PEMBANDING TEORI SIGMUND FREUD
TUGAS
Disusun untuk memenuhi tuga mata kuliah Pengembangan Kepribadian Dalam Psikologi
yang diampu oleh Fathal Haliq, M.Si
Disusun Oleh:
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2017
TEORI
KEPRIBADIAN SIGMUND FREUD
A.
TOKOH YANG MEMILIKI TEORI KONTRA DENGAN SIGMUND
FREUD
1.
ALFERD ADLER
Alfred Adler bukan
seorang teroris atau seorang yang dikendalikan secara berlebihan oleh ambisi.
Psikologi individualnya menggambarkan pandangan optimis akan manusia yang
bersandarpada gagasan minat sosial yaitu perasaan menyatu dengan semua umat
manusia. Selain pandangan Adler yang lebih optimis pada manusia, beberapa
perbedaan lain membuat hubungan antara Freud dan Adler cukup rapuh.[1]
Pertama, Freud mendeduksikan bahwa semua
motivasi menjadi seks dan agresi, sedangkan Adler melihat manusia lebih banyak
dimotivasi oleh pengaruh sosial dan perjuangan mereka untuk mencapai
superioritas atau keberhasilan. Kedua,
Freud berasumsi bahwa manusia mempunyai sedikit piilihan atau tidak mempunyai
pilihan sama sekali dalam membentuk kepribadian mereka. Sedangkan Adler percaya
bahwa manusia mempunyai tanggung jawab besar akan siapa diri mereka. Ketiga, asumsi Freud bahwa perilaku saat
ini disebabkan oleh pengalaman masa lalu, yang sangat berlawanan dengan gagasan
Adler, yaitu perilaku saat ini dibentuk oleh pandangan manusia akan masa depan.
Keempat, kontras dengan Freud yang
sangat menekankan komponen ketidak sadaran dalam perilaku, Adler percaya bahwa
manusia yang sehat secara psikologis biasanya sadar dengan apa yang mereka
lakukan dan mengapa mereka melakukannya.[2]
Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya Adler merupakan anggota awal dari sekelompok kecil dokter
yang bertemu dirumah Freud pada rabu malam untuk mendiskusikan mengenai topik
psikologi. Namun ketika perbedaan teoritis dan personal antara Adler dengan
freud muncul, Adler meninggalkan lingkaran Freud dan membuat teori yang berlawanan yang kemudian dikenal dengan
Psikologi Individual.
Selama hampir satu
dekade, Alferd Adler merupakan anggota ktif Vienna Psychoanalytic Society. Akan tetapi
pada 1911 ketika ia mempresentasikan pandangannya kepada anggota lain kelompok
ini, dia banyak mendapat pertentangan. Sehingga dia membentuk psikologi
individualnya sendiri. Ide apa yang dianggap paling tidak diterima bagi
Psikoanalisis? Kita jelas tidak dapat membahas teori Adler secara keseluruhan
tetapi kita dapat membahas beberapa pandangannya untuk melihat perbedaan
penting antara pandangan-pandangannya dengan pandangan Psikoanalisis.[3]
Mungkin yang paling
penting dalam perpisahan antara Adler dan freud adalah penekanannya yang lebih
besar kepada dorongan sosial dan pikiran sadar ketimbang dorongan instink
seksual dan proses bawah sadar.
Pada awalnya Adler tertarik
pada kelemahan organ tubuh, namun secara gradual dia menajdi tetarik kepada
perasaan inferioritas psikologis dan perjuangan kompensatoris untuk menutupi
atau menekan perasaan-perasaan yang menyakitkan. Kaena itu, ketika Freudian
memandang tindakan Theodore Roosevelt yang menunjukkan kekerasan dan membawa
“tongkat yang besar” sebagai pertahanan terhadap Castration Anciety, Adleriyan
justru memandangnya sebagai sesuatu yang sedang mengekspresikan pergulatan
kompensatoris terhadap perasaan inferioritas yang mengasosiasikannya kepada
kelemahan padamasa kanak-kanak. Freudian mungkinmemandang wanita yang agresif
sebagai sosok yang sedang mengeksprsikan penis envy, sedangkan Adlerian mungkin
memandangnya sebagai seseorang yang sedang mengekspresikan protes terhadap
maskulinitas atau penolakan terhadap stereotip kelemahan dan inferioritas
feminim. Menurut Adler, cara seseorang dalam menghadapi perasaan yang seperti
itu akan menjadi bagian dari gaya hidupnya-mennjadi aspek unik dari fungsi
kepribadiannya. Berbagai konsep ini memang mengindikasikan penekanan yang lebih
pada aspek sosial daripada aspek biologis. [4]
2.
CARL JUNG
Jung berpisah dari
Freud beberapa tahun setelah Adler dan mengembangkan aliran pemikirannya
sendiri yang disebut dengan Analytical Psychology (Psikologi Analitis) ini
merupakan peristiwa a mat penting bagi Freud dan gerakan Psikoanalistis.
Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa Freud memandang Jung
sebagai pemipin intelektual dan pewarisnya yang dapat menjaminperkembangan
psikoanalisis setelah kematian Freud. Kedua pria tersebut telah mengembangkan hubungan yang amat erat,
akan tetapi hubungan ini memburuk sebagai akibat dari konflik profesional dan
personal.[5]
Seperti Alder, Jung
juga terganggu dengan apa yang dirasakannya sebagai penekanan berlebihan terhadap
seksualitas. Jung memandang Libido bukan sebagai insting seksual akan tetapi sebagai energi kehidupan yang
terkumpul. Walaupun seksualitas bagian dari energi dasar, namun libido juga
mencakup pergulatan untuk mendapatkan kesengan dan kreativitas. Reinterpretasi
libido inilah yang merupakan alasan pertamnya berpisah dari Freud.
Psikologi Analitis Jung
menghadirkan tema tambahan yang membedakannya dari psikoanalisis Freud. Karena
Jung menganggap Freud terlalu berlebihan dalam menekankan ide bahwa perilaku
kita pada saat ini merupakan pengulangan dari masa lau kita, dengan dorongan
instingtual dan represi psikologis masa kanak-kanak yang kemudian diulang pada
masa dewasa. Sedangkan Jung percaya bahwa perkembangan kepribadian juga
ditandai oleh kecenderungan yang mengarah kepada masa depan. Orang mencoba
mendapatkan identitas pribadi yang bermakna dan pemahaman akan kebermaknaan itu
sendiri. Orang yang memandang kedepan biasanya menjalankan praktik religius
untuk mempersiapkan mereka untuk hidup setelah mati.[6]
Ciri yang amat unik
dari psikologi Jung adalah penekanannya pada landasan evolusi pikiran manusia.
Jung menerima penekan Freud bahwa alam bawah sadar merupakan gudang pengalaman
ang ditekan dari kehidupan seseorang, tetapt dia menambahkan konsep bawah sadar kolektif . Menurut Jung orang telah menyimpan dalam
bawah sadar kolektif mereka pengalaman kumulatif generasi-generasi masa lalu.
Bawah sadar kolektif sebagai lawan dari bawah sadar personal, dan bersifta
universal. Dia dimiliki oleh semua manusia sebagai warisan dari leluhur mereka.
Bahwa sadar kolektif merupakan bagian dari kemanusiaan kita dan warisan hewani
kita, dan demikian pula hubungan kita dengan kebijaksanaan kolektif jutaan
tahun pengalaman masa lalu. “kehidupan jiwa (psikis) ini merupakan pikiran
leluhur kita, cara mereka berpikir dan merasa, cara mereka memahami kehidupan
dan dunia, tuhan daan manusia.
Eksistensi lapisan historis ini yang
mungkin merupakan sumber keyakinan pada reinkarnasi dan ingatan masa
lalu.[7]
B.
KEPRIBADIAN GURU
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Kepribadian:[8]
1.
Faktor Biologis
Merupakan
faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau seringkali disebut dengan
faktor fisiologis
2.
Faktor Sosial
Yang
dimaksud disini adalah masyarakat, yakni manusia-manusia lain disekitar
individu yang bersangkutan.
3.
Faktor Kebudayaan
Perkembanngan
dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak dapat
dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dimana seseorang itu dibesarkan.
Pendapat para ahli
tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam kepribadian berbeda-beda,
sehingga menimbulkan macam-macam teori yang salah satunya yaitu Teori
Kepribadian Psikoanalisis yang dikembangkan oleh Freud. Yang mana Freud
membangun model kepribadian yang saling berhubungan dan menibulkan ketegangan
satu sama lain. Konflik dasar dari ketiga kepribadian tersebut menciptakan
energi psikis individu yang menjadi kebutuhan instink individu untuk menuntut
kepuasan. Ketiga sistem tersebut adalah id, ego, superego. Meskipun memiliki
cirr-ciri, prinsip kerja, fungsi dansifat yang berbeda, namun ketiga sistem ini
merupakan satu tim yang saling bekerja sama dalam mempengaruhi perilaku
manusia.[9]
Kepribadian Yang Harus
Dimiliki Oleh Seorang Guru
1.
Kemantapan dan integrasi pribadi
Seorang
guru dituntut untuk bekerja teratur dan konsisten, tetapi kreatif dalam
menghadapi pekerjaannya sebagai seorang guru.
2.
Peka terhadap perubahan dan pembaruan
Guru
harus peka baik terhadap apa yang sedang belangsung disekolah maupun yang
sedang berlangsung disekitarnya.
3.
Berpikir alternatif
4.
Adil, jujur, dan Objektif
Adil
yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya, jujur adalah tulus, ikhlas dalam
menjalankan tugasnya sebagai seorang guru, objektif artinya benar-enar
menjalankan aturan dan kriteria yang telah ditetapkan, tidak pilih kasih dan
lain sebagainya.
5.
Bersifat Terbuka
Kesiapan
mendiskusikan apapun dengan lingkungan tempat ia bekerja.
6.
Berwibawa
Dengan kewibawaan siswa akan taat dan patuh pada
peraturan yang berlaku.
7.
Kreatif
8.
Simpatik dan Bijaksana
Guru
harus simpatik supaya guru bisa disenangi oleh para siswanya dan guru juga
harus bijaksana supaya guru bisa menjalin keterkaitan batin antara guru dan
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Feist Jess,J. Feist,
Gregory. Teori Kepribadian Theories of
Personality. (Jakarta: Salemba Humnanika) 2010.
Pervin,Lawrence A. Carvone,Daniel. P. John,
Deliver. Psikologi Kepribadian:Teori dan
Penelitian. (Jakarta: KENCANA Prenada Media Group) 2012.
www. PustakaIlmiah78
(bagian I&II).Blogspot.com. 2015
[1] Jess
Feist, Gregory J. Feist. Teori
Kepribadian Theories of Personality. (Jakarta:Salemba Humnanika 2010)
hal.76
[3] Lawrence
A. Pervin, Daniel Carvone, Dliver P. John. Psikologi
Kepribadian:Teori dan Penelitian. (Jakarta: KENCANA Prenada Media Group)
hal.
[9] www. PustakaIlmiah78
(bagian II).Blogspot.com. 2015