Saturday, 21 October 2017

MAKALAH Desain Evaluasi Pembelajaran


MAKALAH
Desain Evaluasi Pembelajaran
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran PAI
Dosen pengampu: Misnawi, M. Pd.I




Kelompok IV





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2017

 KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul: “Desain Evaluasi Pembelajaran”
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi besar  Muhammad saw, karena berkat beliau kita semua bisa membedakan mana yang halal dan mana yang haram dengan adanya islam dan iman
Makalah merupakan salah satu tugas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran PAI jurusan tarbiyah program studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada bapak “Misnawi, M. Pd. I ” selaku dosen pembimbing dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, karena itu saran, kritik maupun sumbangan pemikiran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan isi makalah ini kami sangat harapkan. Akhirnya kami  berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr, Wb.             

Pamekasan, 20  Oktober 2017

                                                            Kelompok IV






DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN
A.    Latar belakang................................................................................................ 1
B.     Rumusan masalah........................................................................................... 2
C.     Tujuan............................................................................................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN
A.    Pengertian Evaluasi Pembelajaran.................................................................. 3
B.     Fungsi Evaluasi Pembelajaran........................................................................ 4
C.     Jenis dan Teknik Evaluasi Pembelajara.......................................................... 6
D.    Merancang Langkah-langkah dalam Evaluasi Pembelajaran......................... 14
BAB III : PENUTUP
A.    Kesimpulan.................................................................................................... 16
B.     Saran.............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 17


 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Proses ataupun program apapun melakukan evaluasi untuk mengukur maupun mengetahui sejauh mana tingkat ketercapaian proses maupun program perencanaan tersebut. Tidak ada satu proses atau program yang berjalan tanpa diiringi kegiatan evaluasi, demikian juga dalam proses pembelajaran. Dalam desain pembelajaran berbasis pencapaian kompetensi, evaluasi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui ketercapaian kompetensi yang telah diraih oleh peserta didik agar dapat diketahui tingkat ketercapaiannya secara komprehensif maka evaluasi pembelajaran mencakup tiga domain, yaitu kognitif, afektif, psikomotorik. Seorang guru harus melakukan kegiatan evaluasi.
Pada kurikulum 2013 Musliyar Kasim wakil menteri pendidikan nasional mengungkapkan bahwa dalam kurikulum 2013 evaluasi pembelajaran dilakukan berbasis pencapaian kompetensi. Selain itu, guru juga diharapkan mau dan mampu menggeser paradigma lamanya, yaitu dari evaluasi melalui tes menuju evaluasi pembelajaran yang otentik.
Evaluasi pada dasarnya sebagai dasar keputusan, menyusun kebijakan, maupun progam selanjutnya, keputusan apakah akan dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Kegiatan evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu upaya apapun yang terprogam, tidak terkcuali bagi progam pembelajaran sebagai bagian dari progam pendidikan. Untuk mengetahui apakah program yang telah direncanakan dan dilaksanakan dapat tercapai tujuannya.
Keberhasilan suatu kegiatan evaluasi akan dipengaruhi pula oleh keberhasilan evaluator dalam melaksanakan prosedur evaluasi. Prosedur yang dimaksud adalah langkah-langkah pokok yang harus ditempuh dalam kegiatan evaluasi. Sukses atau tidaknya suatu program evaluasi pada hakikatnya turut menentukan baik tidaknya perencanaan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian evaluasi pembelajaran ?
2.      Apa fungsi evaluasi pembelajaran ?
3.      Bagaimana jenis dan teknik evaluasi pembelajaran ?
4.      Bagaimana Langkah-langkah dalam merancang evaluasi pembelajaran ?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian evaluasi pembelajaran
2.      Untuk mengetahui fungsi evaluasi pembelajaran
3.      Untuk mengetahui jenis dan teknik evaluasi pembelajaran
4.      Untuk mengetahui Langkah-langkah dalam merancang evaluasi pembelajaran





















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi berasal dari kata “evaluation” yang kemudian diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi evaluasi yang berarti suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah. Evaluasi harus dilakukan secara berhati-hati, bertangung jawab, menggunakan strategi, dan dapat dipertanggung jawabkan. Sementara itu Anas Sudjono mengungkapkan bahwa kata evaluasi bersinonim denngan penilaian. Hal ini dikarenakan evaluation kata dasarnya adalah value yang berarti nilai. Sementara itu secara istilah mengungkapkan bahwa evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Menurut Guba dan Lincoln evaluasi pembelajaran adalah suatu proses pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan (evaluation). Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang, benda, kegiatan, keadaaan, atau sesuatu kesatuan tertentu.[1]
Ada tiga kata kunci yang berkaiatan denagan desain evaluasi, yaitu Tes (test),  pengukuran (Measurment), dan evaluasi (evaluation). Tes adalah suatu pertanyaan atau tugas yang setiap butirnya memepunyai jawaban yang dianggap benar untuk memeperoleh informasi tentang kemampuan atau kompetensi. Pengukuran adalah pemberian angka kepada suatu pertanyaan atau tugas menurut aturan, atau formula, atau standar, atau kriteria yang jelas. Sedangkan penilaian adalah proses untuk mengambil suatu keputusan baik atau buruk atas hasil belajar denagan menggunaka instrumen tes atau nontes setelah mengadakan pengukuran tertentu.
Dari beberapa pendapat di atas , dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang terlihat dalam mengambil sebuah keputusan. Jadi inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.

B.     Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi merupakan proses sangat penting dalam kegiatan pendidikan formal. Mengapa demikian? Bagi guru evaluasi dapat menentukan efektivitas kinerjanya selama ini, sedangkan bagi pengembang kurikulum evaluasi dapat memberikan informasi untuk perbaikan kurikulum yang sedang berjalan. Evaluasi sering dianggap sebagai salah satu hal yang menakutkan bagi siswa. Karena, memang melalui kegiatan evaluasi dapat ditentukan nasib siswa dalam proses pembelajaran selanjutnya. Anggapan semacam ini memang harus diluruskan. Evaluasi mestinya dipandang sebagai sesuatu yang wajar yakni sebagai suatu bagian integral dari suatu proses kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, mestinya evaluasi dijadikan kebutu han oleh siswa, sebab dengan evaluasi siswa akan tahu tentang keberhasilan pembelajaran yang dilakukannya. Ada beberapa fungsi evaluasi, yakini :[2]
1.      Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi siswa. Melalui evaluasi siswa akan mendapatkan informasi tentang efektivitas pembelajaran yang dilakukannya. Dari hasil evaluasi siswa akan dapat menentukan harus bagaimana proses pembelajaran yang harus dilakukannya.
2.      Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahu bagaimana ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan.
3.      Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program kurikulum. Informasi ini sangat dibutuhkan baik bagi guru maupun pengembang kurikulum khususnya untuk program perbaikan selanjutnya.
4.      Evluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khusunya daam menentukan kejelasa tujuan khusus yang ingin di capai.
5.      Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik untuk semua pihak yang berkepetingan di sekolah.
Selain itu terdapat beberapa fungsi lainnya, diantaranya:
a.       Untuk mengukur kemajuan belajar peserta didik
b.      Untuk menilai kemajuan belajar peserta didik
c.       Untuk menentukan suatu kebijakan
Pada fungsi yang pertama, dalam evaluasi pembelajaran dilakukan kegiatan pengukuran (measurement). Mengukur sendiri pada dasarnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau dasar ukuran tertentu. Itulah sebabnya biasanya pengukuran ini bersifat kuantitatif dan berhubungan dengan angka-angka. Misalnya pengukuran kemajuan belajar peserta didik dalam upaya mengisi nilai rapor yang dilakukan dengan menguji peserta didik dalam bentuk teks.
Kemudian pada fungsi kedua, dalam evaluasi dilakukan kegiatan penelitian. Menilai sendiri mengandung makna mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik atau buruk, pandai atau kurang pandai, dan sebagainya. Dengan demikian, penilaian itu sifatnya adalah kuantitaif. Kegiatan penilaian ini merupakan kegiatan yang dilakukan sesudah guru melakukan kegiatan pengukuran. Misalnya setelah hasil ujian peserta didik diketahui dalam bentuk skor kemudian guru menilai apakah semua peserta didiknya sudah mencapai ketentuan dalam pencapaian kompetensinya atau belum.
Hasil pengukuran peserta penilaian pada kegiatan evaluasi pembelajaran di atas kemudian di jadikan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan oleh guru terkait dengan kepentingan pendidik peserta didiknya. Misalnya, peserta didik naik kelas atau tidak lulus sekolah atau tidak. Selain itu, hasil evaluasi jaga dapat digunakan sebagai kebijakan untuk menentukan tindakan selanjutnya dalam proses pembelajaran. Inilah yang dimaksud dengan evaluasi berfungsi untuk menentukan sesuatu kebijakan.[3]
Dengan demikian. Evalusi pembelajaran ini sebenarnya tidak sekadar menilaia hasil belajar peserta didik saja, tetapi juga pengukuran dan penilaian terhadap berbagai hal yang memengaruhi proses pembelajaran, seperti materi pembelajaran, penggunaan strategi pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, dan lain sebagainya. Tetapi pada umumnya evaluasi pembelajaran ini lebih difokuskan pada upaya menentukan hasil belajar peserta didik melaui kegiatan pengukuran dan penilaian. Hasil itulah yang akan dibahas pada bagian ini.[4]

C.    Jenis dan Teknik Evaluasi Pembelajaran
Pada tahun 1971, Bloom mengenalkan jenis evaluasi pembelajaran yang terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Setelah itu jenis-jenis evaluasi pembelajaran tersebut mengalami perkembagan. Setidaknya ada empat jenis evaluasi pembelajaran yang biasanya dilaukan untuk kepentingan pembelajaran sebagai berikut:
a.       Evaluasi Formatif, yaitu evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan di setiap peserta didik selesai mempelajari beberapa Kompetensi Dasar yang harus dicapai pada mata pelajaran tertentu disatu pokok bahasan mata pelajaran tersebut. Tujuannya adalah untuk menilai tingkat ketercapaian KD. Jika ada peserata didik yang belum mencapainya maka diadakanlah remidial
b.      Evaluasi Sumatif, yaitu evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan di setiap peserta didik selesai mempelajari beberapa Kompetensi Dasar yang harus dicapai pada mata pelajaran tertentu disatu pokok bahasan mata pelajaran tersebut. Biasanya evaluasi pembelajaran sumatif ini dlaksanakan di setiap pertengahan dan akhir pembelajaran. Dengan demikian, evaluasi sumatif ini bertujua untuk menilai hasil pencapaian belajar pesrta didik terhadap berbagai komptensi yag harus dikuasainya dalam suatu periode, seperti akhir semesterdan di kelas terakhir (Ujian Nasional)
c.       Evaluasi Diagnostik,  yaitu evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan sebagai sarana untuk mendiagnosis berbagai kendala dalam proses pembelajaran. Evaluasi pembelajaran ini sangat bermanfaat untuk meneliti maupun mencari sebab kegagalan dalam proses pembelajaran dan untuk mengetahui dimana letak kesulitan belajar peserta didik
d.      Evaluasi penempatan, yaitu evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan untuk menempatkan peseta didik dalam suatu program pendidikan atau jurusan yang sesuai dengan kemampuan (baik potensial maupun aktual) dan minat peserta didik. Evaluasi pembelajaran ini sangat bermanfaat dalam proses menentukan jurusan sekolah.[5]
Ada dua teknik yang dapat dirancang dan digunakan oleh guru sebagai desainer pembelajaran saat melaksanakan keempat jenis evaluasi pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
a)      Teknik Evaluasi Pembelajaran Tes
Tes berasal dari bahasa Prancis, yaitu testum yang berarti piring yang digunakan untuk memilih logam mulia dari benda-benda lain seperti pasir, batu, tanah dan sebagainya. Dalam perkembangannya istilah tes tersebut diadopsi kedalam psikologi dan pendidikan. Di dunia pendidikan, khususnya  di sekolah tes banyak digunakan untuk mengukur prestasi belajar peserta didik dalam domain kognitif, seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Penggunaan tes sebagai salah satu instrumen dalam evaluasi pembelajaran sudah dikenal sejak dahulu kala.
Adapun tujuan penggunaan evaluasi pembelajaran dengan instrumen tes ini yaitu untuk mengetahui;
1.      Tingkat awal kemampuan peserta didik
2.      Kesulitan belajar peserta didik
3.      Memotivasi peserta didik untuk giat belajar
4.      Hasil belajar peserta didik
5.      Pertumbuhan dan perkembangan prestasi peserta didik
6.      Keberhasilan guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran
7.      Memotivasi guru untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya.
Pada umumnya guru di sekolah-sekolah menggunakan tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan saat melakukan evaluasi pembelajaran.berikut adalah uraian dari ketiganya tersebut:
1)      Tes Tertulis
Tes yang dilakukan secara tertulis, baik pertanyaan maupun jawabannya. Tes tertulis ini dapat digunakan secara individu maupun kelompok. Tes tertulis ini dibagi menjadi dua sebagai berikut:
a)      Uraian
Menurut sejarah yang ada lebih dahulu adalah tes tertulis bentuk uraian. Namun karena banyak kekurangannya terutama dalam hal penskoran maka para pakar pendidikan berusaha untuk menyusun tes dalam bentuk yang lain. Guru dapat merancang instrumen evaluasi pembelajaran dengan tes tertulis bentuk uraian ke dalam dua model.
Pertama, model uraian terbatas. Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini peserta didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Batas-batas tersebut sebelumnya harus sudah ditentukan oleh guru. Misalnya untuk soal seperti berikut ini
“Sebutkan 10 nama malaikat beserta tugasnya”
“Jelaskan bagaimana urutan saat melakukan wudhu’”
Ke dua model uraian bebas. Dalam model ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematikanya sendiri. Namun, guru harus membuat patokan dalam mengoreksi jawaban peserta didik nantinya. Contohnya:
“Bagaimana perkembangan agama Islam di zaman Dianasti Abbasiyah?”
“Bagaimana peranan para pedagang Gujarat dalam Islamisasi masyarakat Jawa?”[6]
b)      Objektif
Tes objektif sering disebut dengan tes dikotomi  dikarenakan jawabannya antara benar atau salah. Lebih lanjut, Zainal Arifin mengungkapakan bahwa tes ini dikatakan sebagai tes objektif karena penilaiannya objektif. Siapapun yang mengoreksi jawaban tes objektif, hasilnya akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti. Tes objektif ini menuntut peseta didik untuk memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan maupun pertanyaan yang belum sempurna. Tes objektif ini terdiri dari empat bentuk:
1.      Benar-Salah (True-False, Yes-No)
Bentuk tes ini lebih banyak digunakan untuk mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana. Dalam penyusunan soal benar-salah tidak haya menggunakan pernyataan atau pertanyaan akan tetapi juga dalam bentuk gambar atau tabel dan diagram. Contoh:
B-S
Shalat Dzuhur dilaksanakan tiga rakaat
B-S
Rukun Islam yang kelima adalah zakat
Ya-Tidak
Tugas malaikat Ridwan adalah menjaga Surga
Ya-Tidak
Puasa wajib dimulai pada tanggal 1 Ramadhan
Kelebihan tes benar-salah, yaitu:
a.       Relatif dapat menguji banyak bahan ajar yang lebih luas
b.      Mudah di skor oleh guru/dosen secara langsung atau oleh orang lain karena sudah ada kunci jawaban
c.       Petunjuk cara mengerjakannya mudah dimengerti.
Sedangkan kelemahannya dari tes benar-salah, yaitu:
a.       Sering membingungkan bagi mereka yang tidak mengetahui secara pasti
b.      Lebih mendorong peserta tes untuk menebak jawaban
c.       Ada kecenderungan terlalu menguji kemampuan aspek ingatan.[7]
2.      Pilihan Ganda
Guru dapat merancang soal tes bentuk pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Soal tes bentuk pilihan ganda terdiri atas pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban. Contoh:
1.      Berikut ini adalah contoh perbuatan Khusnudzan......
a.       Berkelahi                 c. Ramah 
b.      Mencela                  d. Beringas
Kelebihan dari tes pilihan ganda, yaitu:
a.       Cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan objektif
b.      Dapat digunakan berulang-ulang.
Sedangkan untuk kelemahannya dari tes pilihan ganda, yaitu:
a.       Penyusunan soal yang benar-benar baik membutuhkan waktu yag lama
b.      Sukar dalam menentukan alternatif jawaban yang benar-benar homogen dan logis.
3.      Menjodohkan
Bentuk tes ini disebut juga dengan matching test. Bentuk tes ini terdiri atas satu seri pertanyaandan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan atau pernyataan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas pesrta didik adalah mencari dan menempatkan jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaan atau pernyataannya. Contoh:
Bagian A
Jawaban
Bagian B
1.      Jumlah rakaat shalat Maghrib

Ibrahim
2.      Kitab suci ummat Islam

Shalat
3.      Malaikat penjaga Surga

Tiga
4.      Tiang Agama

Al-Qur’an
5.      Rasul Ulul Azmi

Ridwan


Malik


Puasa
Kelebihan dari tes menjodohkan ini, yaitu:
a.       Relatif mudah disusun
b.      Penskorannya mudah, objektif dan cepat
c.       Dapat istilah dan definisinya
d.      Materi tes cukup luas.
Sedangkan kelemahannya, yaitu:
a.       Ada kecenderungan untuk menekankan ingatan saja
b.      Kurang baik untuk menila pengertian guna membuat tafsiran.[8]
4.      Tes Isian 
Tes isian ini biasanya disebut Completion test atau tes melengkapi. Tes ini terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yag dihilangkan. Contoh:
1.      Nabi Muhammad Saw lahir pada tanggal.....................
2.      Kaum Muhajirin adalah kaum yang berasal dari kota..........
Kelebihan tes isian ini, yaitu:
a.       Relatif mudah disusun
b.      Sangat baik untuk menilai kemampuan peserta didik yang berkenaan dengan fakta, prinsip dan terminologi
c.       Menuntut peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya secara singkat dan jelas.
Kelemahan tes isian, yaitu:
a.       Dalam memeriksa lembar jawaban dibutuhkan waktu yang cukup banyak
b.      Pada soal bentuk melengkapi, jika titik-titik kosong yag harus diisi terlalu banyak maka dapat mengakibatkanpeserta didik sering terkecoh.
2)      Tes Lisan
Tes lisan ini disebut juga dengan oral test karena dalam pelaksanaannya guru menuntut jawaban peserta didik secara lisan. Tes lisan ini haya mencakup domain kognitif, Anas Sudijono mengungkapkan bahwa setidaknya ada sembilan rambu-rambu yang harus diperhatikan oleh guru dalam merancang dan melakuka tes lisan, antara lain sebagai berikut:
a.       Sebelum melakukan tes lisan sebaiknya guru sudah melakukan inventarisasi berbagai jenis soal yang akan diajukan kepada peseta didik dalam tes lisan tersebut sehingga tes lisan memiliki validitas yang tinggi, baik dari segi isi maupun konstruksinya
b.      Guru harus menyiapkan setiap butur soal yang telah ditetapkan untuk diajukan dalam tes lisan serta membuat pedomannya
c.       Guru jangan sekali-kali menentukan skor atau nilai hasil tes lisan setelah seluruh peserta didik menjalani tes lisan
d.      Tes hasil belajar yang dilaksanakan secara lisan hendaknya jagan sampai menyimpang atau berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi
e.       Guru jangan sekali-kali memancing, baik dengan kata-kata maupun kode kepada  peserta didik dengan tujuan untuk membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaan
f.       Tes lisan harus berlangsung secara wajar, jangan sampai menimbulkan rasa takut, gugup, panik peserta didik
g.      Sebaiknya guru menentukan batas waktu yang disediakan bagi peserta didik untuk menjawab pertanyaan
h.      Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat okleh guru hendaknya bervariasi sekalipun inti persoalan yang ditanyakan itu sama, namun cara pengajuannya dibuat beragam
i.        Usahakan tes lisan dilakukan secara individual, agar tidak memengaruhi mental peserta didik yang lainnya.[9]
3)      Tes Perbuatan
Tes perbuatan ini pada umumnya digunakan untuk mengukur domain psikomotorik peserta didik dimana penilaiannya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan hasil akhir yang dicapai oleh peserta didik setelah melaksanakan tugas tersebut. Dikarenakan tes ini bertujuan untuk mengukur keterampilan maka sebaiknya tes ini dilaksanakan secara individual. Harapannya, masing-masing peserta didik yang di tes akan dapat diamati dan dinilai secara pasti sejauh mana kompetensi atau keterampilannya dalam melaksanakan tugas yang diperintahkan pada masing-masing peserta didik.[10]
c)      Teknik Evaluasi Pembelajaran Nontes
Jika domain kognitif dapat dievaluasi melalui tes tertulis atau tes lisan, sementara domain psikomotorik dapat dievaluasi melalui tes perbuatan maka instrumen evaluasi pembelajaran nontes dapat digunakan untuk mengevaluasi domain sikap (afektif) peserta didik. Berikut adalah contoh instrumen evaluasi jenis nontes.
1.      Observasi
Observasi digunakan oleh guru dengan cara mengamati kegiatan peserta didik baik secara langsung maupun tidak langsung. Alat yang digunakan berupa pedoman observasi.
2.      Wawancara
Teknik wawancara ini dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab dengan peserta didik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pedoman wawancara harus mengacu pada tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam berbagai kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.
3.      Skala sikap
Sikap berhubungan dengan perilaku manusia. Dalam skala sikap ini perilaku peserta didik dievaluasi melalui kegiatan pengukuran sikap.salah satu model skala sikap yang sering digunakan adalah Skala Likert.
4.      Daftar cek
Daftar cek merupakan suatu daftar yang berisi subjek dan aspek yang akan diamati. Penggunaan daftar cek ini memungkinkan guru sebagai evaluator mencatat setia aktivitas peserta didik sekecil apapun. Ada berbagai macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian gur tinggal memberikan tanda centang pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai denagan hasil penilaian.
5.      Catatan Insidental
Catatan Insidental merupakan catatan-catatan singkat tentang berbagai peristiwa yang dialami oleh peserta didik secara perorangan. Catatan ini merupakan pelengkap dalam penilaian guru terhadap peserta didiknya, terutama yang berkenaan dengan perilaku peserta didik.
 
D.    Merancang Langkah-langkah Evaluasi Pembelajaran
Sumiati dan Asra mengungkapkan bahwa langkah-langkah dalam evaluasi pembelajaran terdiri dari tiga tahapan utama sebagai berikut:
a.       Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini bahan-bahan yang diperlukan untuk menyusun evaluasi dihimpun, bahan-bahan tersebut antara lain sebagai berikut:
1.      Kompetensi dasar beserta indikator pencapaian kompetensi tersebut
2.      Ruang lingkup da sistematika materi pembelajaran
3.      Kisi-kisi evaluasi pembelajaran berdasarkan materi pembelajaran
4.      Menuliskan butir-butir soal dengan bentuk sebagaimana yang dirancang dalam kisi-kisi
5.      Jika diperlukan, soal perlu diuji terlebih dahulu sebelum diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
b.      Tahap Pelaksanaan
Melaksanakan evaluasi pembelajaran harus disesuaikan dengan maksud atau tujua tertentu. Evaluasi formatif dapat dilaksanakan setiap kali selesai dilakukan proses pembelajaran terhadap satu unit pelajaran tertentu. Sementara itu, evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program, apakah di akhir semester atau di kelas terakhir (Ujian Nasional). Sedangkan evaluasi diagnostik dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.
c.       Tahap Pemeriksaan
Dalam tahap pemeriksaan ini dilakukan penentuan dan pengolahan angka atau skor melalui kegiatan koreksi. Dalam mengoreksi hasil pekerjaan peserta didik, seharusnya guru membuat dan menggunakan kunci jawaban, baik untuk evaluasi dengan tes objektif maupun tes uraian. Hal ini disamping untuk mempermudah pemeriksaan juga untuk menghindari unsur subjektif dalam memberi angka. Angka yang diperoleh dari hasil pemeriksaan masih dalam bentuk angka mentah. Agar angka masak (angka terjabar) dapat diperoleh maka perlu dilakukan pengolahan dengan menggunakan aturan-aturan tertentu.[11]



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Evaluasi berasal dari kata “evaluation” yang kemudian diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi evaluasi yang berarti suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah. Evaluasi harus dilakukan secara berhati-hati, bertangung jawab, menggunakan strategi, dan dapat dipertanggung jawabkan. Adapun fungsi dari evaluasi Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi siswa. Melalui evaluasi siswa akan mendapatkan informasi tentang efektivitas pembelajaran yang dilakukannya. Dari hasil evaluasi siswa akan dapat menentukan harus bagaimana proses pembelajaran yang harus dilakukannya.
Jenis-jenis dari evaluasi pembelajaran yaitu: Evaluasi Formatif, Evaluasi Sumatif, Evaluasi Diagnostik, dan Evaluasi Penempatan. Sedangkan teknik yang dapat dirancang oleh guru dalam evaluasi pembelajaran yaitu: Teknik Evaluasi Pembelajaran Tes dan Teknik Evaluasi Pembelajaran Nontes.Dalam merancang langkah-langkah evaluasi pembelajarn terdir dari tiga tahapan, yaitu: Tahap Persiapan, Tahap Pelaksanaan, dan Tahap Pemerksaan

B.     Saran
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan kekhilafan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan supaya kedepannya bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Kami segenap penulis mengucapkan terimakasih.



DAFTAR PUSTAKA

Hamzah.  Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2010.
Mukhid, Abdul. Evaluasi Pembelajaran. Pamekasan: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. 2006.
Munthe, Bermawy. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani 2009.
Sanjaya, Wina. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenamedia Group. 2008.
Wiyani, Novan Ardy.  Desain Pembelajaran Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.  2013.




[1] Hamzah, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), hlm. 92.
[2] Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2008), hlm. 244.
[3] Ibid, hlm. 246
[4] Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, hlm. 244
[5] Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) hlm. 182
[6] Ibid, hlm. 185
[7] Ibid, hlm. 187
[8] Bermawy Munthe, Desain Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009) hlm. 121
[9] Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, hlm. 194
[10] Abdul Mukhid, Evaluasi Pembelajaran, (Pamekasan: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri, 2006) hlm. 32
[11] Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, hlm. 200