HADIS
MACAM-MACAM SALAT
MAKALAH
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis
Ibadah
Dosen Pengampu:
Khairul Muttaqin. M.Th.I
Oleh:
Ikmal
(20160702050012)
Aprilita
Sari (20160702050006)
Badrut
Tamaam Sofyan (20160702050008)
PRODI ILMU AL
QUR’AN DAN TAFSIR
JURUSAN
SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PAMEKASAN
2017
KATA
PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah SWT yang sudah memberikan kami kesempatan untuk bisa
menyelesaikan yang berupa tugas pembuatan makalah ini, karena dengan pembuatan
makalah ini kami bisa menambah wawasan dan pengetahuan. Selawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, karena beliaulah kita dapat
membedakan antara yang hak dan yang batil.
Kami
juga ucapkan terimakasih kepada Bpk. Khairul Muttaqin. M, Th.I, sebagai dosen
dalam mata kuliah Hadis Ibadah, sekaligus motivator kami, kami sangat
mengharapkan berkah beliau, agar ilmu yang beliau berikan pada kami tidak
sia-sia, yakni menjadi ilmu yang bermanfaat dan berkah di dunia sampai akhirat
kelak.
Pamekasan
28 September 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman Judul……………………………………………………….……...….I
Kata Pengantar……………………………………………………….…….......I
Daftar Isi……………………………………………………………….…........II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………........1
B. Rumusan Masalah………………………………………………….......1
C. Tujuan
Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hadis Macam-Macam Salat ...................................................................3
1.
Hadis
Macam-Macam Salat Wjib ...................................................3
2.
Hadis
Macam-Macam Salat Sunah...................................................4
B.
Fikih
Hadis..............................................................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………..……………...……...…….…....8
B. Saran-Saran.............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ………………………………...…………………......10
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Salat merupakan rukun Islam yang kedua, meskipun begitu, salat
merupakan amal ibadah yang pertama kali yang dihisab di akhirat. Salat juga
merupakan tiang agama, orang lalai dalam salat, apalagi sampai tidak
mengerjakan salat, maka orang tersebu sudah merobohkan tiang agama. Salat jyga
merupakan salah satu cara yang sangat istimiwa untuk menghambakan diri kepada
sang pencipta, bakhan Nabi Muhammad yang sudah mendapat jaminan mendapatkan
surga dan sudah di maksum oleh Allah masih sangat rajin melakukan salat, hal
itu merupakan indikasi bahawa salat adalah ibadah yang sangatlah istimewa di
hadapan Allah.
Berbicara mengenai salat, salat yang pertama kali diwajibkan oleh
Allah kepada Nabi Muhammad di waktu pelaksanaan isra mikraj adalah sebanyak 50
kali sehari semalam, karena Nabi Muhammad begitu cintanya kepada umatnya,
beliau meminta kepada Allah untuk dikurangan karena umatnya tidak mungkin
sanggup melaksanakan kewajiaban sebanyak itu. Akhirnya Allah mengkabulkan
permintaan Nabi Muhammad dan dikurangi sampai menjadi lima waktu saja sehari
semalam, yang pahalanya sama dengan salat 50 kali sehari semalam.
Dalam Islam, selain ada salat yang diwajibkan, juga ada banyak
macam- macam salat yang disunahkan yang tentunya dibalik salat sunah itu banyak
keutamaan yang Allah berikan kepada umatnya,
maka untuk lebih bisa memahami salat-salat yang ada dalam Islam, maka
kami berinisiatif memberikan sebuah sumbangan pengetahuan mengenai macam-macam salat,
yang akan kami sajikan dalam bentuk makalah.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah yang akan kami angkat adalah sebagai berikut:
1.
Apa
saja hadis yang menerangkan pembagian salat?
2.
Dan
bagaimana kesimpulan fikihnya?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Bisa
mengetahui hadis-hadis yang menerangkang penmbagian salat.
2.
Bisa
mengetahui hasil hukum fikih dari hadis-hadis tersebut.
BAB
I
PEMBAHASAN
A.
Hadis
Macam-Macam Salat
Salat ditinjau dari segi tuntutan untuk melakukan dibagi menjadi
dua bagian, yaitu salat wajib dan salat sunah. Artinya, salat wajib merupakan
salat yang wajib dilakukan oleh setiap kaum muslim baik laki-laki maupun
perempuan dan apabila meninggalkan wajib menggantinya. Adapun salat yang hanya
disunahkan, merupakan salat yang tidak ada tuntutan untuk melakukan, apabila
melakukan dapat pahala, apabila meninggalkan tidak ada tuntutan untuk
menggantinya. Salat wajib dan sunah ada bagian masing-masing sebagaimana
dijelaskan berikut.
1.
Hadis
Macam-Macam Salat Wajib
a.
Salat
lima waktu
عن
انس بن مالك رضي الله عنه قال , فرضت على النبي صلى الله عليه وسلم الصلوات
ليلةاسرى به خمسين, ثم نقصت حتى جعل خمسا. ثم نودي: يا محمد انه لايبدل القول لدي
وان لك بهذه الخمس خمسين. رواه الترمذي
Dari Anas bin Malik r.a, ia berkata: diwajibkan salat itu pada Nabi
Muhammad SAW pada malam isra, lima pulih kali, kemudian dikurangai sampai
menjadi lima. Kemudian Nabi dipanggil, “Ya Muhammad , sesungguhnya tidak
diganti ketetapan itu di sisi-Ku. Dan sesungguhnya lima kali itu sama dengan
lima puluh kali. H.R. At-Tirmidi.[1]
عن
طلحة بن عبيدالله ان اعرابيا جاء الى راسول الله صلى الله عليه وسلم ثائر الرأس,
فقال : يارسول الله , أخبرني ما فرض الله علي من الصلاة, قال الصلوات الخمس الا ان
تطوع شيئا. رواه البخاري.
Dari Thalhah bin Ubaidillah, bahwa seorang Arab gunung datang
kepada Rasulullah dalam keadaan rambut kusut, lalu ia bertanya, “Ya Rasulullah,
beritahukanlah kepadaku , apa yang Allah wajibkan kepadaku tentang salat?
Beliau bersabda “Salat-salat yang lima kecuali kamu mau melakukan yang sunah”.
H.R, Bukhari.[2]
b.
Salat
jumat
عن
عبد الله بن عمر وابي هريرة رضي الله عنهم, انهما سمعا رسول الله صلى الله عليه
وسلم . يقول على اعواد منبره. لينتهين اقوام عن ودعهم الجمعات, او ليحتمن الله على
قلوبهم ثم ليكونن من الغافلين. رواه مسلم.
Dari Abdullah ibn Umar r.a dan Abu Hurairah r.a, bahwasanya mereka
telah mendengar Rasulullah SAW bersabda di atas kayu mimbarnya hendaklah
orang-orang betul-betul berhenti meninggalkan salat jumat, atau Allah akan
menutup hati-hati mereka, kemudian mereka benar-benar termasuk orang-orang yang
lupa. H.R. Muslim.[3]
2.
Hadis
Macam-Macam Salat Sunnah
a.
Salat
sunah rawatib
عن
ابن عمر رضي الله عنه قال: حفظت من النبي صلى الله عليه وسلم عشر ركعات: ركعتين
قبل الظهر, وركعتين بعدها, وركعتين بعد المغرب في بيته, وركعتين بعد العشاء في بيته,
وركعتين قبل الصبح. رواه مسلم
Dari Ibn Umar
r.a dia berkata: Saya menghafal dari Nabi sepuluh rakaat, dua rakaat sebelum
zuhur, dua sesudahnya, dua rakaat setelah magrib, dalam rumahnya, dua rakaat
setelah isya dalam rumahnya, dan dua rakaat sebelum subuh. H.R Muslim.[4]
وعن عائشة رضي الله عنها . ان النبي
صلى الله عليه وسلم كان لا يدع اربعا قبل الظهر, وركعتين قبل الغداة . رواه البخاري
Dari Aisyah r.a
bahwasanya Nabi tidak pernah meninggalkan empat rakaat sebelum zuhur dan dua
rakaat sebelum subuh. H.R Bukhari.[5]
b.
Salat
idulfitri dan iduladha
عن ابي عمير بن انس ابن مالك رضي
الله عنهما. عن عمومة له من
الصحابة, ان ركبا جاءوا, فشهدوا انهم رأوا الهلال بالأمس, فأمرهم النبي ان يفطروا,
واذا أصبحوا يغدوا ألى مصلاهم. رواه أبو داود
Dari Abu Umair
bin Anas bin Malik dari paman-pamannya di kalangan sahabat bahwasanya
kafilah datang lalu bersaksi bahwa mereka melihat bulan tanggal satu kemaren.
Lalu Nabi memerintahkan untuk berbuka dan besok pagi pergi ke mushalla. H.R,
Abu Daud.[6]
c.
Salat
kusuf dan khusuf
عن المغيرة بن شعبة رضي الله عنه,
قال: انكسفت الشمس لموت أبراهيم , فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم أن الشمس و
القمر ايتان من ايات الله لا ينكسفان لموت احد ولا لحياته, فأذا رأيتمواهما فادعو
الله وصلوا حتى تنكشف رواه البخاري
Dari Mughirah
bin Syu’bah r.a, dia berkata: Pernah terjadi gerhana matahari di masa
Rasulullah pada hari wafatnya Ibrahim, lalu orang-orang berkata: Telah terjadi
gerhana karena wafatnya Ibrahim. Lalu Rasulullah bersabda: sesungguhnya
matahari da bulan adalaah dua tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak akan
terjadi gerhana karena kematian seseorang atau kehidupannya. Oleh karena itu
apabila engkau melihat kedunya, maka berdo’alah kepada Allah dan shalatlah
hingga kembali seperti semula. HR. Bukhari.[7]
d.
Shalat
Istisqa
عن ابن عباس رضي الله عنه. قال خرج
النبي صلى الله عليه وسلم متواضعا, متبذلا, متخشعا, مترسلا, متضرعا, فصلى ركعتين,
كما يصلي في العيد لم يخطب خطبتكم هذه. رواه مسلم.
Dari Ibn Abbas
r.a, dia berkata: Nabi keluar dengan keadaan merendah dari, berpakaian sederhana,
penuh khusyu, tenang, berdoa, lalu salat dua rakaat sebagaimana salat id.
Beliau berhutbah tidak seperti khutbahmu ini. R.H, Muslim.[8]
B.
Fikih
Hadis
Shalat
adalah intisari dari semua rangkaian jenis ibadah formal. Dan menjadi salah
satu tolak ukur keselamatan kita nanti sewaktu dihisab di hari kiamat, karena
merupakan materi yang pertama kali dipertanyakan.[9]
itu
sudah menjadi fardu ‘ain bagi setiap muslim untuk belajar dan mengerti dengan
benar bagaimana tata cara shalat, mulai dari pengertian, syarat, rukun, yang
membatalkan, apa yang diwajibkan dan apa yang sekedar disunahkan.
Salat
secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu
salat fardu dan sunah, sebagaimana akan dijelaskan.
1.
Salat
Fardu
Salat
fardu merupakan ritual ibadah yang diwajibkan kepada semua makhluknya, selama
sehari semalam , semua orang muslim yang balig dan berakal wajib melaksanakan
salat sebanyak lima kali, yaitu subuh, duhur, asar, magrib, isya, dan subuh.[10]
Kecuali pada hari Jumat maka semua orang Islam yang laki-laki wajub melaksanakan
salat yang bernama salat jumat, dan apabila sudah melaksnakan salat jumat maka
tidak diwajibkan melaksnakan salat duhur.[11]
2.
Salat
Sunah
Salat
sunah merupakan salat yang tidak ada tuntuan untuk melakukan oleh syari’. Dalam
artian tidak ada ancaman bagi orang yang meninggalkan, tapi bagi orang yang
istiqamah melakukan salat sunah ini, maka akan mendapatkan kuatamaan dari Allah
SWT.
Mengenai
macam-macam salat sunah ini sangat banyak jumlahnya, yang di antaranya sebagai
berku:
a.
Salat
sunah rawatib
Salat
sunah rawatib adalah salat sunah yang muakkad dilakukan sebelum
salat fardu atau sesudahnya. [12]
Adapun megenai jumlah rakaatnya semua ulama sepakat, bahwa jumlah rakaat yang
sering dilakukan oleh nabi berjumlah sepuluh, yaitu dua rakaat sebelum subuh,
dua rakaat sebelum duhur dn juga sesudahnya, dua rakaat sesudah magrib, dua
rakaat sesudah isya, tapi ketika melihat dari keutamaannya, maka imam mujtahid
menambahkan jumlah rakaat yang berbeda-beda.[13]
b.
Salat
idulfitri dan iduladha
Salat
idulfitri dan iduladha adalah salat sunah muakkad yang dilakukan yang
disyariatkan baik secara berjamaah sendirian, atau dalam keadaan perjalanan
dengan waktu yang sudah ditentukan.[14]
c.
Salat
sunah kusuf dan husuf
Salat
kusuf adalah salat sunah yang dilakukan karena terjadinya gerhana matahari.
Adapun husuf dilakukan ketika terjadinya gerhana bulan.[15]
d.
Salat
istisqa
Salat
sunah yang dilakukan untuk meminta pertolongan turunnya hujan.[16]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Di
antara hadis yang menjelaskan tentang macam-macam salat adalah sebagai berikut:
عن
انس بن مالك رضي الله عنه قال , فرضت على النبي صلى الله عليه وسلم الصلوات
ليلةاسرى به خمسين, ثم نقصت حتى جعل خمسا. ثم نودي: يا محمد انه لايبدل القول لدي
وان لك بهذه الخمس خمسين. رواه الترمذي
Dari Anas bin
Malik r.a, ia berkata: diwajibkan salat itu pada Nabi Muhammad SAW pada malam
isra, lima pulih kali, kemudian dikurangai sampai menjadi lima. Kemudian Nabi
dipanggil, “Ya Muhammad , sesungguhnya tidak diganti ketetapan itu di sisi-Ku.
Dan sesungguhnya lima kali itu sama dengan lima puluh kali. H.R. At-Tirmidi.
عن
ابن عمر رضي الله عنه قال: حفظت من النبي صلى الله عليه وسلم عشر ركعات: ركعتين
قبل الظهر, وركعتين بعدها, وركعتين بعد المغرب في بيته, وركعتين بعد العشاء في بيته,
وركعتين قبل الصبح. رواه مسلم
Dari Ibn Umar
r.a dia berkata: Saya menghafal dari Nabi sepuluh rakaat, dua rakaat sebelum
zuhur, dua sesudahnya, dua rakaat setelah magrib, dalam rumahnya, dua rakaat
setelah isya dalam rumahnya, dan dua rakaat sebelum subuh. H.R Muslim
2.
Salat
wajib selama sehari semalam ada lima waktu yaitu, subuh, duhur, asar, magrib
isya, kecuali pada hari jumat, semua orang muslim yag laki-laki wajib
melaksanakan salat jumat
Adapun
salat sunah ada banyak di antaranya adalah sunah rawatib (salat sunah
yang dilakukan sebelum atau sesudah salat fardu), idulfitri, iduladha, kusuf
(gerhana matahari), husuf (gerhana bula), dan istisqa (meminta hujan).
B.
Saran-Saran
Penulis sarankan kepada semua para pembaca, makalah ini
apabila terdapat kesalahan untuk diperbaiki, karna kesalahan itu memang murni
dari penulis, dan sebaliknya kebenaran hanya semata-mata murni dari Allah SWT.
DAFTAR
PUSTAKA
An-Nuriy Sulaiman. Ibanat al-Ahkam juz I. (Surabaya:
Al-Hidayah, tt
At-Tirmidzi
Imam. Sunan al-Tirmidzi juz I. Bairut: Dar al-Fikr, 2009.
bin Abdurrahman Muhammad. Rahmat al-Ummah. Surabaya:
Al-Hidayah, tt.
Bukhari Imam, Shahih
Bukhari juz II. Bairut: Dar al-Fikr, 2005.
Muslim Imam. Jami’ al-Shahih juz III. Bairut: Dar al-Fikr,
t,t.
Qasim Ib. Al-Baijury juz I. Surabaya: Nurul Huda, tt.
Sarwat Ahmad. Seri fiqih Kehidupah. Jakarta: DU Publishing,
2011.
Suja’Abi. Fathu al-Qarib. Surabaya: Al-Hidayah, tt.
Sulaiman Abi Daud. Sunan Abu Daud juz II. Damaskus: Dar
Al-Risalah al-Alawiyah, 2009
[1] Imam
at-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi juz I, (Bairut: Dar al-Fikr, 2009), hlm.
254.
[2] Imam Bukhari, Shahih
Bukhari juz II, (Bairut: Dar al-Fikr, 2005), hlm.225
[3] Imam Muslim, Jami’
al-Shahih juz III, (Bairut: Dar al-Fikr, t,t), hlm. 10
[4] Ibid.
[5] Imam Bukhari, Shahih
Bukhari juz
[6] Abi Daud
Sulaiman, Sunan Abu Daud juz II, (Damaskus: Dar Al-Risalah al-Alawiyah,
2009), hlm. 345
[7] Imam Bukhari, Shahih
Bukhari juz
[8] Imam Muslim, Jami’
al-Shahih juz I, hlm
[9] Ahmad Sarwat, Seri
fiqih Kehidupah, (Jakarta: DU Publishing, 2011), hlm. 79
[10] Ibn Qasim, Al-Baijury
juz I, (Surabaya: Nurul Huda, tt), hlm. 121
[11] Ibid,
hlm. 211
[12] Sulaiman
an-Nuriy, Ibanat al-Ahkam juz I, (Surabaya: Al-Hidayah, tt), hlm. 497.
[13] Muhammad bin
Abdurrahman, Rahmat al-Ummah, (Surabaya: Al-Hidayah, tt), hlm. 44
[14] Abi Suja’, Fathu
al-Qarib, (Surabaya: Al-Hidayah, tt), hlm. 19
[15] Ibid
[16] Ibid,
hlm. 20