Thursday, 15 December 2016

MAKALAH PERADABAN ISLAM MASA DAULAH FATHIMIYAH-MAKALAH PERADABAN ISLAM MASA DAULAH FATHIMIYAH-MAKALAH PERADABAN ISLAM MASA DAULAH FATHIMIYAH


PERADABAN ISLAM MASA DAULAH FATHIMIYAH

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Sejarah Peradaban islam oleh
Dosen Pengampu bapak  H. Nor Hasan, M.Ag.






Disusun Oleh:

Imam Hanafi


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN

KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kita semua yang berupa ilmu dan amal. Berkat rahmat dan hidayah-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah “sejarah peradaban islam” tepat pada waktunya.
Terimakasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing kami, hingga  makalah ini bisa terselasaikan tepat pada waktunya, dan juga kepada teman-teman yang telah membantu terselesainya makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini terdapat banyak kekurangan. Akhirnya kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat penulis butuhkan untuk dijadikan pedoman dalam ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.




Pamekasan, 12 april  2016


                                                                      Kelompok V






DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................................ ii
Daftar Isi ..................................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................  1
A.    Latar Belakang......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C.     Tujuan Masalah........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................  3
A.    Sejarah Terbentuknya daulah Fathimiyah................................................ 3
B.     Kemajuan peradaban pada dinasti Fathimiyah .......................................  6
C.     Runtuhnya daulah Fathimiyah..............................................................   10
D.    Masuknya islam dimesir……………………………………………..11-14
E.     Kemajuan yang dicapai fatimiya……………………………………14-18
BAB III PENUTUP............................................................................................ ..   19
A.    Kesimpulan.............................................................................................. 19
B.     Saran....................................................................................................     19
C.     Kegiatan kelompok.............................................................................      20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 21




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalm kontek ini penulis akan menjelaskan sejarah peradaban islam. Yang mana sebelum memahami keseluruhan tentang kontek tersebut, perlu kita ketahui bahwa sejarah adalah studi tentang masa lalu, khususnya bagaimana kaitannya dengan manusia. Sedangkan dalam bahasa Indonesia sejarah dapat diartika sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah. Ini adalah istilah umum yang berhubungan dengan peristiwa masa lalu serta penemuan, koleksi, organisasi dan penyajian informasi mengenai peristiwa ini. Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa sejarah adalah peristiwa masa lalu yang berkesan yang harus dipelajari di masa yang akan datang.
Sedangkan pengerian peradaban dalam arti sempit adalah bagian-bagian dari kebudayaan yang tinggi, halus, indah, dan maju. Sedangkan pengertian peradaban yang lebih luas adalah kumpulan sebuah identitas terluas dari seluruh hasil budi daya manusia, yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia baik fisik maupun non fisik yang teridentifikasi melalui unsur-unsur objektif umum, seperti bahasa, sejarah,kebiasaan, agama, institusi, maupun melalui identifikasi diri yang subjektif.
Islam adalah agama yang dibawa nabi Muhammad SAW yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist untuk kemaslahatan ummatnya di dunia dan di akhirat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sejarah perdaban islam adalah studi tentang masa lalu beridentitaskan sebuah perkumpulan terluas dari hasil budi daya manusia yang berdasarkan Al-Qur;an dan Hadist.




B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Sejarah Terbentuknya Daulah Fahtimiyah?
2.      Bidang Apa Saja Yang Melatar Belakangi Kemajuan Daulah Fathimiyah?.
3.      Sebab –Sebab Apa Saja Daulah Fathimiyah Mengalami Kemunduran?
4.      Masuknya Islam Dimesir ?
5.      Kemajuan Yang Dicapai Fatimiyah ?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk Mengetahui Sejarah Terbentuknya Daulah Fathimiyah.
2.      Untuk Mengetahui Bidang Apa Saja Yang Melatar Belakangi Kemajuan Daulah Fathimiyah.
3.      Untuk Mengetahui Sebab-Sebab Kemunduran Daulah Fathimiyah.
4.      Untuk Mengetahui Masuknya Islam Dimesir.
5.      Untuk Mengetahui Kemjuan Yang Dicapi Daulah Fatimiyah.






















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Terbentuknya
Dinasti ini dinisbahkan kepada Fatimah al-Zahra (putri Nabi SAW, Dan isteri Ali Ibn Thalib ra). Pendiri dinasti fatimiah (ubaid Allah al-Mahdi) mengaku sebagai sebagai keturunan Ali ra. Melalui garis Ismail,putra Ja’far al-shadiq.
            Ubaid Allah al-Mahdi berpindah dari suriah ke afrika karena propaganda syi’ah di daerah ini mendapat sambutan baik terutama dari suku Barber ketama. Dengan dukungan suku barber ketama, Ubaid Allah al-Mahdi menumbangkan gubernur glabiyah di afrika, Rustamiyah khariji di Tahart, dan idrisiyah fez dijadikan sebagai bawahan.
            Setelah wafat pada tahun 934 M, al-Mahdi digantikan oleh putranya, Abu al-Qasim dengan gelar al-Qa’im (323-335 H/934-949 M). Al-Qa;im berhasil menguasai Genoa dan Calabaria; dan beliau wafat pada tahun 949 M, al-Qa’im wafat ketika berusaha menaklukan Mesir yang dipimpin oleh Abu Yazid Makad (Khawarij); dan beliau digantikan oleh putranya, al-Mansyur (335-341H). Al-Mansyur berhasil mengalahkan pasukan Abu Yazid makad di mesir. Setelah meninggal, al-Mansyur digantikan oleh Abu Tamim Ma’ad (341-352 H/956-975M) dengan gelar al-Mu’iz. Berhasil menaklukan Maroko,Sisilia, Mesir hingga fusthat (kairo lama) yang dikuasai Ikhsidi (tahun 969 M), palestina, Suriah, dan hijaz. Setelah meninggal, al-Mu;iz diganti oleh putranya, al-Aziz (365H/975M). Pada masa al-Aziz, fatimiah mengalami puncak kemajuan.[1]
            Setalah itu, kota kairo dibangun pada tanggal 17 Sya’ban 358H/969 M oleh panglima perang dinasti Fatimiah yang beraliran Syi’ah, jawhar Al-sidiqi, atas khalifah Fatimiah, Al-Mu’izz lidinillah (953-975M), sebagai ibu kota kerajaan dinasti tersebut. Bentuk kota ini hampir merupakan segi empat.  Di sekelilingnya dibangun pagar tembok yang besar dan tinggi, yang sampai sekarang masih ditemui peninggalannya. Pagar tembok ini memanjang dari masjid Ibn Thulun sampai ke Qal’at Al-Jabal , memanjang dari jabal Al-Muqattam sampai ke tepi sungai Nil. Daerah-daerah yang dilalui oleh dinding ini sekarang disebut al-husaini,bab al-luk,Syibra,dan ahya bulaq.
            Wilayah kekuasaan dinasti Fatimiah meliputi Afrika Utara, sicilia,dan syiria. Berdirinya kota kairo sebagai ibu kota kerajaan dinasti ini membuat baghdad mendapat saingan. Setelah pembangunan kota Kairo rampung lengkap dengan istananya, Al-Siqili mendirikan masjid Al-Azzar, 17 Ramadan 359 H (970 M). Masjid ini berkembang menjadi sebuah universitas besar yang sampai sekarang masih berdiri megah. Nama Al-Azhar di ambil dari al-Zahra’, julukan Fatimiah, putri Nabi muhammad Saw dan istri ‘Ali ibn Abi Thalib, Imam pertama Syi’ah.
            Kahalifah-khalifah daulah fathimiyah secara keseluruhan ada empat belas orang, tetapi yang berperan adalah:
1.      Ubaidaillah Al-Mahdi
2.      Qo’im (1322H/934 M)
3.      Mansur (334H/ 945 M)
4.      Mu’izz (341H/952 M)
5.      Aziz (364H/973 M)
6.      Hakim (386H/996 M)
7.      Zahir(411H/1020M)
8.      Mustansir (427H/1035 M)
Pekerjaan pertama Fathimiyah adalah pengambil kepercayaan ummat islam bahwa mereka adalah keturunan Fathimiyah putri Rosul dan istri dari abi thalib.[2]
Al-muizz melaksanakan tiga kebijaksanaan besar, yaitu pembaharuan dalam bidang administrasi, pembangunan ekonomi,dan toleransi beragama(juga aliran). Dalam bidang administrasi, ia mengangkat seorang wazir( menteri) untuk melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Dalam bidang ekonomi, ia memberi gaji khusus kepada tentara, personalia istana, dan pejbat pemerintahan lainnya dalam bidang agama, di mesir diadakan empat lembaga peradilan, dua untuk madzab syi’ah dan dua untuk madzab sunni. Al-‘Aziz kemudian mengadakan progaram baru dengan mendirikan masjid-masjid istana, jembatan, dan kanal-kanal baru pada masa Aziz Billah dan Hakim Biamrillah terdapat seorang maha guru bernama Ibn yunus yang menemukan pendulum dan ukuran waktu dengan ayunannya. Karyahya Zij al-Akbar al-hakimi diterjemahkan kedalam berbagai bahasa. Dia meninggal pada tahun 1009 M dan penemuan-penemuannya diteruskan oleh Ibn Al-Nabdi (1040) dan Hasan Ibn Haitham, seorsang astronom dan ahli optika. Yang disebut terahir menemukan sinar cahaya datang dai objek kemata dan bukan keluar dari mata lalu mengenai benda luar.
            Pada masa pemerintahan Al-Hakim(996-1021 M), didirikan bait al-hikmah, terinspirasi dari lembaga yang sama yang didirikan oleh al-Maun di baghdad. Di lembaga ni banyak sekali koleksi buku-buku. Lembaga ini juga merupakan pusat pengkaji astronomi, kedokteran, dan ajaran-ajaran islam  terutama syi’ah.
            Pada masa-masa selanjutnya, dinasti fathimiah mulai mendapat gangguan-gangguan politik. Akan tetapi, Kairo tetap menjadi sebuah kita besar dan penting. Ketika jayanya, di kairo terdapat lebih kurang 20.000 toko milik khalifah, penuh dengan barang-barang dari dalam dan luar negeri. Khafilah-kafilah, tempat-tempat pemandian, dan sarana umum lainnya banyak sekali didirikan oleh penguasa. istana khalifah dihuni oleh 30.000 orang, 12.000 diantaranya adalah pembantu, 1.000 pengawal berkuda.
            Dinasti fathimiyah ditumbangkan oleh dinasti Ayubiyah yang didirikan oleh Shalah Al-Din, seorang pahlawan islam terkenal dalam perang salib. Ia tetap mempertahnkan lembaga-lembaga ilmiyah yang didirikan oleh dinasti fathimiyah tetapi mengubah orientasi keagamaanya dari syi’ah kepada sunni. Dia juga mendirikan lembaga-lembaga ilmiyah baru terutama masjid yang dilengkapi denga tempat belajar teologi dan hukum. Karya-karya ilmiyah yang muncul pada masanya dan sesudahnya adalah kamus-kamus biografi, kompendium sejarah, manual hukum, dan komentar-komentar teologi. Ilmu kedokteran diajarkan dirumah-rumah sakit. Prestasinya yang lain adalah didirikannya sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat pikiran.
            Kekuasaan dinasti ayyubiyah dimesir diambil alih oleh dinasti Mamalik. Dinasti ini mampu mempertahankan pusat kekuasaannya dari serangan bangsa mongol dan mengalahkan tentara mongol itu di Ayn Jalut dibawah pimpinan baybras pada masa itu,kairo menjadi satu-satunya pusat peradaban islam dan selamat dari serangan mongol.oleh karenanya,kairo menjadi pusat peradaban dan kebudayaan islam penting.baybar memugar bangunan-bangunan kota ,merenofasi al-azhar,pada tahun 1261M mengundang keruntuhan abbasiah untuk melanjutkan khilafahnya dikairo dengan demikian,prestiseh dikota ini semakin menanjak.banyak  bangunan didirikan dengan arsitektur yang indah-indah pada masanya dan masa-masa kekuasaan mamalik berikutnya.kejayaan dinasti mamalik memang berlangsung agak lama.pada tahun 1571 M,dinasti ini dikalahkan oleh kerajaan Usmani yang berpusat diturki dan sejak itu kairo hanya menjadi ibu kota provensi dari kerajaan usmani tersebut. [3]
B.     Kemajuan peradaban pada masa dinasti Fathimiyah.
a.       Bidang administrasi
Periode dinati Fathimiyah menandai era baru sejarah bangsa Mesir. Sebagian khalifah dinasti ini adalh pejuang dan penguasa besar yang berhasil menciptakan kesejahteraan dan kemskmuran di mesir.
      Administrasi pemerintahan Dinasti Fathimiyah secara garis besar tidak berbeda dengan administrasi dinasti Abbasiyah, sekalipun pada masa ini muncul beberapa jabatan yang berbeda. Khalifah menjabat sebagai sebagai kepala negara baik dalam urusan pemerintahan maupun dalam urusan spiritual. Khalifah berwenang mengangkat dan sekaligus menghentikan jabatan-jabatan di bawahnya.
      Kementrian negara(wasir) terbagi menjadi dua kelompok pertama adalah para ahli pedang dan kedua adalah para ahli pena, kelompok pertama menduduki urusa meliter dan keamanan serta pengawal pribadi  sang khalifah. Sedang kelompok kedua menduduki beberapa jabatan kementria sebagai berikut: 1) hakim, 2) pejabat pendidik sekaligus sebagai pengelola lembaga ilmu pengetahuan atau Dar Al-Hikmah,3) inspektur pasar yang bertugas menertibkan pasar dan jalan,4) pejabat keuangan yang menangani segala urusan agama keuangan negara,5) regu pembantu istana,6) petugas pembaca Alqur’an. Tingkat terndah “ahli pena” terdiri dari atas kelompok pegawai negeri, yaitu petugas penjaga dan juru tulis dalam dalam berbagai departemen.
      Adapun diluar jabatan diatas, terdapat berbagai jabatan tingkat daerah yang meliputi tiga daerah, yaitu Mesir, Siria dan daerah-daerah di Asia kecil. Khusus untuk daerah Mesir terdiri atas empat provinsi, provinsi mesir bagian atas, mesir wilayah timur, mesir wilayah barat, dan wilayah Alexandria. Segala permasalahan yang berkaitan dengan daerah dipercayakan kepada kepemimpinan setempat.
      Dalam bidang kemiliteran terdapat tiga jabatan pokok, yaitu
1) Amir yang terdiri pejabat-pejabat tinggi militer dan pegawai khalifah 2) petugas keamanan,dan 3) berbagai resimen. Pusat-pusat armada laut dibangun di Alexandria, Damika, Ascaton,dan di beberapa pelabuhan Syiria. Masing-masing dikepalai seorang  Admiral tinggi.
b.      Kondisi sosial
Mayoritas khalifah Fathimiyah bersifat moderat dan penuh perhatian kepada agama non muslim. Selama masa ini pemeluk kristen mesir diperlakukan secara bijaksana, hanya Khalifah Al-Hakim yang bersikap agak keras terhadap mereka. Orang-orang kristen kopti dan Armenia tidak pernah merasakan kemurahan dan keramahan melebihi sikap pemerintah muslim. Pada masa Al-Aziz bahkan mereka menduduki jabatan-jabatan tinggi di istana. Demikian pula pada masa Al-Muntasir  dan seterusnya, mereka hidup penuh kedamaian dan kemakmuran. Sebagaian besar jabatan keuangan dipegang oleh orang-orang kopti. Pada masa khalifah generasi akhir, gereja-gereja Kristen banyak yang dipugar, pemeluk Kristen pula semakin banyak yang diangkat sebagai pegawai pemerintah. Demikianlah semua ini menunjukkan kebijaksanaan penguasa Fathimiyah terhadap umat kristiani.
       Maoritas khalifah fathimiyah berpola hidup mewah dan santai. Al-mustansir, menuntu suatu informasi, mendirikan semacam paviliun di istna sebagai tempat memuaskan kegemaran berfoya-foya bersama sejumlah penari rupawan.
      Nasir Al-Khusraw, salah seorang pengembara Islamiyah berkebangsaan Persia, yang mengunjungi Mesir antara tahun 1046-1049 M, meninggalkan catatan tentang kehidupan kota kairo ibu kota dinasti fathimiyah. Pada saat itu ia mendapatkan kota kairo sebagai kota makmur dan aman. Menurutnya, toko-toko perhiasan dan pusat-pusat penukaran uang ditinggalkan oleh pemiliknya begitu saja tanpa kunci, rakyat menaruh kepercayaan penuh terhadap pemerintah, jalan-jalan raya beragam lampu. Penjaga toko menjual barang dengan harga jual yang telah diputuskandan jika seseorang terbukti melanggar ketentual harga jual akan dihukum dengan diarak di atas untuk sepanjang jalan dengan diiringi bunyi bunyian.
      Nasir Al-khusraw menulis catatan bahwa ia menyaksikan khalifah pada sebuah festival tampak sangat mempesonaa dengan pakaian kebesarannya.istana khalifah dihuni 30.000 orang, di antara mereka terdapat 12.000 orang pembantu dan 1000 orang pengawal berkuda dan pengawal jalan kaki. Kota kairo dihiai dengan sejumlah majid, perguruan, rumah sakit, dan perkampung khalifah. Tempat-tempat pemandian umum yang cukup indah dapat dijumpai di berbagai penjuru kota, baik pemandian khusus laki-laki maupun untuk perempuan. Pasar-pasar yang memuat 20.000 pertokoan padat dengan produk-produk dunia. Nasir Al-Khusraw sangat takjub atas kesejahteraan dan kemakmuran negeri ini, sehingga dengan sangat menarik ia mengatakan “ saya tidak sanggup menaksir kesejahteraan dan kemakmuran negeri ini, dan saya belum pernah melihat kemakmuran sebagaimana yang terdapat di negeri ini”.
      Dinasti fathimiyah berhasil dalam mendirikan sebuah negara yang sangat luas dan peradaban yang berlainan semacam ini di dunia timur. Hal ini sangat menarik perhatian karena sisitem administrasinya ysng sangat baik sekali, aktivitas artistik, luasnya toleransi relijiusa, efisiensi angkatan perang dan angkatan laut, kejujuran pengadilan, dan terutama perlindungnnya terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
c.       Bidang ilmu pengetahuan dan kesusastraan.
Sumbangan dinasti fathimyah dalam kemajuan ilmu pengetahuan tidak sebesar sumbangan Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol. Masa ini kurang produktif dalam mengahsilkan karya tulis dan ulama besar kecuali dalam jumlah yagn kecil, sekalipun banyak diantaran khalifah dan para wazir penaruh perhatian dan penghormstsn kepsds para ilmuan dan pujangga. Ibn Khilis merupakan salah seorang wazir Fathimiyah yang sangat mempedulikan pengajaran.ia mendirikan sebuah lembaga pendidikan dan memberinya subsidi besar setiap bulan. Pada masa ibnu Khilis ini di dalam istana Al-Aziz terdapat seorang fisikawan besar bernama Muhammad At-Thamim. Al-Kinddi sejarawan dan topographer terbesar hidup di hustad dan meninggal di tahun 961 M. Pakar terbesar pada awal Fathimiyah adalah Qazdi An-Nu’man dan beberapa keturunannya yang menduduki jabatan Qadhi dan kegamaan tertinggi selama 50 tahun semenjak penaklukan mesir sampai pada masa pemerintahan Al-Hakim. Para Qadhi ini tidak hanya pandi dalam bidang hukum, melainkan juga cakap dalam berbagai disiplin pendidikan tinggi. Diantara pegawai perintahan pada masa Al-Hakim terdapat seorang mesir yang berkarya dalam penulisan sejarah dan karya-karya lain tentang keislaman, Syair, dan astrologi.
Diantara para Khalifah Fathimiyah adalah tkoh pendidikan dan orang yang berperadaban tinggi.Al-Aziz termasuk diantara Khalifah  yang mahir dalam bidang Syair dan mencintai kegiatan pengajaran. Ia telah mengubah masjid agung Al-Azhar menjadi sebuah lembaga pendidikan tinggi. Kekayaan dan kemakmuara dinasti Fathimiayah dan besarnya perhatian para khalifahnya merupakan faktor pendorong para ilmuan untuk berpindah ke Kairo. Istana Al-Hakim dihiasi dengan kehadiran Ali bin Yunus, pakar terbesar dalam bidang astronomi, dan Ibnu Ali Al-Hasan bin Al-Haitami, seorang fisikawan mesir terbesar dan juga ahli dibidang optik. Selain mereka berdua terdapat sejumlah sastrawan dan ilmuan yang berkarya di istana Fathimiyah.
Khalifah Fathimiyah mendirikan sejumlah sekolah dan perguruan, mendirikan perpustakaan umum dan lembaga ilmu pengetahuan. Dan Al-Hikmah merupakan prakarsa terbesar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, sekalipun pada awalnya lembaga ini dimaksudkan sebagai sarana penyebaran dan pengembangan ajaran Syi’ah Ismailiya.
Para khalifah Fathimiyah pada umumnya mencintai berbagai seni termasuk arsitektur seni.mereka memperindah ibu kota dan kata-kata lainnya dengan berbagai bangunan megah.masjid agung Al-Azhar dan masjid agung Al-Hakim menandai kemajuan arsitektur zaman fathimiyah.khalifah juga mendatangkan sejumlah arsitektur romawi untuk membantu menyelasaikan tiga buah gerbang raksasa di Kairo,dan benteng-benteng diwilayah perbatasan Bizantium.semua ini merupakan sebagian dari peninggalan sejarah pemerintahan Syi’ah di mesir.[4]
C.    Kemunduran Dan Akhir Dinasti Fathimiyah.
Sebab kemunduran dinasti Fathimiyah secara ringkas dapat dirumuskan bahwa kemunduran dan kehancuran dinasti Fathimiyah bermuara pada beberapa hal:
1.      Munculnya perebutan dan pengaruh ditinggkat elite birokrasi. Hal ini disebabkan kelemahan khalifah dan kuatnya orang-orang disekitar khalifah, bahwa merekalah yang sebetulnya mengendalikan pemerintahan.
2.      Perpecahan dalam meliter. Fathimiyah mengembangkan meliter yang terdiri dari tiga kekuatan yaitu Barbar kutama yang kerja sama dalam pembentukan Fathimiyah,di tunisia, Turk yang direkrut pada masa kekuasaan Al-Aziz dan sudan yang direkrut semasa al-Muntasir, perpecahan ini terjadi karena berebut pengaruh dan lemahnya penguasaan atas beberapa fiksi militer oleh khalifah.
3.      Perpecahan internal dikalangan ismiliyah, sepeninggalan al-Muntasir, timbulnya keretakan islamiyah karena cabang-cabang radikal politik, ekskataloggis,mesianis, dan mesionaris dari gerakan ismaliyah membentuk cabang-cabang tersendiri.[5]
D.    Masuknya Ilam Dimesir
Mesir merupakan negara Islam yang cukup besar di Afrika. Jumlah penduduknya 41.990.000 jiwa, sebagian besar penduduknya beragama Islam, sedangkan sisanya 3 juta jiwa beragama Kristen.
Pada masa Khalifah Umar Bin Khattab, Mesir dalam penjajahan bangsa Romawi Timur, dan yang menjadi Gubernur Mesir pada saat itu ialah Mauqauqis. Pada saat itu bangsa Mesir sangat menderita karena penjajahan yang tidak kenal belas kasihan. Oleh Karena itu, Amr Bin Ash selaku panglima perang mengusulkan kepada Khalifah Umar Bin Khattab untuk membebaskan Mesir dari penjajahan Romawi. Usul ini diterima dan pasukan Islam yang membawa 4000 orang siap membebaskan Mesir. Pasukan yang dipimpin Amr ini memasuki daerah Mesir melalui padang pasir terus mamasuki kota kecil bernama Al Arisy, dengan mudah pasukan islam menaklukan kota itu. Dari situ pasukan Islam memasuki kota Al Farma. Di kota ini pasukan Islam mendapat perlawanan. Amr Bin Ash memerintahkan untuk mengepung kota ini dan setelah 1 bulan kota ini berhasil direbut.
Dari kota itu pasukan Islam melanjutkan ke kota Bilbis. Di sini pasukan Islam mendapat bantuan dari rakyat Mesir. Di kota ini pasukan islam menangkap putri Mauqauqis yang terkenal sebagai pelindung rakyat Mesir. Putri ini diantar kerumahnya dengan segala hormat. Dari kota Bilbis pasukan Islam menuju ke Tondamis yang terletak di tepi sungai Nil.
Di sini Amr Bin Ash mendapat kesulitan karena banyak pasukan sudah gugur dan pasukan yang masih hidup merasakan rasa lelah yang luar biasa. Amr Bin Ash pun meminta bantuan ke Khalifah Umar Bin Khattab. Kepada pasukan yang ada Amr Bin Ash memberikan pidato yang berapi-api sehingga pasukan Islam dapat menghancurkan benteng Tondamis dan melanjutkan ke kota Ainu Syam, di perjalanan kota ini pasukan Islam baru mendapat bantuan sebanyak 4000 orang. Setelah Ainu Syam dapat ditaklukan pasukan Islam mempersiapkan penyerangan ke benteng Babil. Selama 7 bulan benteng Babil dikepung dan akhirnya benteng terbaru di Mesir dapat di kuasai.
Setelah itu pasukan Islam merebut kota Iskandaria, maka diadakan perjanjian antara Amr Bin Ash dan Mauqauqis dan sejak itu Mesir menjadi daerah Islam sepenuhnya. Nama Amr Bin Ash diabadikan menjadi nama mesjid tertua di Mesir. 
Ketika al-Muiz berhasil menguasai Mesir, di tempat ini berkembang empat madzhab fikih; Maliki, Hanafi, Syafi’i, dan Hambali. Sedangkan al-Muiz menganut faham Syi’ah. Oleh karena itu, al-Muiz mengayomi dua kenyataan ini dengan mengangkat hakim dari kalangan sunni dan syi’ah. Akan tetapi, jabatan-jabatan penting diserahkan kepada ulama’ syi’ah dan sunni hanya menduduki jabatan-jabatan penting rendah.
Pada tahun 379 M, semua jabatan diberbagai bidang  politik, agama dan militer dipegang oleh Syi’ah. Oleh karena itu, sebagian pejabat Fatimiyah yang sunni beralih ke Syi’ah supaya jabatannya meningkat.
Doktrin Imamah bagi Syi’ah yang dikembangkan oleh pemerintahan syi’ah tidak hanya berkonotasi theologi, tetapi juga berdimensi politis. Para pengikut Syi’ah berpendirian bahwa jabatan Imamah (Khilafah di kalangan Sunni) merupakan hanya Ahl al-Bait, yakni keturunan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah. Oleh karenanya, mereka tidak mau tunduk pada pemerintahan para khalifah tersebut. Selain itu, mereka tidak pernah berhenti memperjuangkan apa yang mereka anggap sebagai haknya itu melalui berbagai jalan termasuk pemberontakan dan peperangan. Berdirinya Dinasti Bani Fathimiyah di Mesir ini juga antara lain dilatarbelakangi oleh doktrin di atas.
Pemerintahan Fathimiyah ini dapat dimasukkan ke dalam model pemerintahan yang bersifat keagamaan. Dalam arti bahwa hubungan-hubungan dengan agama sangatlah kuat, simbol-simbol keagamaan, khususnya. Dalam hubunganya dengan keluarga Ali, sangat ditonjolkan dalam mengurus pemerintahan. Seperti dinyatakan oleh Moh Nurhakim bahwa Fatimiyah membangun masjid-masjid., seperti Al Azhar dan Al Hakim, dengan menara serta kubahnya yang menjulang bagaikan ketinggian para Imam, dan mengingatkan terhadap kota suci Makkah dan Madinah  Sebagai suatu cara memuliakan terhadap khalifah karena kesungguhannya dalam berbakti kepada Tuhan.
Selain itu, menurut Nur Hakim, memuliakan terhadap Imam yang hidup disejajarkan dengan memuliakan terhadap kalangan Svuhada’ dari keluarga Nabi. Fatimiyah membangun sejumlah makam keluarga Ali, seperti makam Husein di Mesir, dalam rangka meningkatkan peziarah serta memberi kesan mendalam kepada masyarakat atas tempat-tempat suci dan keramat. Maka, pada 1153 M. kepala Husein, yang dipenggal dalam peperangan melawan Yazid bin Muawivah, dipindahkan dari Ascalon ke Kairo, lalu di bangunlah makam Sayyaidina Husein yang sekarang disebut perkampungan Husein.
Salah satu doktrin keimaman yang lain adalah bahwa Imam mesti dijaga oleh Allah dari kesalahan-kesalahan yang biasa dilakukan oleh manusia biasa. Selanjutnya, doktrin ini bisa dimanfaatkan oleh para khalifah untuk membuat legitimasi keagamaan pada dirinya. Misalnva, Ubaidillah Al Mahdi, pendiri Fatimiyah, adalah gelar dari Said bin Husain al-Salamiyah, sekaligus dengan gelar ini dia menyatakan diri sebagai Imam dari Syi’ah Isma’iliyah. Dengan gelar ini, maka setidaknya akan menimbulkan kesan umum bahwa sang kholifah adalah seorang imam yang terjaga dari kesalahan-kesalahan fatal.
Imam dalam doktrin Syiah juga bersifat messianistik (Mahdisme), yakni, ia dipahami sebagai figur penyelamat di kala suatu bangsa yang mengalami keadaan konflik yang berkepanjangan yang tak terselesaikan. Sebagai akibat dari doktrin-doktrin Syi’ah, maka pemerintahan Fathimiyah mempunyai corak yang militan, khususnya di masa awal kemunculannya. Usaha para pemimpin Syi’ah yang kemudian diwakili oleh Ubaidillah untuk mewujudkan dinasti Fathimiyah dilakukan di bawah tanah dalam waktu yang panjang dengan penuh militansi. Selanjutnya, pemerintahannya bercorak keagamaan, dalam arti penggunaan simbol-simbol ritus maupun mitos dalam agama sangatlah kental. Untuk memperoleh dukungan rakyat, make khalifah sering menggunakan simbol-simbol keagamaan. Hal yang terakhir ini juga membawa pengaruh kepada corak kebudayaannya yang religius.[6]

E.     Kemajuan Yang Dicapai Daulah Fatimiyah
Dinasti Fatimiyah mencapai puncaknya pada periode Mesir, terutama pada masa kepemimpinan al Mu’izz, al Aziz dan al Hakim. Sumbangan dinasti Fatimiyah terhadap peradaban Islam sangat besar, baik dalam ekspansi atau perluasan wilayah, sistem pemerintahan, kebudayaan, politik maupun dalam bidang ilmu pengetahuan, kemajuan yang terlihat antara lain:
1. Perluasan Wilayah
Al Mahdi memperluas wilayah kekuasaan ke seluruh Afrika yang terbentang dari perbatasan Mesir ke wilayah Fes di Maroko. Pada 910, ia menguasai Alexandria, Malta, Syria, Sardina, Corsica, dan lain-lain.
Al Qa’im, putera al Mahdi, mengadakan perluasan ke selatan Pantai Perancis pada 934 M. Di sana ia berhasil menduduki Genoa dan wilayah sepanjang pantai Calabria.
Al Mansur menggantikannya dan mendirikan kota al Mansuriyah yang megah di wilayah perbatasan Susa’. Ia mampu mempertahankan prestasi ayahnya dalam mengamankan seluruh wilayah Afrika, meskipun berbagai serangan dari khawarij terus dilancarkan.
Al Mu’iz adalah khalifah Fatimiyah yang paling besar. Ia berhasil membawa rakyat dalam suasana damai dan makmur. Setelah berhasil mengkonsolidasi ke dalam pemerintahan, barulah ia memperluas wilayah dan tidak lama untuk dapat menguasai Maroko dari bani Umayyah di bawah pimpinan panglima Jauhar Al Shaqili>. Ia juga berhasil merebut Sicilia dari kekuasaan Bizantine. Ia berhasil menaklukkan Mesir. Penaklukan kota Fust}at tanpa perlawanan yang kemudian dibangun menjadi Qahirah (Kairo). Jasa lain dari panglima Jauhar ini yakni tersebarluasnya ideologi Fatimiyah yaitu Syi’ah.
2. Di Bidang Pemerintahan, Fatimiyah berhasil mendirikan sebuah Negara yang sangat luas dan peradaban yang berlainan yang jarang disaksikan di Timur. Hal ini sangat menarik perhatian karena sistem administrasinya yang sangat baik sekali, aktifitas artistiknya, luasnya toleransi religiusnya, efesiensi angkatan perang dan angkatan lautnya, kejujuran pengadilan-pengadilannya, dan terutama perlindungan terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Pemerintahan Fatimiyah ini dapat dimasukkan ke dalam model pemerintahan yang bersifat keagamaan. Dalam arti bahwa hubungan-hubungan dengan agama sangatlah kuat, dimana agama dijadikan sebagai motivasi kebangkitannya melawan rezim yang mapan. Selanjutnya, simbol keagamaan, khususnya dalam hubungannya dengan keluarga ‘Ali, sangatlah ditonjolkan dalam pemerintahan.
3. Di Bidang Kebudayaan, dinasti ini juga mencapai kemajuan pesat, terutama setelah didirikannya Masjid al-Azhar sekitar tahun 972 M , dalam masa pemerintahan al Mu’iz. Kemudian menjadi madrasah tingkat tinggi pada tahun 976 M dan sekarang dikenal dengan Jami’at al-Azhar (universitas al-Azhar), yang berfungsi sebagai pusat pengkajian Islam dan pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Bahkan selanjutnya Masjid al-Azhar ini telah dimanfaatkan dengan baik oleh kelompok Syiah maupun Sunni.
Dalam pemerintahan Fatimiyah, terdapat empat perayaan maulud, yakni:
a. Maulid Nabi Muhammad SAW
b. Maulid Fatimah, putri Nabi
c. Maulid ‘Ali> ibn Abi> T{a>lib
d. Maulid khalifah yang memerintah pada masa tersebut.
Dalam masa pemerintahan al Aziz, khalifah paling bijaksana, ia berhasil membawa Fatimiyah pada puncak kemajuan mengungguli bani Abbas pada saat itu. Bangunan megah ia dirikan di Kairo seperti The Golden Palace, The Pearl Pavillion, dan masjid Karafa serta peresmian masjid al Azhar.
4. Di Bidang Politik, kemajuan yang dicapai oleh Khilafah Fatimiyah dapat dilihat dari kebijakan-kebijakan yang bersifat politis yang dikeluarkan oleh khalifah, di antaranya:
a. Pemindahan pusat pemerintahan dari Qairawan (Tunisia) ke Kairo (Mesir) adalah merupakan langkah strategis. Mesir akan dijadikan sebagai pusat koordinasi dengan berbagai Negara yang tunduk padanya, karena lebih dekat dengan dunia Islam bagian Timur, sedangkan Qairawan jauh di sebelah utara Benua Afrika.
b. Pembentukan Wazir Tanfiz yang bertanggung jawab mengenai pembagian kekuasaan pusat dan daerah.
Namun Fatimiyah kurang berhasil di bidang politik dalam dan luar negeri, terutama ketika menghadapi kelompok nasrani dan sunni yang sudah lebih dahulu mapan daripada Mesir.
5. Di Bidang Keilmuan dan Kesusastraan. Ilmuwan yang paling terkenal pada masa Fatimiyah adalah Ya’ku>b Ibn Killis yang berhasil membangun akademi keilmuan dan melahirkan ahli fisika bernama al Tamimi> dan juga seorang ahli sejarah yaitu Muhammad ibn Yusuf al Kindi dan seorang ahli sastra yang muncul pada masa Fatimiyah adalah al Azis, sang khalifah.
Kemajuan yang paling fundamental di bidang keilmuan adalah didirikannya lembaga keilmuan yang bernama Da>r al Hikmah, sebagai pusat studi pada tingkat tinggi, didalamnya dilakukan diskusi, penelitian, penulisan, penerjemahan, serta pendidikan. Bangunan ini mulai didirikan pada masa al Aziz dan diselesaikan oleh al Hakim.
Selain itu, al Mu’iz juga berhasil mendirikan universitas kedokteran yang sama besarnya dengan universitas-universitas di Baghdad maupun Cordova.
6. Di Bidang Ekonomi dan Sosial, Mesir mengalami kemakmuran ekonomi yang mengungguli daerah-daerah lainnya dan hubungan dagang dengan dunia non muslim dibina dengan baik, serta di masa ini pula banyak dihasilkan produk islam yang terbaik. Dikisahkan pada suatu Festifal, khalifah sangat cerah dan berpakaian indah, istana khalifah dihuni 30.000 orang terdiri 1200 pelayan dan pengawal, juga masjid dan perguruan tinggi, rumah sakit dan pemondokan khalifah yang berukuran sangat besar menghiasi kota Kairo baru, pemandian umum yang dibangun dengan baik, pasar yang mempunyai 20.000 toko luar biasa besarnya dan dipenuhi berbagai produk dari seluruh dunia.
7. Sektor pertanian sangat digalakkan, karena tanah negeri Mesir sangat subur berkat aliran sungai Nil yang sangat melimpah. Karenanya, sistem pengairan melalui perbaikan irigasi dan kanal-kanal dapat meningkatkan produktivitas pertanian: gandum, kurma, kapas, bawang putih dan merah, serta kayu-kayu hutan untuk industri kapal dagang dan perang.
8. Aspek seni juga mendapatkan perhatian oleh para khalifah. Hal ini terekspesikan pada upacara-upacara, kesenian, dan arsitektur istana yang dirancang sangat megah. Beberapa kasau yang terbuat dari emas menyangga langit-langit, gambar-gambar, mahkota, pedang, tongkat, payung dan lain sebagainya.
Kemakmuran Mesir ini terjadi pada masa pemerintahan al-Azis yang memiliki sifat dermawan dan tidak membedakan antara syi’ah dan sunni, Kristen dan agama lainnya, sehingga banyak da’i sunni yang belajar ke al-Azhar. Walaupun dinasti ini bersungguh-sungguh dalam mensyi’ahkan orang Mesir tapi tidak ada pemaksaan, inilah salah satu bentuk kebijakan yang diambil oleh khalifah Fatimiyah yang imbasnya sangat besar terhadap kemakmuran dan kehidupan sosial masyarakat Mesir.
Dari pemaparan tersebut di atas dapatlah kiranya diketahui tentang kemajuan yang dicapai Dinasti Fatimiyah antara lain karena:
1. Faktor keagamaan yang kuat
2. Pemimpinnya Bijaksana
3. Militernya kuat.
4. Administrasi pemerintahannya baik.
5. Ilmu pengetahuan berkembang dan ekonomi stabil.
6. Kehidupan bermasyarakat tentram dan damai.[7]







BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
1.    .bahwa dinasti ini dinisbatkan kepada Fatimah al-Zahro (putri nabi  SAW dan isteri Ali Ibn Abi Thalib ra)
2.    Bidang administrasi,sosial,ilmu pengetahuan dan kesastraan.
3.    a) munculnyaperebutan dan pengaruh ditinggkat elite birokrasi
b) perpecahan meliter
c)perpecahan internal di kalangan islamiyah.

B. SARAN
            Dengan adanya makalah ini, diharapkan pada mahasiswa agar lebih mudah memahami tentang sejarah peradaban islam terutama yang berkaitan dengan sejarah lahirnya daulah-daulah yang berperan dalam perkembangan islam.

















Kegiatan kelompok
Pada tanggal 30 Maret 2016 mencari buku refrensi di perpus yang terlibat :
·         fitria suci A
·         Sitti Munawaroh
·         moh.hidayatul ahsan
·         habibi  (tidak hadir dikarenakan kecelakaan)
pada tanggal  09 april 2016 pengerjaan tugas makalah yang terlibat:
·         fitria suci A
·         Sitti Munawaroh
·         moh.hidayatul ahsan
·         habibi  (tidak hadir dikarenakan kecelakaan)




















DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir,Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:Amzah,2010
Mubarok,Jaih,Sejarah Peradaban Isla, Bandung: CV Pustaka Islamika,2008
Sunanto,Musrifah,Sejarah Islam Klasik, Jakarta:Fajar Interpratama Offset,2003
Yatim, Badri,Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pers,2011
Sou’yb, Joesoef , Sejarah Daulat Abbasiah II . ,Jakarta : Bulan Bintang, 1977.


           





[1] Jaih mubarok,sejarah peradaban isla,(Bandung: CV pustaka islamika,2008),hlm 189-190.
[2] Musrifah sunanto,sejarah islam klasik,(jakarta:fajar interpratama offset,2003),hlm.146
[3] Badri yatim,sejarah peradaban islam,(jakarta: Rajawali Pers,2011)hlm.281-284.
[4] Samsul munir amin,sejarah peradaban islam,(jakarta:amzah,2010)hlm 264-268.
[5] Ibid,.hlm.271
[6] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta; amzah 2010), hlm. 254-255


[7] Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Abbasiah II (,jakarta : Bulan Bintang, 1977), hlm. 232-237.