Tuesday 14 November 2017

PENERAPAN KEPEMIMPINAN SPIRIRTUAL DALAM SISTEM PENDIDIKAN ISLAM MAKALAH



PENERAPAN KEPEMIMPINAN SPIRIRTUAL DALAM SISTEM PENDIDIKAN ISLAM
MAKALAH
Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM”
Dosen pengampu: Bapak Dr. H. Atiqullah, M. Pd.








DISUSUN OLEH KELOMPOK IV:


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PAMEKASAN 2016-2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Penerapan kepemimpinan spiritual dalam Sistem pendidikan islam”. Dengan perkenaan dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kepemimpinan pendidikan Islam. Sholawat dan salam tetap tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh pendidikan seperti yang dapat kita rasakan saat ini. Penulis juga berterimakasih kepada Bapak Dr. H. Atiqullah, M. Pd. yang telah membantu dan membimbing serta memberikan arahan kepada kami.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas serta mengembangkan pengetahuan dalam bidang Kepemimpinan pendidikan Islam terutama pada Penerapan kepemimpinan spiritual dalam Sistem pendidikan islam. Pengembangan karyawan ditujukan baik kepada karyawan baru maupun lama agar karyawan dapat mengikuti tuntutan organisasi dan berperan serta dalam organisasi secara nyata sehingga karyawan mampu menyelesaikan kinerja terbaik bagi organisasinya.
Pantaslah kiranya kami mengucapkan terima kasih yang tiada batasnya kepada seluruh pihak, khusunya kepada kelompok  yang telah menyelesaikan makalah ini, dengan harapan semoga makalah ini dapat memberi arti dan manfaat kepada kami juga para pembaca.
Dalam penulisan makalah ini tentu masih banyak segala kekurangan, sehingga penulis menyadari keterbatasan sebagai manusia yang tentunya berpengaruh pada makalah ini. Dengan kesadaran itulah penulis mengajak semua pihak untuk memberikan kontribusi berupa saran, kritik maupun masukan demi penyempurnaan makalah ini agar bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk dan meridhoi makalah ini. Amin ya Robbil alamin.
Pamekasan, 13 November  2017
Penyusun

KELOMPOK  IV


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR…………………….…………………..…………………………..………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………..……………………………………………..1
A.    LatarBelakang……………………………………………………...……………..…........1
B.     RumusanMasalah………………………………………………………………………....2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….3
A.    Definisi Kepemimpinan pendidikan islam dan ESQ...........................................................3
B.     Kepemimpinan kepala Sekolah dan ESQ Model................................................................4
C.     Emotional Spiritual Quotient(ESQ) Model dalam Fungsi Perencanaan.............................5
D.    Emotional Spiritual Quotient (ESQ) Model dalam Fungsi Pengorganisasian (Organizing).........................................................................................................................5
E.     Emotional Spiritual Quotient(ESQ) Model dalam Fungsi Pelaksanaan (Actuating)..........6
F.      Emotional Spiritual Quotient(ESQ) Model dalam Fungsi Pengawasan (Controlling).......6
G.    Mengasah dan Meningkatkan SQ.......................................................................................7
BAB III PENUTUP………………………………………….…………………............................8
A.    Kesimpulan…………………………………………………………………………..........8

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………......9


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Era sekarang yang identik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan implikasi yang demikian dahsyat bagi kehidupan manusia yang serba tak menentu (turbulen). Hal tersebut diindikasikan dengan tranformasinya newtonian  menjadi quantum dan economical capital menjadi intellectual capital. Perubahan perubahan ini juga akan mentranformasi realitas konsumtif menuju realitas reiventor bahkan juga mengonstruk realitas menjadi realitas kompetitif-global. Bahkan, diantaranya adalah kompetisi(persaingan) yang semakin tajam dan perubahan di masa sekarang dan masa yang akan datang tidak hanya konstan, tetapi berubah menjadi pesar, radikal, dan serentak. Oleh sebab itu, pada era globalisasi kesuksesan tidak dapat di rancang dengan “bagaimana caranya?”. Namun, peluang peluang  keberhasilan hanya di tentukan dan di tetapkan oleh pribadi pribadi yang mampu menemukan dan mengembangkan kepemimpinan dalam dirinya dalam melakukan perubahan perubahan yang sejalan dengan alur zaman.
Begitu juga dengan dunia pendidikan tidak akan lepas dari unsur perubahan. Oleh karena itu sangat wajar, jika filosofis learning oleh peter M. Senge di artikan dengan study and pratice constantly. Karna hal tersebut tidak terlepas dari natural law yang akan merongrong pendidikan untuk menampak tangga yang lebih tinggi dan juga harus menempatkan eksistensinya sesuai dengan realitas. Namun, walaupun dalam realitas tersebut terus mengalir perubahan perubahan yang menuntut hal lain pada dunia pendidikan dan juga pada manusia harus tetap menjadi spirit dalam hidup dan eksis dengan eksistensinya sendiri. Artinya, kedinamisan realitas harus diimbangi dengan gerakan konstruktif-solutif.
Meminjam statemen dari Betrand russel, seperti yang dikutip oleh abdurrahman mas’ud, bahwa it is better to be wrong than vaguelly right,sikap seperti itu seharusnya yang di kontruk dalam tatanan kehidupan pendidikan dan manusia sendiri untuk memunculkan suatu sikap optimistik-selektif dan juga untk menumbuhkan spirit dlam mencari problem solving untuk menjawab tuntunan relitas terhadap pendidikan (way of ilfelong education).


B.     Rumusan Masalah
1.      Definisi Kepemimpinan pendidikan islam dan ESQ
2.      Kepemimpinan kepala Sekolah dan ESQ Model
3.      Emotional Spiritual Quotient(ESQ) Model dalam Fungsi Perencanaan
4.      Emotional Spiritual Quotient (ESQ) Model dalam Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
5.      Emotional Spiritual Quotient(ESQ) Model dalam Fungsi Pelaksanaan (Actuating)
6.      Emotional Spiritual Quotient(ESQ) Model dalam Fungsi Pengawasan (Controlling)
7.      Mengasah dan Meningkatkan SQ























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi
1.      kepemimpinan pendidikan islam
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya.[1]
Kepemimpinan pada intinya mengandung unsur kemamuan seseorang, mauoun mempengaruhi orang, dan mencapai tujuan bersama .[2]
Kepemimpinan pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk di terapkan di madrasah sebagai kelompok yang terorganisasi untuk mencapai tujuan pembelajaran pendidikan islam. Sebab pada hakikatnya kepemimpinan pendidikan sebagai penentu keberhasilan segala aktivitas yang ada di lembaga pendidikan islam tersebut. Jadi, dalam kerangka ini sangat jelas bahwa kepemimpinan pendidikan islam merupakan proses mempengaruhi kegiatan kegiatan kelompok yang terorganisasi dalam usaha usaha menetukan tujuan pendidikan islam yang hendak di capainya, yaitu untuk membentuk manusia menjadi insan manipurna, baik didunia maupun di akhirat, atau dalam kerangka pemkiran ibnu taimiyah, seperti yang di kutip oleh Ahmad Warid khan, lebih menyederhanakan tujuan oendidikan islam ke dalam tujuan pokok. Pertama, membentuk individu muslim. Kedua, membentuk umat muslim. Ketiga, dakwah islam di dunia. Maka, kepemimpinan pendidikan islam merupakan segmen(bagian) penting dari organisasi atau lembaga pendidikan islam, dimana organisasi tersebut tersusun atas dasar pembagian fungsi fungsi yang berbeda serta harus di laksanakan.[3]
2.      Emotional Spiritual Quotient(ESQ)
Emotional Spiritual Quotient(ESQ) model adalah kemampuan akal budi manusia berdasarkan kepekaan hati bahwa keberadaannya selalu bersinggungan dengan sesamanya, makhluk lain, dan alam sekitar yang di dasari dengan kekuatan ilmiyah kepada Allah SWT. [4]
Emotional Spiritual Quotient(ESQ) model sebagai sebuah kecerdasan yang meliputi emosi dan spiritual dengan konsep universal yang mampu menghantarkan pada predikat memuaskan bagi dirinya dan orang lain, serta dapat menghambat segala hal yang kontraproduktif terhadap kemajuan umat manusia.[5]
B.     Kepemimpinan kepala Sekolah dan ESQ Model
Kepekaan melihat kondisi global yang bergulir dan peluang masa depan menjadi modal utama untuk mengadakan perubahan paradigma dalam manajemen pendidikan. Modal ini akan menjadi dasar dan pijakan yang kuat untuk mengembangkan pendiidkan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan user pendidikan. Pada titik inilah di prlukan berbagai komitmen untuk pebaikan kualitas pendidikan terutama komitmen penyatuan visi dan misi organisasi oendidikan. Ketika melihat pelluang, dan peluang itu dijadikan modal, kemudian modal menjadi pijakan untuk mengembangkan pendidikan yang disertai komitmen yang tinggi, secara otomatis akan terjadi sebuah efek domino(positif) dalam pengelolaan organisasi pendidikan, strategi dalam organisasi, suber daya manusia(SDM), pendidikan dan pengjaran, biaya, serta marketing pendidikan, bahkan pada sisi out put pendidikan.
Untuk menuju perubahan pendidikan secara menyeluruh, manajemen pendidikan adalah hal yang harus di prerioritaskan untuk kelangsungan pendidikan sehingga menghasilkan out put yang di inginkan. Dalam konteks ini, aktivitas manajemen di bangun dalam paradigma sebagai suatu aktivitas memadukan sumber sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang sudah di tentukan sebelumnya. Dipilih manajemen sebagai aktivitas agar seseorang bisa berperan sebagai administrator dalam mengemban misi atasan, sebagai manajer dalam memadukan sumber sumber pendidikan, dan sebagai superfisor dalam membina guru guru dalam membina proses belajar mengajar untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dapai di capai sesuai dengan perencanaan, sedangkan efisien berarti tugas yang ada di laksanakan secara benar, terorganisasi, dan sesuai dengan jadwal.[6]
C.    Emotional Spiritual Quotient(ESQ) Model dalam Fungsi Perencanaan
Satu satunya hal yang pasti dari masa depan dari organisasi apapun termasuk lembaga pendidikan adalah perubahan. Artinya, perubahan perubahan yang bersifat kuantitatif ataupun kualitatif dalam organisasi pasti terjadi seiring dengan alur bejalannya organisasi pendidkan. Dengan demikian, fungsi perencanaan sangat urgen untuk menjembatani masa kini dan masa depan yang meningkatkan kemungkina  untuk mencapai hasil yang di inginkan. Proses menentukan apa yang harusnya di capai dan bagaimana mewujudkannya dalam kenyataan di organisasi pendidikan akan mebawa implikasi implikasi yang konkret salah satu contohnya dalah menjawab apa, bagaimana, dan siapa dalam mencapai tujuan organisasi pendidikan. Oleh sebab itu, perencanaan amat penting untuk implementasi strategi dan evaluasi strategi yang berhasil, karena aktivitas pengorganisasian, pemotivasian, penunjukan staf, dan pengendalian tergantung pada perencnaan yang matang dan bailk.
Kepala sekola dalam konteks lembaga pendidikan, untuk menyusun kegiatan atau program lembaga pendidikan, memerlukan data yang banyak dan valid, pertimbangan dan pemikiran oleh sejumlah orang yang berkaitan dengan hal yang direncanakan termasuk komite sekolah dan juga masyarakat sekitar seperti tokoh masyarakat, ustadz (kiai). [7]
D.    Emotional Spiritual Quotient (ESQ) Model dalam Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
Tujuan dari fungsi pengorganisasian adalah mencapai usaha terkoordinasi dengan menerapkan tugas dan hubungan wewenang untuk mencapai tujuan yang hendak diraih. Pengoganisasian pada tataran ini dimaksudkan sebagai suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu (komponen sekolah) yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Artinya adalah fungsi pengorganisasian terdiri dari aktivitas berurutan, yaitu membagi-bagi tugas menjadi pekerjaan yang lebih sempit (spesialisasi pekerjaan), menggabungkan pekerjaan untuk membentuk departemen (departementalisasi), dan mendelegasikan wewenang.[8]
E.     Emotional Spiritual Quotient(ESQ) Model dalam Fungsi Pelaksanaan (Actuating)
Dalam pembahasan fungsi pengarahan, aspek kepemimpinan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari berbagai aspek lainnya seperti memberikan motivasi ataupun pada pemberian pengarahan pada tugas-tugas yang diembannya. Pengarahan ini pada hakikatnya merupakan usaha menggerakkan komponen sekolah sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran atau tujuan pendidikan dan juga tujuan komponen sekolah tersebut oleh karena para komponen sekolah ingin mencapai tujuan-tujuan tersebut melalui pengaruh dan pengarahan atasnya. Dengan demikian, fungsi pengarahan akan bermuara pada pola kepemimpinan kepala sekolah itu sendiri.[9]
F.     Emotional Spiritual Quotient(ESQ) Model dalam Fungsi Pengawasan (Controlling)
Dalam konteks manajemen pendidikan, pengawasan terhadap program sekolah merupakan suatu upaya sistematis untuk menetapkan stndar prestasi kerja dengan tujuan perencanaan untuk mendesain sitem umpan balik informasi; untuk membandingkan prestasi sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan itu; dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya sekolah telah digunakan dengan cara yang paling evektif dan efisien guna tercapainya tujuan pendidikan skala institusional maupun nasional.[10]

G.    Mengasah dan Meningkatkan SQ
Prof.Dr.Kholil Khafari menyatakan bahwa kecerdasan spiritula adalah fakultas dari dimensi non material kita ruh manusia. Inlah intan yang belum terasah yang kita semua memiliknya. Kita harus menggalinya seperti apa adanya, menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekad yang besar dan mengunakannya uuntuk kebahagian abadi. Sebagaimana dua bentuk kecerdasan lainnya, kecerdasan spiritual dapat di tingkatkan dan diturunkan akan tetapi, kemampuannya untuk meningkatkan tampaknya tidak terbatas.
Berangkat dari pernyataan di atas, ada beberapa langkah penting yang dapat kami lakukan untuk “menggosok” intan yang kita miliki tersebut, sehinngga lebih bercahaya dan bersinar. Tentunya semua itu sangat membutuhkan latihan, ketekunan, kesabaran, dan proses yang tidak singkat.
Pertama, mulailah dengan banyak merenungkan secara mendalam persoalan persoalan hidup yang terjadi, baik di dalam diri sendiri, termasuk yang terjadi di luar diri sendiri.
Kedua, melihat kenyataan kenyataan secara utuh dan menyeluruh, tidak secara parsial. Apapun yang kita alami : kesedihan, penderitaan, sakit, kemiskinan ataupun kebahagiaan, kesehatan, kesejahteraan dan sebagainya haruslah di letakkan di berbagai bingkai yang bermakna.
Ketiga, mengenali motif diri yang paling dalam (knowing our deespest motives). Motif merupakan energi jiwa yang sangat luar biasa. Ia yang menggerakkan potensi dari pusat diri (centre of the self) menuju permukaan atau lapisan ego.
Keempat, merefleksikan dan mengaktualisasikan spiritualitas dalam penghayatan hidup yang konkret dan nyata. Dari sinilah dapat terjadi hubungan yang baik antara “diri” yang material “diri” yang spiritual (our material and spiritual selves).
Kelima, merasakan kehadiran tuhan yang begitu dekat pada saaat “menyebut namanya” (dzikir, doa, sholat dan dalam aktivitas yang lain).[11]

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kepemimpinan pada intinya mengandung unsur kemamuan seseorang, mauoun mempengaruhi orang, dan mencapai tujuan bersama. Emotional Spiritual Quotient(ESQ) model sebagai sebuah kecerdasan yang meliputi emosi dan spiritual dengan konsep universal yang mampu menghantarkan pada predikat memuaskan bagi dirinya dan orang lain, serta dapat menghambat segala hal yang kontraproduktif terhadap kemajuan umat manusia.
Kepekaan melihat kondisi global yang bergulir dan peluang masa depan menjadi modal utama untuk mengadakan perubahan paradigma dalam manajemen pendidikan.
Satu satunya hal yang pasti dari masa depan dari organisasi apapun termasuk lembaga pendidikan adalah perubahan.
Tujuan dari fungsi pengorganisasian adalah mencapai usaha terkoordinasi dengan menerapkan tugas dan hubungan wewenang untuk mencapai tujuan yang hendak diraih.
Dalam pembahasan fungsi pengarahan, aspek kepemimpinan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari berbagai aspek lainnya seperti memberikan motivasi ataupun pada pemberian pengarahan pada tugas-tugas yang diembannya.
Dalam konteks manajemen pendidikan, pengawasan terhadap program sekolah merupakan suatu upaya sistematis untuk menetapkan stndar prestasi kerja dengan tujuan perencanaan untuk mendesain sitem umpan balik informasi.
kecerdasan spiritula adalah fakultas dari dimensi non material kita ruh manusia.









DAFTAR PUSTAKA

Safaria, Tiantoro,  Kepemimpinan, Graha Ilmu,
Purwanto, Ngalim,  Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja rosdakarya, 1990.
Baharuddin,  Kepemimpinan Pendidikan Islam, Jogjakarta : AR RUZZ MEDIA, 2012.
Agustin,  Ary Ginanjar,   Rahasia Sucses Membangun kecerdasan emosi Dan Spiritual, Jakarta : Agra, 2005.














[1] Tiantoro Safaria, Kepemimpinan, (Graha Ilmu),hlm.3.
[2] Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja rosdakarya, 1990), hlm.25.
[3] Baharuddin, Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Jogjakarta : AR RUZZ MEDIA, 2012), hlm.104.
[4] Ibid, hlm321.
[5] Ary Ginanjar Agustin, Rahasia Sucses Membangun kecerdasan emosi Dan Spiritual, (Jakarta : Agra, 2005), hlm.17.
[6] Baharuddin, Kepemimpinan Pendidikan Islam,hlm.368-369.
[7] Ibid,hlm.374
[8] Ibid,hlm.381
[9] Ibid,hlm.388
[10] Ibd,hlm.394
[11] Abdul Wahid Hasan, SQ Nabi Aplikasi Strategi & Kecerdasan Spiritual (SQ) rasulullah di masa kini, (Jogjakarta : IRCiSoD, 2006), hlm.85-92.