Tuesday, 20 December 2016

MAKALAH Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum-MAKALAH Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum


MAKALAH
Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
Di ajukan untuk memenuhi tugas makalah “Pengembangan Kurikulum PAI
Dosen Pengampu: “HENI LISTIANA, M. PD. I”


Disusun Oleh:

Imam Hanafi


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN

FAKULTAS KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI tentang Model Model Pengembangan Kurikulum.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
   
                                                                                     
Pamekasan18-Maret-2016
   
Penyusun







BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan,  sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan. Akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa. Oleh karena itu begitu pentingnya fungsi dan peran kurikulum.
Fungsi asas atau landasan pengembangan kurikulum adalah seperti fondasi sebuah bangunan.  Layaknya membangun sebuah gedung, maka menyusun kurikulum juga harus didasarkan pada fondasi yang kuat.

B.   Rumusan Masalah
1.      Apa saja Prinsip-Prinsip umum Pengembangan  Kurikulum?
2.      Apa saja Prinsip-prinsip khusus Pengembangan Kurikulum?

C.   Tujuan
1.      Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Umum Pengembangan Kurikulum.
2.      Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Khusus Pengembangan Kurikulum.



BAB II
PEMBAHASAN

Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa disekolah. Dalam kurikulum terintegrasi filasafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, penjabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga, maupun masyarakat.
Kelas merupakan tempat untuk melaksanakan dan menguji kurikulum. Di sana semua konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode, alat, dan kemampuan guru diuji dalam bentuk perbuatan, yang akan mewujudkan bentuk kurikulum yang nyata dan hidup. Perwujudan konsep, prinsip, dan aspek-aspek kurikulum tersebut seluruhnya terletak pada guru. Oleh karena itu, gurulah pemegang kunci pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum. Dialah sebenarnya perencana, pelaksana, penilai, dan pengembang kurikulum sesungguhnya. Suatu kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi, dan, menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat.[1]
Pengembangan kurikulum mencakup perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan kurikulum atau biasa disebut implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Adapun evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program yang telah direncanakan, dan hasil kurikulum. [2]
Pinsip-prinsip pengembangan kurikulum secara garis besar `dibagi menjadi dua: prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus.
A.    Prinsip-Prinsip Umum.
Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum yaitu:
Pertama, prinsip relevansi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevansi internal dan relevansi eksternal.
Relevansi Internal yaitu adanya  kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian. Dan yang dimaksud dengan relevansi eksternal yaitu tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relavan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat.[3]
Prinsip kedua adalah  fleksibilitas,  kurikulum harus memiliki sifat lentur atau fleksibel. Artinya, kurikulum itu harus bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada.[4]
Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi: pertama, fleksibel bagi guru, yang artinya  guru perlu diberikan kebebasan dalam menjabarkan tujuan-tujuan, dan memilih materi pelajaran  yang sesuai, juga memilih strategi dan metode yang harus dikembangkan dalam suatu kegiatan pembelajaran, dan membuat kriteria yang objektif rasional dalam melakukan dan memberikan penilaian kepada para siswa. Kedua, Selain itu, prinsip fleksibilitas juga terkait  dengan adanya kebebasan bagi  siswa dalam memilih program studi yang dipilih. Artinya, di sini adalah pengembangan kurikulum atau sekolah harus mampu menyediakan berbagai program pilihan bagi siswa. Siswa di berikan kebebasan dalam memilih sesuai dengan minat, bakat, kemampuan dan kebutuhannya.[5]
Prinsip ketiga adalah  kontinuitas, prinsip kontinuitas dimaksudkan bahwa perlu ada kesinambungan, khususnya kesinambungan bahan/materi kurikulum pada jenis dan jenjang program pendidikan.  Bahan atau materi kurikulum perlu dikembangkan secara berkesinambungan mulai dari jenjang SD, SLTP, SMU/SMK sampai ke PT.
Materi kurikulum harus memiliki hubungan hierarkis fungsional. Untuk itu dalam pengembangan materi kurikulum harus diperhatikan minimal dua aspek kesinambungan, yaitu  (1)  materi kurikulum yang diperlukan pada sekolah  (tingkat)  yang  ada diatasnya harus sudah diberikan pada sekolah (tingkat) yang ada dibawahnya dan (2) materi yang sudah diajarkan/diberikan pada sekolah (tingkat) yang ada dibawahnya tidak perlu lagi diberikan pada sekolah (tingkat) yang ada diatasnya. Dengan demikian dapat dihindari adanya pengulangan materi kurikulum, yang dapat mengakibatkan kebosanan pada siswa dan atau ketidaksiapan siswa untuk memperoleh materi di mana mereka sebelumnya tidak memperoleh materi dasar yang memadai.[6]
Prinsip keempat adalah praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efesiensi. Betapapun bagus dan idealnya suatu kurikulum kalau menuntut keahlian-keahlian dan peralatan yang sangat khusus dan mahal pula biayanya, maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatsan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis.[7]
Prinsip kelima adalah  efektivitas, prinsip efektivitas: mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.[8]
Terdapat dua sisi efektivitas dalam suatu pengembangan kurikulum. Pertama, efektivitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas. Kedua, efektivitas kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar.  Evektivitas kegiatan guru berhubungan dengan keberhasilan mengimplementasikan program sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.  Sebagai contoh, apabila guru menetapkan dalam satu caturwulan atau satu semester harus menyelesaikan 12 program pembelajaran sesuai dengan pedoman kurikulum, ternyata dalam jangka waktu tersebut hanya dapat menyelesaikan 4 atau 5 program saja, berarti dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program itu tidak efektif. 
Efektivitas kegiatan siswa berhubungan dengan sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan sesuai dengan jangka waktu tertentu. Sebagai contoh apabila ditetapkan dalam satu caturwulan siswa harus dapat mencapai sejumlah tujuan pembelajaran, ternyata hanya sebagian saja dapat dicapai siswa, maka dapat dikatakan bahwa, proses pembelajaran siswa tidak efektif.[9]
Prinsip keenam adalah integritas, integritas yang dimaksud di sini adalah keterpaduan, artinya, pengembangan kurikulum harus dilakukan dengan menggunakan prinsip keterpaduan. Prinsip ini menekankan bahwa kurikulum harus dirancang agar mampu membentuk manusia yang utuh, pribadi yang integrated. Artinya, manusia yang berkemampuan selaras dengan lingkungan hidup sekitarnya, mampu menjawab berbagai macam persoalan yang dihadapi dalam kehidupannya. Untuk itu kurikulum harus dapat mengembangkan berbagai keterampilan hidup (life skills). Yang dapat dipilah menjadi lima kategori, yaitu:
1.    Keterampilan mengenal diri sendiri (self awareness) atau keterampilan personal (personal skill)
2.    Keterampilan berpikir rasional (thinking skill)
3.    Keterampilan sosial (social skill)
4.    Keterampilan akademik (academic skill)
5.    Keterampilan vokasional ( vocational skill).[10]

B.     Prinsip-Prinsip Khusus.
Ada beberapa prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan kurikulum. Prinsip-prinsip ini berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar, dan penilaian.
a.     Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan.
Tujuan menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan. Perumusan komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau berjangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (tujuan khusus). Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada:
1.    Ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen lembaga negara mengenai tujuan, dan strategi pembangunan termasuk didalamnya pendidikan;
2.    Survai mengenai persepsi orang tua/ masyarakat tentang kebutuhan mereka yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka;
3.    Survai tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa;
4.    Survai tentang manpower;
5.    Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama;
6.    Penelitian.
b.    Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan.
Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah ditentukan para perencana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal.
1.      Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar;
2.      Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
3.      Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis. Ketiga ranah belajar, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan diberikan secara simultan dalam urutan situasi belajar. Untuk hal tersebut diperlukan buku pedoman guru yang memberikan penjelasan tentang organisasi bahan dan alat pengajaran secara lebih mendetail.


c.     Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar.
Pemilihan proses belajar mmengajar yang digunakan hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.    Apakah metode/teknik belajar-mengajar yang digunakan cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran?
2.    Apakah metode/teknik tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa?
3.    Apakah metode/teknik tersebut memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat?
4.    Apakah metode/teknik tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?
5.    Apakah metode/teknik tersebut lebih mengaktifkan siswa, atau mengaktifkan guru atau kedua-duanya?
6.    Apakah metode/teknik tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru?
7.    Apakah metode/teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar disekolah dan dirumah, juga mendorong penggunaan sumber yang ada dirumah dan dimasyarakat?
8.    Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang menekankan “learning by doing”  disamping “learning by seeing and knowing”.
d.   Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran.
Proses belajar-mengajar yang baik perlu didukung oleh penggunaan media dan alat-alat bantu pengajaran yang tepat. 
1.    Alat/media pengajaran apa yang diperlukan. Apakah semuanya sudah tersedia? Bila alat tersebut tidak ada apa penggantinya?
2.    Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat, pembiayaannya, waktu pembuatan?
3.    Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, apakah dalam bentuk modul, paket belajar, dan lain-lain?
4.    Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?
5.    Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media.
e.    Prinsip-prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
Penilaian merupakan bagian integral dari pengajaran.
1.    Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya diikuti langkah-langkah sebagai berikut:
Rumusan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Uraikan kedalam bentuk tingkah-tingkah laku murid yang dapat diamati. Hubungkan dengan bahan pelajaran. Tuilskan butir-butir test.
2.    Dalam merencanakan suatu penilaian hendaknya diperhatikan beberapa hal:
Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang akan di test?
Berapa lama waktu dibutuhkan untuk pelaksanaan test?
Apakah test tersebut berbentuk uraian atau objektif?
Berapa banyak butir test perlu disusun?
Apakah test tersebut diadministrasikan oleh guru atau oleh murid?
3.    Dalam pengolahan suatu hasil penilaian hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Norma apa yang digunakan didalam pengolahan hasil test?
Apakah digunakan formula quessing?
Bagaimana pengubahan skor kedalam skor masak?
Skor standar apa yang digunakan?
Untuk apakah hasil-hasil test digunakan?.[11]



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa disekolah. Dalam kurikulum terintegrasi filasafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan.
Pengembangan kurikulum adalah istilah  yang komprehensif, didalamnya mencakup perencanaan, penerapan, dan evaluasi.
Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik.
Ada beberapa prinsip yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan kurikulum, antara lain prinsip berorientasi pada tujuan, prinsip kontinuitas, prinsip fleksibilitas, dan prinsip integritas.
Untuk membentuk manusia yang utuh, kurikulum diharapkan dapat mengembangkan keterampilan hidup (life skills) yang meliputi (a) keterampilan mengenal diri sendiri (self awareness) atau keterampilan personal (personal skill), (b) Keterampilan berpikir rasional (thingking skill), (c) Keterampilan sosial (social skill), dan (d) keterampilan akademik (academic skill), serta (e) keterampilan vokasional (vocational skill).





DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Hamdani. Pengembangan Kurikulum Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.
Herry, Asep Hermawan. Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:  Universitas Terbuka, 2010.
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajara. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
Syaodih, Nana Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.  Bandung:  PT Remaja Rosdakarya, 1997.










[1]Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja  Rosdakarya, Cet. I, , 1997), hlm.150.
[2] Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, Cet. I, , 2012), hlm.68.
[3] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum,  hlm.150.   
[4] Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hlm. 40-41.
[5] Asep Herry Hernawan, Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta:  Universitas Terbuka, Cet. 14, 2010), hlm. 13-14.
[6] Ibid, hlm. 12-13.
[7] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum,  hlm.151.
[8] Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan, hlm. 70.
[9] Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, hlm. 41-42.
[10] Asep Herry Hernawan, Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, hlm. 14.
[11] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum,  hlm.152-155..