Monday, 6 November 2017

Pengertian konflik interpersonal Jenis-jenis konflik interpersonal Faktor-faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Konflik adalah sebuah ketidaksepahaman antara dua orang /pihak yang menggangu kehidupan orang yang terlibat konflik dengan maksud untuk mencapai satu tujuan. Konflik dapat berupa perselisihan, adanya ketegangan, atau munculnya kesulitan-kesulitan lain diantara dua pihak. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak. Komunikasi sebagai media interaksi diantara orang-orang yang terlibat konflik dapat dengan mudah menjadi basis terjadinya konflik.
Konflik bisa terjadi karena perbedaan dalam pemaknaan yang disebabkan karena perbedaan pengalaman. Perbedaan pengalaman dapat dilihat dari perbedaan latar belakang kebudayaan yang membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Dalam setiap organisasi/ perusahaan, perbedaan pendapat seringkali diseengaja atau dibuat sebagai salah satu strategi seorang pemimpin untuk melakukan perubahan. Perubahan tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan sebuah konflik. Akan tetapi, konflik juga dapat terjadi secara alami karena adanya kondisi objektif yang dapat menimbulkan terjadinya konflik.

B.       Rumusan Masalah
1.      Pengertian konflik interpersonal
2.      Jenis-jenis konflik interpersonal
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal
4.      Cara mengatasi konflik

C.      Tujuan
1.         Untuk mengetahui pengertian konflik interpersonal
2.         Untuk mengetahui jenis-jenis konflik interpersonal
3.         Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal
4.         Untuk mengetahui cara mengatasi konflik






BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Konflik Interpersonal
Sebelum membahas mengenai konflik interpersonal, terlebih dahulu kita harus memahami apa yang dimaksud dengan konflik. Secara umum, konflik adalah konsekuensi dari respon seseorang pada apa yang ia persepsikan mengenai situasi atau perilaku dari orang lain (Luthans, 2005). Konflik interpersonal adalah pertentangan antara seseorang dengan orang lain karena pertentangan kepentingan atau keinginan. Perselisihan ini dapat disebabkan oleh kesalah pahaman kecil atau sebagai hasil dari tujuan-tujuan, nilai-nilai sikap atau keyakinan yang tidak sama. Menurut Hunt and Metcalf (1996), konflik interpersonal ialah konflik yang terjadi antar individu. Konflik ini terjadi dalam setiap lingkungan sosial, seperti dalam keluarga, kelompok teman sebaya, sekolah, masyarakat dan negara. Konflik ini dapat berupa konflik antar individu dan kelompok, baik di dalam sebuah kelompok maupun antar kelompok.
Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik seperti ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempengaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok. Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka.
Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada. Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi didalam organisasi-organisasi.

B.       Jenis-jenis konflik
Menurut luthans (2005), konflik terdiri dari tiga jenis yaitu:
a.       Konflik antar individu (Interpersonal Conflict)
Konflik interpersonal muncul diantara dua individu. Konflik ini bisa terbentuk diantara teman, anggota keluarga. Contoh, konflik ini bisa muncul ketika seseorang tidak setuju dengan gaya hidup individu lainnya.
b.      Konflik individu-kelompok (Individual - Group Conflict)
Konflik antar kelompok muncul ketika kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, dan harapan-harapan seorang individu berbeda dengan kelompoknya. Contohnya, seorang karyawan lebih tertarik dalam melakukan hubungan pelayanan kustomer, namun bagian pemasaran lebih menginginkannya untuk bekerja dalam penjualan produk. Akibatnya akan terjadi konflik antara individu dengan pihak bagian pemasaran.
c.       Konflik antar kelompok (Group - Group Conflict)
konflik intraorganisasi atau antar kelompok muncul diantara dua atau lebih kelompok. Seringkali konflik yang sering ditemui dalam perusahaan adalah konflik antara tim dengan pihak manajemen.

C.      Faktor-faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal
Terdapat empat faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal, diantaranya sebagai berikut:
a.    Sikap (attitudes)
Banyak orang memandang konflik sebagai sesuatu yang buruk dan destruktif, jadi mereka menghindari segala upaya yang berhubungan dengan menghadapi situasi konflik. Namun konflik tidak dapat diselesaikan kecuali konflik tersebut diketahui oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
b.    Persepsi (perception)
Persepsi yaitu proses pengenalan arti dari apa yang kita lihat atau dengar, merupakan inti dalam menentukan dan mempengaruhi konflik. Persepsi merupakan hal yang penting karena orang memberi respon satu dengan yang lainnya dalam hal bagaimana mereka mengevaluasi suatu situasi. Kesalahan persepsi dapat meningkatkan situasi yang tidak membahayakan konflik atau mengganggu resolusi dari konflik.
c.    Ketidakseimbangan kendali atau kekuatan (Control or Power Imbalance)
Faktor lain yang mempengaruhi konflik adalah tingkat dimana individu merasa diri mereka kehilangan  kendali atas situasi, dan dengan demikian menyebabkan suatu ketidakseimbangan.
d.   Kepentingan hasil (Outcome Importance)
Kepentingan hasil yaitu tingkat dimana kita kehilangan kontrol atas masalah-masalah yang penting bagi kita dalam menentukan apakah konflik akan muncul. 
Robbin dan Judge menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu:
a.    Komunikasi
Komunikasi dapat menjadi sumber konflik. Komunikasi memiliki kekuatan yang bertentangan, kesulitan dan kesalahpahaman. Komunikasi yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi dasar terjadinya konflik.
b.    Struktur
Struktur berkaitan dengan peran an tugas-tugas individu yang berhubungan dengan orang lain. Tugas masing-masing pihak yang dapat dijelaskan dengan baik akan mengarahkan pada pengelolaan konflik yang bersifat konstruktif. Sedangkan tugas yang tidak dapat dijelaskan dengan baik akan mengarahkan pada pengelolaan  konflik yang bersifat destruktif.
c.    Variabel pribadi
Variabel pribadi meliputi kepribadian, emosi dan nilai-nilai. Kepribadian yang keras kepala, emosi dan pencemas lebih sering terlibat cekcok dan bereaksi buruk ketika konflik terjadi.

D.      Cara mengatasi konflik
Metode yang sering digunakan untuk menangani konflik adalah pertama dengan mengurangi konflik. Kedua dengan menyelesaikan konflik. Untuk metode pengurangan konflik salah satu cara yang sering efektif adalah dengan mendinginkan persoalan terlebih dahulu (cooling thing down). Meskipun demikian cara semacam ini sebenarnya belum menyentuh persoalan yang sebenarnya. Cara lain adalah dengandengan membuat “musuh bersama”, sehingga para anggota didalam kelompok tersebut bersatu untuk menghadapi “musuh” tersebut. Cara semacam ini sebenarnya juga hanya mengalihkan perhatian para anggota kelompok yang sedang mengalami konflik. Cara kedua dengan metode penyelesaian konflik. Cara yang ditempuh adalah dengan mendominasi atau menekan, berkompromi dan penyelesaian masalah secara integratif.
a.    Dominasi (penekanan)
Dominasi dan penekanan mempunyai persamaan makna, yaitu keduanya menekan konflik, dan bukan memecahkannya, dengan memaksanya “tenggelam” kebawah permukaan dan mereka menciptakan situasi yang menang dan yang kalah. Pihak yang kalah biasanya terpaksa memberikan jalan kepadayang lebih tinggi kekuasaannya, menjadi kecewa dan dendam.penekanan dan dominasi bisa dinyatakan dalam bentuk pemaksaan sampai dengan pengambilan keputusan dengan suara terbanyak.
b.    Kompromi
Melalui kompromi mencoba menyelesaikan konflik dengan menemukan dasar yang ditengah dari dua pihak yang berkonflik. Cara ini lebih memperkecil kemungkinan untuk munculnya permusuhan yang terpendam dari dua belah pihak yang berkonflik, karena tidak ada yang merasa menang maupun kalah. Meskipun demikian, dipandang dari pertimbangan organisasi pemecahan ini bukanlah cara yang terbaik, karena tidak membuatpenyelesaian yangterbaik pula bagi organisasi, hanya untuk menyenangkan kedua belah pihak yang saling bertentangan atau berkonflik.
c.    Penyelesaian secara integratif
Dengan menyalesaikan konflik secara integratif, konflik antar kelompok diubah menjadi situasi pemecahan persoalan bersama yang bisa dipecahkan dengan bantuan teknik-teknik pemecahan masalah. Pihak-pihak yang bertentangan bersama-sama mencoba memecahkan masalahnya, dan bukan hanya mencoba menekan konflik atau berkompromi. Meskipun hal ini merupakan cara yang terbaik bagi organisasi, dalam prakteknya sering sulit tercapai secara memuaskan karena kurang adanya kemauan yang sungguh-sungguh dan jujur untuk memecahkan persoalan yang menimbulkan persoalan.



















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Konflik di latar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
B.       Saran
Janganlah sering membuat masalah-masalah yang akan menimbulkan konflik. Dan jika kamu ingin menyelesaikan konflik maka selesaikanlah dengan cara yang positif seperti, cara kompetisi, sharing, kolaborasi dan penghindaran. Karena itu semua merupakan cara selain dapat menyelesaikan konflik juga berdampak positif bagi kita.



















DAFTAR PUSTAKA

Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: CV Andi Offset. 2010.













BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Konflik adalah sebuah ketidaksepahaman antara dua orang /pihak yang menggangu kehidupan orang yang terlibat konflik dengan maksud untuk mencapai satu tujuan. Konflik dapat berupa perselisihan, adanya ketegangan, atau munculnya kesulitan-kesulitan lain diantara dua pihak. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak. Komunikasi sebagai media interaksi diantara orang-orang yang terlibat konflik dapat dengan mudah menjadi basis terjadinya konflik.
Konflik bisa terjadi karena perbedaan dalam pemaknaan yang disebabkan karena perbedaan pengalaman. Perbedaan pengalaman dapat dilihat dari perbedaan latar belakang kebudayaan yang membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Dalam setiap organisasi/ perusahaan, perbedaan pendapat seringkali diseengaja atau dibuat sebagai salah satu strategi seorang pemimpin untuk melakukan perubahan. Perubahan tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan sebuah konflik. Akan tetapi, konflik juga dapat terjadi secara alami karena adanya kondisi objektif yang dapat menimbulkan terjadinya konflik.

B.       Rumusan Masalah
1.      Pengertian konflik interpersonal
2.      Jenis-jenis konflik interpersonal
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal
4.      Cara mengatasi konflik

C.      Tujuan
1.         Untuk mengetahui pengertian konflik interpersonal
2.         Untuk mengetahui jenis-jenis konflik interpersonal
3.         Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal
4.         Untuk mengetahui cara mengatasi konflik






BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Konflik Interpersonal
Sebelum membahas mengenai konflik interpersonal, terlebih dahulu kita harus memahami apa yang dimaksud dengan konflik. Secara umum, konflik adalah konsekuensi dari respon seseorang pada apa yang ia persepsikan mengenai situasi atau perilaku dari orang lain (Luthans, 2005). Konflik interpersonal adalah pertentangan antara seseorang dengan orang lain karena pertentangan kepentingan atau keinginan. Perselisihan ini dapat disebabkan oleh kesalah pahaman kecil atau sebagai hasil dari tujuan-tujuan, nilai-nilai sikap atau keyakinan yang tidak sama. Menurut Hunt and Metcalf (1996), konflik interpersonal ialah konflik yang terjadi antar individu. Konflik ini terjadi dalam setiap lingkungan sosial, seperti dalam keluarga, kelompok teman sebaya, sekolah, masyarakat dan negara. Konflik ini dapat berupa konflik antar individu dan kelompok, baik di dalam sebuah kelompok maupun antar kelompok.
Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik seperti ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempengaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok. Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka.
Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada. Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi didalam organisasi-organisasi.

B.       Jenis-jenis konflik
Menurut luthans (2005), konflik terdiri dari tiga jenis yaitu:
a.       Konflik antar individu (Interpersonal Conflict)
Konflik interpersonal muncul diantara dua individu. Konflik ini bisa terbentuk diantara teman, anggota keluarga. Contoh, konflik ini bisa muncul ketika seseorang tidak setuju dengan gaya hidup individu lainnya.
b.      Konflik individu-kelompok (Individual - Group Conflict)
Konflik antar kelompok muncul ketika kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, dan harapan-harapan seorang individu berbeda dengan kelompoknya. Contohnya, seorang karyawan lebih tertarik dalam melakukan hubungan pelayanan kustomer, namun bagian pemasaran lebih menginginkannya untuk bekerja dalam penjualan produk. Akibatnya akan terjadi konflik antara individu dengan pihak bagian pemasaran.
c.       Konflik antar kelompok (Group - Group Conflict)
konflik intraorganisasi atau antar kelompok muncul diantara dua atau lebih kelompok. Seringkali konflik yang sering ditemui dalam perusahaan adalah konflik antara tim dengan pihak manajemen.

C.      Faktor-faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal
Terdapat empat faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal, diantaranya sebagai berikut:
a.    Sikap (attitudes)
Banyak orang memandang konflik sebagai sesuatu yang buruk dan destruktif, jadi mereka menghindari segala upaya yang berhubungan dengan menghadapi situasi konflik. Namun konflik tidak dapat diselesaikan kecuali konflik tersebut diketahui oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
b.    Persepsi (perception)
Persepsi yaitu proses pengenalan arti dari apa yang kita lihat atau dengar, merupakan inti dalam menentukan dan mempengaruhi konflik. Persepsi merupakan hal yang penting karena orang memberi respon satu dengan yang lainnya dalam hal bagaimana mereka mengevaluasi suatu situasi. Kesalahan persepsi dapat meningkatkan situasi yang tidak membahayakan konflik atau mengganggu resolusi dari konflik.
c.    Ketidakseimbangan kendali atau kekuatan (Control or Power Imbalance)
Faktor lain yang mempengaruhi konflik adalah tingkat dimana individu merasa diri mereka kehilangan  kendali atas situasi, dan dengan demikian menyebabkan suatu ketidakseimbangan.
d.   Kepentingan hasil (Outcome Importance)
Kepentingan hasil yaitu tingkat dimana kita kehilangan kontrol atas masalah-masalah yang penting bagi kita dalam menentukan apakah konflik akan muncul. 
Robbin dan Judge menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu:
a.    Komunikasi
Komunikasi dapat menjadi sumber konflik. Komunikasi memiliki kekuatan yang bertentangan, kesulitan dan kesalahpahaman. Komunikasi yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi dasar terjadinya konflik.
b.    Struktur
Struktur berkaitan dengan peran an tugas-tugas individu yang berhubungan dengan orang lain. Tugas masing-masing pihak yang dapat dijelaskan dengan baik akan mengarahkan pada pengelolaan konflik yang bersifat konstruktif. Sedangkan tugas yang tidak dapat dijelaskan dengan baik akan mengarahkan pada pengelolaan  konflik yang bersifat destruktif.
c.    Variabel pribadi
Variabel pribadi meliputi kepribadian, emosi dan nilai-nilai. Kepribadian yang keras kepala, emosi dan pencemas lebih sering terlibat cekcok dan bereaksi buruk ketika konflik terjadi.

D.      Cara mengatasi konflik
Metode yang sering digunakan untuk menangani konflik adalah pertama dengan mengurangi konflik. Kedua dengan menyelesaikan konflik. Untuk metode pengurangan konflik salah satu cara yang sering efektif adalah dengan mendinginkan persoalan terlebih dahulu (cooling thing down). Meskipun demikian cara semacam ini sebenarnya belum menyentuh persoalan yang sebenarnya. Cara lain adalah dengandengan membuat “musuh bersama”, sehingga para anggota didalam kelompok tersebut bersatu untuk menghadapi “musuh” tersebut. Cara semacam ini sebenarnya juga hanya mengalihkan perhatian para anggota kelompok yang sedang mengalami konflik. Cara kedua dengan metode penyelesaian konflik. Cara yang ditempuh adalah dengan mendominasi atau menekan, berkompromi dan penyelesaian masalah secara integratif.
a.    Dominasi (penekanan)
Dominasi dan penekanan mempunyai persamaan makna, yaitu keduanya menekan konflik, dan bukan memecahkannya, dengan memaksanya “tenggelam” kebawah permukaan dan mereka menciptakan situasi yang menang dan yang kalah. Pihak yang kalah biasanya terpaksa memberikan jalan kepadayang lebih tinggi kekuasaannya, menjadi kecewa dan dendam.penekanan dan dominasi bisa dinyatakan dalam bentuk pemaksaan sampai dengan pengambilan keputusan dengan suara terbanyak.
b.    Kompromi
Melalui kompromi mencoba menyelesaikan konflik dengan menemukan dasar yang ditengah dari dua pihak yang berkonflik. Cara ini lebih memperkecil kemungkinan untuk munculnya permusuhan yang terpendam dari dua belah pihak yang berkonflik, karena tidak ada yang merasa menang maupun kalah. Meskipun demikian, dipandang dari pertimbangan organisasi pemecahan ini bukanlah cara yang terbaik, karena tidak membuatpenyelesaian yangterbaik pula bagi organisasi, hanya untuk menyenangkan kedua belah pihak yang saling bertentangan atau berkonflik.
c.    Penyelesaian secara integratif
Dengan menyalesaikan konflik secara integratif, konflik antar kelompok diubah menjadi situasi pemecahan persoalan bersama yang bisa dipecahkan dengan bantuan teknik-teknik pemecahan masalah. Pihak-pihak yang bertentangan bersama-sama mencoba memecahkan masalahnya, dan bukan hanya mencoba menekan konflik atau berkompromi. Meskipun hal ini merupakan cara yang terbaik bagi organisasi, dalam prakteknya sering sulit tercapai secara memuaskan karena kurang adanya kemauan yang sungguh-sungguh dan jujur untuk memecahkan persoalan yang menimbulkan persoalan.



















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Konflik di latar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
B.       Saran
Janganlah sering membuat masalah-masalah yang akan menimbulkan konflik. Dan jika kamu ingin menyelesaikan konflik maka selesaikanlah dengan cara yang positif seperti, cara kompetisi, sharing, kolaborasi dan penghindaran. Karena itu semua merupakan cara selain dapat menyelesaikan konflik juga berdampak positif bagi kita.



















DAFTAR PUSTAKA

Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: CV Andi Offset. 2010.