MAKALAH
Desain Evaluasi Pembelajaran
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran
PAI
Dosen pengampu: Misnawi, M. Pd.I
Kelompok IV
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2017
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah,
puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul: “Desain Evaluasi Pembelajaran”
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
junjungan kita nabi besar Muhammad saw,
karena berkat beliau kita semua bisa membedakan mana yang halal dan mana yang
haram dengan adanya islam dan iman
Makalah merupakan salah satu tugas mata kuliah Perencanaan
Pembelajaran PAI jurusan tarbiyah program studi Pendidikan Agama Islam (PAI).
Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada bapak
“Misnawi, M. Pd. I ” selaku dosen pembimbing dan kepada segenap pihak yang
telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, karena itu
saran, kritik maupun sumbangan pemikiran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
isi makalah ini kami sangat harapkan. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum
Wr, Wb.
Pamekasan, 20 Oktober 2017
Kelompok
IV
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar belakang................................................................................................ 1
B.
Rumusan masalah........................................................................................... 2
C.
Tujuan............................................................................................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN
A.
Pengertian Evaluasi Pembelajaran.................................................................. 3
B.
Fungsi Evaluasi Pembelajaran........................................................................ 4
C.
Jenis dan Teknik Evaluasi Pembelajara.......................................................... 6
D.
Merancang Langkah-langkah dalam Evaluasi
Pembelajaran......................... 14
BAB III : PENUTUP
A.
Kesimpulan.................................................................................................... 16
B.
Saran.............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 17
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Proses ataupun
program apapun melakukan evaluasi untuk mengukur maupun mengetahui sejauh mana
tingkat ketercapaian proses maupun program perencanaan tersebut. Tidak ada satu
proses atau program yang berjalan tanpa diiringi kegiatan evaluasi, demikian
juga dalam proses pembelajaran. Dalam desain pembelajaran berbasis pencapaian
kompetensi, evaluasi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui ketercapaian
kompetensi yang telah diraih oleh peserta didik agar dapat diketahui tingkat
ketercapaiannya secara komprehensif maka evaluasi pembelajaran mencakup tiga
domain, yaitu kognitif, afektif, psikomotorik. Seorang guru harus melakukan
kegiatan evaluasi.
Pada kurikulum
2013 Musliyar Kasim wakil menteri pendidikan nasional mengungkapkan bahwa dalam
kurikulum 2013 evaluasi pembelajaran dilakukan berbasis pencapaian kompetensi.
Selain itu, guru juga diharapkan mau dan mampu menggeser paradigma lamanya,
yaitu dari evaluasi melalui tes menuju evaluasi pembelajaran yang otentik.
Evaluasi pada dasarnya
sebagai dasar keputusan, menyusun kebijakan, maupun progam selanjutnya,
keputusan apakah akan dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Kegiatan
evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu upaya apapun yang
terprogam, tidak terkcuali bagi progam pembelajaran sebagai bagian dari progam
pendidikan. Untuk mengetahui apakah program yang telah direncanakan dan
dilaksanakan dapat tercapai tujuannya.
Keberhasilan suatu
kegiatan evaluasi akan dipengaruhi pula oleh keberhasilan evaluator dalam
melaksanakan prosedur evaluasi. Prosedur yang dimaksud adalah langkah-langkah
pokok yang harus ditempuh dalam kegiatan evaluasi. Sukses atau tidaknya suatu
program evaluasi pada hakikatnya turut menentukan baik tidaknya perencanaan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian evaluasi pembelajaran ?
2.
Apa
fungsi evaluasi pembelajaran ?
3.
Bagaimana
jenis dan teknik evaluasi pembelajaran ?
4.
Bagaimana
Langkah-langkah dalam merancang evaluasi pembelajaran ?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian evaluasi pembelajaran
2.
Untuk
mengetahui fungsi evaluasi pembelajaran
3.
Untuk
mengetahui jenis dan teknik evaluasi pembelajaran
4.
Untuk
mengetahui Langkah-langkah dalam merancang evaluasi pembelajaran
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi
berasal dari kata “evaluation” yang kemudian diserap kedalam bahasa Indonesia
menjadi evaluasi yang berarti suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah.
Evaluasi harus dilakukan secara berhati-hati, bertangung jawab, menggunakan strategi,
dan dapat dipertanggung jawabkan. Sementara itu Anas Sudjono mengungkapkan
bahwa kata evaluasi bersinonim denngan penilaian. Hal ini dikarenakan
evaluation kata dasarnya adalah value yang berarti nilai. Sementara itu secara
istilah mengungkapkan bahwa evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu
proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Menurut Guba dan Lincoln evaluasi
pembelajaran adalah suatu proses pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu
yang dipertimbangkan (evaluation). Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa
orang, benda, kegiatan, keadaaan, atau sesuatu kesatuan tertentu.[1]
Ada tiga kata
kunci yang berkaiatan denagan desain evaluasi, yaitu Tes (test), pengukuran (Measurment), dan evaluasi
(evaluation). Tes adalah suatu pertanyaan atau tugas yang setiap butirnya
memepunyai jawaban yang dianggap benar untuk memeperoleh informasi tentang
kemampuan atau kompetensi. Pengukuran adalah pemberian angka kepada suatu pertanyaan
atau tugas menurut aturan, atau formula, atau standar, atau kriteria yang
jelas. Sedangkan penilaian adalah proses untuk mengambil suatu keputusan baik
atau buruk atas hasil belajar denagan menggunaka instrumen tes atau nontes
setelah mengadakan pengukuran tertentu.
Dari beberapa pendapat
di atas , dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan
informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang terlihat dalam mengambil sebuah
keputusan. Jadi inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
B.
Fungsi
Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi
merupakan proses sangat penting dalam kegiatan pendidikan formal. Mengapa
demikian? Bagi guru evaluasi dapat menentukan efektivitas kinerjanya selama
ini, sedangkan bagi pengembang kurikulum evaluasi dapat memberikan informasi
untuk perbaikan kurikulum yang sedang berjalan. Evaluasi sering dianggap
sebagai salah satu hal yang menakutkan bagi siswa. Karena, memang melalui
kegiatan evaluasi dapat ditentukan nasib siswa dalam proses pembelajaran
selanjutnya. Anggapan semacam ini memang harus diluruskan. Evaluasi mestinya
dipandang sebagai sesuatu yang wajar yakni sebagai suatu bagian integral dari
suatu proses kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, mestinya evaluasi
dijadikan kebutu han oleh siswa, sebab dengan evaluasi siswa akan tahu tentang
keberhasilan pembelajaran yang dilakukannya. Ada beberapa fungsi evaluasi,
yakini :[2]
1.
Evaluasi
merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi siswa. Melalui evaluasi
siswa akan mendapatkan informasi tentang efektivitas pembelajaran yang
dilakukannya. Dari hasil evaluasi siswa akan dapat menentukan harus bagaimana
proses pembelajaran yang harus dilakukannya.
2.
Evaluasi
merupakan alat yang penting untuk mengetahu bagaimana ketercapaian siswa dalam
menguasai tujuan yang telah ditentukan.
3.
Evaluasi
dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program kurikulum. Informasi ini
sangat dibutuhkan baik bagi guru maupun pengembang kurikulum khususnya untuk
program perbaikan selanjutnya.
4.
Evluasi
berguna untuk para pengembang kurikulum khusunya daam menentukan kejelasa
tujuan khusus yang ingin di capai.
5.
Evaluasi
berfungsi sebagai umpan balik untuk semua pihak yang berkepetingan di sekolah.
Selain itu
terdapat beberapa fungsi lainnya, diantaranya:
a.
Untuk
mengukur kemajuan belajar peserta didik
b.
Untuk
menilai kemajuan belajar peserta didik
c.
Untuk
menentukan suatu kebijakan
Pada fungsi
yang pertama, dalam evaluasi pembelajaran dilakukan kegiatan pengukuran (measurement).
Mengukur sendiri pada dasarnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau dasar
ukuran tertentu. Itulah sebabnya biasanya pengukuran ini bersifat kuantitatif dan
berhubungan dengan angka-angka. Misalnya pengukuran kemajuan belajar peserta
didik dalam upaya mengisi nilai rapor yang dilakukan dengan menguji peserta
didik dalam bentuk teks.
Kemudian pada
fungsi kedua, dalam evaluasi dilakukan kegiatan penelitian. Menilai sendiri
mengandung makna mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan
diri atau berpegang pada ukuran baik atau buruk, pandai atau kurang pandai, dan
sebagainya. Dengan demikian, penilaian itu sifatnya adalah kuantitaif. Kegiatan
penilaian ini merupakan kegiatan yang dilakukan sesudah guru melakukan kegiatan
pengukuran. Misalnya setelah hasil ujian peserta didik diketahui dalam bentuk
skor kemudian guru menilai apakah semua peserta didiknya sudah mencapai
ketentuan dalam pencapaian kompetensinya atau belum.
Hasil
pengukuran peserta penilaian pada kegiatan evaluasi pembelajaran di atas
kemudian di jadikan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan oleh guru terkait
dengan kepentingan pendidik peserta didiknya. Misalnya, peserta didik naik
kelas atau tidak lulus sekolah atau tidak. Selain itu, hasil evaluasi jaga
dapat digunakan sebagai kebijakan untuk menentukan tindakan selanjutnya dalam
proses pembelajaran. Inilah yang dimaksud dengan evaluasi berfungsi untuk
menentukan sesuatu kebijakan.[3]
Dengan
demikian. Evalusi pembelajaran ini sebenarnya tidak sekadar menilaia hasil
belajar peserta didik saja, tetapi juga pengukuran dan penilaian terhadap
berbagai hal yang memengaruhi proses pembelajaran, seperti materi pembelajaran,
penggunaan strategi pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, dan lain
sebagainya. Tetapi pada umumnya evaluasi pembelajaran ini lebih difokuskan pada
upaya menentukan hasil belajar peserta didik melaui kegiatan pengukuran dan
penilaian. Hasil itulah yang akan dibahas pada bagian ini.[4]
C.
Jenis
dan Teknik Evaluasi Pembelajaran
Pada tahun
1971, Bloom mengenalkan jenis evaluasi pembelajaran yang terdiri dari evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Setelah itu jenis-jenis evaluasi pembelajaran
tersebut mengalami perkembagan. Setidaknya ada empat jenis evaluasi
pembelajaran yang biasanya dilaukan untuk kepentingan pembelajaran sebagai
berikut:
a.
Evaluasi
Formatif, yaitu evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan di setiap peserta didik
selesai mempelajari beberapa Kompetensi Dasar yang harus dicapai pada mata
pelajaran tertentu disatu pokok bahasan mata pelajaran tersebut. Tujuannya adalah
untuk menilai tingkat ketercapaian KD. Jika ada peserata didik yang belum
mencapainya maka diadakanlah remidial
b.
Evaluasi
Sumatif, yaitu evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan di setiap peserta didik
selesai mempelajari beberapa Kompetensi Dasar yang harus dicapai pada mata
pelajaran tertentu disatu pokok bahasan mata pelajaran tersebut. Biasanya
evaluasi pembelajaran sumatif ini dlaksanakan di setiap pertengahan dan akhir
pembelajaran. Dengan demikian, evaluasi sumatif ini bertujua untuk menilai hasil
pencapaian belajar pesrta didik terhadap berbagai komptensi yag harus
dikuasainya dalam suatu periode, seperti akhir semesterdan di kelas terakhir
(Ujian Nasional)
c.
Evaluasi
Diagnostik, yaitu evaluasi pembelajaran
yang dilaksanakan sebagai sarana untuk mendiagnosis berbagai kendala dalam
proses pembelajaran. Evaluasi pembelajaran ini sangat bermanfaat untuk meneliti
maupun mencari sebab kegagalan dalam proses pembelajaran dan untuk mengetahui
dimana letak kesulitan belajar peserta didik
d.
Evaluasi
penempatan, yaitu evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan untuk menempatkan
peseta didik dalam suatu program pendidikan atau jurusan yang sesuai dengan
kemampuan (baik potensial maupun aktual) dan minat peserta didik. Evaluasi
pembelajaran ini sangat bermanfaat dalam proses menentukan jurusan sekolah.[5]
Ada dua teknik
yang dapat dirancang dan digunakan oleh guru sebagai desainer pembelajaran saat
melaksanakan keempat jenis evaluasi pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
a)
Teknik
Evaluasi Pembelajaran Tes
Tes berasal dari
bahasa Prancis, yaitu testum yang berarti piring yang digunakan untuk
memilih logam mulia dari benda-benda lain seperti pasir, batu, tanah dan
sebagainya. Dalam perkembangannya istilah tes tersebut diadopsi kedalam
psikologi dan pendidikan. Di dunia pendidikan, khususnya di sekolah tes banyak digunakan untuk
mengukur prestasi belajar peserta didik dalam domain kognitif, seperti
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Penggunaan
tes sebagai salah satu instrumen dalam evaluasi pembelajaran sudah dikenal
sejak dahulu kala.
Adapun tujuan
penggunaan evaluasi pembelajaran dengan instrumen tes ini yaitu untuk
mengetahui;
1.
Tingkat
awal kemampuan peserta didik
2.
Kesulitan
belajar peserta didik
3.
Memotivasi
peserta didik untuk giat belajar
4.
Hasil
belajar peserta didik
5.
Pertumbuhan
dan perkembangan prestasi peserta didik
6.
Keberhasilan
guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran
7.
Memotivasi
guru untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya.
Pada umumnya
guru di sekolah-sekolah menggunakan tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan
saat melakukan evaluasi pembelajaran.berikut adalah uraian dari ketiganya
tersebut:
1)
Tes Tertulis
Tes yang
dilakukan secara tertulis, baik pertanyaan maupun jawabannya. Tes tertulis ini
dapat digunakan secara individu maupun kelompok. Tes tertulis ini dibagi
menjadi dua sebagai berikut:
a)
Uraian
Menurut sejarah
yang ada lebih dahulu adalah tes tertulis bentuk uraian. Namun karena banyak
kekurangannya terutama dalam hal penskoran maka para pakar pendidikan berusaha
untuk menyusun tes dalam bentuk yang lain. Guru dapat merancang instrumen
evaluasi pembelajaran dengan tes tertulis bentuk uraian ke dalam dua model.
Pertama, model
uraian terbatas. Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini peserta didik
harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Batas-batas
tersebut sebelumnya harus sudah ditentukan oleh guru. Misalnya untuk soal
seperti berikut ini
“Sebutkan 10
nama malaikat beserta tugasnya”
“Jelaskan
bagaimana urutan saat melakukan wudhu’”
Ke dua model uraian
bebas. Dalam model ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan
sistematikanya sendiri. Namun, guru harus membuat patokan dalam mengoreksi
jawaban peserta didik nantinya. Contohnya:
“Bagaimana
perkembangan agama Islam di zaman Dianasti Abbasiyah?”
“Bagaimana
peranan para pedagang Gujarat dalam Islamisasi masyarakat Jawa?”[6]
b)
Objektif
Tes objektif
sering disebut dengan tes dikotomi
dikarenakan jawabannya antara benar atau salah. Lebih lanjut, Zainal
Arifin mengungkapakan bahwa tes ini dikatakan sebagai tes objektif karena
penilaiannya objektif. Siapapun yang mengoreksi jawaban tes objektif, hasilnya
akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti. Tes objektif ini
menuntut peseta didik untuk memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan
jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi
pertanyaan maupun pertanyaan yang belum sempurna. Tes objektif ini terdiri dari
empat bentuk:
1.
Benar-Salah
(True-False, Yes-No)
Bentuk
tes ini lebih banyak digunakan untuk mengukur kemampuan mengidentifikasi
informasi berdasarkan hubungan yang sederhana. Dalam penyusunan soal
benar-salah tidak haya menggunakan pernyataan atau pertanyaan akan tetapi juga
dalam bentuk gambar atau tabel dan diagram. Contoh:
B-S
|
Shalat Dzuhur dilaksanakan tiga rakaat
|
B-S
|
Rukun Islam yang kelima adalah zakat
|
Ya-Tidak
|
Tugas malaikat Ridwan adalah menjaga Surga
|
Ya-Tidak
|
Puasa wajib dimulai pada tanggal 1 Ramadhan
|
Kelebihan
tes benar-salah, yaitu:
a.
Relatif
dapat menguji banyak bahan ajar yang lebih luas
b.
Mudah
di skor oleh guru/dosen secara langsung atau oleh orang lain karena sudah ada
kunci jawaban
c.
Petunjuk
cara mengerjakannya mudah dimengerti.
Sedangkan kelemahannya dari tes benar-salah, yaitu:
a.
Sering
membingungkan bagi mereka yang tidak mengetahui secara pasti
b.
Lebih
mendorong peserta tes untuk menebak jawaban
c.
Ada
kecenderungan terlalu menguji kemampuan aspek ingatan.[7]
2.
Pilihan
Ganda
Guru
dapat merancang soal tes bentuk pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar yang
lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi. Soal tes bentuk pilihan ganda terdiri atas
pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban. Contoh:
1.
Berikut
ini adalah contoh perbuatan Khusnudzan......
a.
Berkelahi c. Ramah
b.
Mencela d. Beringas
Kelebihan dari tes pilihan ganda, yaitu:
a.
Cara
penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan objektif
b.
Dapat
digunakan berulang-ulang.
Sedangkan untuk kelemahannya dari tes pilihan ganda, yaitu:
a.
Penyusunan
soal yang benar-benar baik membutuhkan waktu yag lama
b.
Sukar
dalam menentukan alternatif jawaban yang benar-benar homogen dan logis.
3.
Menjodohkan
Bentuk
tes ini disebut juga dengan matching test. Bentuk tes ini terdiri atas
satu seri pertanyaandan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan atau
pernyataan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas pesrta
didik adalah mencari dan menempatkan jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan
pertanyaan atau pernyataannya. Contoh:
Bagian A
|
Jawaban
|
Bagian B
|
1.
Jumlah
rakaat shalat Maghrib
|
Ibrahim
|
|
2.
Kitab
suci ummat Islam
|
Shalat
|
|
3.
Malaikat
penjaga Surga
|
Tiga
|
|
4.
Tiang
Agama
|
Al-Qur’an
|
|
5.
Rasul
Ulul Azmi
|
Ridwan
|
|
Malik
|
||
Puasa
|
Kelebihan
dari tes menjodohkan ini, yaitu:
a.
Relatif
mudah disusun
b.
Penskorannya
mudah, objektif dan cepat
c.
Dapat
istilah dan definisinya
d.
Materi
tes cukup luas.
Sedangkan kelemahannya, yaitu:
a.
Ada
kecenderungan untuk menekankan ingatan saja
b.
Kurang
baik untuk menila pengertian guna membuat tafsiran.[8]
4.
Tes
Isian
Tes
isian ini biasanya disebut Completion test atau tes melengkapi. Tes ini
terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yag dihilangkan. Contoh:
1.
Nabi
Muhammad Saw lahir pada tanggal.....................
2.
Kaum
Muhajirin adalah kaum yang berasal dari kota..........
Kelebihan tes isian ini, yaitu:
a.
Relatif
mudah disusun
b.
Sangat
baik untuk menilai kemampuan peserta didik yang berkenaan dengan fakta, prinsip
dan terminologi
c.
Menuntut
peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya secara singkat dan jelas.
Kelemahan tes isian, yaitu:
a.
Dalam
memeriksa lembar jawaban dibutuhkan waktu yang cukup banyak
b.
Pada
soal bentuk melengkapi, jika titik-titik kosong yag harus diisi terlalu banyak
maka dapat mengakibatkanpeserta didik sering terkecoh.
2)
Tes
Lisan
Tes lisan ini
disebut juga dengan oral test karena dalam pelaksanaannya guru menuntut
jawaban peserta didik secara lisan. Tes lisan ini haya mencakup domain
kognitif, Anas Sudijono mengungkapkan bahwa setidaknya ada sembilan rambu-rambu
yang harus diperhatikan oleh guru dalam merancang dan melakuka tes lisan,
antara lain sebagai berikut:
a.
Sebelum
melakukan tes lisan sebaiknya guru sudah melakukan inventarisasi berbagai jenis
soal yang akan diajukan kepada peseta didik dalam tes lisan tersebut sehingga
tes lisan memiliki validitas yang tinggi, baik dari segi isi maupun
konstruksinya
b.
Guru
harus menyiapkan setiap butur soal yang telah ditetapkan untuk diajukan dalam
tes lisan serta membuat pedomannya
c.
Guru
jangan sekali-kali menentukan skor atau nilai hasil tes lisan setelah seluruh
peserta didik menjalani tes lisan
d.
Tes
hasil belajar yang dilaksanakan secara lisan hendaknya jagan sampai menyimpang
atau berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi
e.
Guru
jangan sekali-kali memancing, baik dengan kata-kata maupun kode kepada peserta didik dengan tujuan untuk membantu
peserta didik dalam menjawab pertanyaan
f.
Tes
lisan harus berlangsung secara wajar, jangan sampai menimbulkan rasa takut,
gugup, panik peserta didik
g.
Sebaiknya
guru menentukan batas waktu yang disediakan bagi peserta didik untuk menjawab
pertanyaan
h.
Pertanyaan-pertanyaan
yang dibuat okleh guru hendaknya bervariasi sekalipun inti persoalan yang
ditanyakan itu sama, namun cara pengajuannya dibuat beragam
i.
Usahakan
tes lisan dilakukan secara individual, agar tidak memengaruhi mental peserta
didik yang lainnya.[9]
3)
Tes
Perbuatan
Tes perbuatan
ini pada umumnya digunakan untuk mengukur domain psikomotorik peserta didik
dimana penilaiannya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan hasil
akhir yang dicapai oleh peserta didik setelah melaksanakan tugas tersebut.
Dikarenakan tes ini bertujuan untuk mengukur keterampilan maka sebaiknya tes
ini dilaksanakan secara individual. Harapannya, masing-masing peserta didik
yang di tes akan dapat diamati dan dinilai secara pasti sejauh mana kompetensi
atau keterampilannya dalam melaksanakan tugas yang diperintahkan pada
masing-masing peserta didik.[10]
c)
Teknik
Evaluasi Pembelajaran Nontes
Jika domain
kognitif dapat dievaluasi melalui tes tertulis atau tes lisan, sementara domain
psikomotorik dapat dievaluasi melalui tes perbuatan maka instrumen evaluasi
pembelajaran nontes dapat digunakan untuk mengevaluasi domain sikap (afektif)
peserta didik. Berikut adalah contoh instrumen evaluasi jenis nontes.
1.
Observasi
Observasi
digunakan oleh guru dengan cara mengamati kegiatan peserta didik baik secara
langsung maupun tidak langsung. Alat yang digunakan berupa pedoman observasi.
2.
Wawancara
Teknik
wawancara ini dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab dengan peserta
didik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pedoman wawancara harus
mengacu pada tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam berbagai kompetensi yang
harus dicapai oleh peserta didik.
3.
Skala
sikap
Sikap
berhubungan dengan perilaku manusia. Dalam skala sikap ini perilaku peserta
didik dievaluasi melalui kegiatan pengukuran sikap.salah satu model skala sikap
yang sering digunakan adalah Skala Likert.
4.
Daftar
cek
Daftar cek
merupakan suatu daftar yang berisi subjek dan aspek yang akan diamati.
Penggunaan daftar cek ini memungkinkan guru sebagai evaluator mencatat setia
aktivitas peserta didik sekecil apapun. Ada berbagai macam aspek perbuatan yang
biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian gur tinggal memberikan tanda
centang pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai denagan hasil penilaian.
5.
Catatan
Insidental
Catatan
Insidental merupakan catatan-catatan singkat tentang berbagai peristiwa yang
dialami oleh peserta didik secara perorangan. Catatan ini merupakan pelengkap
dalam penilaian guru terhadap peserta didiknya, terutama yang berkenaan dengan
perilaku peserta didik.
D.
Merancang
Langkah-langkah Evaluasi Pembelajaran
Sumiati dan
Asra mengungkapkan bahwa langkah-langkah dalam evaluasi pembelajaran terdiri
dari tiga tahapan utama sebagai berikut:
a.
Tahap
Persiapan
Pada tahap
persiapan ini bahan-bahan yang diperlukan untuk menyusun evaluasi dihimpun,
bahan-bahan tersebut antara lain sebagai berikut:
1.
Kompetensi
dasar beserta indikator pencapaian kompetensi tersebut
2.
Ruang
lingkup da sistematika materi pembelajaran
3.
Kisi-kisi
evaluasi pembelajaran berdasarkan materi pembelajaran
4.
Menuliskan
butir-butir soal dengan bentuk sebagaimana yang dirancang dalam kisi-kisi
5.
Jika
diperlukan, soal perlu diuji terlebih dahulu sebelum diperbanyak sesuai dengan
kebutuhan.
b.
Tahap
Pelaksanaan
Melaksanakan
evaluasi pembelajaran harus disesuaikan dengan maksud atau tujua tertentu.
Evaluasi formatif dapat dilaksanakan setiap kali selesai dilakukan proses
pembelajaran terhadap satu unit pelajaran tertentu. Sementara itu, evaluasi
sumatif dilakukan pada akhir program, apakah di akhir semester atau di kelas
terakhir (Ujian Nasional). Sedangkan evaluasi diagnostik dilaksanakan sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.
c.
Tahap
Pemeriksaan
Dalam tahap
pemeriksaan ini dilakukan penentuan dan pengolahan angka atau skor melalui
kegiatan koreksi. Dalam mengoreksi hasil pekerjaan peserta didik, seharusnya
guru membuat dan menggunakan kunci jawaban, baik untuk evaluasi dengan tes
objektif maupun tes uraian. Hal ini disamping untuk mempermudah pemeriksaan
juga untuk menghindari unsur subjektif dalam memberi angka. Angka yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan masih dalam bentuk angka mentah. Agar angka
masak (angka terjabar) dapat diperoleh maka perlu dilakukan pengolahan dengan
menggunakan aturan-aturan tertentu.[11]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Evaluasi
berasal dari kata “evaluation” yang kemudian diserap kedalam bahasa Indonesia
menjadi evaluasi yang berarti suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah.
Evaluasi harus dilakukan secara berhati-hati, bertangung jawab, menggunakan
strategi, dan dapat dipertanggung jawabkan. Adapun fungsi dari evaluasi
Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi siswa. Melalui
evaluasi siswa akan mendapatkan informasi tentang efektivitas pembelajaran yang
dilakukannya. Dari hasil evaluasi siswa akan dapat menentukan harus bagaimana
proses pembelajaran yang harus dilakukannya.
Jenis-jenis
dari evaluasi pembelajaran yaitu: Evaluasi Formatif, Evaluasi Sumatif, Evaluasi
Diagnostik, dan Evaluasi Penempatan. Sedangkan teknik yang dapat dirancang oleh
guru dalam evaluasi pembelajaran yaitu: Teknik Evaluasi Pembelajaran Tes dan
Teknik Evaluasi Pembelajaran Nontes.Dalam merancang langkah-langkah evaluasi
pembelajarn terdir dari tiga tahapan, yaitu: Tahap Persiapan, Tahap
Pelaksanaan, dan Tahap Pemerksaan
B.
Saran
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih
banyak kekurangan dan kekhilafan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan supaya
kedepannya bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Kami segenap penulis
mengucapkan terimakasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamzah. Perencanaan
Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2010.
Mukhid, Abdul. Evaluasi Pembelajaran. Pamekasan: Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri. 2006.
Munthe, Bermawy. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani 2009.
Sanjaya, Wina. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenamedia Group. 2008.
Wiyani, Novan Ardy. Desain
Pembelajaran Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2013.