BABI
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengembangan kurikulum juga bisa diartikan sebagai kegiatan
penyusunan, pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan kurikulum. Pendapat Zais
yang mengartikan pengembangan kurikulum sebagai “the processes of constructing
and implementing curricula”. Mulyani Sumantri mengartikan pengembangan
kurikulum sebagai proses perencanaan menetapkan berbagai kebutuhan, mengadakan
identifikasi tujuan-tujuan dan sasaran, menyusun persiapan instruksional,
memenuhi segala persyaratan kebudayaan sosial dan pribadi yang dilayani kurikulum.
Perencanaan merupakan suatu proses intelektual yang melibatkan pembuatan ke-putusan.proses ini menuntut persiapan mental untuk berpikir sebelum
bertindak, berbuat ber-dasarkan kenyataan, bukan
perkiraan dan berbuat sesuatu secara teratur.
B.
Rumusan Masalah
Utuk mempermudah pembahasan makalah ini maka kami merumuskan
beberapa masala sebagai berikut:
A. Apa Pengertian pengembangan kurikulum?
B. Apa
Urgensi pengembangan kurikulum?
C. Apa saja Prosedur pengembangan kurikulum?
D. Apa saja Dasar-dasar pengembangan kurikulum?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah kegiatan menghasilkan kurikulum pada
tingkat satuan pendidikan atau proses yang mengaitkan satu komponen dengan yang
lainnya untuk menghasilkan kurikulum. Pengembangan kurikulum juga bisa diartikan
sebagai kegiatan penyusunan, pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan
kurikulum. Pendapat Zais yang mengartikan pengembangan kurikulum sebagai “ the
processes of constructing and implementing curricula”. Mulyani Sumantri
mengartikan pengembangan kurikulum sebagai proses peren-canaan menetapkan berbagai
kebutuhan, mengadakan identifikasi tujuan-tujuan dan sasaran, menyusun
persiapan instruksional, memenuhi segala persyaratan kebudayaan sosial dan
pribadi yang dilayani kuri¬kulum.
Dalam mengembangkan kurikulum, kita juga harus mengetahui peranan-peranan
yang ada di dalam kurikulum. Peranan tersebut yaitu:
1.Peran Konservatif
Kurikulum mempunyai peran konservatif, yakni kurikulum berperan
sebagai salah satu instrumen untuk mengkonservasikan kebudayaan suatu bangsa.
Tanpa kurikulum yang baik kebudayaan suatu bangsa bisa sirna dalam sekejap karena
tidak ada institusi yang meles-tarikannya.
Dengan mencantumkan dalam kurikulum, kebudayaan suatu bangsa dapat
diwariskan kepada generasi berikutnya sehingga anak cucu bangsa tersebut
minimal mengetahui adanya kebudayaan nenek moyangnya.
2.Peran Kritis dan Evaluatif
Kurikulum juga memiliki kritis dan evaluatif. Maksudnya, kurikulum
dapat dengan kritis menilai dan mengevaluasi keberadaan kebudayaan nenek
moyangnya untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalamkebudayaan
tersebut.
3.Peran Kreatif
Kurikulum juga mengemban peran kreatif. Maksudnya, kurikulum harus
mampu men-ciptakan kreasi-kreasi baru dalam kaitannya, misalnya dengan
kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat sehingga kebudayaan tersebut lebih
sesuai dengan perkembangan jaman dan tuntutan masyarakatnya.[1]
B. Urgensi pengembangan kurikulum
Pengembangan Kurikulum dilakukan dengan sejumlah pertimbangan.
Pertimbangan itu dilihat dari beberapa assessmentin ternasional yang
menyatakan bahwa kemampuan peserta didik Indonesia masih dibawah peserta didik
dari negara-negara di kawasan Asia lainnya.
Seperti pada Trendsin International Mathematics and Science Studies
(TIMSS), sebuah studiinternasional yang mengukur peningkatan pembelajaran
matematika dan sains disejumlah negara. Pada tahun 2011 untuk bidang Matematika
di kelas 8 misalnya,TIMSS menyatakan, lebih dari 95 persen siswa Indonesia
hanya mampu sampai level menengah, sedangkan hampir 50 persen siswa Taiwan
mampu mencapailevel tinggi dan advance. Halyang hampir sama juga ditunjukkan
lewat hasil Programme for International Student Assesment (PISA), sebuah
pe-nilaian tingkat dunia yang diselenggarakan setiap tiga tahun untuk menguji performa
akademis siswa yang berusia 15 tahun. Hasil pada 2009 diketahui bahwa hampir
semua siswa Indonesia menguasai pelajaran matematika dan IPA hanya sampai level
3 dari 6 level yang ada. Sementara negara lain seperti Singapura,China, Jepang,
dan Korea Selatan dapat mencapai level tertinggi, level 6. Apalagi berdasarkan
kerangka kompetensi abad 21, proses pembelajaran tidak cukup hanyameningkatkan
pengetahuan (melalui coresubject) semata, melainkan siswa harus di-lengkapi
dengan kemampuakreatif-kritis dan berkarakter kuat, seperti mampu bertanggung
jawab, memilikijiwa sosial, toleran, produktif, dan adaptif.
Disamping itu didukung pula dengan kemampuan memanfaatkan informasi
dan berkomunikasi. Olehkarena itu, proses pembelajaran perlu diciptakan
sedemikian rupa sehingga mendukung kreativitas siswa. Sebuah penelitian pada
2011 oleh Harvard Bus-sinessReview menyimpulkan, kemampuan yang berbasis pada
kreativitas seseorang-diperoleh melalui pen-didikan. Tetapi tingkat intelegensia
seseorang dipengaruhi dari pendidikan dan dari genetika.
Artinya, memang perlu ada ruang didunia pendidikan untuk membangun
kreativitas siswa. Berkaca dari penelitian itu, maka diperlukan proses
pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal melalui proses mengamati,
menanya, menalar, dan mencoba (observation based learning) untuk meningkatkan
kreativitas peserta didik. Di samping itu, dibiasakan pula bagipeserta didik
untuk bekerja dalam jejaring melalui collaborative learning. Padaproses penilaian, guru dapat membuat
peserta didik berani berperilaku kreatif melalui beragam cara. Misalnya dengan
memberikan tugas yang tidak hanya memiliki satu jawaban tertentu yang benar,
menolerir jawaban yang nyeleneh, menekankan pada proses bukan hanya
hasil, memberikan peserta didik untuk mencoba, untuk menentukan sendiriyang
kurang jelas atau lengkap informasinya, dan untuk memiliki interpretasisen diri
terkait dengan pengetahuan atau kejadian yang diamati, serta memberikan keseimbangan
antara yang terstruktur dan yang spontan atau ekspresif. Dengan memperhatikan sejumlah
pertimbangan tersebut, Kemdikbud meng-hadirkan kurikulum yang dapat
menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif melalui
penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.Dengan
demikian, Kurikulum 2013 dapat menjawab permasalahan yang melekat pada kurikulum
sebelumnya. Melalui
pendekatan Kurikulum 2013 inilah diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, keterampilan,
dan pengetahuan yang jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan
lebih produktif. Sedikitnya ada lima entitas, yaitu peserta didik, pendidik,
dan tenaga kependidikan, manajemen satuan pendidikan, Negara dan bangsa, serta
masyarakat umum, yang diharapkan mengalami perubahan. Sementara pendidik dan
tenaga kependidikan diharapkan dapat lebih bergairah dalam mengajar serta lebih
mudah memenuhi ketentuan 24 jam mengajar per minggu.Selainitu, pada tingkat
satuan pendidikan, sekolah dapat lebih mengedepankan layanan pembelajaran,
termasuk bimbingan dan penyuluhan, serta menjadi antisipasi atas marak-nya
variasi kegiatan pembelajaran.
Bagi negara dan bangsa diharapkan meningkatkan reputasi
internasional dalam bidang pendidikan, meningkatkan dayasaing, serta
berkembangnya peradaban bangsa. Sementara bagi masyarakat umum, perubahan yang
diharapkan adalah memperoleh lulusan sekolah yang kompeten, kebutuhan sekolah
dapat dipenuhi oleh sekolah, dan dapat meningkatkan kesejah teraannya[2]
C. Prosedur pengembangan kurikulum
Setelah kita memahami pengertian dan model-model pengembangan
kurikulum, kita tinggal bagaimana menerapkan konsep pengembangan kurikulum
tersebut. Akan tetapi, pe-nerapan tersebut haruslah
melalui beberapa prosedur. Prosedur yang sistematis ini saling terkait dan
berkelanjutan atau bisa dikatakan berdasarkan pada proses manajeman. Adapun
prosedurnya yaitu; perencanaan kurikulum, pengorganisasian kurikulum,
penyusunan staf dan kontrol kurikulum.
1. Perencanaan Kurikulum
Perencanaan merupakan suatu proses intelektual yang melibatkan pembuatan ke-putusan.proses ini menuntut persiapan mental untuk berpikir sebelum
bertindak, berbuat ber-dasarkan kenyataan, bukan
perkiraan dan berbuat sesuatu secara teratur. Perencanaan membantu organisasi
untuk fokus pada keuntungan jangka pendek untuk mempertimbangkan pen-tingnya program dan kegiatan-kegiatan serta pengaruhnya untuk masa
mendatang. Suatu rencana yang baik terdiri dari 5 unsur khusus, yaitu:
a. Tujuan dirumuskan secara
jelas.
b. Komperhensif, menyeluruh namun jelas bagi staf dan para anggota organisasi.
c. Hirarki rencana yang
terfokus pada daerah yang paling penting.
d. Bersifat ekonomis,
mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia.
e. Layak, yaitu memungkinkan adanya perubahan.
2. Pengorganisasian
Kurikulum
Organisasi
adalah suatu kelompok sosial yang bersifat tertutup atau terbuka terhadap pihak
luar yang diatur berdasarkan aturan tertentu yang dipimpim oleh seorang
pemimpin atau seorang staf administratif yang dapat melaksanakan bimbingan
secara teratur dan bertujuan. Untuk mengembangkan kurikulum, pengorganisasiannya
adalah:
a. Organisasi
perencanaan kurikulum, dilaksanakan oleh suatu tim pengembang kurikulum.
b. Organisasi dalam rangka plaksanaam kurikulum,
pada tingkat daerah atau u
c. Organisasi
dalam evaluasi kurikulum, yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan.
Pada
masing-masing jenis organisasi tersebut dilaksanakan oleh suatu susunan ke-pengurusan
yang ditentukan sesuai dengan struktur organisasi dengan tugas-tugas
ornganisasi tertentu. Secara akademik, organisai kurikulumnya meliputi:
a. Kurikulum mata
pelajaran, terdiri dari sejumlah mata pelajaran secara terpisah.
b. Kurikulum
bidang studi, memfungsikan beberapa mata pelajaran sejenis.
c. Kurilukulum
integrasi, memusatkan kurikulum pada opik atau masalah tertentu.
d. kurikulum, kurikum
disusun berdasarkan masalah dan kebutuhan siswa.
i. Di sini, bentuk-betuk kurikulum disusun menurut
pola organisasi kurikulum yang terstruktur, urutan dan ruang lingkup materi
tertentu.[3]
D. Dasar-dasar pengembangan kurikulum
Ada beberapa dasar ( azas ) dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
1. Azas Filosofis
Filsafat yang mendasari kehidupan berbangsa dan bernegara atau yang
umum di anut oleh suatu bangsa negara, seperti sekuler, agamis, aties, dll akan
menentukan bentuk tujuan umum pendidikan, yang tentunya akan menjadi arah bagi
pelaksanaan pendidikan suatu negara itu, dan dalam pengembangan kurikulum itu
harus diperhatikan hal ini, kalau tidak maka pendidikan dan out putnya tidak
akan diterima secara umum di negara itu.
2. Azas Sosiologis
Kehidupan sosial kemasyarakatan yang berbeda-beda juga harus
menjadi azas utama dalam pengembangan kurikulum, agar out put dan lembaga itu
bisa hidup dan diterima di lingkungan masyarakat itu. Masyarakat industri,
agraris, modern atau tradisional, masyarakat daerah pegunungan atau di daerah
lembah, dsb punya kebutuhan dan kehidupan yang berbeda-beda yang harus
diakomulasikan ke dalam muatan kurikulum agar proses dan hasil pendidikan dapat
bermanfaat dan diterima oleh masyarakat ( sesuai dengan kebutuhan mereka ).
Karena memegang azas inilah maka kurikulum hendaknya setiap saat dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan hidup masyarakat.
3. Azas Organisatoris
Azas organisatoris perlu mendapat perhatian, sebab akan menentukan
bagaimana penyusunan dan penyajian muatan kurikulum itu sendiri, baik mengenai
urut-urutannya atau pun keluasan cakupannya.
4. Azas Psikologis
Agar bisa dilaksanakan dengan baik dan dapat berhasil secara
maksimal, maka pen-gembangan kurikulum harus berdasarkan kepada psikologi,
seperti memegang prinsip per-kembangan anak dan taraf pengembangannya,
psikologi belajar seperti teori teori gestalt, asosiasi, dll.
Azas psikologi yang dijadikan acuan dasar penyusunan sebuah
kurikulum ini, akan mempengaruhi sampai kepada bagaimana seharusnya
melaksanakan dan mengevaluasi pe-laksanaan sebuah kurikulum.[4]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengembangan kurikulum adalah kegiatan menghasilkan kurikulum pada
tingkat satuan pendidikan atau proses yang mengaitkan satu komponen dengan yang
lainnya untuk menghasilkan kurikulum. Pengembangan suatu kurikulum perlu
dilakukan karena sesuai dengan beberapa peran yang diembannya peran
konservatif, peran kritis dan evaluatif, dan peran kreatif. Jika masyarakatnya
berubah, kurikulumnya juga harus disesuaikan. Jika tidak, maka sistem
pendidikan formal yang ada akan ditinggalkan oleh masyarakat penggunanya.
B.
Saran
Dengan dibuatnya makalah ini penulis berharap dapat memberikan
sedikit pemahaman kepada siapaun yang membaca makalah ini berkaitan dengan
pengembangan kurikulum dan penulis berharap kurikulum yang sekarang dan yang
akan datang dapat berjalan sesuai dengan kondisi masyarakat setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Dakir.
2004. Perencanaan dan Pengembangan
Kurikulum. Jakarta : PT. Rineka Cipta Abduhzen,
Mohammad.Urgensi Kurikulum 2013.
Kompas 21 Februari
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006),
Abdullah,
Ishak, (2004), Filsafat Ilmu Pendidikan,Bandung,
PT. Remaja Rosdakarya
[1]
Dakir.. Perencanaan dan Pengembangan
Kurikulum. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2004
[2]
Abduhzen, Mohammad.Urgensi Kurikulum 2013.
(Kompas 21 Februari 2013). Hlm 103-112
[3] Oemar
Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), hal. 135-139
[4] Abdullah, Ishak, , Filsafat Ilmu Pendidikan, (Bandung, PT.
Remaja Rosdakarya . 2004). Hlm 64-73