Thursday 5 October 2017

MAKALAH ULUMUL QUR’AN


MAKALAH
ULUMUL QUR’AN

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah:
“Ulumul Qur’an”
Dosen Pengampu :
Akh. Syaiful Rijal, S.Th.,M.Pd.I.




                                                              




                                                           Disusun Oleh Kelompok 2 :
Ach azmi adibi
Ach zian firadis
Taufikur rifkianto
Fatimatus zahrah







PRODI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
TAHUN AJARAN 2017-2018
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrohim

Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik dan hidayahNYA sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana, semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai acuan atau petunjuk bagi pembaca dalam mengetahui tentang ULUMUL QUR’AN dalam pembahasan ILMU MAKKI DAN MADANI.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan memberi pengalaman pembaca, kami menginginkan koreksi dari pembaca agar kami dapat memperbaiki lebih baik lagi kedepannya.
Makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan karena kami masih kurang berpengalaman, oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.




Pamekasan, 3 oktober  2017


                                                                                                      Penyusun










i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang................................................................................................1
B.     Rumusan Masalah...........................................................................................1
C.     Tujuan Penulisan.............................................................................................1

            BAB II PEMBAHASAN

A.    Pengertian ilmu makki dan madani ...............................................................2
B.     Cara-cara mengetahui makkiyyah dan madaniyyah.......................................4
C.     Ciri-ciri spesifik makkiyah dan madaniyah....................................................5
D.    Macam-macam surah makkiyah dan madaniyah dan dasarnya.....................6
E.     Faedah mengetahui makki dan madani..........................................................7

           BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan....................................................................................................9
B.     Saran..............................................................................................................9

            DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................10








    ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Ayat-ayat Al-Qur’an ada yang diturunkan di kota mekkah dan sekitarnya. Dan ada juga yang di turunkan di kota madinah dan sekitarnya, sehingga dam Al-Qur’an ada surah yang diberi nama surah makkiyah dan ada pula surah yang diberi nama surah madaniyah. Dan keseluruhan mencakup tentang pembahasan makkiyah dan madaniyah akan dikaji dalam makalah ini.

B.       RUMUSAN MASALAH
1.Apa yang di maksud dengan ilmu makki dan madani?
2. Apa faedah mengetahui makki dan madani?
3. Apa ciri-ciri spesifik dari makki dan madani?
4. Apa cara mengetahui surah makkiyah dan madaniyah?


      C. TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk mengetahui pengertian dari ilmu makki dan madani
2.      Untuk mengetahui faedah mengetahui makki dan madani
3.      Untuk mengetahui ciri-ciri spesifik dari makki dan madani
4.      Untuk mengetahui cara menentukan surah makkiyah dan madaniyah











Page | 1
BAB II

PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN MAKKIYAH DAN MADANIYAH
            Yang disebut ilmu makki dan madani ialah ilmu yang membahas ihwal bagian Al-Qur’an yang makki dan madani, baik dari segi artidan maknanya cara mengetahuinya, atau tanda masing-masingnya, maupun macam-macamnya.
            Sedangkan yang dimaksud makki dan madani ialah bagian-bagian kitab suci Al-Qur’an,dimana ada sebagiannya termasuk makki dan madani. Tetapi dalam memberikan kriteria bagian mana yang termasuk makki dan mana yang termasuk madani itu, atau di dalam mendefinisikan masing-masingnya, ada beberapa teori yang berbeda-beda, karena perbedaan orientasi yang menjadi dasar tinjauwan masing-masing.
            Para sarjana muslim mengemukakan empat teori perspektif dalam mendefinisikan terminologi makkiyah dan madaniyah.
Keempat perspektif itu adalah :
·         Masa turun
·         Tempat turun
·         Objek pembicaraan
·         Tema pembicaraan
·        Masa turun
            Dari perspektif masa turun ( waktu ) mereka mendelegasikan kedua terminologi di atas sebagai berikut
            Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum rasulullah hijrah ke madinah kendatipun bukan turun di mekkah. Sedangkan madaniyah adalah ayat yang turun sesudah rasulullah hijrah ke madinah, kendatipun bukan turun di madinah ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut madaniyah walaupun turun di mekah atau arafah.


·        Dari perspektif tempat turun
            Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun di mekkah dan sekitarnya seperti mina, arafah dan hudaibiyah. Sedangkan madaniyah adalah ayat-ayat yang turun di madinah dan sekitarnya seperti uhud, duba’ dan sus’6.
·         Dari perspektif objek pembicaraan
            Dari perspektif objek pembicaraan mereka mendefinisikan kedua terminologi sebagai berikut.
            Makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab-kitab bagi orang-orang mekah, sedangkan madaniyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab-kitab bagi orang-orang madinah9.
·          Dari perspektif tema pembicaraan
            Dari perspektif tema pembicaraan akan di singgunglebih rinci dalam uraian karakteristik keduanya. Kendatipun menggunakan pendefinisian makkiyah dan madaniyah dari perspektif masa turun, subhi shahih melihat komponen serapa dalam tiga pendefinisian pada ketiga versi itu terkandung masa tempat dan orang12. bukti lebih lanjut dari tesis shahih di atas bisa dilihat dalam kasus surah Al-mumtahanah [60] bila dilihat dari perspektif tempat turun, surah itu termasuk madaniyah karena diturunkan setelah peristiwa hijrah. Akan tetapi dalam perspektif objek pembicaraan surah itu termasuk makkiyah karena menjadi kitab bagi orang-orang mekah. Oleh karena itu para sarjana muslim memasukkan surah itu ke dalam “Ma Nuzilah bin al-madaniyah wa hukmuhu makki” (ayat-ayat yang diturunkan di madinah sedangkan hukumnya termasuk ayat-ayat yang turun di mekah)13.[2]








B.     CARA-CARA MENGETAHUI MAKKIYAH DAN MADANIYAH
          Cara mengetahui tanda-tanda suatu surah/ayat itu makkiyah atau madaniyah, tidak ada jalan lain kecuali harus dengan dasar riwayat dari para sahabat nabi/para tabi’in yang menjelaskan hal tersebut sebab, tidak ada nas dari hadist nabi Muhammad SAW. Yang khusus menjelaskan soal-soal makkiyah dan madaniyah ini, hal ini di karenakan para sahabat dan tabi’in pada waktu itu tidak membutuhkan penjelasan soal tersebut, karena mereka sudah menyaksikan sendiri waktu-waktu turunnya wahyu, cara turunnya dan materinya serta kasus yang menyebabkan tururnnya
          Al-qadhi abu bakar dalam kitabnya al-intishari memberi alasan mengapa tidak ada nas soal makkiyah dan madaniyah ini dari nabi SAW. Ialah karena beliau tidak diperintahkan untuk menjelaskan hal hal itu. Allah SWT pun tidak menjadikan pengetahuan tentang makkiyah dan madaniyah ini sebagai kewajiban.
          Karena hal-hal tersebut itulah, maka satu-satunya jalan mengetahui makkiyah dan madaniyah itu harus melalui riwayat-riwayat dari para sahabat dan tabi’in.
          Imam Al-ja’bari menegaskan
قال الجعبري: لمعرفة المكي والمداني طريقتان سماعي ما وصل الينا نزوله                        
          Al-ja’bari berkata: untuk mengtahui makki dan madani ada dua jalan, yaitu sima’i (riwayat) dan qiyasi (penerapan). Yang jalan sima’i ialah menurut riwayat yang sampai kepada kita mengenai turunnya al-qur’an itu, sedangkan yang qiyasi (penerapan) yaitu seperti yang dikatakan Al-qaman dari abdullah, yakni semua surah yang berisi “ya ayyuhan naasu” dan seterusnya seperti dalil kedua dari teori content analysis[3]









C.    CIRI-CIRI SPESIFIK MAKKIYAH DAN MADANIYAH
1.   Ciri-ciri surah makkiyah
a.      Surah-surah atau ayat-ayatnya pendek-pendek.
b.      Di dalamnya terdapat ayat-ayat sajadah.
ويسبحونه وله يسجدون                                       
Artinya: dan mereka bertasbih memujimu dan hanya kepadanyalah mereka bersujud.
c.       Ayat-ayatnya dimulai dengan kata “kalla”.
d.      Dimulai dengan ungkapan “ya ayyuhan nas” dan sebangsanya.
e.       Dan ayat-ayatnya mengandung tema kisah para nabi dan umat terdahulu.
f.       Ayat-aytnya berbicara tentang kisah nabi adam dan iblis.
g.      Ayat-ayatnya di mulai dengan huruf-huruf terpotong-potong (huruf attahajji)[4].
2.      Ciri-ciri surah madaniyah
a.       Mengandung ketentuan-ketentuan faraid contohnya: al-baqarah.
b.      Mengandung sindiran-sindiran terhadap kaum munafikun contohnya: al-munafiqun.
c.       Berisi hukum-hukum ibadah, seperti hukum salat, zakat, puasa, haji dan sebagainya. Contohnya: al-baqarah, at-taubah dll.
d.      Kebanyakan surah/ayatnya panjang-panjang, sebab ditujukan kepada penduduk madinah yang orang-orangnya kurang terpelajar, sehingga perlu dengan ungkapan yang luas biar jelas.
e.       Berisi hukum-hukum muamalah, seperti jual beli, sewa-menyewa, gadai, hutang-piutang dan sebagainya. Contohnya: al-baqarah, an-nisa’ dll.[5]






D.    MACAM-MACAM SURAH MAKKIYAH DAN MADANIYAH DAN DASARNYA
A.    macam-macam surah makkiyah dan madaniyah
pada umumnya, para ulama’ memberi macam-macam surah al-qur’an menjadi dua kelompok, yaitu surah-surah makkiyah dan madaniyah. Mereka berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah masing-masing kelompoknya. Sebagian ulama mengatakan bahwa jumlah surah makkiyah ada 94 surah sedangkan surah madaniyyah ada 20 surah. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa jumlah surah makkiyah 84 surah, sedagkan yang madaniyyah ada 30.
Perbedaan pendapat para ulama itu di karenakan adanya sebagian surah yang seluruh ayat-ayatnya makkiyyah atau madaniyyah, dan ada sebagian surah lain yang tergolong makkiyah atau madaniyyah, tetapi di dalamnya berisi sedikit arti yang lain statusnya karna itu, dari segi makkiyah dan madaniyyah ini, maka surah Al-qu’an itu terbagi menjadi empat macam, sebagai berikut :
1.      Surah-surah makkiyah murni
Yang seluruh ayat-ayatnya juga berstatus makkiyah semua,tidak ada satupun yang madaniyyah. Surah-surah yang berstatus makkiyah murni ini seluruhnya ada 58 surah, seperti: surah al-fatihah, yunus, al-anbiya’, dan semua surah-surah pendek pada juz 30
2.      Surah-surah madaniyah murni
Yaitu surah-surah madaniyah yang seluruh ayat-ayatnyapun madaniyah semua, tidak ada satu ayatpun yang makkiyah. Surah-surah yang berstatus madaniyah murni ini seluruhnya menurut para peneliti penulis ada 18 surah, seperti surah al-imron, an-nisa’, dan lain-lain.
3.      Surah-surah makkiyah yang berisi ayat madaniyah
Yaitu surah-surah yang sebetulnya kebanyakan ayat-ayatnya adalah makkiyah, sehingga berstatus makkiyah, tetapi didalamnya ada sedikit ayatnya yang berstatus madaniyah. Surah yang demikian dalam Al-qur’an ada 32 surah, yang terdiri dari 2699 ayat. Contoh: surah al-an’am, al-a’raf, yusuf dan lain-lain.[6]

4.      Surah-surah madaniyah yang berisi ayat makkiyah
Yaitu surah yang kebanyakan ayat-ayatnya berstatus madaniyah. Surah-surah yang seperti ini dalam Al-qur’an hanya ada 6 surah. Yaitu surah al-baqarah, al-maidah, al-anfal, at-taubah, al-hajj dan surah muhammad.[7]
B.     Dasar-dasar penetapan makkiyyah dan madaniyyah
Adapu dasar yang menentukan sesuatu surah itu makkiyah atau madaniyah ada dua hal. Yaitu:
1.      Dasar aghlabiyah (mayoritas), yakni kalau sesuatu surah itu mayoritas atau kebanyakan ayat-ayatnya adalah makkiyah.sebaliknya, jika yang terdapat ayat-ayat dalam suatu surah itu adalah madaniyah atau di turunkan setelah nabi hijrah ke madinah, maka surah tersebut di sebut sebagai surah madaniyah
2.      Dasar taba’iyah (kontinuitas) yakni kalau permulaan sesuatu surah itu didahului dengan ayat-ayat yang turun di mekah atau turun sebelum hijrah. Maka surah tersebut bersatus sebagai surah makkiyah begitu pula sebaliknya jika ayat-ayat pertama suatu surah itu di turunkan di madinah atau berisi hukum-hukum syari’at, maka surah tersebut di namakan surah madaniyah.
Dasar kedua ini di dasarkan pada hadist riwayat ibnu abbas r.a

Artinya: kalau awal surah itu diturunkan dimekkah, maka dicatat sebagai surah makkiyah, lalu allah menambahkan dalam surah itu ayat-ayat yang dikehendakinya.
E.     FAEDAH MENGETAHUI MAKKI DAN MADANI ANTARA LAIN 
a.       Mudah diketahui mana ayat-ayat yang turun lebih dahulu dan mana ayat yang turun belakang dari kitab suci al-qur’an.
b.      Mengetahui hikmah di syariatkannya suatu  hukum sebab dengan ilmu makki dan madani dapat diketahui itu secara bertahap, sehingga dapat pula diketahui mengapa sesuatu hukum itu di syari’atkan secara demikian. Contoh: sepertti diharamkannya minuman keras yang penetapan hukumnya itu secara bertahap.
c.       Meningkatkan keyakinan orang terhadap kesucian, kemurnian dan keaslian Al-Qur’an, melihat bahwa hukum-hukum ajarannya ataupun bentuk tulisannya dan kata-kata serta kalimatnya tetapi tidak berkurang atau bertambah satu hurufpun.
d.      Dapat mengetahui situasi dan kondisi masyarakat kota Mekkah dan Madinah khususnya pada waktu turunnya ayat-ayat Al-Qur’an.
e.       Mengerti perbedaan bentuk bahasa Al-Qur’an yang dalam surah Makkiyah berbeda dengan surah Madaniyah. Sebab dalam surah Makkiyah yang ditujukan kepada orang-orang kafir quraisy yang banyak pakar ahli bahasa arabnya memakai bentuk bahasa yang singkat, padat. Sedangkan dalam surah madaniyah ditujukan pada masyarakat madinah. Yang banyak orang-orang asing belum mengenal bahasa arab. Menggunakan unkapan panjang lebar agar mudah di serap mereka.[8]






















BAB III

PENUTUP
A.    Kesimpulan
       Ilmu makki dan madani itu ialah ilmu yang membahas ihwal bagian Al-Qur’an yang makki dan madani, baik dari segi arti dan maknanya, cara mengetahuinya atau tanda masing-masingnya, maupun macam-macamnya. Sedangkan makki dan madani ialah bagian-bagian kitab suci Al-Qur’an dimana sebagiannya termasuk makki dan madani.
       Jika seseorang ingin mengetahui antara makki dan madani yaitu dengan cara periwayatannya dan qiyasi. Adapun ciri-ciri dari makki dan madani banyak salah satunya dapat di simpulkan jika makkiyah itu surahnya pendek-pendek, sedangkan madaniyah panjang-panjang. Adapun faedah mengetahui makki dan madani juga banyak salah satunya kita dapat mudah mengetahui mana ayat-ayat yang turun di lebih dahulu dan mana ayat yang tutun belakangan dari kitab Al-Qur’an.   
B.     Saran 
          Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT , karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang pengertian ilmu makki dan madani dalam materi ulumul qur’an, Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu kami minta kritik dan sarannya bagi pembaca, semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.












Page| 9



DAFTAR PUSTAKA

v  Prof . Dr . H . Muhammad Amin Suma . S . H ., M . A ., MM . Ulumul Qur’an
v   Dr. H . Anshori , IAI . M . AM Ulinnuha Khusnan Ulumul Qur’an
v  Prof . Dr . Rosihon anwar , M . Ag ., Drs . Maman abd djaliel , M . Ag . cv pustaka setia
v  Prof . Dr . Abdul Djalal , H . A cv . dunia ilmu






















Page| 10




[1] Manna Al-Qatha (nan, mabahits fi ulum Al-Qur’an, mansyurat al-ashr al-hadist, ttp,ig 73, ha) 61-62
2badr. Al. Bin muhammad bin abdillah az-zaikasyi al-burhan fi ulum Al-Qur’an, jilid 1 halaman, 187

Page | 2

2.  ibid halaman 62.
 .  Al-Qur’an ;loc_cit.
 .  Ash Shahih, op, cit.
 .  Az-zarkasyi, op. Cit halaman 195
Page | 3
[3] Al-qaththan, op. Cit, hal. 63-64. Al-zarkasyi, op. Cit, hal 188
                                                                                                                                         Page | 4

[4][ibid, hal.63-64, al-zarkasyi, op. Cit. Hal 188
[5] Al-qaththan, op. Cit, hal. 63-64. Al-zarkasyi, op. Cit, hal 188
Page | 5

[6]Ahmad al-hasymy, Tt; jawahirul balaghah
Page | 6

[7]Ahmad al-hasymy, Tt; jawahirul balaghah
[7] Ali jahim, Tt. At-balaghatal wadhihah
Page | 7

[8] Ali jahim, Tt. At-balaghatal wadhihah
Page | 8