RELASI ISLAM DAN BUDAYA MADURA
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Budaya Madura
yang diampu oleh Moh. Afiful Hair, SS, M.Pd.I
Disusun Oleh:
Imam Hanafi
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
PEMBAHASAN
A.
Relasi Islam dan Budaya Madura
Agama (Islam) dan kebudayaan
merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, keduanya saling melengkapi satu
sama lain. Ketika berbicara agama dan kebudayaan, bisa dilihat lewat aplikasi
fungsinya dalam wujud sistem budaya dan juga dalam bentuk tradisi ritual atau
upacara keagamaan yang nyata-nyata bisa mengandung nilai agama dan kebudayaan
secara bersamaan.
Berbicara agama Islam dengan
kebudayaan, tentu merupakan pembahasan yang sangat menarik. Dimana Islam
sebagai agama universal merupakan rahmat bagi semesta alam dan dalam
kehadirannya di muka bumi, Islam berbaur dengan budaya lokal suatu masyarakat (local
culture), sehingga antara Islam dengan budaya lokal tidak bisa dipisahkan,
melainkan keduanya merupakan bagian yang saling mendukung dan melengkapi. Secara
bahasa kata Islam berasal dari bahasa Arab yang di ambil dari kata “salima”yang mempunyai arti “selamat”. Dari kata
“salima”tersebut maka terbetuk
kata “aslama”yang memiliki arti
“menyerah,
Kata “aslama” menjadi pokok
kata Islam, mengandung segala arti yang terkandung dalam arti pokoknya, sebab
itu orang yang melakukan “aslama”atau masuk Islam dinamakan muslim.
Berarti orang itu telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, dan patuh
kepada Allah Swt. dengan melakukan “aslama” maka orang terjamin
keselamatannya di dunia dan di akhirat. Selanjutnya dari kata
“aslama” juga terbentuk
kata “silmun”dan “salamun”yangberarti “damai”.
Maka Islam dipahami sebagai aj seorang yang menyatakan dirinya muslim adalah
harus damai dengan Allah dan dengan sesama manusia.
Agama Islam dalam maknanya adalah berintikan sebagai kepatuhan yang total
kepada Tuhan, Adapun pengertian Islam dari segi istilah adalah mengacu kepada
agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah Swt. bukan berasal dari
manusia dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad Saw. Islam
adalah agama yang ajaran-
ajarannya diwahyukan Tuhan kepada ummat manusia melalui Nabi Muhammad Saw.[1]
Menurut Novita Sari Budaya memiliki arti pikiran; akal budi, adat istiadat,
sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju), sesuatu yang
sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Sedangkan Kebudayaan
diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia
seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat, keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta
pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. Dalam antropologi budaya, dikenal macam-macam suku dan budaya dari
berbagai daerah, salah satu dari suku tersebut adalah masyarakat suku Madura.
Masyarakat Madura adalah orang-orang yang
dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa Madura dengan ragam dialeknya
secara turun temurun. Suku Madura adalah mereka yang bertempat tinggal di
daerah Madura. Secara geografis suku Madura adalah merupakan bagian dari Jawa,
namun masyarakat suku Madura memiliki ciri khas yang sangat berbeda dari pada
masyarakat Jawa pada umumnya, hal ini tanpak pada bahasa yang digunakan dalam
kesehariannya.
Yang dikatakan suku Madura adalah
masyarakat yang mendiami tanah Madura yang meliputi Bangkalan, Sampang,
Pamekasan, dan Sumenep. Sumenep adalah merupakan ujung timur dari suku Madura
yang merupakan bekas kerajaan yang sangat berpengaruh pada masa
kerajaan-kerajaan di Jawa, Kebudayaan
Madura adalah kebudayaan masyarakat asli Madura yang telah berkembang semenjak
masa prasejarah. Sebagai halnya suku-suku sederhana lainnya,
budaya asli Madura ini bertumpu pada
kepercayaan animisme dan dinamisme. Dasar pikiran dalam kepercayaan animisme dan dinamisme
bahwa, dunia ini juga didiami oleh roh-roh halus termasuk roh nenek moyang dan
juga kekuatan-kekuatan (daya-daya) ghaib.22 Sebagai sebuah kenyataan
sejarah, agama dan kebudayaan dapat saling memengaruhi karena keduanya memiliki
nilai dan simbol.[2]
Pada dasarnya Menurut pemikiran Hasil wawancara Agama adalah merupakan
simbol yang menjadi lambang nilai ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan juga memiliki nilai dan simbol agar supaya manusia bisa
hidup di dalamnya. Agama memerlukan sistem simbol. Dengan kata lain, agama
memerlukan kebudayaan. Namun keduanya perlu dibedakan. Agama adalah sesuatu
yang final, universal, abadi, dan tidak mengenal perubahan (absolut). Kebudayaan
bersifat partikular, relatif, dan temporer. Agama tanpa kebudayaan memang dapat
berkembang sebagai agama pribadi. Namun, tanpa kebudayaan, agama sebagai
kolektivitas tidak akan mendapat tempat.
Di Madura, Khususnya di Sumenep,
agama (Islam) dan budaya yang ada di Sumenep adalah merupakan ajaran Islam yang
berkembang dan berjalan selaras dengan kebudayaaan masyarakat Sumenep.
B. Adaptasi
Sebagian besar orang madura mendiami pulau madura, sebagian lainnya
mendiami pulau-pulau kecil di sekitar pulau madura, seperti di pulau Gili Raja,
Sapudi, Raas dan Kangean. Wilayah pemukiman madura terdiri empat kabupaten
yaitu: Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep.
Seiring dengan penyebaran waktu orang madura tidak hanya berada di wilayah
jawa timur saja, tapi juga terdapat di provinsi lain. Bahkan diluar pulau jawa
seperti di kalimantan bahkan sampai ke malaysia. Orang madura banyak yang ikut
program transmigrasi ke wilayah lain, terutama ke kalimantan barat dan
kalimantan tengah.
Kebanyakan orang madura memiliki karakterkeras sehingga membuat mereka
“dicap” agak susah beradaptasi dengan masyarakat di lingkungan barunya.
Orang madura pada dasarnya memiliki jiwa perantau, jiwa perantau yang
diakibatkan karena tanah madura sendiri tidak subur untuk dijadikan lahan
pertanian, sehingga mereka memaksa untuk merantau ke daerah-daerah lain untuk
penghidupan yang lebih baik. Orang madura terkenal dengan gaya bicara yang
blak-blakan dan logat yang kental dan orang madura memiliki sifat yang mudah
tersinggung.
C. Filterisasi dan Modifikasi Islam Terhadap
Budaya Madura
Masyarakat madura secara mayoritas adalah pemeluk agama islam, mereka
adalah muslim yang taat fanatik. Agama islam telah berkembang di madura yang
dibawa dari pulau jawa. Walaupun mereka telah mengenal agama islam sejak lama, namun beberapa tradisi ritual
lama masih tetap dijalankan seperti, tradisi ritual Pethik laut atau Rokat
Tasse.
Masyarakat di masa lalu, sekitar 900-1500, pernah berada di bawah pengaruh
kekuasaan kerajaan hindu jawa timur seperti kediri, Singasari dan majapahit.
Pada tahun 1624, madura ditaklukkan oleh mataram.
Pada umumnya orang madura adalah pekerja keras, mereka memiliki
profesi yang beragam selain bertani
tanaman jagung, ubi, juga beberapa tembakau, yang dijadikan wilayah madura
sebagai produsen penting bagi industri rokok domestik.
Selain itu masyarakat madura juga dikenal sebagai daerah penghasil garam,
profesi lain adalah beternak sapi, kambing dan domba. Sebagian kecil menjadi
nelayan dengan mengunakan perahu cadik jaring yang besar sedangkan para
perempuannya kebanyakan menjadi pedangang atau sebagai buruh.
D. Peranan Budaya Dalam Penyebaran Islam di
Madura
Pada persebaran agama islam di madura tidak hanya melalui jalur
perdangangan saja, tetapi juga dari peranan para wali yaitu dari Sunan Ampel
dan Sunan Giri yang mengutus murid-muridnya ke madura. Islam datang ke madura
karena hasil dari penyebaran dan pengajaran oleh Sunan Giri, serta
pedangang-pedangang islam dari Gurajat yang berlabuh di pelabuhan kalianget,
Pada sunan ampel, ternyata dakwahnya sudah berpengaruh luas hingga ke pelosok
madura.
Tentang dakwahnya Sunan Ampel, ternyata di sumenep bagian utara, tepatnya
di kecamatan pasongsongan, terdapat cerita yang menarik yaitu adanya sebuah
perkampungan yang ditempat tinggali oleh orang-orang cina muslim. Serta disana
juga terdapat murid sunan ampel antara lain yang bernama kyai ali akbar yang
dikirim untuk menyebarkan dakwah islam ke sesepuh cina untuk menambah ilmu
keislamannya. Serta bersama ulama ini islam disebarkan di daerah pesisir utara
madura.
Pada dasarnya adanya interaksi orang-orang cina dengan madura bagian timur,
diperkirakan sejak monggol dikalahkan majapahit pada abad ke-13 dimana Aria
wiraraja mempunyai hak dalam strategi perang majapahit ketika itu orang-orang
cina merupakan prajurit tartar yang terperangkap dalam siasatyang dilakukan
oleh Aria Wiraraja sehingga mereka tidak bisa kembali lagi ke negara asalnya.
Orang-orang cina semakin banyak di madura utamanya di sumenep.
Dari hasil wawancara ini selain jalur perdangangan sangatlah erat bagi
pengaruh islam, karena dengan melalui jalur ini maka saluran islamisasi di
madura berpengaruh, serta terdapat juga melalui jalur santri, pondok pesantren,
yang berpengaruh pada penguasa setempat dan dengan jalan perkawinan baik
perkawinan dengan penguasa lokal, atau dengan perkawinan keluarga pemuka agama.[3]
[1] Wawancara, Novita Sari , JL. Basar ,
Pendidikan akhir Lulusan stain.
[2] Wawancara, Astina, Kampung Sobih,
Pamekasan.
[3] Wawancara, Novita Sari , JL. Basar ,
Pendidikan akhir Lulusan stain.
RELASI ISLAM DAN BUDAYA MADURA
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Budaya Madura
yang diampu oleh Moh. Afiful Hair, SS, M.Pd.I
Disusun Oleh:
Imam Hanafi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
PEMBAHASAN
A. Relasi Islam dan Budaya Madura
Agama (Islam) dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, keduanya saling melengkapi satu sama lain. Ketika berbicara agama dan kebudayaan, bisa dilihat lewat aplikasi fungsinya dalam wujud sistem budaya dan juga dalam bentuk tradisi ritual atau upacara keagamaan yang nyata-nyata bisa mengandung nilai agama dan kebudayaan secara bersamaan.
Berbicara agama Islam dengan kebudayaan, tentu merupakan pembahasan yang sangat menarik. Dimana Islam sebagai agama universal merupakan rahmat bagi semesta alam dan dalam kehadirannya di muka bumi, Islam berbaur dengan budaya lokal suatu masyarakat (local culture), sehingga antara Islam dengan budaya lokal tidak bisa dipisahkan, melainkan keduanya merupakan bagian yang saling mendukung dan melengkapi. Secara bahasa kata Islam berasal dari bahasa Arab yang di ambil dari kata “salima”yang mempunyai arti “selamat”. Dari kata “salima”tersebut maka terbetuk kata “aslama”yang memiliki arti “menyerah,
Kata “aslama” menjadi pokok kata Islam, mengandung segala arti yang terkandung dalam arti pokoknya, sebab itu orang yang melakukan “aslama”atau masuk Islam dinamakan muslim. Berarti orang itu telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah Swt. dengan melakukan “aslama” maka orang terjamin keselamatannya di dunia dan di akhirat. Selanjutnya dari kata “aslama” juga terbentuk kata “silmun”dan “salamun”yangberarti “damai”. Maka Islam dipahami sebagai aj seorang yang menyatakan dirinya muslim adalah harus damai dengan Allah dan dengan sesama manusia.
Agama Islam dalam maknanya adalah berintikan sebagai kepatuhan yang total kepada Tuhan, Adapun pengertian Islam dari segi istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah Swt. bukan berasal dari manusia dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad Saw. Islam adalah agama yang ajaran- ajarannya diwahyukan Tuhan kepada ummat manusia melalui Nabi Muhammad Saw.[1]
Menurut Novita Sari Budaya memiliki arti pikiran; akal budi, adat istiadat, sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju), sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Sedangkan Kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat, keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. Dalam antropologi budaya, dikenal macam-macam suku dan budaya dari berbagai daerah, salah satu dari suku tersebut adalah masyarakat suku Madura.
Masyarakat Madura adalah orang-orang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa Madura dengan ragam dialeknya secara turun temurun. Suku Madura adalah mereka yang bertempat tinggal di daerah Madura. Secara geografis suku Madura adalah merupakan bagian dari Jawa, namun masyarakat suku Madura memiliki ciri khas yang sangat berbeda dari pada masyarakat Jawa pada umumnya, hal ini tanpak pada bahasa yang digunakan dalam kesehariannya.
Yang dikatakan suku Madura adalah masyarakat yang mendiami tanah Madura yang meliputi Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Sumenep adalah merupakan ujung timur dari suku Madura yang merupakan bekas kerajaan yang sangat berpengaruh pada masa kerajaan-kerajaan di Jawa, Kebudayaan Madura adalah kebudayaan masyarakat asli Madura yang telah berkembang semenjak masa prasejarah. Sebagai halnya suku-suku sederhana lainnya,
budaya asli Madura ini bertumpu pada kepercayaan animisme dan dinamisme. Dasar pikiran dalam kepercayaan animisme dan dinamisme bahwa, dunia ini juga didiami oleh roh-roh halus termasuk roh nenek moyang dan juga kekuatan-kekuatan (daya-daya) ghaib.22 Sebagai sebuah kenyataan sejarah, agama dan kebudayaan dapat saling memengaruhi karena keduanya memiliki nilai dan simbol.[2]
Pada dasarnya Menurut pemikiran Hasil wawancara Agama adalah merupakan simbol yang menjadi lambang nilai ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan juga memiliki nilai dan simbol agar supaya manusia bisa hidup di dalamnya. Agama memerlukan sistem simbol. Dengan kata lain, agama memerlukan kebudayaan. Namun keduanya perlu dibedakan. Agama adalah sesuatu yang final, universal, abadi, dan tidak mengenal perubahan (absolut). Kebudayaan bersifat partikular, relatif, dan temporer. Agama tanpa kebudayaan memang dapat berkembang sebagai agama pribadi. Namun, tanpa kebudayaan, agama sebagai kolektivitas tidak akan mendapat tempat.
Di Madura, Khususnya di Sumenep, agama (Islam) dan budaya yang ada di Sumenep adalah merupakan ajaran Islam yang berkembang dan berjalan selaras dengan kebudayaaan masyarakat Sumenep.
B. Adaptasi
Sebagian besar orang madura mendiami pulau madura, sebagian lainnya mendiami pulau-pulau kecil di sekitar pulau madura, seperti di pulau Gili Raja, Sapudi, Raas dan Kangean. Wilayah pemukiman madura terdiri empat kabupaten yaitu: Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep.
Seiring dengan penyebaran waktu orang madura tidak hanya berada di wilayah jawa timur saja, tapi juga terdapat di provinsi lain. Bahkan diluar pulau jawa seperti di kalimantan bahkan sampai ke malaysia. Orang madura banyak yang ikut program transmigrasi ke wilayah lain, terutama ke kalimantan barat dan kalimantan tengah.
Kebanyakan orang madura memiliki karakterkeras sehingga membuat mereka “dicap” agak susah beradaptasi dengan masyarakat di lingkungan barunya.
Orang madura pada dasarnya memiliki jiwa perantau, jiwa perantau yang diakibatkan karena tanah madura sendiri tidak subur untuk dijadikan lahan pertanian, sehingga mereka memaksa untuk merantau ke daerah-daerah lain untuk penghidupan yang lebih baik. Orang madura terkenal dengan gaya bicara yang blak-blakan dan logat yang kental dan orang madura memiliki sifat yang mudah tersinggung.
C. Filterisasi dan Modifikasi Islam Terhadap Budaya Madura
Masyarakat madura secara mayoritas adalah pemeluk agama islam, mereka adalah muslim yang taat fanatik. Agama islam telah berkembang di madura yang dibawa dari pulau jawa. Walaupun mereka telah mengenal agama islam sejak lama, namun beberapa tradisi ritual lama masih tetap dijalankan seperti, tradisi ritual Pethik laut atau Rokat Tasse.
Masyarakat di masa lalu, sekitar 900-1500, pernah berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan hindu jawa timur seperti kediri, Singasari dan majapahit. Pada tahun 1624, madura ditaklukkan oleh mataram.
Pada umumnya orang madura adalah pekerja keras, mereka memiliki profesi yang beragam selain bertani tanaman jagung, ubi, juga beberapa tembakau, yang dijadikan wilayah madura sebagai produsen penting bagi industri rokok domestik.
Selain itu masyarakat madura juga dikenal sebagai daerah penghasil garam, profesi lain adalah beternak sapi, kambing dan domba. Sebagian kecil menjadi nelayan dengan mengunakan perahu cadik jaring yang besar sedangkan para perempuannya kebanyakan menjadi pedangang atau sebagai buruh.
D. Peranan Budaya Dalam Penyebaran Islam di Madura
Pada persebaran agama islam di madura tidak hanya melalui jalur perdangangan saja, tetapi juga dari peranan para wali yaitu dari Sunan Ampel dan Sunan Giri yang mengutus murid-muridnya ke madura. Islam datang ke madura karena hasil dari penyebaran dan pengajaran oleh Sunan Giri, serta pedangang-pedangang islam dari Gurajat yang berlabuh di pelabuhan kalianget, Pada sunan ampel, ternyata dakwahnya sudah berpengaruh luas hingga ke pelosok madura.
Tentang dakwahnya Sunan Ampel, ternyata di sumenep bagian utara, tepatnya di kecamatan pasongsongan, terdapat cerita yang menarik yaitu adanya sebuah perkampungan yang ditempat tinggali oleh orang-orang cina muslim. Serta disana juga terdapat murid sunan ampel antara lain yang bernama kyai ali akbar yang dikirim untuk menyebarkan dakwah islam ke sesepuh cina untuk menambah ilmu keislamannya. Serta bersama ulama ini islam disebarkan di daerah pesisir utara madura.
Pada dasarnya adanya interaksi orang-orang cina dengan madura bagian timur, diperkirakan sejak monggol dikalahkan majapahit pada abad ke-13 dimana Aria wiraraja mempunyai hak dalam strategi perang majapahit ketika itu orang-orang cina merupakan prajurit tartar yang terperangkap dalam siasatyang dilakukan oleh Aria Wiraraja sehingga mereka tidak bisa kembali lagi ke negara asalnya. Orang-orang cina semakin banyak di madura utamanya di sumenep.
Dari hasil wawancara ini selain jalur perdangangan sangatlah erat bagi pengaruh islam, karena dengan melalui jalur ini maka saluran islamisasi di madura berpengaruh, serta terdapat juga melalui jalur santri, pondok pesantren, yang berpengaruh pada penguasa setempat dan dengan jalan perkawinan baik perkawinan dengan penguasa lokal, atau dengan perkawinan keluarga pemuka agama.[3]
[1] Wawancara, Novita Sari , JL. Basar , Pendidikan akhir Lulusan stain.
[2] Wawancara, Astina, Kampung Sobih, Pamekasan.
[3] Wawancara, Novita Sari , JL. Basar , Pendidikan akhir Lulusan stain.
RELASI ISLAM DAN BUDAYA MADURA
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Budaya Madura
yang diampu oleh Moh. Afiful Hair, SS, M.Pd.I
Disusun Oleh:
Imam Hanafi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
PEMBAHASAN
A. Relasi Islam dan Budaya Madura
Agama (Islam) dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, keduanya saling melengkapi satu sama lain. Ketika berbicara agama dan kebudayaan, bisa dilihat lewat aplikasi fungsinya dalam wujud sistem budaya dan juga dalam bentuk tradisi ritual atau upacara keagamaan yang nyata-nyata bisa mengandung nilai agama dan kebudayaan secara bersamaan.
Berbicara agama Islam dengan kebudayaan, tentu merupakan pembahasan yang sangat menarik. Dimana Islam sebagai agama universal merupakan rahmat bagi semesta alam dan dalam kehadirannya di muka bumi, Islam berbaur dengan budaya lokal suatu masyarakat (local culture), sehingga antara Islam dengan budaya lokal tidak bisa dipisahkan, melainkan keduanya merupakan bagian yang saling mendukung dan melengkapi. Secara bahasa kata Islam berasal dari bahasa Arab yang di ambil dari kata “salima”yang mempunyai arti “selamat”. Dari kata “salima”tersebut maka terbetuk kata “aslama”yang memiliki arti “menyerah,
Kata “aslama” menjadi pokok kata Islam, mengandung segala arti yang terkandung dalam arti pokoknya, sebab itu orang yang melakukan “aslama”atau masuk Islam dinamakan muslim. Berarti orang itu telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah Swt. dengan melakukan “aslama” maka orang terjamin keselamatannya di dunia dan di akhirat. Selanjutnya dari kata “aslama” juga terbentuk kata “silmun”dan “salamun”yangberarti “damai”. Maka Islam dipahami sebagai aj seorang yang menyatakan dirinya muslim adalah harus damai dengan Allah dan dengan sesama manusia.
Agama Islam dalam maknanya adalah berintikan sebagai kepatuhan yang total kepada Tuhan, Adapun pengertian Islam dari segi istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah Swt. bukan berasal dari manusia dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad Saw. Islam adalah agama yang ajaran- ajarannya diwahyukan Tuhan kepada ummat manusia melalui Nabi Muhammad Saw.[1]
Menurut Novita Sari Budaya memiliki arti pikiran; akal budi, adat istiadat, sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju), sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Sedangkan Kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat, keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. Dalam antropologi budaya, dikenal macam-macam suku dan budaya dari berbagai daerah, salah satu dari suku tersebut adalah masyarakat suku Madura.
Masyarakat Madura adalah orang-orang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa Madura dengan ragam dialeknya secara turun temurun. Suku Madura adalah mereka yang bertempat tinggal di daerah Madura. Secara geografis suku Madura adalah merupakan bagian dari Jawa, namun masyarakat suku Madura memiliki ciri khas yang sangat berbeda dari pada masyarakat Jawa pada umumnya, hal ini tanpak pada bahasa yang digunakan dalam kesehariannya.
Yang dikatakan suku Madura adalah masyarakat yang mendiami tanah Madura yang meliputi Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Sumenep adalah merupakan ujung timur dari suku Madura yang merupakan bekas kerajaan yang sangat berpengaruh pada masa kerajaan-kerajaan di Jawa, Kebudayaan Madura adalah kebudayaan masyarakat asli Madura yang telah berkembang semenjak masa prasejarah. Sebagai halnya suku-suku sederhana lainnya,
budaya asli Madura ini bertumpu pada kepercayaan animisme dan dinamisme. Dasar pikiran dalam kepercayaan animisme dan dinamisme bahwa, dunia ini juga didiami oleh roh-roh halus termasuk roh nenek moyang dan juga kekuatan-kekuatan (daya-daya) ghaib.22 Sebagai sebuah kenyataan sejarah, agama dan kebudayaan dapat saling memengaruhi karena keduanya memiliki nilai dan simbol.[2]
Pada dasarnya Menurut pemikiran Hasil wawancara Agama adalah merupakan simbol yang menjadi lambang nilai ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan juga memiliki nilai dan simbol agar supaya manusia bisa hidup di dalamnya. Agama memerlukan sistem simbol. Dengan kata lain, agama memerlukan kebudayaan. Namun keduanya perlu dibedakan. Agama adalah sesuatu yang final, universal, abadi, dan tidak mengenal perubahan (absolut). Kebudayaan bersifat partikular, relatif, dan temporer. Agama tanpa kebudayaan memang dapat berkembang sebagai agama pribadi. Namun, tanpa kebudayaan, agama sebagai kolektivitas tidak akan mendapat tempat.
Di Madura, Khususnya di Sumenep, agama (Islam) dan budaya yang ada di Sumenep adalah merupakan ajaran Islam yang berkembang dan berjalan selaras dengan kebudayaaan masyarakat Sumenep.
B. Adaptasi
Sebagian besar orang madura mendiami pulau madura, sebagian lainnya mendiami pulau-pulau kecil di sekitar pulau madura, seperti di pulau Gili Raja, Sapudi, Raas dan Kangean. Wilayah pemukiman madura terdiri empat kabupaten yaitu: Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep.
Seiring dengan penyebaran waktu orang madura tidak hanya berada di wilayah jawa timur saja, tapi juga terdapat di provinsi lain. Bahkan diluar pulau jawa seperti di kalimantan bahkan sampai ke malaysia. Orang madura banyak yang ikut program transmigrasi ke wilayah lain, terutama ke kalimantan barat dan kalimantan tengah.
Kebanyakan orang madura memiliki karakterkeras sehingga membuat mereka “dicap” agak susah beradaptasi dengan masyarakat di lingkungan barunya.
Orang madura pada dasarnya memiliki jiwa perantau, jiwa perantau yang diakibatkan karena tanah madura sendiri tidak subur untuk dijadikan lahan pertanian, sehingga mereka memaksa untuk merantau ke daerah-daerah lain untuk penghidupan yang lebih baik. Orang madura terkenal dengan gaya bicara yang blak-blakan dan logat yang kental dan orang madura memiliki sifat yang mudah tersinggung.
C. Filterisasi dan Modifikasi Islam Terhadap Budaya Madura
Masyarakat madura secara mayoritas adalah pemeluk agama islam, mereka adalah muslim yang taat fanatik. Agama islam telah berkembang di madura yang dibawa dari pulau jawa. Walaupun mereka telah mengenal agama islam sejak lama, namun beberapa tradisi ritual lama masih tetap dijalankan seperti, tradisi ritual Pethik laut atau Rokat Tasse.
Masyarakat di masa lalu, sekitar 900-1500, pernah berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan hindu jawa timur seperti kediri, Singasari dan majapahit. Pada tahun 1624, madura ditaklukkan oleh mataram.
Pada umumnya orang madura adalah pekerja keras, mereka memiliki profesi yang beragam selain bertani tanaman jagung, ubi, juga beberapa tembakau, yang dijadikan wilayah madura sebagai produsen penting bagi industri rokok domestik.
Selain itu masyarakat madura juga dikenal sebagai daerah penghasil garam, profesi lain adalah beternak sapi, kambing dan domba. Sebagian kecil menjadi nelayan dengan mengunakan perahu cadik jaring yang besar sedangkan para perempuannya kebanyakan menjadi pedangang atau sebagai buruh.
D. Peranan Budaya Dalam Penyebaran Islam di Madura
Pada persebaran agama islam di madura tidak hanya melalui jalur perdangangan saja, tetapi juga dari peranan para wali yaitu dari Sunan Ampel dan Sunan Giri yang mengutus murid-muridnya ke madura. Islam datang ke madura karena hasil dari penyebaran dan pengajaran oleh Sunan Giri, serta pedangang-pedangang islam dari Gurajat yang berlabuh di pelabuhan kalianget, Pada sunan ampel, ternyata dakwahnya sudah berpengaruh luas hingga ke pelosok madura.
Tentang dakwahnya Sunan Ampel, ternyata di sumenep bagian utara, tepatnya di kecamatan pasongsongan, terdapat cerita yang menarik yaitu adanya sebuah perkampungan yang ditempat tinggali oleh orang-orang cina muslim. Serta disana juga terdapat murid sunan ampel antara lain yang bernama kyai ali akbar yang dikirim untuk menyebarkan dakwah islam ke sesepuh cina untuk menambah ilmu keislamannya. Serta bersama ulama ini islam disebarkan di daerah pesisir utara madura.
Pada dasarnya adanya interaksi orang-orang cina dengan madura bagian timur, diperkirakan sejak monggol dikalahkan majapahit pada abad ke-13 dimana Aria wiraraja mempunyai hak dalam strategi perang majapahit ketika itu orang-orang cina merupakan prajurit tartar yang terperangkap dalam siasatyang dilakukan oleh Aria Wiraraja sehingga mereka tidak bisa kembali lagi ke negara asalnya. Orang-orang cina semakin banyak di madura utamanya di sumenep.
Dari hasil wawancara ini selain jalur perdangangan sangatlah erat bagi pengaruh islam, karena dengan melalui jalur ini maka saluran islamisasi di madura berpengaruh, serta terdapat juga melalui jalur santri, pondok pesantren, yang berpengaruh pada penguasa setempat dan dengan jalan perkawinan baik perkawinan dengan penguasa lokal, atau dengan perkawinan keluarga pemuka agama.[3]
[1] Wawancara, Novita Sari , JL. Basar , Pendidikan akhir Lulusan stain.
[2] Wawancara, Astina, Kampung Sobih, Pamekasan.
[3] Wawancara, Novita Sari , JL. Basar , Pendidikan akhir Lulusan stain.
RELASI ISLAM DAN BUDAYA MADURA
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Budaya Madura
yang diampu oleh Moh. Afiful Hair, SS, M.Pd.I
Disusun Oleh:
Imam Hanafi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
PEMBAHASAN
A. Relasi Islam dan Budaya Madura
Agama (Islam) dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, keduanya saling melengkapi satu sama lain. Ketika berbicara agama dan kebudayaan, bisa dilihat lewat aplikasi fungsinya dalam wujud sistem budaya dan juga dalam bentuk tradisi ritual atau upacara keagamaan yang nyata-nyata bisa mengandung nilai agama dan kebudayaan secara bersamaan.
Berbicara agama Islam dengan kebudayaan, tentu merupakan pembahasan yang sangat menarik. Dimana Islam sebagai agama universal merupakan rahmat bagi semesta alam dan dalam kehadirannya di muka bumi, Islam berbaur dengan budaya lokal suatu masyarakat (local culture), sehingga antara Islam dengan budaya lokal tidak bisa dipisahkan, melainkan keduanya merupakan bagian yang saling mendukung dan melengkapi. Secara bahasa kata Islam berasal dari bahasa Arab yang di ambil dari kata “salima”yang mempunyai arti “selamat”. Dari kata “salima”tersebut maka terbetuk kata “aslama”yang memiliki arti “menyerah,
Kata “aslama” menjadi pokok kata Islam, mengandung segala arti yang terkandung dalam arti pokoknya, sebab itu orang yang melakukan “aslama”atau masuk Islam dinamakan muslim. Berarti orang itu telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah Swt. dengan melakukan “aslama” maka orang terjamin keselamatannya di dunia dan di akhirat. Selanjutnya dari kata “aslama” juga terbentuk kata “silmun”dan “salamun”yangberarti “damai”. Maka Islam dipahami sebagai aj seorang yang menyatakan dirinya muslim adalah harus damai dengan Allah dan dengan sesama manusia.
Agama Islam dalam maknanya adalah berintikan sebagai kepatuhan yang total kepada Tuhan, Adapun pengertian Islam dari segi istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah Swt. bukan berasal dari manusia dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad Saw. Islam adalah agama yang ajaran- ajarannya diwahyukan Tuhan kepada ummat manusia melalui Nabi Muhammad Saw.[1]
Menurut Novita Sari Budaya memiliki arti pikiran; akal budi, adat istiadat, sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju), sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Sedangkan Kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat, keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. Dalam antropologi budaya, dikenal macam-macam suku dan budaya dari berbagai daerah, salah satu dari suku tersebut adalah masyarakat suku Madura.
Masyarakat Madura adalah orang-orang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa Madura dengan ragam dialeknya secara turun temurun. Suku Madura adalah mereka yang bertempat tinggal di daerah Madura. Secara geografis suku Madura adalah merupakan bagian dari Jawa, namun masyarakat suku Madura memiliki ciri khas yang sangat berbeda dari pada masyarakat Jawa pada umumnya, hal ini tanpak pada bahasa yang digunakan dalam kesehariannya.
Yang dikatakan suku Madura adalah masyarakat yang mendiami tanah Madura yang meliputi Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Sumenep adalah merupakan ujung timur dari suku Madura yang merupakan bekas kerajaan yang sangat berpengaruh pada masa kerajaan-kerajaan di Jawa, Kebudayaan Madura adalah kebudayaan masyarakat asli Madura yang telah berkembang semenjak masa prasejarah. Sebagai halnya suku-suku sederhana lainnya,
budaya asli Madura ini bertumpu pada kepercayaan animisme dan dinamisme. Dasar pikiran dalam kepercayaan animisme dan dinamisme bahwa, dunia ini juga didiami oleh roh-roh halus termasuk roh nenek moyang dan juga kekuatan-kekuatan (daya-daya) ghaib.22 Sebagai sebuah kenyataan sejarah, agama dan kebudayaan dapat saling memengaruhi karena keduanya memiliki nilai dan simbol.[2]
Pada dasarnya Menurut pemikiran Hasil wawancara Agama adalah merupakan simbol yang menjadi lambang nilai ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan juga memiliki nilai dan simbol agar supaya manusia bisa hidup di dalamnya. Agama memerlukan sistem simbol. Dengan kata lain, agama memerlukan kebudayaan. Namun keduanya perlu dibedakan. Agama adalah sesuatu yang final, universal, abadi, dan tidak mengenal perubahan (absolut). Kebudayaan bersifat partikular, relatif, dan temporer. Agama tanpa kebudayaan memang dapat berkembang sebagai agama pribadi. Namun, tanpa kebudayaan, agama sebagai kolektivitas tidak akan mendapat tempat.
Di Madura, Khususnya di Sumenep, agama (Islam) dan budaya yang ada di Sumenep adalah merupakan ajaran Islam yang berkembang dan berjalan selaras dengan kebudayaaan masyarakat Sumenep.
B. Adaptasi
Sebagian besar orang madura mendiami pulau madura, sebagian lainnya mendiami pulau-pulau kecil di sekitar pulau madura, seperti di pulau Gili Raja, Sapudi, Raas dan Kangean. Wilayah pemukiman madura terdiri empat kabupaten yaitu: Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep.
Seiring dengan penyebaran waktu orang madura tidak hanya berada di wilayah jawa timur saja, tapi juga terdapat di provinsi lain. Bahkan diluar pulau jawa seperti di kalimantan bahkan sampai ke malaysia. Orang madura banyak yang ikut program transmigrasi ke wilayah lain, terutama ke kalimantan barat dan kalimantan tengah.
Kebanyakan orang madura memiliki karakterkeras sehingga membuat mereka “dicap” agak susah beradaptasi dengan masyarakat di lingkungan barunya.
Orang madura pada dasarnya memiliki jiwa perantau, jiwa perantau yang diakibatkan karena tanah madura sendiri tidak subur untuk dijadikan lahan pertanian, sehingga mereka memaksa untuk merantau ke daerah-daerah lain untuk penghidupan yang lebih baik. Orang madura terkenal dengan gaya bicara yang blak-blakan dan logat yang kental dan orang madura memiliki sifat yang mudah tersinggung.
C. Filterisasi dan Modifikasi Islam Terhadap Budaya Madura
Masyarakat madura secara mayoritas adalah pemeluk agama islam, mereka adalah muslim yang taat fanatik. Agama islam telah berkembang di madura yang dibawa dari pulau jawa. Walaupun mereka telah mengenal agama islam sejak lama, namun beberapa tradisi ritual lama masih tetap dijalankan seperti, tradisi ritual Pethik laut atau Rokat Tasse.
Masyarakat di masa lalu, sekitar 900-1500, pernah berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan hindu jawa timur seperti kediri, Singasari dan majapahit. Pada tahun 1624, madura ditaklukkan oleh mataram.
Pada umumnya orang madura adalah pekerja keras, mereka memiliki profesi yang beragam selain bertani tanaman jagung, ubi, juga beberapa tembakau, yang dijadikan wilayah madura sebagai produsen penting bagi industri rokok domestik.
Selain itu masyarakat madura juga dikenal sebagai daerah penghasil garam, profesi lain adalah beternak sapi, kambing dan domba. Sebagian kecil menjadi nelayan dengan mengunakan perahu cadik jaring yang besar sedangkan para perempuannya kebanyakan menjadi pedangang atau sebagai buruh.
D. Peranan Budaya Dalam Penyebaran Islam di Madura
Pada persebaran agama islam di madura tidak hanya melalui jalur perdangangan saja, tetapi juga dari peranan para wali yaitu dari Sunan Ampel dan Sunan Giri yang mengutus murid-muridnya ke madura. Islam datang ke madura karena hasil dari penyebaran dan pengajaran oleh Sunan Giri, serta pedangang-pedangang islam dari Gurajat yang berlabuh di pelabuhan kalianget, Pada sunan ampel, ternyata dakwahnya sudah berpengaruh luas hingga ke pelosok madura.
Tentang dakwahnya Sunan Ampel, ternyata di sumenep bagian utara, tepatnya di kecamatan pasongsongan, terdapat cerita yang menarik yaitu adanya sebuah perkampungan yang ditempat tinggali oleh orang-orang cina muslim. Serta disana juga terdapat murid sunan ampel antara lain yang bernama kyai ali akbar yang dikirim untuk menyebarkan dakwah islam ke sesepuh cina untuk menambah ilmu keislamannya. Serta bersama ulama ini islam disebarkan di daerah pesisir utara madura.
Pada dasarnya adanya interaksi orang-orang cina dengan madura bagian timur, diperkirakan sejak monggol dikalahkan majapahit pada abad ke-13 dimana Aria wiraraja mempunyai hak dalam strategi perang majapahit ketika itu orang-orang cina merupakan prajurit tartar yang terperangkap dalam siasatyang dilakukan oleh Aria Wiraraja sehingga mereka tidak bisa kembali lagi ke negara asalnya. Orang-orang cina semakin banyak di madura utamanya di sumenep.
Dari hasil wawancara ini selain jalur perdangangan sangatlah erat bagi pengaruh islam, karena dengan melalui jalur ini maka saluran islamisasi di madura berpengaruh, serta terdapat juga melalui jalur santri, pondok pesantren, yang berpengaruh pada penguasa setempat dan dengan jalan perkawinan baik perkawinan dengan penguasa lokal, atau dengan perkawinan keluarga pemuka agama.[3]
[1] Wawancara, Novita Sari , JL. Basar , Pendidikan akhir Lulusan stain.
[2] Wawancara, Astina, Kampung Sobih, Pamekasan.
[3] Wawancara, Novita Sari , JL. Basar , Pendidikan akhir Lulusan stain.
RELASI ISLAM DAN BUDAYA MADURA
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Budaya Madura
yang diampu oleh Moh. Afiful Hair, SS, M.Pd.I
Disusun Oleh:
Imam Hanafi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
PEMBAHASAN
A. Relasi Islam dan Budaya Madura
Agama (Islam) dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, keduanya saling melengkapi satu sama lain. Ketika berbicara agama dan kebudayaan, bisa dilihat lewat aplikasi fungsinya dalam wujud sistem budaya dan juga dalam bentuk tradisi ritual atau upacara keagamaan yang nyata-nyata bisa mengandung nilai agama dan kebudayaan secara bersamaan.
Berbicara agama Islam dengan kebudayaan, tentu merupakan pembahasan yang sangat menarik. Dimana Islam sebagai agama universal merupakan rahmat bagi semesta alam dan dalam kehadirannya di muka bumi, Islam berbaur dengan budaya lokal suatu masyarakat (local culture), sehingga antara Islam dengan budaya lokal tidak bisa dipisahkan, melainkan keduanya merupakan bagian yang saling mendukung dan melengkapi. Secara bahasa kata Islam berasal dari bahasa Arab yang di ambil dari kata “salima”yang mempunyai arti “selamat”. Dari kata “salima”tersebut maka terbetuk kata “aslama”yang memiliki arti “menyerah,
Kata “aslama” menjadi pokok kata Islam, mengandung segala arti yang terkandung dalam arti pokoknya, sebab itu orang yang melakukan “aslama”atau masuk Islam dinamakan muslim. Berarti orang itu telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah Swt. dengan melakukan “aslama” maka orang terjamin keselamatannya di dunia dan di akhirat. Selanjutnya dari kata “aslama” juga terbentuk kata “silmun”dan “salamun”yangberarti “damai”. Maka Islam dipahami sebagai aj seorang yang menyatakan dirinya muslim adalah harus damai dengan Allah dan dengan sesama manusia.
Agama Islam dalam maknanya adalah berintikan sebagai kepatuhan yang total kepada Tuhan, Adapun pengertian Islam dari segi istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah Swt. bukan berasal dari manusia dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad Saw. Islam adalah agama yang ajaran- ajarannya diwahyukan Tuhan kepada ummat manusia melalui Nabi Muhammad Saw.[1]
Menurut Novita Sari Budaya memiliki arti pikiran; akal budi, adat istiadat, sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju), sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Sedangkan Kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat, keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. Dalam antropologi budaya, dikenal macam-macam suku dan budaya dari berbagai daerah, salah satu dari suku tersebut adalah masyarakat suku Madura.
Masyarakat Madura adalah orang-orang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa Madura dengan ragam dialeknya secara turun temurun. Suku Madura adalah mereka yang bertempat tinggal di daerah Madura. Secara geografis suku Madura adalah merupakan bagian dari Jawa, namun masyarakat suku Madura memiliki ciri khas yang sangat berbeda dari pada masyarakat Jawa pada umumnya, hal ini tanpak pada bahasa yang digunakan dalam kesehariannya.
Yang dikatakan suku Madura adalah masyarakat yang mendiami tanah Madura yang meliputi Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Sumenep adalah merupakan ujung timur dari suku Madura yang merupakan bekas kerajaan yang sangat berpengaruh pada masa kerajaan-kerajaan di Jawa, Kebudayaan Madura adalah kebudayaan masyarakat asli Madura yang telah berkembang semenjak masa prasejarah. Sebagai halnya suku-suku sederhana lainnya,
budaya asli Madura ini bertumpu pada kepercayaan animisme dan dinamisme. Dasar pikiran dalam kepercayaan animisme dan dinamisme bahwa, dunia ini juga didiami oleh roh-roh halus termasuk roh nenek moyang dan juga kekuatan-kekuatan (daya-daya) ghaib.22 Sebagai sebuah kenyataan sejarah, agama dan kebudayaan dapat saling memengaruhi karena keduanya memiliki nilai dan simbol.[2]
Pada dasarnya Menurut pemikiran Hasil wawancara Agama adalah merupakan simbol yang menjadi lambang nilai ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan juga memiliki nilai dan simbol agar supaya manusia bisa hidup di dalamnya. Agama memerlukan sistem simbol. Dengan kata lain, agama memerlukan kebudayaan. Namun keduanya perlu dibedakan. Agama adalah sesuatu yang final, universal, abadi, dan tidak mengenal perubahan (absolut). Kebudayaan bersifat partikular, relatif, dan temporer. Agama tanpa kebudayaan memang dapat berkembang sebagai agama pribadi. Namun, tanpa kebudayaan, agama sebagai kolektivitas tidak akan mendapat tempat.
Di Madura, Khususnya di Sumenep, agama (Islam) dan budaya yang ada di Sumenep adalah merupakan ajaran Islam yang berkembang dan berjalan selaras dengan kebudayaaan masyarakat Sumenep.
B. Adaptasi
Sebagian besar orang madura mendiami pulau madura, sebagian lainnya mendiami pulau-pulau kecil di sekitar pulau madura, seperti di pulau Gili Raja, Sapudi, Raas dan Kangean. Wilayah pemukiman madura terdiri empat kabupaten yaitu: Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep.
Seiring dengan penyebaran waktu orang madura tidak hanya berada di wilayah jawa timur saja, tapi juga terdapat di provinsi lain. Bahkan diluar pulau jawa seperti di kalimantan bahkan sampai ke malaysia. Orang madura banyak yang ikut program transmigrasi ke wilayah lain, terutama ke kalimantan barat dan kalimantan tengah.
Kebanyakan orang madura memiliki karakterkeras sehingga membuat mereka “dicap” agak susah beradaptasi dengan masyarakat di lingkungan barunya.
Orang madura pada dasarnya memiliki jiwa perantau, jiwa perantau yang diakibatkan karena tanah madura sendiri tidak subur untuk dijadikan lahan pertanian, sehingga mereka memaksa untuk merantau ke daerah-daerah lain untuk penghidupan yang lebih baik. Orang madura terkenal dengan gaya bicara yang blak-blakan dan logat yang kental dan orang madura memiliki sifat yang mudah tersinggung.
C. Filterisasi dan Modifikasi Islam Terhadap Budaya Madura
Masyarakat madura secara mayoritas adalah pemeluk agama islam, mereka adalah muslim yang taat fanatik. Agama islam telah berkembang di madura yang dibawa dari pulau jawa. Walaupun mereka telah mengenal agama islam sejak lama, namun beberapa tradisi ritual lama masih tetap dijalankan seperti, tradisi ritual Pethik laut atau Rokat Tasse.
Masyarakat di masa lalu, sekitar 900-1500, pernah berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan hindu jawa timur seperti kediri, Singasari dan majapahit. Pada tahun 1624, madura ditaklukkan oleh mataram.
Pada umumnya orang madura adalah pekerja keras, mereka memiliki profesi yang beragam selain bertani tanaman jagung, ubi, juga beberapa tembakau, yang dijadikan wilayah madura sebagai produsen penting bagi industri rokok domestik.
Selain itu masyarakat madura juga dikenal sebagai daerah penghasil garam, profesi lain adalah beternak sapi, kambing dan domba. Sebagian kecil menjadi nelayan dengan mengunakan perahu cadik jaring yang besar sedangkan para perempuannya kebanyakan menjadi pedangang atau sebagai buruh.
D. Peranan Budaya Dalam Penyebaran Islam di Madura
Pada persebaran agama islam di madura tidak hanya melalui jalur perdangangan saja, tetapi juga dari peranan para wali yaitu dari Sunan Ampel dan Sunan Giri yang mengutus murid-muridnya ke madura. Islam datang ke madura karena hasil dari penyebaran dan pengajaran oleh Sunan Giri, serta pedangang-pedangang islam dari Gurajat yang berlabuh di pelabuhan kalianget, Pada sunan ampel, ternyata dakwahnya sudah berpengaruh luas hingga ke pelosok madura.
Tentang dakwahnya Sunan Ampel, ternyata di sumenep bagian utara, tepatnya di kecamatan pasongsongan, terdapat cerita yang menarik yaitu adanya sebuah perkampungan yang ditempat tinggali oleh orang-orang cina muslim. Serta disana juga terdapat murid sunan ampel antara lain yang bernama kyai ali akbar yang dikirim untuk menyebarkan dakwah islam ke sesepuh cina untuk menambah ilmu keislamannya. Serta bersama ulama ini islam disebarkan di daerah pesisir utara madura.
Pada dasarnya adanya interaksi orang-orang cina dengan madura bagian timur, diperkirakan sejak monggol dikalahkan majapahit pada abad ke-13 dimana Aria wiraraja mempunyai hak dalam strategi perang majapahit ketika itu orang-orang cina merupakan prajurit tartar yang terperangkap dalam siasatyang dilakukan oleh Aria Wiraraja sehingga mereka tidak bisa kembali lagi ke negara asalnya. Orang-orang cina semakin banyak di madura utamanya di sumenep.
Dari hasil wawancara ini selain jalur perdangangan sangatlah erat bagi pengaruh islam, karena dengan melalui jalur ini maka saluran islamisasi di madura berpengaruh, serta terdapat juga melalui jalur santri, pondok pesantren, yang berpengaruh pada penguasa setempat dan dengan jalan perkawinan baik perkawinan dengan penguasa lokal, atau dengan perkawinan keluarga pemuka agama.[3]
[1] Wawancara, Novita Sari , JL. Basar , Pendidikan akhir Lulusan stain.
[2] Wawancara, Astina, Kampung Sobih, Pamekasan.
[3] Wawancara, Novita Sari , JL. Basar , Pendidikan akhir Lulusan stain.
RELASI ISLAM DAN BUDAYA MADURA
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Budaya Madura
yang diampu oleh Moh. Afiful Hair, SS, M.Pd.I
Disusun Oleh:
Imam Hanafi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
PEMBAHASAN
A. Relasi Islam dan Budaya Madura
Agama (Islam) dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, keduanya saling melengkapi satu sama lain. Ketika berbicara agama dan kebudayaan, bisa dilihat lewat aplikasi fungsinya dalam wujud sistem budaya dan juga dalam bentuk tradisi ritual atau upacara keagamaan yang nyata-nyata bisa mengandung nilai agama dan kebudayaan secara bersamaan.
Berbicara agama Islam dengan kebudayaan, tentu merupakan pembahasan yang sangat menarik. Dimana Islam sebagai agama universal merupakan rahmat bagi semesta alam dan dalam kehadirannya di muka bumi, Islam berbaur dengan budaya lokal suatu masyarakat (local culture), sehingga antara Islam dengan budaya lokal tidak bisa dipisahkan, melainkan keduanya merupakan bagian yang saling mendukung dan melengkapi. Secara bahasa kata Islam berasal dari bahasa Arab yang di ambil dari kata “salima”yang mempunyai arti “selamat”. Dari kata “salima”tersebut maka terbetuk kata “aslama”yang memiliki arti “menyerah,
Kata “aslama” menjadi pokok kata Islam, mengandung segala arti yang terkandung dalam arti pokoknya, sebab itu orang yang melakukan “aslama”atau masuk Islam dinamakan muslim. Berarti orang itu telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah Swt. dengan melakukan “aslama” maka orang terjamin keselamatannya di dunia dan di akhirat. Selanjutnya dari kata “aslama” juga terbentuk kata “silmun”dan “salamun”yangberarti “damai”. Maka Islam dipahami sebagai aj seorang yang menyatakan dirinya muslim adalah harus damai dengan Allah dan dengan sesama manusia.
Agama Islam dalam maknanya adalah berintikan sebagai kepatuhan yang total kepada Tuhan, Adapun pengertian Islam dari segi istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah Swt. bukan berasal dari manusia dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad Saw. Islam adalah agama yang ajaran- ajarannya diwahyukan Tuhan kepada ummat manusia melalui Nabi Muhammad Saw.[1]
Menurut Novita Sari Budaya memiliki arti pikiran; akal budi, adat istiadat, sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju), sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Sedangkan Kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat, keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. Dalam antropologi budaya, dikenal macam-macam suku dan budaya dari berbagai daerah, salah satu dari suku tersebut adalah masyarakat suku Madura.
Masyarakat Madura adalah orang-orang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa Madura dengan ragam dialeknya secara turun temurun. Suku Madura adalah mereka yang bertempat tinggal di daerah Madura. Secara geografis suku Madura adalah merupakan bagian dari Jawa, namun masyarakat suku Madura memiliki ciri khas yang sangat berbeda dari pada masyarakat Jawa pada umumnya, hal ini tanpak pada bahasa yang digunakan dalam kesehariannya.
Yang dikatakan suku Madura adalah masyarakat yang mendiami tanah Madura yang meliputi Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Sumenep adalah merupakan ujung timur dari suku Madura yang merupakan bekas kerajaan yang sangat berpengaruh pada masa kerajaan-kerajaan di Jawa, Kebudayaan Madura adalah kebudayaan masyarakat asli Madura yang telah berkembang semenjak masa prasejarah. Sebagai halnya suku-suku sederhana lainnya,
budaya asli Madura ini bertumpu pada kepercayaan animisme dan dinamisme. Dasar pikiran dalam kepercayaan animisme dan dinamisme bahwa, dunia ini juga didiami oleh roh-roh halus termasuk roh nenek moyang dan juga kekuatan-kekuatan (daya-daya) ghaib.22 Sebagai sebuah kenyataan sejarah, agama dan kebudayaan dapat saling memengaruhi karena keduanya memiliki nilai dan simbol.[2]
Pada dasarnya Menurut pemikiran Hasil wawancara Agama adalah merupakan simbol yang menjadi lambang nilai ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan juga memiliki nilai dan simbol agar supaya manusia bisa hidup di dalamnya. Agama memerlukan sistem simbol. Dengan kata lain, agama memerlukan kebudayaan. Namun keduanya perlu dibedakan. Agama adalah sesuatu yang final, universal, abadi, dan tidak mengenal perubahan (absolut). Kebudayaan bersifat partikular, relatif, dan temporer. Agama tanpa kebudayaan memang dapat berkembang sebagai agama pribadi. Namun, tanpa kebudayaan, agama sebagai kolektivitas tidak akan mendapat tempat.
Di Madura, Khususnya di Sumenep, agama (Islam) dan budaya yang ada di Sumenep adalah merupakan ajaran Islam yang berkembang dan berjalan selaras dengan kebudayaaan masyarakat Sumenep.
B. Adaptasi
Sebagian besar orang madura mendiami pulau madura, sebagian lainnya mendiami pulau-pulau kecil di sekitar pulau madura, seperti di pulau Gili Raja, Sapudi, Raas dan Kangean. Wilayah pemukiman madura terdiri empat kabupaten yaitu: Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep.
Seiring dengan penyebaran waktu orang madura tidak hanya berada di wilayah jawa timur saja, tapi juga terdapat di provinsi lain. Bahkan diluar pulau jawa seperti di kalimantan bahkan sampai ke malaysia. Orang madura banyak yang ikut program transmigrasi ke wilayah lain, terutama ke kalimantan barat dan kalimantan tengah.
Kebanyakan orang madura memiliki karakterkeras sehingga membuat mereka “dicap” agak susah beradaptasi dengan masyarakat di lingkungan barunya.
Orang madura pada dasarnya memiliki jiwa perantau, jiwa perantau yang diakibatkan karena tanah madura sendiri tidak subur untuk dijadikan lahan pertanian, sehingga mereka memaksa untuk merantau ke daerah-daerah lain untuk penghidupan yang lebih baik. Orang madura terkenal dengan gaya bicara yang blak-blakan dan logat yang kental dan orang madura memiliki sifat yang mudah tersinggung.
C. Filterisasi dan Modifikasi Islam Terhadap Budaya Madura
Masyarakat madura secara mayoritas adalah pemeluk agama islam, mereka adalah muslim yang taat fanatik. Agama islam telah berkembang di madura yang dibawa dari pulau jawa. Walaupun mereka telah mengenal agama islam sejak lama, namun beberapa tradisi ritual lama masih tetap dijalankan seperti, tradisi ritual Pethik laut atau Rokat Tasse.
Masyarakat di masa lalu, sekitar 900-1500, pernah berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan hindu jawa timur seperti kediri, Singasari dan majapahit. Pada tahun 1624, madura ditaklukkan oleh mataram.
Pada umumnya orang madura adalah pekerja keras, mereka memiliki profesi yang beragam selain bertani tanaman jagung, ubi, juga beberapa tembakau, yang dijadikan wilayah madura sebagai produsen penting bagi industri rokok domestik.
Selain itu masyarakat madura juga dikenal sebagai daerah penghasil garam, profesi lain adalah beternak sapi, kambing dan domba. Sebagian kecil menjadi nelayan dengan mengunakan perahu cadik jaring yang besar sedangkan para perempuannya kebanyakan menjadi pedangang atau sebagai buruh.
D. Peranan Budaya Dalam Penyebaran Islam di Madura
Pada persebaran agama islam di madura tidak hanya melalui jalur perdangangan saja, tetapi juga dari peranan para wali yaitu dari Sunan Ampel dan Sunan Giri yang mengutus murid-muridnya ke madura. Islam datang ke madura karena hasil dari penyebaran dan pengajaran oleh Sunan Giri, serta pedangang-pedangang islam dari Gurajat yang berlabuh di pelabuhan kalianget, Pada sunan ampel, ternyata dakwahnya sudah berpengaruh luas hingga ke pelosok madura.
Tentang dakwahnya Sunan Ampel, ternyata di sumenep bagian utara, tepatnya di kecamatan pasongsongan, terdapat cerita yang menarik yaitu adanya sebuah perkampungan yang ditempat tinggali oleh orang-orang cina muslim. Serta disana juga terdapat murid sunan ampel antara lain yang bernama kyai ali akbar yang dikirim untuk menyebarkan dakwah islam ke sesepuh cina untuk menambah ilmu keislamannya. Serta bersama ulama ini islam disebarkan di daerah pesisir utara madura.
Pada dasarnya adanya interaksi orang-orang cina dengan madura bagian timur, diperkirakan sejak monggol dikalahkan majapahit pada abad ke-13 dimana Aria wiraraja mempunyai hak dalam strategi perang majapahit ketika itu orang-orang cina merupakan prajurit tartar yang terperangkap dalam siasatyang dilakukan oleh Aria Wiraraja sehingga mereka tidak bisa kembali lagi ke negara asalnya. Orang-orang cina semakin banyak di madura utamanya di sumenep.
Dari hasil wawancara ini selain jalur perdangangan sangatlah erat bagi pengaruh islam, karena dengan melalui jalur ini maka saluran islamisasi di madura berpengaruh, serta terdapat juga melalui jalur santri, pondok pesantren, yang berpengaruh pada penguasa setempat dan dengan jalan perkawinan baik perkawinan dengan penguasa lokal, atau dengan perkawinan keluarga pemuka agama.[3]