Kepribadan
Guru PAI Persepektif Albert Andura
Di
susun unutk memnuhi tugas mata kuliah psikologis kepribadian
Yang
di ampu oleh : Fathor
Holiq,M.SI
Oeh
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PAMEKASAN
TAHUN PELAJARAN 2017
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillahi robbil ‘alamin. Puja dan puji syukur
kami panjatkankehadirat Allah SWT. Karena atas berkat dan tahmat-Nya saya bisa
menyelesaikan tugas makalah dari mata
kuliah “MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB” yang diampu oleh Bapak Roychan Yasin,
dengan judul “MEDIA GAMBAR TETAP DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB”. Dimana
makalah in telah kami kerjakan semampu kami, meskipun pada kenyataannya masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang perlu diperbaiki.
Shalawatullahi wasalamuhu semoga tetap tercurah limpahkan
kepada junjungan nabi besar kita yakni Nabi Muhammad SAW. Yang mana berkat
beliau lah kami semua tersangkis dari alam jahiliah menuju alam yang penuh
berkah dan rahmat ini.
Dan tidak lupa pula kami ucapkan banyak terima kasih bapak
dosen yang telah member itugas makalah ini. Karena dengan ini kami bisa belajar
tentang membedah buku secara tepat dan baik, dan kami bisa mengetahui apa yang
dimaksud dengan hal tersebut. Meskipun makalah ini bisa saya selesaikan, kami
menyadari bahwa masih banyak terdapat kekeliruan yang terdapat didalamnya. Oleh
karena itu, kami memohon kritikan dam sarannya pada semua pembaca terutama
bapak dosen selaku penilai makalah kami.
Wassalamualaikum
warohmatullohi wabarokatuh.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………..1
A.
latar belakang………………………………………………………………….1
B. rumusan
masalah………………………………………………………………1
C. tujuan
masalah…………………………………………………………………2
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………...3
A. Penertian Media Gambar Tetap……………………………………………….3
B. Macam-macam media
gambar tetap…………………………………………..3
BAB III PENUTUP……………………………………………………………..6
A.
Kesimpulan……………………………………………………………………6
B. Daftar
Pustaka…………………………………………………………………7
BIOGRAFI
Albert Bandura dilahirkan pada tanggal 4 Desember 1925 diMondereAlberta,
Canada. Dia memperoleh gelar Master di bidang psikologi pada tahun 1951 dan
setahun kemudian ia juga meraih gelar doktor (Ph.D). Setahun setelah lulus, ia
bekerja di Standford University. Albert Bandura sangat terkenal dengan
teori pembelajaran sosial (Social Learning Theory), salah satu konsep dalam
aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman
dan evaluasi. Albert Bandura menjabat sebagai ketua APA pada tahun 1974 dan
pernah dianugerahi penghargaan Distinguished Scientist Award pada tahun 1972.
B.
TEORI BELAJAR ALBERT BANDURA
Albert Bandura yang oleh
banyak ahli dianggap sebagai seorang behavioris masa kini yang
moderat. Salah satu asumsi awal dan dasar teori kognisi sosial Bandura
adalah bahwa manusia cukup fleksibel dan mampu mempelajari berbagai sikap,
kemampuan, dan perilaku, serta cukup banyak dari pembelajaran tersebut yang
merupakan hasil dari pengalaman tidak langsung. Tidak
seperti rekan-rekannya sesama penganut aliran
behaviorisme, Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks
otomatis atas stimulus (S-R bond) melainkan juga akibat
reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema
kognitif manusia itu sendiri.
Menurut aliran behaviorisme, setiap
siswa lahir tanpa warisan/pembawaan apa-apa dari orang tuanya, dan belajar
adalah kegiatan refleks-refleks jasmani terhadap stimulus yang
ada (S-R theory) serta tidak ada hubungannya dengan
bakat dan kecerdasan atau warisan/ pembawaan.
Menurut aliran kognitif, setiap siswa
lahir dengan bakat dan kemampuan mentalnya sendiri. Faktor bawaan ini
memungkinkan siswa untuk menentukan merespon atau tidak terhadap stimulus,
sehingga belajar tidak bersifat otomatis seperti robot.
Pendekatan teori sosial terhadap proses
perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya conditioning(pembiasaan
merespons) dan imitation (peniruan).
· Conditioning,prosedur
belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan
prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni
dengan reward (ganjaran/memberi hadiah atau mengganjar)
dan punishment (hukuman/ memberi hukuman) untuk senantiasa
berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu ia perbuat.
· Imitation, proses imitasi
atau peniruan. Dalam hal ini, orang tua dan guru seyogianya memainkan peran
penting sebagai seorang model atau tokoh yang dijadikan contoh berperilaku
sosial dan moral bagi siswa. Sebagai contoh, seorang siswa mengamati gurunya
sendiri menerima seorang tamu, lalu menjawab salam, menjabat tangan, beramah
tamah, dan seterusnya yang dilakukan guru tersebut diserap oleh memori siswa.
Semakin piawai dan berwibawa seorang
model, semakin tinggi pula kualitas imitasi perilaku sosial dan moral siswa
tersebut. Mengimitasi model merupakan elemen paling penting dalam hal bagaimana
si anak belajar bahasa, berhadapan dengan agresi, mengembangkan perasaan moral
dan belajar perilaku yang sesuai dengan gendernya.Analisis perilaku terapan (applied
behaviour analysis) merupakan kombinasi dari pengkondisian dan modeling,
yang dapat membantu menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan secara sosial.
Definisi belajar pada asasnya ialah
tahapan perubahan perilaku siswa yang relative positif dan menetap sebagai
hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Proses
belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif
dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.
Belajar memiliki arti penting bagi
siswa dalam :
a. Melaksanakan
kewajiban keagamaan.
b. Meningkatkan
derajat kehidupan.
c. Mempertahankan
dan mengembangkan kehidupan.
Teori pembelajaran terbaru Bandura
disebut dengan teori kognitif sosial. Perubahan dari satu nama ke nama yang
lain ini merefleksikan meningkatnya penekanan Bandura atas respon kognitif
terhadap persepsi sebagai sesuatu yang mendasar dalam perkembangan.
Sementara itu, beberapa fase teori belajar sosial,
diantaranya :
1) Fase
Memperhatikan (attentional phase)
Fase ini
merupakan dasar dari suatu proses pengamatan. Tidak adanya perhatian yang
terpusat, sulit bagi individu untuk melakukan pengamatan dan pembelajaran
secara intensif. Berkembangnya perhatian individu terhadap suatu obyek
berkaitan dengan daya ingatnya. Bagi remaja tertarik dan menaruh perhatian
terhadap perilaku model tertentu, karena model tersebut dipandangnya sebagai
yang hebat, unggul, berkuasa, anggun, berwibawa. Selain itu, berkembangnya
perhatian oleh adanya kebutuhan dan minat pribadi. Untuk menarik perhatian para
peserta didik, guru dapat mengekspresikan suara dengan intonasi khas ketika
menyajikan pokok materi atau bergaya dengan mimik tersendiri ketika menyajikan
contoh perilaku tertentu. Semakin erat hubungannya antara kebutuhan dan minat
dengan perhatian, semakin kuat daya tariknya terhadap perhatian tersebut dan
demikian pula sebaliknya.
2) Fase
Menyimpan (retention phase )
Setelah fase
memperhatikan, seorang individu akan memperlihatkan tingkah laku yang sama
dengan model tersebut ini berarti individu mengingat dan menyimpan stimulus
yang diterimanya dalam bentuk simbol-simbol. Menurut Bandura bentuk-bentuk
simbol tersebut tidak hanya diperoleh melalui pengamatan visual, tetapi juga
verbalisasi. Pada anak-anak yang kekayaan verbalnya terbatas, maka kemampuan
menirunya terbatas pada kemampuan untuk melakukan simbolisasi melalui
pengamatan visual.
3) Fase
Mereproduksi (reproduction phase)
Pada tahap
reproduksi, segala bayangan/citra mental (imagery) atau kode-kode simbolis yang
berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori
para peserta didik itu diproduksi kembali. Untuk mengidentifikasi tingkat
penguasaan para peserta didik, guru dapat menyuruh mereka membuat atau
melakukan lagi apa-apa yang telah mereka serap misalnya dengan menggunakan
sarana post-test.
4) Fase
Motivasi (motivation phase)
Tahap terakhir
dalam proses terjadinya peristiwa atau perilaku belajar adalah tahap penerimaan
dorongan yang berfungsi sebagai reinforcement ‘penguatan’ bersemayamnya segala
informasi dalam memori para peserta didik. Pada tahap ini, guru dianjurkan
untuk memberi pujian, hadiah, atau nilai tertentu kepada para peserta didikyang
berkinerja memuaskan. Sementara itu, kepada mereka yang belum menunjukkan
kinerja yang memuaskan perlu diyakinkan akan arti penting penguasaan materi
atau perilaku yang disajikan model (guru) bagi kehidupan mereka. Seiring dengan
upaya ini ada baiknya ditunjukkan bukti-bukti kerugian orang yang tidak
menguasai materi atau perilaku tersebut.
C.
JENIS-JENIS PENIRUAN (MODELLING)
a. PeniruanLangsung.
Pembelajaran
langsung dikembangkan berdasarkan teoripembelajaran social
AlbertBandura. Ciri khas pembelajaran iniadalah adanya modeling, yaitu suatu
fase dimana seseorangmemodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasibagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan. Meniru tingkah lakuyangditunjuk
kan oleh model melalui proses perhatian. Contoh : Menirugayapenyanyi yang
disukai.
b. PeniruanTakLangsung.
Peniruan Tak
Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak
langsung. Contoh:
Meniru watakyang
dibacadalam buku, dan memperhatikan seorang guru mengajarkanrekannya.
c. PeniruanGabungan.
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkahlaku
yang
berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung.Contoh:Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan caramewarnai dari pada buku
yang dibacanya
d. PeniruanSesaat / seketika.
Tingkahlaku yang
ditiruhanyasesuaiuntuksituasitertentusaja.Contoh :Meniru Gaya Pakaian di TV,
tetapitidakbolehdipakai di sekolah.
e. PeniruanBerkelanjutan.
Tingkahlaku yang
ditirubolehditonjolkandalamsituasiapapun.Contoh
:Pelajarmenirugayabahasagurunya.
D.
APLIKASI TEORI BELAJAR SOSIAL ALBERT BANDURA
Contoh aplikasi teori belajar Bandura
adalah ketika seorang anak belajar
untukmengendaraisepeda. Ditahap perhatian,si anak akan tertarikmengamati para pengendara sepeda dibanding dengan
orang yang melakukan aktifitas lain yang
diaanggap kurang menarik.Oleh karena itu,ia akan mengamati bagaimana seseorang mengayuh sepeda.
Selanjutnya pada tahap penyimpanan dalam ingatan si anak akan tersimpan bahwa
bersepeda itu menyenangkan dan suatu saat jika waktunya tepat ia akan meminta
ayahnya (semisal) untuk mengajarinya mengendarai sepeda.
Semuanya itu kemudian dilaksanakan pada tahap reproduksidimana sianak kemudian benar-benar belajar mengendarai sepeda bersama
sang ayah.Ketika anak itu sudah berhasil,di sinilah tugas sang
ayah untuk memberi reward
sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan sang
anak sekaligus merupakan Tahap motivasi.
E.
PENERAPAN PADA PEMBELAJARAN PAI
Penerapanteori Albert Bandura
padapembelajaran PAI sangatcocok, karenaseperti yang kitaketahuibahwa dalam
Islam keteladanan tertinggi ada pada Nabi Muhammad SAW dialah yang menjadi
panutan dan suri teladan bagi kaum muslimin
seluruhnya. Segala sikap dan tingkah lakukaum muslimin pastilah harus mengikuti sikapdan perilaku beliau,
makamengikuti apa-apa yang datang dari Nabi saw.
adalah termasuk ibadah danmengandung pahala.
Hal ini tidak lain karena Allah telah menetapkan agar Rasul-Nya selalu menjadi
contoh yang baik dan karena Allahlah yang telah mendidiknya dengan didikan yang
sebaik-baiknya.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
Dengan demikian keteladanan menjadi
sarana pendidikan yang lebih efektif dari sekadar kata-kata perintah kepada
anak-anak tanpa adanya contoh nyata dari orang tua. Karena kata-kata perintah
tanpa adanya contoh nyata adalah sama dengan omong kosong. Orang tua yang
selalu memerintahkan untuk membaca buku, tetapi mereka sendiri dalam
kesehariannya tidak sedikit pun memegang, apalagi membaca buku, bukannya
membuat anak gemar membaca, melainkan yang terjadi adalah kekecewaan anak
terhadap perilaku orang tuanya. Padahal, dengan selalu membaca buku di depan
anak-anak, cukuplah membuat anak-anak gemar membaca tanpa harus ada perintah
dari orang tua. Demikian juga orang tua yang selalu menyuruh anaknya untuk
shalat atau melakukan ibadah lainnya, namun mereka sendiri tidak melakukannya,
maka hal ini hanya akan membuat anak-anak mereka menjadi kehilangan contoh yang
dapat diikuti dan membuat mereka menjadi bebal (susah diatur).
DAFTAR PUSTAKA