Sunday, 18 December 2016

LUPA DAN JENUH faktor-faktor penyebab lupa Dan Cara mengatasi lupa -LUPA DAN JENUH faktor-faktor penyebab lupa Dan Cara mengatasi lupa


LUPA DAN JENUH

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas  mata kuliah Psikologi Pendidikan
yang dibina oleh  Aflahah,M.pd


Disusun Oleh:

Imam Hanafi


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN                                                                                  

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena atas rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ilmu Psikologi Pendidikan, yang dibimbing oleh ibu Aflahah,M.pd dengan judul “lupa dan jenuh” sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.  Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi kita, yaitu Nabi Muhammad saw. Yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
                                                                                                                         

Pamekasan,09April  2016







                                                                                                                       









DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................... .
A.  LATAR BELAKANG……………………………………………….
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………….
C. TUJUAN PENULISAN……………………………………………..
BAB II : PEMBAHASAN……………………………………………………..
A.      pengertian lupa ……………………………………………………..
B.       faktor-faktor penyebab lupa  ………………………………………
C.       mengatasi lupa ……………………………………………………..
D.      pengertian jenuh……………………………………………………
E.       faktor-faktor penyebab jenuh…………………………………….
F.        cara mengatasi jenuh………………………………………………
BAB III : PENUTUP…………………………………………………………
A.    Kesimplan…………………………………………………………….
B.     Saran…………………………………………………………………..














BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
semua pengetahuan baik pengetahuan indra maupun pengetahuan akal  pikiran, yang masuk ke dalam kesadaran jiwa kita, kemudian di simpan oleh jiwa kita. jiwa kita mempunyai kesanggupan untuk menyimpan pengetahuan untuk beberapa lama, bahkan sampai seumur hidup dan mengeluarkan kembali pengetahuan tadi sewaktu-waktu dibutuhkan.
lupa adalah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita ajari. secara sederhana , gulo dan reber ,mendifinisikan lupa adalah ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
jenuh adalah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. jenuh dapat berarti jemu atau bosan dalam belajar di samping siswa sering mengalami kelupaan, ia terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar dalam bahasa psikologi lazim di sebut learning plateau atau plateau saja.
B.     Rumusan Masalah
G.    apa saja pengertian lupa dan jenuh
H.    apa saja faktor-faktor penyebab lupa dan jenuh 
I.       bagaimana cara mengatasi lupa dan jenuh 
           








BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Lupa
dalam buku yang berjudul psikologi Belajar dan psikologi pendidikan mengartikan lupa sebagai hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana. Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari, dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.[1]
suatu kemampuan jiwa yang tidak sanggup lagi apa-apa yang telah dikuasai, baik untuk sesuatu saat ataupun untuk jangka yang lama, di sebut lupa, forget.[2]
Tidak adanya kemampuan seseorang untuk memprodukdsi/ memanggil kembali mata pelajaran yang telah ia pelajari dan lupa yang di alami seseorang dapat disebabkan oleh faktor-faktor penyebab lupa.[3]
B.     Faktor-Faktor Penyebab Lupa
Pertama, lupa terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Dalam interfence theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1)   proactive interference,
 2) retroactive interference (Reber, 1988; Best, 1989; Anderson, 1990)
Seorang siswa akan mengalami gangguan proaktif apabila materi pelajaran yang sudah lama tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat adatu diproduksi kembali.
Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktif apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini, materi pelajaran lama sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata lain, siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama tersebut.
Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena adanya kemungkinan.
a.  Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.
b. Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif.
c. Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah digunakan.
Itulah pendapat yang didasarkan para repression theory yakni teori represi/ penekanan. Namun, perlu ditambahkan bahwa istilah “alam ketidaksadaran” dan “alam bawah sadar” seperti tersebut di atas, merupakan gagasan Sigmund Freud, bapak psikologi analisis yang banyak mendapat tantangan baik dari kawan maupun lawannya itu.
Ketiga, lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali. Jika seorang siswa hanya mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kudanil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menybut nama hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun binatang.
Keempat, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karna sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
Kelima, menurut law of disuse lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian denga sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
Keenam, lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan geger otak akan kehilangan ingatan item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.[4]
Meskipun penyebab lupa itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk diperhatikan para guru adalah faktor pertama yang meliputi gangguan proaktif dan retroaktif, karena didukung oleh hasil riset dan eksperimen. Mengenai faktor keenam, tentu saja semua orang maklum.
Kecuali gangguan proaktif dan retroaktif, ada satu lagi penemuan baru yang menyimpulkan bahwa lupa dapat dialami seorang siswa apabila item informasi yang ia serap rusak sebelum masuk ke memori permanennya. Item yang rusak (decay) itu tidak hilang dan tetap diproses oleh sistem memori siswa tadi, tetapi terlalu lemah untuk dipanggil kembali. Kerusakan item informasi tersebut mungkin disebabkan karena tennggang waktu (delay) antara waktu diserapnya item informasi dengan saat proses pengkodean dan transformasi dalam memori jangka pendek siswa tersebut.
Apakah materi pelajaran yang terlupakan oleh siswa benar-benar hilang dari ingatan akalnya? Menurut pandangan ahli psikologi kognitif, “tidak” materi pelajaran itu masih terdapat dalam subsistem akal permanen siswa namun terlalu lemah untuk di panggil atau diingat kembali. Buktinya banyak siswa yang mengeluh “kehilangan ilmu”, setelah melakukan relearning (belajar lagi) atau mengikuti remedial teaching berfungsi memperbaiki atau menguatkan item-item informasi yang rusak atau lemah dalam memori para siswa tersebut, sehingga mereka berhasil mencapai prestasi yang memuaskan.[5]
Cara mengurangi lupa:
1.      Belajar dengan melebihi batas penguasaan atas materi pelajaran tertentu.
2.      Menambah waktu belajar sehingga dapat memperkuat terhadap materi yang dipelajari.
3.      mengelompokkan kata atau istilah tertentu dalam susunan yang logis.
C.     Pengertian kejenuhan dalam belajar
Secara harfiah, arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apa pun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam belajar, disamping siswa sering mengalami kelupaan, ia juga terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateau atau plateau (baca: pletou) saja. Peristiwa jenuh ini kalau dialami seorang siswa yang sedang dalam proses belajar (kejenuhan belajar) dapat membuat siswa tersebut merasa telah memubazirkan usahanya.
 Kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil. Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan. Tidak adanya kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak berlangsung selamanya, tetapi dalam rentang waktu tertentu saja, misalnya seminggu. Namun tidak sedikit siswa yang mengalami rentang waktu yang membawa kejenuhan itu berkali-kali dalam satu periode belajar tertentu.[6]
D.faktor penyebab dan cara mengatasi kejenuhan belajar
Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apa bila ia telah kehilangan motovasi dan kehilangan kosolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada tinkat keterampilan berikutnya. Selain itu kejenuhan juga dapat terjadi karna proses belajar siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaniyahnya karena bosan (boring) dan keletihan (fatigue). Namun penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang melanda siswa, karena keletihan dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada siswa yang bersangkutan.
Apakah yang menyebab kan siswa mengalami keletihan mental (mental fantigue) ? setidak nya ada empa faktor penyebab keletihan mental siswa 1. Karena kecemasan siswa terhadap dampak negative yang ditimbulkan                            oleh keletihan itu sendiri.
2. Karena kecemasan siswa terhadap standar / patokan keberhasilan bidang bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa tersebut sedang merasa bosan mempelajari yakni :
bidang bidang studi tadi.
3. Karena siswa berada di tengah tengah situasi kompetitif yang ketat dan menurut lebih banyak kerja intelek yang berat.
4. Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia bikin sendiri (self imposed ).




yang menyebabkan munculnya kejenuhan belajar itu lazimnya dapat diatasi dengan menggunakan kiat kiat antara lain sebagai berikut :
1. Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak.
2. Pengubahan dan penjadwalan kembali jam jam di hari hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
3. Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa merasa ada disebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.
4. Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat dari pada sebelumnya.
5. Siswa harus berbuat nyata (tidak  menyerah atau tinggal diam) dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.[7]






















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Lupa adalah hilangnya kemampuan menyebut atau melakukan kembali informasi dan kecakapan yang telah tersimpan dalam memori.
Faktor-faktor yang menyebabkan lupa meliputi :
1.      Adanya konflik-konflik antara item-item informasi atau materi pelajar yang ada di sistem memori seseorang.
2.      Adanya tekanan terhadap item atau materi yang lama baik disengaja atau tidak disengaja.
3.      Perbedaan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu memanggil   kembali item tersebut.
a.       Perubahan situasi dan minat terhadap proses dan situasi tertentu.
b.      Tidak pernah latihan / tidak pernah dipakai
c.       Kerusakan jaringan syaraf otak.
Cara mengurangi lupa:
4.      Belajar dengan melebihi batas penguasaan atas materi pelajaran tertentu.
5.      Menambah waktu belajar sehingga dapat memperkuat terhadap materi yang dipelajari.
6.      mengelompokkan kata atau istilah tertentu dalam susunan yang logis.
            Jenuh belajar adalah yaitu suatu situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak adanya hasil belajar yang berhasil guna meskipun telah melaksanakan proses belajar pada waktu tertentu.
           Faktor factor yang menyebabkan jenuh meliputi:
1. Karena kecemasan siswa terhadap dampak negative yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri.
2. Karena kecemasan siswa terhadap standar / patokan keberhasilan bidang bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa tersebut sedang merasa bosan mempelajari yakni :
bidang bidang studi tadi.
3.      Karena siswa berada di tengah tengah situasi kompetitif yang ketat dan menurut lebih banyak kerja intelek yang berat.



4. Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia bikin sendiri
        mengurangi jenuh :
1. Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak.
2. Pengubahan dan penjadwalan kembali jam jam di hari hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
3. Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa merasa ada disebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.
4. Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat dari pada sebelumnya.
5. Siswa harus berbuat nyata (tidak  menyerah atau tinggal diam) dengan cara mencoba belajar dan belajar lag
B.  Saran
Dengan selesainya makalah ini, semoga bermanfaat bagi kami (penulis) pada khususnya, dan juga bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Makalah ini tentu banyak memiliki kekurangan, sehingga motivasi berupa kritik dan saran sangat dibutuhkan, dan atas kekurangan yang ditemukan dalam makalah ini penulis ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya dengan tanpa menghilangkan rasa hormat terhadap kesediaan untuk membaca makalah sederhana yang mudah-mudahan memberi manfaat kepada semua orang. 







\





DAFTAR RUJUKAN

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Wali Pers, 2012.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya, 19 Maret 2014.
Ki Pudyartanta, Psikologi Umum. Yogyakarta : Pustaka Belajar 1 Juni 2014.
Solichin,Muchlis, Psikologi Pelajar, Yogyakarta : Suka Pers 2012.
Solichin, Muchlis, Psikologi Belajar, Surabaya : Pena Salsabila 2013.























[1] Muhibbin syah,psikologi pelajar,(PT RajaWali Pers: jakarta), hal:170
[2] ki fudyartanta,psikologi umum,(pustaka pelajar:yokyakarta), hal:324
[3] Muchlis solichin,psikologi belajar,(Pena salsabila:surabaya), hal:223
[4] Ibid,psikologi belajar, hal:170-17
[5] ibid psikologi pendidikan,hal:148-149
[6] Ibid, hal:180
[7] Ibid, hal:181





LUPA DAN JENUH

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas  mata kuliah Psikologi Pendidikan
yang dibina oleh  Aflahah,M.pd


Disusun Oleh:

Imam Hanafi


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN                                                                                  

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena atas rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ilmu Psikologi Pendidikan, yang dibimbing oleh ibu Aflahah,M.pd dengan judul “lupa dan jenuh” sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.  Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi kita, yaitu Nabi Muhammad saw. Yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
                                                                                                                         

Pamekasan,09April  2016







                                                                                                                       









DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................... .
A.  LATAR BELAKANG……………………………………………….
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………….
C. TUJUAN PENULISAN……………………………………………..
BAB II : PEMBAHASAN……………………………………………………..
A.      pengertian lupa ……………………………………………………..
B.       faktor-faktor penyebab lupa  ………………………………………
C.       mengatasi lupa ……………………………………………………..
D.      pengertian jenuh……………………………………………………
E.       faktor-faktor penyebab jenuh…………………………………….
F.        cara mengatasi jenuh………………………………………………
BAB III : PENUTUP…………………………………………………………
A.    Kesimplan…………………………………………………………….
B.     Saran…………………………………………………………………..














BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
semua pengetahuan baik pengetahuan indra maupun pengetahuan akal  pikiran, yang masuk ke dalam kesadaran jiwa kita, kemudian di simpan oleh jiwa kita. jiwa kita mempunyai kesanggupan untuk menyimpan pengetahuan untuk beberapa lama, bahkan sampai seumur hidup dan mengeluarkan kembali pengetahuan tadi sewaktu-waktu dibutuhkan.
lupa adalah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita ajari. secara sederhana , gulo dan reber ,mendifinisikan lupa adalah ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
jenuh adalah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. jenuh dapat berarti jemu atau bosan dalam belajar di samping siswa sering mengalami kelupaan, ia terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar dalam bahasa psikologi lazim di sebut learning plateau atau plateau saja.
B.     Rumusan Masalah
G.    apa saja pengertian lupa dan jenuh
H.    apa saja faktor-faktor penyebab lupa dan jenuh 
I.       bagaimana cara mengatasi lupa dan jenuh 
           








BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Lupa
dalam buku yang berjudul psikologi Belajar dan psikologi pendidikan mengartikan lupa sebagai hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana. Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari, dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.[1]
suatu kemampuan jiwa yang tidak sanggup lagi apa-apa yang telah dikuasai, baik untuk sesuatu saat ataupun untuk jangka yang lama, di sebut lupa, forget.[2]
Tidak adanya kemampuan seseorang untuk memprodukdsi/ memanggil kembali mata pelajaran yang telah ia pelajari dan lupa yang di alami seseorang dapat disebabkan oleh faktor-faktor penyebab lupa.[3]
B.     Faktor-Faktor Penyebab Lupa
Pertama, lupa terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Dalam interfence theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1)   proactive interference,
 2) retroactive interference (Reber, 1988; Best, 1989; Anderson, 1990)
Seorang siswa akan mengalami gangguan proaktif apabila materi pelajaran yang sudah lama tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat adatu diproduksi kembali.
Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktif apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini, materi pelajaran lama sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata lain, siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama tersebut.
Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena adanya kemungkinan.
a.  Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.
b. Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif.
c. Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah digunakan.
Itulah pendapat yang didasarkan para repression theory yakni teori represi/ penekanan. Namun, perlu ditambahkan bahwa istilah “alam ketidaksadaran” dan “alam bawah sadar” seperti tersebut di atas, merupakan gagasan Sigmund Freud, bapak psikologi analisis yang banyak mendapat tantangan baik dari kawan maupun lawannya itu.
Ketiga, lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali. Jika seorang siswa hanya mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kudanil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menybut nama hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun binatang.
Keempat, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karna sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
Kelima, menurut law of disuse lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian denga sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
Keenam, lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan geger otak akan kehilangan ingatan item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.[4]
Meskipun penyebab lupa itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk diperhatikan para guru adalah faktor pertama yang meliputi gangguan proaktif dan retroaktif, karena didukung oleh hasil riset dan eksperimen. Mengenai faktor keenam, tentu saja semua orang maklum.
Kecuali gangguan proaktif dan retroaktif, ada satu lagi penemuan baru yang menyimpulkan bahwa lupa dapat dialami seorang siswa apabila item informasi yang ia serap rusak sebelum masuk ke memori permanennya. Item yang rusak (decay) itu tidak hilang dan tetap diproses oleh sistem memori siswa tadi, tetapi terlalu lemah untuk dipanggil kembali. Kerusakan item informasi tersebut mungkin disebabkan karena tennggang waktu (delay) antara waktu diserapnya item informasi dengan saat proses pengkodean dan transformasi dalam memori jangka pendek siswa tersebut.
Apakah materi pelajaran yang terlupakan oleh siswa benar-benar hilang dari ingatan akalnya? Menurut pandangan ahli psikologi kognitif, “tidak” materi pelajaran itu masih terdapat dalam subsistem akal permanen siswa namun terlalu lemah untuk di panggil atau diingat kembali. Buktinya banyak siswa yang mengeluh “kehilangan ilmu”, setelah melakukan relearning (belajar lagi) atau mengikuti remedial teaching berfungsi memperbaiki atau menguatkan item-item informasi yang rusak atau lemah dalam memori para siswa tersebut, sehingga mereka berhasil mencapai prestasi yang memuaskan.[5]
Cara mengurangi lupa:
1.      Belajar dengan melebihi batas penguasaan atas materi pelajaran tertentu.
2.      Menambah waktu belajar sehingga dapat memperkuat terhadap materi yang dipelajari.
3.      mengelompokkan kata atau istilah tertentu dalam susunan yang logis.
C.     Pengertian kejenuhan dalam belajar
Secara harfiah, arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apa pun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam belajar, disamping siswa sering mengalami kelupaan, ia juga terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateau atau plateau (baca: pletou) saja. Peristiwa jenuh ini kalau dialami seorang siswa yang sedang dalam proses belajar (kejenuhan belajar) dapat membuat siswa tersebut merasa telah memubazirkan usahanya.
 Kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil. Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan. Tidak adanya kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak berlangsung selamanya, tetapi dalam rentang waktu tertentu saja, misalnya seminggu. Namun tidak sedikit siswa yang mengalami rentang waktu yang membawa kejenuhan itu berkali-kali dalam satu periode belajar tertentu.[6]
D.faktor penyebab dan cara mengatasi kejenuhan belajar
Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apa bila ia telah kehilangan motovasi dan kehilangan kosolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada tinkat keterampilan berikutnya. Selain itu kejenuhan juga dapat terjadi karna proses belajar siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaniyahnya karena bosan (boring) dan keletihan (fatigue). Namun penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang melanda siswa, karena keletihan dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada siswa yang bersangkutan.
Apakah yang menyebab kan siswa mengalami keletihan mental (mental fantigue) ? setidak nya ada empa faktor penyebab keletihan mental siswa 1. Karena kecemasan siswa terhadap dampak negative yang ditimbulkan                            oleh keletihan itu sendiri.
2. Karena kecemasan siswa terhadap standar / patokan keberhasilan bidang bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa tersebut sedang merasa bosan mempelajari yakni :
bidang bidang studi tadi.
3. Karena siswa berada di tengah tengah situasi kompetitif yang ketat dan menurut lebih banyak kerja intelek yang berat.
4. Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia bikin sendiri (self imposed ).




yang menyebabkan munculnya kejenuhan belajar itu lazimnya dapat diatasi dengan menggunakan kiat kiat antara lain sebagai berikut :
1. Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak.
2. Pengubahan dan penjadwalan kembali jam jam di hari hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
3. Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa merasa ada disebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.
4. Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat dari pada sebelumnya.
5. Siswa harus berbuat nyata (tidak  menyerah atau tinggal diam) dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.[7]






















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Lupa adalah hilangnya kemampuan menyebut atau melakukan kembali informasi dan kecakapan yang telah tersimpan dalam memori.
Faktor-faktor yang menyebabkan lupa meliputi :
1.      Adanya konflik-konflik antara item-item informasi atau materi pelajar yang ada di sistem memori seseorang.
2.      Adanya tekanan terhadap item atau materi yang lama baik disengaja atau tidak disengaja.
3.      Perbedaan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu memanggil   kembali item tersebut.
a.       Perubahan situasi dan minat terhadap proses dan situasi tertentu.
b.      Tidak pernah latihan / tidak pernah dipakai
c.       Kerusakan jaringan syaraf otak.
Cara mengurangi lupa:
4.      Belajar dengan melebihi batas penguasaan atas materi pelajaran tertentu.
5.      Menambah waktu belajar sehingga dapat memperkuat terhadap materi yang dipelajari.
6.      mengelompokkan kata atau istilah tertentu dalam susunan yang logis.
            Jenuh belajar adalah yaitu suatu situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak adanya hasil belajar yang berhasil guna meskipun telah melaksanakan proses belajar pada waktu tertentu.
           Faktor factor yang menyebabkan jenuh meliputi:
1. Karena kecemasan siswa terhadap dampak negative yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri.
2. Karena kecemasan siswa terhadap standar / patokan keberhasilan bidang bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa tersebut sedang merasa bosan mempelajari yakni :
bidang bidang studi tadi.
3.      Karena siswa berada di tengah tengah situasi kompetitif yang ketat dan menurut lebih banyak kerja intelek yang berat.



4. Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia bikin sendiri
        mengurangi jenuh :
1. Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak.
2. Pengubahan dan penjadwalan kembali jam jam di hari hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
3. Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa merasa ada disebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.
4. Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat dari pada sebelumnya.
5. Siswa harus berbuat nyata (tidak  menyerah atau tinggal diam) dengan cara mencoba belajar dan belajar lag
B.  Saran
Dengan selesainya makalah ini, semoga bermanfaat bagi kami (penulis) pada khususnya, dan juga bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Makalah ini tentu banyak memiliki kekurangan, sehingga motivasi berupa kritik dan saran sangat dibutuhkan, dan atas kekurangan yang ditemukan dalam makalah ini penulis ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya dengan tanpa menghilangkan rasa hormat terhadap kesediaan untuk membaca makalah sederhana yang mudah-mudahan memberi manfaat kepada semua orang. 







\





DAFTAR RUJUKAN

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Wali Pers, 2012.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya, 19 Maret 2014.
Ki Pudyartanta, Psikologi Umum. Yogyakarta : Pustaka Belajar 1 Juni 2014.
Solichin,Muchlis, Psikologi Pelajar, Yogyakarta : Suka Pers 2012.
Solichin, Muchlis, Psikologi Belajar, Surabaya : Pena Salsabila 2013.























[1] Muhibbin syah,psikologi pelajar,(PT RajaWali Pers: jakarta), hal:170
[2] ki fudyartanta,psikologi umum,(pustaka pelajar:yokyakarta), hal:324
[3] Muchlis solichin,psikologi belajar,(Pena salsabila:surabaya), hal:223
[4] Ibid,psikologi belajar, hal:170-17
[5] ibid psikologi pendidikan,hal:148-149
[6] Ibid, hal:180
[7] Ibid, hal:181