3. Mengetahui landasan kurikulum jika ditinjau dari segi filosofis, psikologis, sosiologis, dan iptek.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Pengembangan Kurikulum
Menurut Hornby, landasan adalah suatu gagasan atau kepercayaan yang menjadi sandaran, sesuatu prinsip yang mendasari, contohnya seperti landasan kepercayaan agama, dasar atau titik tolak. Kurikulum merupakan wahana belajar-mengajar yang dinamis sehingga perlu dinilai dan dikembangkan secara terus-menerus dan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan yang ada dalam masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang menentukan bagaimana pembuatan kurikulum akan berjalan. Bondi dan Wiles mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum yang terbaik adalah proses yang meliputi banyak hal yakni :
a. Kemudahan-kemudahan suatu analisis tujuan
b. Rancangan suatu program
c. Penerapan serangkaian pengalaman yang saling berhubungan
d. Peralatan dalam evaluasi proses ini.[1]
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuaidengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan (Bab IX, Ps. 37).[2]Dengan demikian landasan pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.[3]
Agar pengembangan kurikulum dapat berhasil sesuai dengan yang di inginkan, maka dalam pengembangan kurikulum diperlukan landasan-landasan pengembangan kurikulum. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum SD, dalam landasan program dan pengembangan dikemukakan bahwa pengembangan kurikulum mengacu pada tiga unsur. Pertama, nilai dasar yang merupakan falsafah dalam pendidikan manusia seutuhnya. Kedua, fakta empiris yang tercermin dari pelaksanaan kurikulum, baikberdasarkan penilaian kurikulum, studi maupun survei lainnya. Ketiga, landasan teori yang menjadi arahan pengembangan dan kerangka penyorotnya.[4]
Ada empat landasan pengembangan kurikulum, yakni landasan filosofis, psikologis, sosiologis dan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Keempatjenis landasan pengembangan kurikulum tersebut diuraikan dibawah ini:
1. Landasan Filosofis
Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata philos dan sophia. Philosartinya cinta yang mendalam, dan sophia adalah kearifan atau kebijaksanaan. Dengan demikian, filsafat secara harfiah dapat diartikan sebagai cinta yang mendalam akan kearifan.
Sebagai suatu landasan fundamental, filsafat memegang peranan penting dalam proses pengembangan kurikulum. Ada empat fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum.
a. Filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan.
b. Filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
c. Filsafat dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan. Filsafat sebagai sistem nilai dapat dijadikan pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran.
d. Melalui filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan tolok ukur keberhasilan proses pendidikan.
Ada berbagai aliran filsafat, antara lain:
1) Aliran Perennialisme
Aliran ini bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual anak melalui pengetahuan yang abadi, universal, dan absolut. Aliran ini diciptakan para pemikir unggul sepanjang masa, yang dihimpun dalam The Great Books. Kebenaran dalam buku itu bertahan teguh terhadap segala perubahan zaman.
Kurikulum yang diinginkan oleh aliran ini terdiri atas mata pelajaran yang terpisah sebagai disiplin ilmu dengan menolak penggabungan seperti IPA atau IPS. Hanya mata pelajaran yang sungguh mereka anggap dapat mengembangkan kemampuan intelektual seperti IPA yang diajarkan, yang lain tidak diajarkan.
2) Aliran Idealisme
Aliran ini berpendapat bahwa kebenaran itu berasal dari dunia supra-natural dari Tuhan. Tujuan hidup ialah memenuhi kehendak Tuhan.
Aliran ini umumnya diterapkan di sekolah yang berorientasi religius. Namun pendidikan intelektual juga sangat diutamakan dengan menentukan standar mutu yang tinggi.
3) Aliran Realisme
Aliran ini mencari kebenaran di dunia ini sendiri. Melalui pengamatan dan penelitian ilmiah dapat ditemukan hukum alam. Mutu kehidupan senantiasa dapat ditingkatkan melalui kemajuan dalam iptek. Tujuan hidup adalah memperbaiki kehidupan melalui penelitian ilmiah.
Kurikulum ini tidak memperhatikan minat anak, namundiharapkan agar menaruh minat terhadap pelajaran akademis. Ia harus sungguh-sungguh mempelajari buku-buku berbagai disiplin ilmu. Penguasaan ilmu yang banyak berkat studi yang intensif adalah persiapan yang sebaik-baiknya bagi lanjutan studi dan kehidupan dalam masyarakat.
4) Aliran Pragmatisme
Aliran ini juga disebut aliran instrumentalisme yang berpendapat bahwa kebenaran adalah buatan manusia berdasarkan pengalamannya. Tidak ada kebenaran mutlak, kebenaran adalah tentatif dan dapat berubah. Tujuan hidup ialah mengabdi kepada masyarakat dengan peningkatan kesejahteraan manusia.
5) Aliran Eksistensialisme
Aliran ini mengutamakan individu sebagai faktor dalam menentukan apa yang baik dan benar. Norma-norma hidup berbeda secara individual dan ditentukan masing-masing secara bebas, namun dengan pertimbangan jangan menyinggung perasaan orang lain. Tujuan hidup adalah menyempurnakan diri, merealisasikan diri.[5]
2. Landasan Psikologis
Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam mengantar anak didik sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan. Secara psikologis, anak didik memiliki keunikan dan perbedaan-perbedaan baik perbedaan minat, bakat, maupun potensi yang dimilikinya sesuai dengan tahapan perkembangannya. Dengan alasan itulah, kurikulum harus memerhatikan kondisi psikologi perkembangan dan psikologi belajar anak.
Pemahaman tentang anak bagi seorang pengembang kurikulum sangatlah penting. Kesalahan persepsi tentang anak, dapat menyebabkan kesalahan arah dan kesalahan praktik pendidikan.
a. Psikologi perkembangan anak
Pentingnya perkembangan anak disebabkan beberapa alasan. Pertama, setiap anak didik memiliki tahapan atau masa perkembangan tertentu. Pada setiap tahapan itu anak memiliki karakteristik dan tugas-tugas perkembangan tertentu. Seandainya tugas-tugas perkembangan itu tidak terpenuhi, maka akan mengalami hambatan pada tahapan berikutnya. Kedua, anak didik yang sedang pada masa perkembangan merupakan periode yang sangat menentukan untuk keberhasilan dan kesuksesan hidup mereka. Pada masa itu anak berada pada periode perkembangan yang sangat cepat dalam berbagai aspek perkembangan. Ketiga, pemahaman akan perkembangan anak, akan memudahkan dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan, baik yang menyangkut proses pemberian bantuan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi, maupun dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diharapkan.[6]
Implikasi dari pemahaman tentang peserta didik terhadap pengembangan kurikulum, antara lain:
1) Setiap peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat, dan kebutuhannya.
2) Menyediakan pelajaran yang bersifat universal juga yang bersifat pilihan sesuai minat anak.
3) Lembaga pendidikan hendaknya menyediakan bahan ajar baik yang bersifat kejuruan maupun akademik.
4) Kurikulum memuat tujuan yang mengandung aspek pengetahuan, nilai/sikap, dan keterampilan yang menggambarkan pribadi yang utuh lahir dan batin.
b. Psikologi Belajar
Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana individu belajar. Pemahaman tentang teori-teori belajar berdasarkan pendekatan psikologis adalah upaya mengenali kondisi objektif terhadap individu anak yang sedang mengalami proses belajar dalam rangka pertumbuhan dan perkembangannya.
Pemahaman yang luas dan komprehensif tentang berbagai teori belajar akan memberikan kontribusi yang sangat berharga bagi para pengembang kurikulum baik di tingkat makro maupun tingkat mikro untuk merumuskan model kurikulum yang diharapkan.
Ada tiga jenis teori belajar yang berkembang dewasa ini dan memiliki pengaruh terhadap pengembangan kurikulum di Indonesia, yakni:
1) Teori Psikologi Kognitif, teori ini memandang manusia sebagai pelajar yang aktif yang memprakarsai pengalaman, mencari dan mengolah informasi untuk memecahkan masalah, mengorganisasi apa-apa yang telah mereka ketahui untuk mencapai suatu pemahaman baru.
2) Teori Psikologi Behavioristik, mencakup tiga teori yaitu S-R Bond (asosiasi), Conditioning (kondisi diberikn pada stimulus), dan Reinforcement (kondisi diberikan pada respons).
3) Teori Psikologi Humanistik, lebih menekankan pada partisipasi aktif siswa dalam belajar.
3. Landasan Sosiologis
Landasan Sosiologis adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Untuk menjadikan peserta didik agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan maka pendidikan memiliki peranan penting, karena itu kurikulum harus mampu memfasilitasi peserta didik agar mereka mampu bekerja sama, berinteraksi, beradaptasi dengan kehidupan di masyarakat dan mampu meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk yang berbudaya.
Jadi, Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia yang berbudaya. Dalam konteks inilah peserta didik dihadapkan dengan budaya manusia, dibina dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya, serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi manusia.
Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam pengembangan kurikulum dengan pertimbangan:
1) Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Semua itu dapat diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan budaya, keluarga, masyarakat sekitar, dan lembaga pendidikan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada para peserta didik dengan kurikulum.
2) Kurikulum pada dasarnya harus mengakomodasikan aspek-aspek sosial dan budaya. Aspek sosiologis adalah yang berkenaan dengan kondisi sosial masyarakat yang sangat beragam, seperti masyarakat industri, pertanian, nelayan, dan sebagainya. Pendidikan di sekolah pada dasarnya bertujuan mendidik anggota masyarakat agar dapat hidup berintegrasi, berinteraksi, dan beradaptasi dengan anggota masyarakat lainnya serta meningkatkan kualitas hidupnya sebagai makhluk berbudaya. Hal ini membawa implikasi bahwa kurikulum sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan harus bermuatan kebudayaan yang bersifat universal.[7]
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan. Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan telah berkembang dengan pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kini banyak didasari oleh penemuan dan hasil pemikiran para filsuf purba seperti Plato, Socrates, Aristoteles, John Dewey, Archimedes, dan lain-lain.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.[8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada prinsipnya ada empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar dalam setiap pengembangan kurikulum, yaitu:
1. Landasan filosofis yaitu asumsi-asumsi tentang hakikat realitas, manusia, pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.Asusmsi-asumsi filosofis tersebut berimplikasi pada perumusan tujuan pendidikan, pengembangan isi atau materi pendidikan, penentuan strategi, serta pada peranan peserta didik dan peranan pendidik.
2. Landasan psikologis berkaitan dengan psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan mempelajari proses dan karakteristik perkembangan peserta didik sebagai subjek pendidikan, sedangkan psikologi belajar mempelajari tingkah laku peserta didik dalam situasi belajar. Ada tiga jenis teori belajar yang mempunyai pengaruh besar dalam pengembangan kurikulum, yaitu teori belajar kognitif, behavioristik, dan humanistik.
3. Landasan sosiologis berkaitan dengan budaya-budaya dan nilai-nilai yang berkembang di masyarakat sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulum.
4. Landasan iptek berkaitan dengan isi kurikulum yang menyelaraskan dengan perkembangan iptek.
B. Kritik dan Saran
Berkaitan dengan makalah ini, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Nasution, S. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
[1]Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 268.
[2] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 18.
[3] Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 16.
[4]Ibid. 268.
[5]S. Nasution, Asas-asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 23-26.
[6] Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 48.
[7]Ibid. Hal.40
[8]Ibid. 26-43.