Thursday 15 December 2016

Penerapan Kepemimpinan Kolektif Pendidikan Islam Di Pesantren


KATA 
Penerapan Kepemimpinan Kolektif Pendidikan Islam Di Pesantren

MAKALAH

Untukmemenuhitugasmata kuliahManajemen Sumber  Daya Manusia
diampuh oleh Bapak Atiqullah M. Pd.I

Disusun Oleh :
Disusun Oleh:

Imam Hanafi


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN


Sesungguhnya segala puji bagi Allah SWT, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-Nya, meminta ampunan dari-Nya dan meminta perlindungan kepada-Nyadari kejahatan diri kita serta keburukan amal perbuatan kita. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Karena Hidayah-Nya pula, Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Penempatan Pegawai atau Staf di SMPN 1Tlanakan” ini sebagai tugas dari mata kuliah ManajemenSumber Daya Manusia (SDM) tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Bpk. Dr. Muhammad Thoha.M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan; rekan-rekan, serta semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan tantangan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu ,bisa teratasi oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnyakepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Akhirnya kami mohon kritik dan saran untuk lebih sempurnanya makalah ini. Selanjutnya kami berharap makalah yang sederhana ini bermanfaat, terutama bagi yang membutuhkannya.

Pamekasan, 25 November, 2016

Penulis



DAFTAR ISI
                                                                           
COVER............................................................................................................ -
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C.     Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................
A.  Kepemimpinan Kolektif Pendidikan Islam Di Pesantren.................... 3
B.   Hasil Eksperimen Kepemimpinan Kolektif........................................ 3
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan........................................................................................... 9
B.     Saran..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 11













BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perilaku kepemimpinaan kharismatik tradisional pesantren sebenarnya bersandar kepada keyakinan bahwa kyai  mempunyai kualitas luar biasa yang bersifat teologis, hal ini merupakan daya tarik pribadi kyai sebagai pemimpin kekuasaan berasal dari tuhan. fenumena kepemimpinan secara kolektif  bersandar pada bagian peran ,tugas dan kekuasaan secara bersama sehingga lahir kepemimpina kolektif di pesantren diasumsi sebagai usaha untuk mengisi jabatan baru karena tuntutansosial masyarakat.
Persepektif Kepemimpinan kolektif di pesantren Kepemimpinan kolektif di pesantren semula teraktualisasi dari proses sosial kultural , kemudian pada perkembangannya berubah pada proses sosial struktural berbentuk organisasi yang beranggotakan kyai-kyai yang kemudian disebut majlis kyai. Proses pengambilan keputusan di pesantren dilakukan melalui musyawaroh dan inisiatif inisiatif sebagai proses pesantren penetapan tujuan dan sosialisasi program dalam memperkayagagsan sehingga biromerasa terlibat  secara emosional yangdimulai dari tingkatan dewan kyai selaku pemerintah  , majlis a’wan dan  pengurus  pleno selaku pengawas, pengurus pesantren dan yayasan sebagai pelaksana hariyan , serta melalui  partisipasi  emosional semua bagian dalam pengambilan  keputusan dilaksanakan melalui forum dan rapat mingguan , bulanan, dimasing masing biro dan lembaga secara kolektif.






    B. Rumusan masalah
1. Kepemimpinan Kolektif Pendidikan Islam Di Pesantren
2. Hasil Eksperimen Kepemimpinan Kolektif
C. Tukuan penulisan
1. Mengetahui tentang Kepemimpinan Kolektif Pendidikan Islam Di       Pesantren
2.Mengetahui tentang Hasil Eksperimen Kepemimpinan Kolektif
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kepemimpinan Kolektif Pendidikan Islam Di Pesantren
Perilaku kepemimpinaan kharismatik tradisional pesantren sebenarnya bersandar kepada keyakinan bahwa kyai  mempunyai kualitas luar biasa yang bersifat teologis, hal ini merupakan daya tarik pribadi kyai sebagai pemimpin kekuasaan berasal dari tuhan. fenumena kepemimpinan secara kolektif  bersandar pada bagian peran ,tugas dan kekuasaan secara bersama sehingga lahir kepemimpina kolektif di pesantren diasumsi sebagai usaha untuk mengisi jabatan baru karena tuntutansosial masyarakat.
Perubehan kepemimpinan tunggal mengacu pada figur kyai tertentu pola kepemimpinan kolektif semacamini ternyata tidak menampik otoritas kyai yang menjadi ciri utama dipesantren. Bahkan menempatkan kyai seagai pengasuh,yang terlembaga dalamdewan pengasuh,pengurusharian dan yayasan yangbertugas membenahi oprasionalisasi yang di pegang oleh kyai muda dibantu sejumlah alumni, dansantri sehinggaterjadi diversivikasi wewenang yang relatif merata keputusan tidakmuncul sepihakmelainkan melaluimakanisme musyawaroh seluruh komponen yang ada dalamkepengurusan dan yayasanpesantren. Beberapa hal yang dapat dideskripsikan.perilakukepemimpinan kolektif di pondaokpesantren dalamproses penganbilan keputusan , pengendalin konflik, dan pembangunan tim, prilakukepemimpinan sumber otoritas dengan ghairah  kepemimpinan kolektifdan proses pengambilan keputusan, penyelesaian konflikdan penbangunan tim.[1]
B.     Hasil Eksperimen Kepemimpinan Kolektif
1.   Persepektif Kepemimpinan kolektif di pesantren
Kepemimpinan kolektif di pesantren semula teraktualisasi dari proses sosial kultural , kemudian pada perkembangannya berubah pada proses sosial struktural berbentuk organisasi yang beranggotakan kyai-kyai yang kemudian disebut majlis kyai. Merekameminpin dan mengasuh santri secara bersama sama ( berjamaah) atau kolektif yang di dasarkan pada seneoritasdari garis kekerabatan. Dalam melaksanakan kepemimpinan dan pengasuhan , majliskyai dibantu oleh para kyai muda (majlis a’wan) pengurus pleno dan para nyai dalam majlis pengasuh putri.
2.  Kedudukan dewan kyai dilembaga tertinggi yang berfungsi sebagai
a.       Nadhir waqaf dan aset pesantren.
b.      Dan sebagai pembina yayasan dan biro biro pesantren
Fungsi pembinaan dewan kyai pesantren terhadap pengurus yayasan dan hariyan mempunyai tugas utama
1)      Menysun garis garis besar kebijakan pesantren dan yayasan
2)      Meningkatkan koordinasi , konsolidasi, dan kerja sama pesantren secara internal dan ekternal.
3)      Mengambil kebijakan.
4)      Mengontrol dan melaksanakan program dan kebijakan
5)      Membina suber daya manusia pesantren (SDMP) secara integral.
Kedudukan majlis pengasuh putri dalam membatu dewan kyai mempunyai tugas yang sama dengan dewan kyai khususdilingkungan santri putri, kedudukan majlis a’wan dan pengurus pleno sekaligus sebagai pelaksana harian ,mempunyai tugas pengawasan, sebagai pengurus yaysan dan pusat konsultasi biro biro dan bertanggung jawab kepada dewwan kyai.
3. Kolektifitas kepemimpinan dalam dewan kyai
Kepemimpinan dewan kiai secara umum berkecendrungan pada prilaku kepemimpinan kolektif partisipatif  bergantung kepada kapasitas peran danotoritas yang dipenuhi para kiai serta kewenangan yang diberikan kepada kiai mudah.secara khusus dibagi menjadi tiga kecendrungan.
a.       Kecendrungan prilaku kepemimpinan kolektif partisipatif, demokratis, hal ini karnaadanya kepercayaaan  atas wewenang dan tugas yang diberikan oleh majelis kiai serta adanya saling berkaitan antara majelis kia,sebagai lembaga tertinggi majelis a’wan sebagai lembaga pertimbangan,pengurus harian sebagai pelaksana kebijakan,dan pengurus yayasan sebagai pengelolah aset pesantren.
b.      Kecendrungan prilaku kepemimpinan kolektif parsipatif, oktokratis,hal ini karna adanya dominasi kekuasaan sebagai anggota dewan kiai atas kewenangan yang diberikan kepada pengurus harian,sehingga kreatifitas pengurus harian terbatasi oleh prilaku dan tradisi budaya kepesantrenan,serta tidak adanya lembaga pertimbangan yang khusus.
c.       Kecendrugan prilaku kepemimpinan kolektif partisipatif-laissezffaire, karna adanya kepercayaan atas wewenan dan tugas yang di delegasikan secara penuh oleh majelis kiai sebagai lembaga tertinggi,sehingga perilaku menejerial dan kepemimpinan yang nampak hakikatnya berada pada seketariat dan mendapat kontrol dari penggurus kleno,sedangkan kiai berperan sebagai penjaga akidah pesantren
d.      Sumber kewenangan majelis kiai, Majelis kiai sebagai refresentasi darikepemimpinan kolektif dipesantren berasal dari kesadaran kolektif para kiai terhadap norma-norma yang telah diatur bersama berdasarkan musyawaroh, dan bersumber dari keyakinan personal beberapa kiai terhadap nilai-nilai yang telah menjadi budaya pesantren berupa panca jiwa pesantren, baik yang diderifasi dari soalmoral keagamaan islam kelasik maupun sosial budaya masyarakat yang tercerminkan pada karisma masing-masing kiai.
e.       Tujuan dan Ghira pelembagaan kepemimpinan kolektif.
Terdapat beberapa tujuan Ghira pelembagaan kepemimpinan pesantren.
1)      Sebagai tuntutan keluarga besar kiai kerabat dalam mempersatukan kiai-kiai dipesantren daerah agar terdapat pembagian tugas yang jelas.
2)      pengembangan wadah musyawaroh dalam membangun kekuatan bersama serta melibatkan pengurus untuk mengembangkan dan memberikan kebijakan baru.
3)      Agar pesantren mampu melaksanakan pendidikan dan kepengasuhan kolektif (berjamaah) kepada para santri secara sistemik sertaprogram yang berkesinambungan
4)      Sebagai upaya pemahaman  ma’na warasatul ‘anbiyak’ dalam kontek kekinian yaitu warisan dalam nilai nilai kepribadian keabiyan (maziyah) pada masing masing individu yang taatsehingga keberkahan akan nampak dari kepemimpinan jika dilaksanakan bersama sama.
5)      faktorfaktor yang mempengaruhi kepemimpinan kolektif di pesantren Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepemimpina adalah
a)      faktor kepribadian kyai berupa berupa sifat (traits) yang menjadi kepemimpinan dan kepengasuhan dibeberapa pesantren sehingga secara heroic menggugah santri untuk melakukan  apa saja yang di perintahkan  oleh kyai sebagai ketaatan.
b)      Faktor pendidikankyai baik yang ditempuh pada jalur pendidikan formal, pendidikamn non formal kepesantrenan maupun organisasi masyarakat sanga mempengaruhi terhadap prilakunya (behaviour) kyai dalamkepemimpinan pesantren.
c)      faktor pengalaman para kyai dalamorganisasi-organisasi formal sosial keagamaansangat mempengaruhi tehadap prilaku dan keberhasilan kepemimpinan.
d)     faktor situasi lingkungan kyai (situasional) di masyarakat pesantren,mereka meyakini pada pemeliharaan tradisidan nilai nilai  akhlakulkarimah antara komonitas pesantren.
e)      faktor prinsip kontinuitas  masyarakat pesantren mereka meyakini bahwa program pemberdayaan dan pengembangan sumber daya insani dapat memenuhi kebutuhan pesantren .
f)       pengambilan keputusan dipesantren .
g)      pengendalian konflik  dipesantren
Proses pengendalian konflik dipesantren terlaksana berdasarkan level dan tingkatan konflik penanganannya bersifaat individual, mediasi, dan pada waktu tertentu menghadirkan pihak ketiga dengan proses klarifikasi proses ikrardan perjanjian dikalangan pengurus  dan proses mija hijau dikalangan santri sebagai penegakan syariah dan hukum sehingga tercipta solidaritas  dikalangan pesantren.
h)      pembangunan timdi pesantren
Proses pengembangan tim dipesantern dilakukan:
1)      Memulai itensitas pertemuan dan raopat harian ,mingguan, bulanan,
2)      Melalui pemerataan komonikasi dan pelibatan secara emosional para nyai.
3)      Dapat dilakukan melalui tradisi open houseantar famili setelah solat idain (sholat sunnah idul fitri dan sholat idul adha)dua kali dalam setahun.
4)      Dapat dilakukan melalui kegiatan apel pagi sebagaimana disebagian pesantren (sholat sunnah dhuhaberjamaah) menjadi tradisi dan sistem budaya dalam rangka mengawali pekerjaan di kantor pesantren , dapat dilakukan melaui pemberian konpensasi honor serta penghargaan. [2]



















BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
Perilaku kepemimpinaan kharismatik tradisional pesantren sebenarnya bersandar kepada keyakinan bahwa kyai  mempunyai kualitas luar biasa yang bersifat teologis, hal ini merupakan daya tarik pribadi kyai sebagai pemimpin kekuasaan berasal dari tuhan. fenumena kepemimpinan secara kolektif  bersandar pada bagian peran ,tugas dan kekuasaan secara bersama sehingga lahir kepemimpina kolektif di pesantren diasumsi sebagai usaha untuk mengisi jabatan baru karena tuntutansosial masyarakat.
Perubehan kepemimpinan tunggal mengacu pada figur kyai tertentu pola kepemimpinan kolektif semacamini ternyata tidak menampik otoritas kyai yang menjadi ciri utama dipesantren. Bahkan menempatkan kyai seagai pengasuh,yang terlembaga dalamdewan pengasuh, pengurusharian dan yayasan yangbertugas membenahi oprasionalisasi yang di pegang oleh kyai muda dibantu sejumlah alumni, dansantri sehinggaterjadi diversivikasi wewenang yang relatif merata keputusan tidakmuncul sepihakmelainkan melaluimakanisme musyawaroh seluruh komponen yang ada dalamkepengurusan dan yayasanpesantren. Beberapa hal yang dapat dideskripsikan.perilakukepemimpinan kolektif di pondaokpesantren dalamproses penganbilan keputusan , pengendalin konflik, dan pembangunan tim, prilakukepemimpinan sumber otoritas dengan ghairah  kepemimpinan kolektifdan proses pengambilan keputusan, penyelesaian konflikdan penbangunan tim.[3]
Persepektif Kepemimpinan kolektif di pesantren
Kepemimpinan kolektif di pesantren semula teraktualisasi dari proses sosial kultural , kemudian pada perkembangannya berubah pada proses sosial struktural berbentuk organisasi yang beranggotakan kyai-kyai yang kemudian disebut majlis kyai. Merekameminpin dan mengasuh santri secara bersama sama ( berjamaah) atau kolektif yang di dasarkan pada seneoritasdari garis kekerabatan. Dalam melaksanakan kepemimpinan dan pengasuhan , majliskyai dibantu oleh para kyai muda (majlis a’wan) pengurus pleno dan para nyai dalam majlis pengasuh putri. Kepemimpinan dewan kiai secara umum berkecendrungan pada prilaku kepemimpinan kolektif partisipatif  bergantung kepada kapasitas peran danotoritas yang dipenuhi para kiai serta kewenangan yang diberikan kepada kiai mudah.secara khusus dibagi menjadi tiga kecendrungan.
B. saran
      Dengan makalah ini kami banyak mengetahuitentang penerapan kepemimpinan kolektif pendidikan islamdi pesantren. Dan kamimenyadari bahwa makalah kami masih banyak kekurangan dan yang harus di perbaiki, semuga yang menulis dan yang membaca isi makalah ini dapat memehami dan bermanfaat. Amein ya robbal alamin......
























DAFTAR  PUSTAKA
Atiqullah, Manajemen Kepemimpinan Pendidikan Islam, Surabaya: Salsabila Putra Pratama, 2012.



[1]  Atiqullah, Manajemen Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Surabaya: Salsabila Putra Pratama, 2012), hlm. 245-250
[2] Ibid., hlm. 250-256
[3]  Atiqullah, Manajemen Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Surabaya: Salsabila Putra Pratama, 2012), hlm. 245-250