Penerapan
Kepemimpinan Kolektif Pendidikan Islam Di Pesantren
MAKALAH
Untukmemenuhitugasmata
kuliahManajemen Sumber Daya Manusia
diampuh oleh Bapak
Atiqullah M. Pd.I
Disusun Oleh :
Disusun Oleh:
Imam Hanafi
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
Sesungguhnya
segala puji bagi Allah SWT, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-Nya,
meminta ampunan dari-Nya dan meminta perlindungan kepada-Nyadari kejahatan diri
kita serta keburukan amal perbuatan kita. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Karena
Hidayah-Nya pula, Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Penempatan Pegawai atau Staf di SMPN 1Tlanakan” ini sebagai tugas dari mata
kuliah ManajemenSumber Daya Manusia (SDM) tepat pada waktunya. Pada kesempatan
ini kami ucapkan terima kasih kepada Bpk. Dr. Muhammad Thoha.M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia yang telah banyak memberikan
bimbingan dan pengarahan; rekan-rekan, serta semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini,
penulis banyak mendapatkan tantangan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari
berbagai pihak tantangan itu ,bisa teratasi oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnyakepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Akhirnya
kami mohon kritik dan saran untuk lebih sempurnanya makalah ini. Selanjutnya
kami berharap makalah yang sederhana ini bermanfaat, terutama bagi yang
membutuhkannya.
Pamekasan, 25 November, 2016
Penulis
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................ -
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................
A. Kepemimpinan Kolektif Pendidikan Islam Di
Pesantren.................... 3
B.
Hasil Eksperimen Kepemimpinan Kolektif........................................ 3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 9
B. Saran..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 11
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perilaku kepemimpinaan kharismatik
tradisional pesantren sebenarnya bersandar kepada keyakinan bahwa kyai mempunyai kualitas luar biasa yang bersifat
teologis, hal ini merupakan daya tarik pribadi kyai sebagai pemimpin kekuasaan
berasal dari tuhan. fenumena kepemimpinan secara kolektif bersandar pada bagian peran ,tugas dan
kekuasaan secara bersama sehingga lahir kepemimpina kolektif di pesantren
diasumsi sebagai usaha untuk mengisi jabatan baru karena tuntutansosial masyarakat.
Persepektif Kepemimpinan kolektif di
pesantren Kepemimpinan kolektif di pesantren semula teraktualisasi dari proses
sosial kultural , kemudian pada perkembangannya berubah pada proses sosial
struktural berbentuk organisasi yang beranggotakan kyai-kyai yang kemudian
disebut majlis kyai. Proses pengambilan keputusan di pesantren dilakukan
melalui musyawaroh dan inisiatif inisiatif sebagai proses pesantren penetapan
tujuan dan sosialisasi program dalam memperkayagagsan sehingga biromerasa
terlibat secara emosional yangdimulai
dari tingkatan dewan kyai selaku pemerintah
, majlis a’wan dan pengurus pleno selaku pengawas, pengurus pesantren dan
yayasan sebagai pelaksana hariyan , serta melalui partisipasi
emosional semua bagian dalam pengambilan
keputusan dilaksanakan melalui forum dan rapat mingguan , bulanan,
dimasing masing biro dan lembaga secara kolektif.
B. Rumusan
masalah
1.
Kepemimpinan Kolektif Pendidikan Islam Di Pesantren
2. Hasil Eksperimen
Kepemimpinan Kolektif
C. Tukuan penulisan
1.
Mengetahui tentang Kepemimpinan Kolektif Pendidikan Islam Di Pesantren
2.Mengetahui
tentang Hasil Eksperimen Kepemimpinan Kolektif
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Kepemimpinan
Kolektif Pendidikan Islam Di Pesantren
Perilaku kepemimpinaan kharismatik
tradisional pesantren sebenarnya bersandar kepada keyakinan bahwa kyai mempunyai kualitas luar biasa yang bersifat
teologis, hal ini merupakan daya tarik pribadi kyai sebagai pemimpin kekuasaan
berasal dari tuhan. fenumena kepemimpinan secara kolektif bersandar pada bagian peran ,tugas dan
kekuasaan secara bersama sehingga lahir kepemimpina kolektif di pesantren
diasumsi sebagai usaha untuk mengisi jabatan baru karena tuntutansosial
masyarakat.
Perubehan kepemimpinan tunggal mengacu
pada figur kyai tertentu pola kepemimpinan kolektif semacamini ternyata tidak
menampik otoritas kyai yang menjadi ciri utama dipesantren. Bahkan menempatkan
kyai seagai pengasuh,yang terlembaga dalamdewan pengasuh,pengurusharian dan
yayasan yangbertugas membenahi oprasionalisasi yang di pegang oleh kyai muda
dibantu sejumlah alumni, dansantri sehinggaterjadi diversivikasi wewenang yang
relatif merata keputusan tidakmuncul sepihakmelainkan melaluimakanisme
musyawaroh seluruh komponen yang ada dalamkepengurusan dan yayasanpesantren.
Beberapa hal yang dapat dideskripsikan.perilakukepemimpinan kolektif di
pondaokpesantren dalamproses penganbilan keputusan , pengendalin konflik, dan
pembangunan tim, prilakukepemimpinan sumber otoritas dengan ghairah kepemimpinan kolektifdan proses pengambilan keputusan,
penyelesaian konflikdan penbangunan tim.[1]
B.
Hasil
Eksperimen Kepemimpinan Kolektif
1. Persepektif Kepemimpinan kolektif di pesantren
Kepemimpinan kolektif
di pesantren semula teraktualisasi dari proses sosial kultural , kemudian pada
perkembangannya berubah pada proses sosial struktural berbentuk organisasi yang
beranggotakan kyai-kyai yang kemudian disebut majlis kyai. Merekameminpin dan
mengasuh santri secara bersama sama ( berjamaah) atau kolektif yang di dasarkan
pada seneoritasdari garis kekerabatan. Dalam melaksanakan kepemimpinan dan
pengasuhan , majliskyai dibantu oleh para kyai muda (majlis a’wan) pengurus
pleno dan para nyai dalam majlis pengasuh putri.
2. Kedudukan dewan kyai dilembaga tertinggi yang
berfungsi sebagai
a. Nadhir
waqaf dan aset pesantren.
b. Dan
sebagai pembina yayasan dan biro biro pesantren
Fungsi pembinaan dewan
kyai pesantren terhadap pengurus yayasan dan hariyan mempunyai tugas utama
1) Menysun
garis garis besar kebijakan pesantren dan yayasan
2) Meningkatkan
koordinasi , konsolidasi, dan kerja sama pesantren secara internal dan
ekternal.
3) Mengambil
kebijakan.
4) Mengontrol
dan melaksanakan program dan kebijakan
5) Membina
suber daya manusia pesantren (SDMP) secara integral.
Kedudukan majlis pengasuh putri
dalam membatu dewan kyai mempunyai tugas yang sama dengan dewan kyai
khususdilingkungan santri putri, kedudukan majlis a’wan dan pengurus pleno sekaligus
sebagai pelaksana harian ,mempunyai tugas pengawasan, sebagai pengurus yaysan
dan pusat konsultasi biro biro dan bertanggung jawab kepada dewwan kyai.
3.
Kolektifitas kepemimpinan dalam dewan kyai
Kepemimpinan dewan kiai secara umum
berkecendrungan pada prilaku kepemimpinan kolektif partisipatif bergantung kepada kapasitas peran danotoritas
yang dipenuhi para kiai serta kewenangan yang diberikan kepada kiai
mudah.secara khusus dibagi menjadi tiga kecendrungan.
a. Kecendrungan
prilaku kepemimpinan kolektif partisipatif, demokratis, hal ini karnaadanya
kepercayaaan atas wewenang dan tugas
yang diberikan oleh majelis kiai serta adanya saling berkaitan antara majelis
kia,sebagai lembaga tertinggi majelis a’wan sebagai lembaga
pertimbangan,pengurus harian sebagai pelaksana kebijakan,dan pengurus yayasan
sebagai pengelolah aset pesantren.
b. Kecendrungan
prilaku kepemimpinan kolektif parsipatif, oktokratis,hal ini karna adanya
dominasi kekuasaan sebagai anggota dewan kiai atas kewenangan yang diberikan
kepada pengurus harian,sehingga kreatifitas pengurus harian terbatasi oleh
prilaku dan tradisi budaya kepesantrenan,serta tidak adanya lembaga
pertimbangan yang khusus.
c. Kecendrugan
prilaku kepemimpinan kolektif partisipatif-laissezffaire, karna adanya
kepercayaan atas wewenan dan tugas yang di delegasikan secara penuh oleh
majelis kiai sebagai lembaga tertinggi,sehingga perilaku menejerial dan
kepemimpinan yang nampak hakikatnya berada pada seketariat dan mendapat kontrol
dari penggurus kleno,sedangkan kiai berperan sebagai penjaga akidah pesantren
d. Sumber
kewenangan majelis kiai, Majelis kiai sebagai refresentasi darikepemimpinan
kolektif dipesantren berasal dari kesadaran kolektif para kiai terhadap
norma-norma yang telah diatur bersama berdasarkan musyawaroh, dan bersumber
dari keyakinan personal beberapa kiai terhadap nilai-nilai yang telah menjadi
budaya pesantren berupa panca jiwa pesantren, baik yang diderifasi dari
soalmoral keagamaan islam kelasik maupun sosial budaya masyarakat yang
tercerminkan pada karisma masing-masing kiai.
e. Tujuan
dan Ghira pelembagaan kepemimpinan kolektif.
Terdapat beberapa tujuan Ghira pelembagaan
kepemimpinan pesantren.
1) Sebagai
tuntutan keluarga besar kiai kerabat dalam mempersatukan kiai-kiai dipesantren
daerah agar terdapat pembagian tugas yang jelas.
2) pengembangan
wadah musyawaroh dalam membangun kekuatan bersama serta melibatkan pengurus
untuk mengembangkan dan memberikan kebijakan baru.
3) Agar
pesantren mampu melaksanakan pendidikan dan kepengasuhan kolektif (berjamaah)
kepada para santri secara sistemik sertaprogram yang berkesinambungan
4) Sebagai
upaya pemahaman ma’na warasatul
‘anbiyak’ dalam kontek kekinian yaitu warisan dalam nilai nilai kepribadian
keabiyan (maziyah) pada masing masing individu yang taatsehingga keberkahan
akan nampak dari kepemimpinan jika dilaksanakan bersama sama.
5) faktorfaktor
yang mempengaruhi kepemimpinan kolektif di pesantren Terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi kepemimpina adalah
a) faktor
kepribadian kyai berupa berupa sifat (traits) yang menjadi kepemimpinan dan
kepengasuhan dibeberapa pesantren sehingga secara heroic menggugah santri untuk
melakukan apa saja yang di
perintahkan oleh kyai sebagai ketaatan.
b) Faktor
pendidikankyai baik yang ditempuh pada jalur pendidikan formal, pendidikamn non
formal kepesantrenan maupun organisasi masyarakat sanga mempengaruhi terhadap
prilakunya (behaviour) kyai dalamkepemimpinan pesantren.
c) faktor
pengalaman para kyai dalamorganisasi-organisasi formal sosial keagamaansangat
mempengaruhi tehadap prilaku dan keberhasilan kepemimpinan.
d) faktor
situasi lingkungan kyai (situasional) di masyarakat pesantren,mereka meyakini
pada pemeliharaan tradisidan nilai nilai
akhlakulkarimah antara komonitas pesantren.
e) faktor
prinsip kontinuitas masyarakat pesantren
mereka meyakini bahwa program pemberdayaan dan pengembangan sumber daya insani
dapat memenuhi kebutuhan pesantren .
f) pengambilan
keputusan dipesantren .
g) pengendalian
konflik dipesantren
Proses pengendalian konflik
dipesantren terlaksana berdasarkan level dan tingkatan konflik penanganannya
bersifaat individual, mediasi, dan pada waktu tertentu menghadirkan pihak
ketiga dengan proses klarifikasi proses ikrardan perjanjian dikalangan
pengurus dan proses mija hijau
dikalangan santri sebagai penegakan syariah dan hukum sehingga tercipta
solidaritas dikalangan pesantren.
h) pembangunan
timdi pesantren
Proses pengembangan tim dipesantern
dilakukan:
1) Memulai
itensitas pertemuan dan raopat harian ,mingguan, bulanan,
2) Melalui
pemerataan komonikasi dan pelibatan secara emosional para nyai.
3) Dapat
dilakukan melalui tradisi open houseantar famili setelah solat idain (sholat
sunnah idul fitri dan sholat idul adha)dua kali dalam setahun.
4) Dapat
dilakukan melalui kegiatan apel pagi sebagaimana disebagian pesantren (sholat
sunnah dhuhaberjamaah) menjadi tradisi dan sistem budaya dalam rangka mengawali
pekerjaan di kantor pesantren , dapat dilakukan melaui pemberian konpensasi
honor serta penghargaan. [2]
BAB
III
PENUTUP
A. kesimpulan
Perilaku kepemimpinaan kharismatik
tradisional pesantren sebenarnya bersandar kepada keyakinan bahwa kyai mempunyai kualitas luar biasa yang bersifat
teologis, hal ini merupakan daya tarik pribadi kyai sebagai pemimpin kekuasaan
berasal dari tuhan. fenumena kepemimpinan secara kolektif bersandar pada bagian peran ,tugas dan
kekuasaan secara bersama sehingga lahir kepemimpina kolektif di pesantren
diasumsi sebagai usaha untuk mengisi jabatan baru karena tuntutansosial masyarakat.
Perubehan kepemimpinan tunggal mengacu
pada figur kyai tertentu pola kepemimpinan kolektif semacamini ternyata tidak
menampik otoritas kyai yang menjadi ciri utama dipesantren. Bahkan menempatkan
kyai seagai pengasuh,yang terlembaga dalamdewan pengasuh, pengurusharian dan
yayasan yangbertugas membenahi oprasionalisasi yang di pegang oleh kyai muda
dibantu sejumlah alumni, dansantri sehinggaterjadi diversivikasi wewenang yang
relatif merata keputusan tidakmuncul sepihakmelainkan melaluimakanisme
musyawaroh seluruh komponen yang ada dalamkepengurusan dan yayasanpesantren.
Beberapa hal yang dapat dideskripsikan.perilakukepemimpinan kolektif di
pondaokpesantren dalamproses penganbilan keputusan , pengendalin konflik, dan
pembangunan tim, prilakukepemimpinan sumber otoritas dengan ghairah kepemimpinan kolektifdan proses pengambilan
keputusan, penyelesaian konflikdan penbangunan tim.[3]
Persepektif
Kepemimpinan kolektif di pesantren
Kepemimpinan kolektif
di pesantren semula teraktualisasi dari proses sosial kultural , kemudian pada
perkembangannya berubah pada proses sosial struktural berbentuk organisasi yang
beranggotakan kyai-kyai yang kemudian disebut majlis kyai. Merekameminpin dan
mengasuh santri secara bersama sama ( berjamaah) atau kolektif yang di dasarkan
pada seneoritasdari garis kekerabatan. Dalam melaksanakan kepemimpinan dan
pengasuhan , majliskyai dibantu oleh para kyai muda (majlis a’wan) pengurus
pleno dan para nyai dalam majlis pengasuh putri. Kepemimpinan dewan kiai secara
umum berkecendrungan pada prilaku kepemimpinan kolektif partisipatif bergantung kepada kapasitas peran danotoritas
yang dipenuhi para kiai serta kewenangan yang diberikan kepada kiai
mudah.secara khusus dibagi menjadi tiga kecendrungan.
B.
saran
Dengan makalah
ini kami banyak mengetahuitentang penerapan kepemimpinan kolektif pendidikan
islamdi pesantren. Dan kamimenyadari bahwa makalah kami masih banyak kekurangan
dan yang harus di perbaiki, semuga yang menulis dan yang membaca isi makalah
ini dapat memehami dan bermanfaat. Amein ya robbal alamin......
DAFTAR PUSTAKA
Atiqullah, Manajemen Kepemimpinan Pendidikan Islam, Surabaya:
Salsabila Putra Pratama, 2012.