PENERAPAN KEPEMIMPINAN
SPIRIRTUAL DALAM SISTEM PENDIDIKAN ISLAM
MAKALAH
Ditujukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah “KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM”
Dosen
pengampu: Bapak Dr. H. Atiqullah, M. Pd.
DISUSUN OLEH KELOMPOK IV:
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI
PAMEKASAN 2016-2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “Penerapan kepemimpinan spiritual dalam Sistem
pendidikan islam”. Dengan perkenaan dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kepemimpinan pendidikan Islam. Sholawat
dan salam tetap tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh pendidikan
seperti yang dapat kita rasakan saat ini. Penulis juga berterimakasih kepada Bapak
Dr. H. Atiqullah, M. Pd. yang telah membantu dan membimbing serta memberikan
arahan kepada kami.
Makalah
ini ditulis untuk memenuhi tugas serta mengembangkan pengetahuan dalam bidang Kepemimpinan
pendidikan Islam terutama pada Penerapan kepemimpinan spiritual dalam Sistem
pendidikan islam. Pengembangan
karyawan ditujukan baik kepada karyawan baru maupun lama agar karyawan dapat
mengikuti tuntutan organisasi dan berperan serta dalam organisasi secara nyata
sehingga karyawan mampu menyelesaikan kinerja terbaik bagi organisasinya.
Pantaslah kiranya kami mengucapkan
terima kasih yang tiada batasnya kepada seluruh pihak, khusunya kepada
kelompok yang telah menyelesaikan
makalah ini, dengan harapan semoga makalah ini dapat memberi arti dan manfaat
kepada kami juga para pembaca.
Dalam penulisan makalah ini tentu
masih banyak segala kekurangan, sehingga penulis menyadari keterbatasan sebagai
manusia yang tentunya berpengaruh pada makalah ini. Dengan kesadaran itulah
penulis mengajak semua pihak untuk memberikan kontribusi berupa saran, kritik
maupun masukan demi penyempurnaan makalah ini agar bermanfaat bagi kita semua.
Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk dan meridhoi makalah ini. Amin ya
Robbil alamin.
Pamekasan, 13 November 2017
Penyusun
KELOMPOK IV
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR…………………….…………………..…………………………..………i
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………...ii
BAB
I PENDAHULUAN…………………………..……………………………………………..1
A. LatarBelakang……………………………………………………...……………..…........1
B. RumusanMasalah………………………………………………………………………....2
BAB
II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….3
A.
Definisi
Kepemimpinan pendidikan islam dan ESQ...........................................................3
B.
Kepemimpinan
kepala Sekolah dan ESQ Model................................................................4
C.
Emotional
Spiritual Quotient(ESQ) Model dalam Fungsi Perencanaan.............................5
D.
Emotional
Spiritual Quotient (ESQ) Model dalam Fungsi Pengorganisasian (Organizing).........................................................................................................................5
E.
Emotional
Spiritual Quotient(ESQ) Model dalam Fungsi Pelaksanaan (Actuating)..........6
F.
Emotional
Spiritual Quotient(ESQ) Model dalam Fungsi Pengawasan (Controlling).......6
G.
Mengasah
dan Meningkatkan SQ.......................................................................................7
BAB
III PENUTUP………………………………………….…………………............................8
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………..........8
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………......9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Era sekarang yang identik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
menimbulkan implikasi yang demikian dahsyat bagi kehidupan manusia yang serba
tak menentu (turbulen). Hal tersebut diindikasikan dengan tranformasinya
newtonian menjadi quantum dan
economical capital menjadi intellectual capital. Perubahan
perubahan ini juga akan mentranformasi realitas konsumtif menuju realitas reiventor
bahkan juga mengonstruk realitas menjadi realitas kompetitif-global.
Bahkan, diantaranya adalah kompetisi(persaingan) yang semakin tajam dan
perubahan di masa sekarang dan masa yang akan datang tidak hanya konstan,
tetapi berubah menjadi pesar, radikal, dan serentak. Oleh sebab itu, pada era
globalisasi kesuksesan tidak dapat di rancang dengan “bagaimana caranya?”.
Namun, peluang peluang keberhasilan
hanya di tentukan dan di tetapkan oleh pribadi pribadi yang mampu menemukan dan
mengembangkan kepemimpinan dalam dirinya dalam melakukan perubahan perubahan
yang sejalan dengan alur zaman.
Begitu juga dengan dunia pendidikan tidak akan lepas dari unsur
perubahan. Oleh karena itu sangat wajar, jika filosofis learning oleh
peter M. Senge di artikan dengan study and pratice constantly. Karna hal
tersebut tidak terlepas dari natural law yang akan merongrong pendidikan
untuk menampak tangga yang lebih tinggi dan juga harus menempatkan
eksistensinya sesuai dengan realitas. Namun, walaupun dalam realitas tersebut terus
mengalir perubahan perubahan yang menuntut hal lain pada dunia pendidikan dan juga
pada manusia harus tetap menjadi spirit dalam hidup dan eksis dengan
eksistensinya sendiri. Artinya, kedinamisan realitas harus diimbangi dengan
gerakan konstruktif-solutif.
Meminjam statemen dari Betrand russel, seperti yang dikutip oleh
abdurrahman mas’ud, bahwa it is better to be wrong than vaguelly right,sikap
seperti itu seharusnya yang di kontruk dalam tatanan kehidupan pendidikan dan
manusia sendiri untuk memunculkan suatu sikap optimistik-selektif dan juga untk
menumbuhkan spirit dlam mencari problem solving untuk menjawab tuntunan
relitas terhadap pendidikan (way of ilfelong education).
B.
Rumusan Masalah
1.
Definisi Kepemimpinan pendidikan islam dan ESQ
2.
Kepemimpinan kepala Sekolah dan ESQ Model
3.
Emotional Spiritual Quotient(ESQ) Model dalam Fungsi Perencanaan
4.
Emotional Spiritual Quotient (ESQ) Model dalam Fungsi
Pengorganisasian (Organizing)
5.
Emotional Spiritual Quotient(ESQ) Model dalam Fungsi Pelaksanaan
(Actuating)
6.
Emotional Spiritual Quotient(ESQ) Model dalam Fungsi Pengawasan
(Controlling)
7.
Mengasah dan Meningkatkan SQ
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
1.
kepemimpinan pendidikan islam
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi
diantara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang
mencerminkan tujuan bersamanya.[1]
Kepemimpinan pada intinya mengandung unsur kemamuan seseorang,
mauoun mempengaruhi orang, dan mencapai tujuan bersama .[2]
Kepemimpinan pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk di
terapkan di madrasah sebagai kelompok yang terorganisasi untuk mencapai tujuan
pembelajaran pendidikan islam. Sebab pada hakikatnya kepemimpinan pendidikan
sebagai penentu keberhasilan segala aktivitas yang ada di lembaga pendidikan
islam tersebut. Jadi, dalam kerangka ini sangat jelas bahwa kepemimpinan
pendidikan islam merupakan proses mempengaruhi kegiatan kegiatan kelompok yang
terorganisasi dalam usaha usaha menetukan tujuan pendidikan islam yang hendak
di capainya, yaitu untuk membentuk manusia menjadi insan manipurna, baik
didunia maupun di akhirat, atau dalam kerangka pemkiran ibnu taimiyah, seperti
yang di kutip oleh Ahmad Warid khan, lebih menyederhanakan tujuan oendidikan
islam ke dalam tujuan pokok. Pertama, membentuk individu muslim. Kedua,
membentuk umat muslim. Ketiga, dakwah islam di dunia. Maka,
kepemimpinan pendidikan islam merupakan segmen(bagian) penting dari organisasi
atau lembaga pendidikan islam, dimana organisasi tersebut tersusun atas dasar
pembagian fungsi fungsi yang berbeda serta harus di laksanakan.[3]
2.
Emotional Spiritual Quotient(ESQ)
Emotional Spiritual Quotient(ESQ) model adalah kemampuan akal budi
manusia berdasarkan kepekaan hati bahwa keberadaannya selalu bersinggungan
dengan sesamanya, makhluk lain, dan alam sekitar yang di dasari dengan kekuatan
ilmiyah kepada Allah SWT. [4]
Emotional Spiritual Quotient(ESQ) model sebagai sebuah kecerdasan
yang meliputi emosi dan spiritual dengan konsep universal yang mampu
menghantarkan pada predikat memuaskan bagi dirinya dan orang lain, serta dapat
menghambat segala hal yang kontraproduktif terhadap kemajuan umat manusia.[5]
B.
Kepemimpinan kepala Sekolah dan ESQ Model
Kepekaan melihat kondisi global yang bergulir dan peluang masa
depan menjadi modal utama untuk mengadakan perubahan paradigma dalam manajemen
pendidikan. Modal ini akan menjadi dasar dan pijakan yang kuat untuk
mengembangkan pendiidkan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan user
pendidikan. Pada titik inilah di prlukan berbagai komitmen untuk pebaikan
kualitas pendidikan terutama komitmen penyatuan visi dan misi organisasi
oendidikan. Ketika melihat pelluang, dan peluang itu dijadikan modal, kemudian
modal menjadi pijakan untuk mengembangkan pendidikan yang disertai komitmen
yang tinggi, secara otomatis akan terjadi sebuah efek domino(positif) dalam
pengelolaan organisasi pendidikan, strategi dalam organisasi, suber daya
manusia(SDM), pendidikan dan pengjaran, biaya, serta marketing pendidikan,
bahkan pada sisi out put pendidikan.
Untuk menuju perubahan pendidikan secara menyeluruh, manajemen
pendidikan adalah hal yang harus di prerioritaskan untuk kelangsungan
pendidikan sehingga menghasilkan out put yang di inginkan. Dalam konteks ini,
aktivitas manajemen di bangun dalam paradigma sebagai suatu aktivitas memadukan
sumber sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
yang sudah di tentukan sebelumnya. Dipilih manajemen sebagai aktivitas agar
seseorang bisa berperan sebagai administrator dalam mengemban misi atasan,
sebagai manajer dalam memadukan sumber sumber pendidikan, dan sebagai
superfisor dalam membina guru guru dalam membina proses belajar mengajar untuk
mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa
tujuan dapai di capai sesuai dengan perencanaan, sedangkan efisien berarti
tugas yang ada di laksanakan secara benar, terorganisasi, dan sesuai dengan
jadwal.[6]
C.
Emotional Spiritual Quotient(ESQ) Model dalam Fungsi Perencanaan
Satu satunya hal yang pasti dari masa depan dari organisasi apapun
termasuk lembaga pendidikan adalah perubahan. Artinya, perubahan perubahan yang
bersifat kuantitatif ataupun kualitatif dalam organisasi pasti terjadi seiring
dengan alur bejalannya organisasi pendidkan. Dengan demikian, fungsi
perencanaan sangat urgen untuk menjembatani masa kini dan masa depan yang
meningkatkan kemungkina untuk mencapai
hasil yang di inginkan. Proses menentukan apa yang harusnya di capai dan
bagaimana mewujudkannya dalam kenyataan di organisasi pendidikan akan mebawa
implikasi implikasi yang konkret salah satu contohnya dalah menjawab apa,
bagaimana, dan siapa dalam mencapai tujuan organisasi pendidikan. Oleh sebab
itu, perencanaan amat penting untuk implementasi strategi dan evaluasi strategi
yang berhasil, karena aktivitas pengorganisasian, pemotivasian, penunjukan
staf, dan pengendalian tergantung pada perencnaan yang matang dan bailk.
Kepala sekola dalam konteks lembaga pendidikan, untuk menyusun
kegiatan atau program lembaga pendidikan, memerlukan data yang banyak dan
valid, pertimbangan dan pemikiran oleh sejumlah orang yang berkaitan dengan hal
yang direncanakan termasuk komite sekolah dan juga masyarakat sekitar seperti
tokoh masyarakat, ustadz (kiai). [7]
D.
Emotional Spiritual Quotient (ESQ) Model dalam Fungsi
Pengorganisasian (Organizing)
Tujuan dari fungsi pengorganisasian adalah mencapai usaha
terkoordinasi dengan menerapkan tugas dan hubungan wewenang untuk mencapai
tujuan yang hendak diraih. Pengoganisasian pada tataran ini dimaksudkan sebagai
suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas
yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap
aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang
secara relatif didelegasikan kepada setiap individu (komponen sekolah) yang akan
melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Artinya adalah fungsi pengorganisasian
terdiri dari aktivitas berurutan, yaitu membagi-bagi tugas menjadi pekerjaan yang
lebih sempit (spesialisasi pekerjaan), menggabungkan pekerjaan untuk membentuk
departemen (departementalisasi), dan mendelegasikan wewenang.[8]
E.
Emotional Spiritual Quotient(ESQ) Model dalam Fungsi Pelaksanaan
(Actuating)
Dalam pembahasan fungsi pengarahan, aspek kepemimpinan merupakan
salah satu aspek yang sangat penting dari berbagai aspek lainnya seperti
memberikan motivasi ataupun pada pemberian pengarahan pada tugas-tugas yang
diembannya. Pengarahan ini pada hakikatnya merupakan usaha menggerakkan
komponen sekolah sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk
mencapai sasaran atau tujuan pendidikan dan juga tujuan komponen sekolah
tersebut oleh karena para komponen sekolah ingin mencapai tujuan-tujuan
tersebut melalui pengaruh dan pengarahan atasnya. Dengan demikian, fungsi
pengarahan akan bermuara pada pola kepemimpinan kepala sekolah itu sendiri.[9]
F.
Emotional Spiritual Quotient(ESQ) Model dalam Fungsi Pengawasan
(Controlling)
Dalam
konteks manajemen pendidikan, pengawasan terhadap program sekolah merupakan
suatu upaya sistematis untuk menetapkan stndar prestasi kerja dengan tujuan perencanaan
untuk mendesain sitem umpan balik informasi; untuk membandingkan prestasi
sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan itu; dan mengambil tindakan
perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya sekolah telah
digunakan dengan cara yang paling evektif dan efisien guna tercapainya tujuan
pendidikan skala institusional maupun nasional.[10]
G.
Mengasah dan Meningkatkan SQ
Prof.Dr.Kholil Khafari menyatakan bahwa kecerdasan spiritula adalah
fakultas dari dimensi non material kita ruh manusia. Inlah intan yang belum
terasah yang kita semua memiliknya. Kita harus menggalinya seperti apa adanya,
menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekad yang besar dan mengunakannya
uuntuk kebahagian abadi. Sebagaimana dua bentuk kecerdasan lainnya, kecerdasan
spiritual dapat di tingkatkan dan diturunkan akan tetapi, kemampuannya untuk
meningkatkan tampaknya tidak terbatas.
Berangkat dari pernyataan di atas, ada beberapa langkah penting
yang dapat kami lakukan untuk “menggosok” intan yang kita miliki tersebut,
sehinngga lebih bercahaya dan bersinar. Tentunya semua itu sangat membutuhkan
latihan, ketekunan, kesabaran, dan proses yang tidak singkat.
Pertama, mulailah
dengan banyak merenungkan secara mendalam persoalan persoalan hidup yang
terjadi, baik di dalam diri sendiri, termasuk yang terjadi di luar diri
sendiri.
Kedua, melihat
kenyataan kenyataan secara utuh dan menyeluruh, tidak secara parsial. Apapun yang
kita alami : kesedihan, penderitaan, sakit, kemiskinan ataupun kebahagiaan,
kesehatan, kesejahteraan dan sebagainya haruslah di letakkan di berbagai
bingkai yang bermakna.
Ketiga, mengenali
motif diri yang paling dalam (knowing our deespest motives). Motif
merupakan energi jiwa yang sangat luar biasa. Ia yang menggerakkan potensi dari
pusat diri (centre of the self) menuju permukaan atau lapisan ego.
Keempat, merefleksikan
dan mengaktualisasikan spiritualitas dalam penghayatan hidup yang konkret dan
nyata. Dari sinilah dapat terjadi hubungan yang baik antara “diri” yang
material “diri” yang spiritual (our material and spiritual selves).
Kelima, merasakan
kehadiran tuhan yang begitu dekat pada saaat “menyebut namanya” (dzikir, doa,
sholat dan dalam aktivitas yang lain).[11]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kepemimpinan
pada intinya mengandung unsur kemamuan seseorang, mauoun mempengaruhi orang,
dan mencapai tujuan bersama. Emotional Spiritual Quotient(ESQ) model sebagai
sebuah kecerdasan yang meliputi emosi dan spiritual dengan konsep universal
yang mampu menghantarkan pada predikat memuaskan bagi dirinya dan orang lain,
serta dapat menghambat segala hal yang kontraproduktif terhadap kemajuan umat
manusia.
Kepekaan
melihat kondisi global yang bergulir dan peluang masa depan menjadi modal utama
untuk mengadakan perubahan paradigma dalam manajemen pendidikan.
Satu
satunya hal yang pasti dari masa depan dari organisasi apapun termasuk lembaga
pendidikan adalah perubahan.
Tujuan
dari fungsi pengorganisasian adalah mencapai usaha terkoordinasi dengan
menerapkan tugas dan hubungan wewenang untuk mencapai tujuan yang hendak
diraih.
Dalam
pembahasan fungsi pengarahan, aspek kepemimpinan merupakan salah satu aspek
yang sangat penting dari berbagai aspek lainnya seperti memberikan motivasi
ataupun pada pemberian pengarahan pada tugas-tugas yang diembannya.
Dalam
konteks manajemen pendidikan, pengawasan terhadap program sekolah merupakan
suatu upaya sistematis untuk menetapkan stndar prestasi kerja dengan tujuan
perencanaan untuk mendesain sitem umpan balik informasi.
kecerdasan
spiritula adalah fakultas dari dimensi non material kita ruh manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Safaria,
Tiantoro, Kepemimpinan, Graha
Ilmu,
Purwanto, Ngalim, Administrasi
dan Supervisi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja rosdakarya, 1990.
Baharuddin,
Kepemimpinan Pendidikan Islam, Jogjakarta
: AR RUZZ MEDIA, 2012.
Agustin, Ary Ginanjar, Rahasia
Sucses Membangun kecerdasan emosi Dan Spiritual, Jakarta : Agra, 2005.
[2] Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung
: PT. Remaja rosdakarya, 1990), hlm.25.
[5] Ary Ginanjar Agustin, Rahasia Sucses Membangun kecerdasan emosi
Dan Spiritual, (Jakarta : Agra, 2005), hlm.17.
[8] Ibid,hlm.381
[9] Ibid,hlm.388
[11] Abdul Wahid Hasan, SQ Nabi Aplikasi Strategi & Kecerdasan
Spiritual (SQ) rasulullah di masa kini, (Jogjakarta : IRCiSoD, 2006),
hlm.85-92.