Saturday, 21 October 2017

MAKALAH ILMU TASAWUF


ILMU TASAWUF

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf
yang di ampu oleh Bapak
Mohammad Subhan Zamzami Lc, M. TH.I

Disusun Oleh:
Rian Mahmudi
(20170702061055)

 













KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI)
JURUSAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM  PAMEKASAN

2017


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I   PENDAHULUAN......................................................................................1
A.      Latar Belakang....................................................................................1
B.       Rumusan Masalah...............................................................................2
C.       Tujuan.................................................................................................2
BAB II  PEMBAHASAN........................................................................................3
A.      Pengertian Tasawuf............................................................................3
B.       Asal-Usul Tasafuw.............................................................................5
C.       Pro dan Kontra Terhadap Tasawuf.....................................................6
BAB III PENUTUP................................................................................................10
A.      Kesimpulan.......................................................................................10
B.       Saran.................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11



BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang
Studi islam, yaitu ajaran-ajaran yang berhubungan dengan islam. Itu berarti studi  pemikiran islam yaitu ajaran-ajaran yang berhubungan dengan pemikiran islam. Studi pemikiran islam dibagi menjadi empat yaitu studi pemikiran islam kalam, studi pemikiran islam filsafat, studi pemikiran islam tasawuf, dan studi pemikiran islam fiqh.
Dari uraian itu diketahui bahwa tasawuf merupakan bagian dari studi pemikiran islam. Di tengah situasi masyarakat yang cenderung mengarah kepada krisis moral seperti gejalanya mulai tampak saat ini, akibat negatifnya mulai terasa dalam kehidupan, masalah tasawuf mulai mendapatkan perhatian dan dituntut peranannya untuk terlibat aktif mengatasi masalah tersebut. Terjadinya kebakaran hutan dengan segala akibat yang merugikan, praktik pengguguran kandungan (aborsi), pembunuhan, disia-siakan masalah keadilan, dan kejahatan yang lainya adalah bermula dari kekotoran jiwa manusia, yaitu jiwa yang jauh dari bimbingan Tuhan, disebabkan ia tidak pernah mencoba mendekatinya. Untuk mengatasi masalah itu tasawuflah yang paling memiliki potensi dan otoritas, karena didalam tasawuf dibina secara intensif tentang cara seseorang selalu merasakan kehadiran Tuhan dalam dirinya. Dengan demikian ia akan malu  berbuat menyimpang karena merasa diperhatikan oleh Tuhan.
Demikian pentingnya peranan tasawuf dalam kelangsungan hidup manusia, maka perlu diadakan penelitian dan pengembangan tasawuf islam, yaitu penelitian yang ingin melihat seberapa jauh pemahaman tasawuf islam itu dikembangkan dalam rangka merespon dan menjawab secara konkret berbagai masalah yang timbul di masyarakat. Penelitian ini dinilai  penting untuk dilakukan agar pemahaman tasawuf Islam tetap mampu memandu dan membimbing perjalanan umat.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Tasawuf?
2.      Bagaimanakah Asal-usul Tasawuf?
3.      Siapakah Tokoh yang Pro dan Kontra terhadap Tasawuf?
C.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian Tasawuf.
2.      Untuk mengetahui Asal-usul Tasawuf.
3.      Untuk mengetahui Tokoh yang Pro dan Kontra tehadap Tasawuf.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tasawuf
Tasawuf adalah nama lain dari “Mistisisme dalam Islam”. Di kalangan orientalis barat dikenal dengan sebutan “Sufisme” kata “Sufisme” merupakan istilah khusus mistisisme Islam. Sehingga kata “Sufisme” tidak ada pada mistisisme agama-agama lain.
Tasawuf bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari Tuhan. Hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran, bahwa manusia sedang berada di hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan menuju kontak komonikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Tuhan. Hal ini melalui cara bahwa manusia perlu mengasingkan diri. Keberadaannya yang dekat dengan Tuhan akan berbentuk “Ijtihad” (bersatu) dengan Tuhan. Demikian ini menjadi persoalan “Sufisme” baik agama islam maupun diluarnya.
Dengan pemikiran di atas, dapat dipahami bahwa “Tasawuf” adalah suatu ilmu yang mempelajari suatu cara, bagaimana seseorang dapat mudah berada di hadirat Allah SWT. (Tuhan). Maka gerakan “kejiwaan” penuh dirasakan guna memikirkan betul suatu hakikat kontak hubungan yang mampu menelaah informasi dari Tuhannya.[1]
Tasawuf adalah adalah wasilah (media) yang di tempuh oleh seorang mukmin melalui proses upaya dalam rangka menghakikatkan syariat lewat thariqat untuk mencapai makrifat.[2]
Terdapat beberapa pendapat dari para ahli tentang asal muasal kata tasawuf, yaitu Pertama, kata tasawuf berasal dari kata ahlu shuffah, yaitu nama yang diberikan kepada sebagian fakir miskin di kalangan orang Islam pada masa awal Islam. Mereka adalah diantara orang-orang yang tidak punya rumah, maka menempati gubuk yang telah dibangun Rasulullah di luar masjid di Madinah. adalah sebuah komunitas yang memiliki ciri yang menyibukkan diri dengan kegiatan ibadah. Mereka meninggalkan kehidupan dunia dan memilih pola hidup zuhud. Mereka tinggal di masjid Nabi dan tidur di atas bangku batu dengan memakai pelana (sofa), mereka miskin tetapi berhati mulia. Para sahabat nabi hasil produk shuffah ini antara lain Abu Darda’, Abu Dzar al Ghifari dan Abu Hurairah.[3]
Kedua, tasawuf berasal dari kata shafa, yang berari bersih/suci. Kata ini dinisbatkan kepada orang-orang yang slalu menjaga kebersihan dan kesucian hatinya dari hal-hal yang bersifat keduniaan. Mereka memiliki ciri-ciri khusus dalam aktifitas dan ibadah mereka atas dasar kesucian hati dan untuk pembersihan jiwa dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.[4]
ketiga, tasawuf berasal dari kata shaff, yaitu menggambarkan orang-orang yang selalu berada di barisan depan dalam beribadah kepada Allah dan dalam melaksanakan kebajikan.[5]
Keempat, ada pendapat yang mengatakan tasawuf berasal dari kata saufi, yang berarti kebijaksanaan.kata ini dinisbatkan kepada para kaum sufi yang slalu cinta kepada kebenaran dan kebijaksanaan.[6]
Kelima, ada pendapat yang mengatakan tasawuf berasal dari kata shuff, yang berarti bulu domba. Berasal dari kata shuf  karena orang-orang ahli ibadah dan zahid pada masa dahulu menggunakan pakaian sederhana terbuat dari bulu domba. Dalam sejarah tasawuf banyak kita dapati cerita bahwa ketika seseorang ingin memasuki jalan kedekatan pada Allah mereka meninggalkan pakaian mewah yang biasa dipakainya dan diganti dengan kain wol kasar yang ditenunsederhana. Tradisi pakaian sederhana dan compang camping ini dengan tujuan agar para ahli ibadah tidak timbul rasa riya’, ujub atau sombong.[7]
Al Junaid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tasawuf adalah membersihkan hati dari apa yang mengganggu makluk, berjuang meninggalkan pengaruh budi yang asal kita memadamkan sifat-sifat yang merupakan kelemahan kita, menjauhkan diri dari seruan hawa nafsu, mendekati sifat-sifat kerohanian, bergantaung pada ilmu-ilmu hakikkat, memakai barang yang penting dan terlebih kekal[8]

B.     Asal usul Tasawuf
Sebagai sebuah ajaran, tasawuf muncul pada zaman Rasulullah SAW, sebab misi kerasulannya meliputi ajaran-ajaran yang berkaitan dengan keyakinan/keimanan (Aqidah), Ibadah dan Akhlak.[9]
Tasawuf sudah muncul semenjak agama Islam dibawa oleh oleh nabi Muhammad SAW, fakta yang menunjukkan sebelum beliau diutus menjadi Rosul beliau telah bertahanus di Gua Hira untuk mencapai ketenangan. Mengasingkan diri dan membersihkan diri dari godaan dan mensucikan jiwanya serta mencari hakekat kebenaran yang dapat mengatur.[10]
Pada zaman sahabat nabi tasawuf diamalkan oleh para sahabat-sahabat dengan menonjolkan kesederhanaan dalam hidup, dan mencurahkan hidupnya hanya untuk rohaniyah saja dengan zuhud terhadap dunia, cinta dan menharap bertemu dengan Allah , sabar, tawakkal, wara’ dan sifat-sifat terpuji lainnya.[11]
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari luar yang masuk ke dalam Islam. Sebagian penulis misalnya ada yang berpendapat bahwa tasawuf berasal dari kebiasaan rahib-rahib Kristen yang menjauhi dunia dan kesenangan material. Ada pula yang mengatakan bahwa tasawuf timbul atas pengaruh ajaran Hindu dan disebutkan pula bahwa ajaran tasawuf berasal dari filsafat Phytagoras dengan ajaran-ajarannya yang meninggalkan kehidupan material dan memasuki kehidupan kontemplasi. Dikatakan pula bahwa tasawuf masuk ke dalam Islam karena pengaruh filsafat Plotinus. Disebutkan bahwa menurut filsafat emanasi Plotinus bahwa roh memancar dari zat Tuhan dan kemudian akan kembali kepada-Nya. Tetapi dengan masuknya roh ke alam materi, ia menjadi kotor, dan untuk dapat kembali ke tempat Yang Maha Suci, terlebih dahulu ia harus disucikan. Tuhan Maha Suci dan Yang Maha Suci tidak dapat didekati kecuali oleh yang suci, dan pensucian roh ini terjadi dengan meninggalkan hidup kematerian, dan dengan mendekatkan diri kepada Tuhan sedekat mungkin dan kalau bisa hendaknya bersatu dengan Tuhan semasih berada dalam hidup ini.[12]
Namun demikian, terlepas atau tidak adanya pengaruh dari luar itu, yang jelas bahwa dalam sumber ajaran Islam, Al-Qur’an dan hadits terdapat ajaran yang dapat membawa kepada timbulnya tasawuf. Paham bahwa Tuhan dekat dengan manusia, yang merupakan ajaran dalam mistisisme ternyata ada di dalam Al-Qur’an dan hadits.[13]
Tahanuts yang dilakukan Nabi Muhammad SAW di Gua Hira merupakan cahaya pertama dan utama bagi nur tasawuf, karena itulah benih pertama bagi kehidupan rohaniah. Di dalam mengingat Allah serta memuja-Nya di Gua Hira, putuslah ingatan dan tali rasa beliau dengan segala makhluk lainnya. Di situ pula berawalnya Nabi Muhammad mendapat hidayah, membersihkan diri dan mensucikan jiwa dari noda-noda penyakit yang menghinggapi sukma, bahkan sewaktu itu pulalah berpuncaknya kebesaran, kesempurnaan, dan kemuliaan jiwa Muhammad Saw. dan membedakan beliau dari kebiasaan hidup manusia biasa.[14]
C.     Pro dan Kontra Terhadap Tasawuf
Berbagai pendapat para ahli yang mengkritik tentang tasawuf, dan menimbulkan pro dan kontra tentang tasawuf.
1.      Tokoh-Tokoh Pro Tasawuf
a.       Hasan Al-Basri (21 H- 110 H)
Hasan Al-Bashri memiliki nama lengkap Abu Said Al-Hasan bin Yasar, adalah seorang zahid dari kalangan tabiin yang lahir di Madinah pada tahun 21 Hijriyah. Beliau merupakan pelopor utama yang mulai memperluaskan ilmu-ilmu kebatinan dan kesucian jiwa.
Menurut pandangannya, tasawuf merupakan ajaran untuk menanamkan rasa takut (baik itu takut akan dosa-dosa, takut tidak mampu memenuhi perintah dan larangan Allah, takut akan ajal atau kematian ) di dalam diri setiap hamba dan senantiasa mengingat Allah SWT. Beliau berpendapat bahwa dunia adalah ladang beramal, banyak duka cita di dunia dapat memperteguh amal sholeh. [15]
b.      Al-Muhasibi (165 H – 243 H)
Al-Muhasibi memiliki nama lengkap Abu Abdillah Al-Harist bin Asad Al-Bashri Al- Baghdadi Al-Muhasibi. Beliau lahir di Bashroh, Irak pada tahun 165 Hijriyah. Menurut beliau, tasawuf berarti ilmu yang mengajarkan untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT, menjalankan kewajiban sebagai seorang hamba dan meneladani akhlak Rasulullah Saw.
Beliau juga berpendapat ada 3 hal yang perlu ditekankan untuk membersihkan jiwa dan mencapai jalan keselamatan, yaitu melalui Ma’rifat (Mengenal Allah SWT dengan mata hati), Khauf (rasa takut), dan Raja’ ( pengharapan).[16]
c.       Al-Qusyairi (376 H- 465 H)
Al-Qusyairi memiliki nama lengkap ‘Abdul Karim bin Hawazim. Beliau lahir di kawasan Nishafur pada tahun 465 Hijriyah, dimana beliau ini merupakan seorang ulama yang ahi dalam berbagai disiplin ilmu pada masanya.[17]
Ajaran tasawuf Al-Qusyairi didasarkan pada doktrin Ahlusunnah Wal Jama’ah dan berlandasakan ketauhidan. Beliau mengadakan pembaharuan di ajaran tasawuf, dengan menentang keras doktrin-doktrin aliran Karamiyah, Syi’ah, Mu’tazilah, dan Mujassamah. Ia juga menjelaskan pembeda antara dzahir dan bathil, serta syariat dan hakikat. Menurutnya, tidak haram jika seseorang menikmati kesenangan dunia, asalkan tetap berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Assunnah.[18]
d.      Al-Ghazali (450 H – 505 H)
Al-Ghazali memiliki nama lengkap Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Ahmad al-Thusi. Beliau lahir di kota Khurasan, Iran pada tahun 450 Hijriyah. Di masa hidupnya, Al Ghazali merupakan seorang ahli ilmu yang dikagumi oleh banyak ulama besar. Beliau juga dikenal sebagai seorang Sufi, Filosof, Fuqoha (ahli fiqh), dan Mutakallim. Beliau juga memiliki banyak gelar, salah satunya Hujjah Al-Islam yang diperolehnya dari kerajaan Bani Saljuk.[19]
Seperti halnya Al-Qusyairi, Al-Ghazali juga berupaya mengembalikan ajaran tasawuf yang sesuai syariat agama dan bersih dari aliran-aliran asing yang menyesatkan Islam, dengan berpedoman pada Al Quran dan As Sunnah (Ajaran Rasulullah Saw). Tasawuf Al-Ghazali lebih kepada penekanan pendidikan moral, dimana seseorang dianjurkan memperdalam ilmu aqidah dan syariat terlebih dahulu sebelum mempelajari ketasawufan.[20]
2.      Tokoh-Tokoh Kontra Tasawuf
Para kritikus memiliki pendapat bahwa tasawuf bersumber dari luar islam, berikut ini komentar mereka.
a.       Syaikh Ihsan Ilahi Dhahir
Jika kita memperhatikan dengan teliti tentang tasawuf dan pendapat para sufi, maka kita akan melihat dengan jelas perbedaannya dengan Al-qur’an dan sunnah. Kita juga tidak melihat adanya bibit tasawuf di dalam perjalanan hidup Nabi dan para sahabat. Mereka itu manusia pilihan Allah SWT. Namun kita dapat melihat bahwa tasawuf diambil dari kependetaan Nasrani, Brahmana Hindu, ibadah Yahudi, dan zuhud agama Buddha.[21]

b.      Syaikh Shabir Tha’imah
Jelas bahwa tasawuf terpengaruh oleh kehidupan para pendeta Nasrani. Mereka suka memakai pakaian dali bulu domba dan berdiam di biara. Kebiasaan ini di mulai ketika Islam melakukan ekspansi.[22]
c.       Syaikh Abdur Rahim Al-Wakil
Sesungguhnya tasawuf itu makar yang paling hina. Setan telah membuatnya memerangi Allah SWT dan Rasulullah serta menipu para hamba-Nya. Sesungguhnya tasawuf adalah topeng kaum Majusi agar terlihat seperti orang yang rabbaniI (taat pada Tuhan), bahkan juga topeng semua musuh Islam. Apabila diteliti, maka akan ditemui ajaran Hindu, Buddha, Zoroaster, Yahudi, Nasrani Pangan, dan Platonisme.[23]
d.      Syaikh Al-Fauzan
Jelaslah bahwa tasawuf adalah ajaran dari luar yang menyusup ke dalam Islam. Hal itu tampak dari kebiasaan-kebiasaan yang dinisbahkan kepadanya. Tasawuf adalah ajaran yang asing dalam Islam dan jauh petunjuk dari Allah SWT.
Kalangan “sufi generasi terkemudian” sudah banyak melakukan kebohongan. Sementara itu, kalangan “sufi generasi terdahulu” masih berada di dalam keadaan yang netral, seperti Al-Fuadhail bin Iyadh, Al-Junaid, dan Ibrahim bin Adham.[24]







[1] A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2014) hlm, 206.
[2] Jamaluddin Kafie, Tasawuf Kontemporer, hlm, 31.
[3] Mohammad Muchlis Solichin, Akhlak dan Tasawuf , (Surabaya: Pena Salsabila, 2014) hlm, 117.
[4] Ibid, hlm 118.
[5] Ibid, hlm 118.
[6] Ibid, hlm 118.
[7] Ibid, hlm 119.
[8] Mohammad Muchlis Solichin, Akhlak dan Tasawuf , (Surabaya: Pena Salsabila, 2014) hlm, 120.
[9] Ibid.
[11] Ibid.
[13] Ibid.
[14] Ibid.
[15] https://dalamislam.com/akhlaq/tasawuf-akhlaki (diakses pada 20,10,2017) jam 13:35.
[16] Ibid.
[17] Ibid.
[18] https://dalamislam.com/akhlaq/tasawuf-akhlaki (diakses pada 20,10,2017) jam 13:35.
[19] Ibid.
[20] Ibid.
[21] Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf (Jakarta: AMZAH, 2015), hlm 382.
[22] Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf (Jakarta: AMZAH, 2015), hlm 382.
[23] Ibid, hlm 383.
[24] Ibid, hlm 383.