PSIKOLOGI BELAJAR
REVIEW
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas : Psikologi
Pendidikan
Dosen Pengampu : Bapak Roviandri
Di Susun Oleh:
EFA
Rukmana
NIM: 20160701090032
Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam
Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pamekasan
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah upaya sadar untuk mentranformasikan ilmu
pengetahuan, keahlian dan nilai-nilai kehidupan untuk mempersiapkan anak didik
menuju kedewasaan dan kematangan. Pendidikan ini secara formal dilaksanakanp
pada jenjang-jenjang pendidikan dari taman kanak-kanak (TK/RA),sekolah dasar
(SD.MI), sekolah menengah pertama (SMP,MTS), sekolah menengah umum (SMU/MA) dan
perguruan tinggi.
Dalam pelaksanaannya, pendidikan terdiri dari pendidikan formal
sebagaimana disebutkan diatas, pendidikan non formal seperti
pelatihan-pelatihan, kursus-kursus, pengajian-pengajian dan pendidikan
informal yaitu pendidikan keluarga.
Salah satu jalur pendidikan adalah pendidikan sekolah yang bersifat
sangat kompleks, yaitu meliputi aspek paedagogis, didaktis, psikologis dan
administrative. Aspek paedagogis merujuk kepada kenyataan bahwa pendidikan
disekolah dilaksanakan dalam lingkungan pendidikan yang didalamnya guru harus
membimbing dan mengarahkan siswa dalam melaksanakan aktivitas belajarnya.
Sedangkan aspek didaktis mengarah kepada begaimana mempersiapkan
dan melaksanakan pendidikan dalam kerangka pengorganisasian metode pengajaran,
media pembelajaran, penyampaian materi pelajaran, untuk mencapai tujuan
pendidikan baik tujuan intruksional maupun tujuan institusional.
BAB II
PSIKOLOGI BELAJAR
A. Definisi dan cakupan
psikologi belajar
Berikan dengan pengertian
psikologi belajar, sebagian ahli menyatakan bahwa psikologi belajar merupakan
subdisiplin ilmu psikologi. Salah seoramg ahli yang menganggap bahwa psikologi
belajar merupakan subdisiplin Psikologi adalah Arthur S Reber yang berpandangan
bahwa psikologi belajar merupakan subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan
dengan teori masalah kependidikan. Ilmu ini berguna dalam hal-hal sebagai
berikut:
1)
Penerapan prinsp- prinsip belajar dalam kelas
pengembangan dan pembaharuan kurikulum.
2)
Ujian dan evaluasi bakat dan kem
3)
Sosia;isasi proses- proses dan interaksi proses-
proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif.
4)
Penyelenggaraan pendidikan keguruan.
Sementara itu Wasty
Sumanto memberikan definisi psikologi belajar sebagai ilmu pengetahuaan yang
mempelajari tingkah laku yang terjadi dalam proses pendidikan. Yang menjadi
titik tekan adalah proses belajar mengajar atau interaksi antara guru dan
siswa. Ini berarti bahwa proses belajar merupakan inti dari pendidikan,
sementara unsusr- unsur lain seperti tujuan pendidikan, alat/ media pendidikan,
metode mengajar, dan lain- lain merupakan unsur penunjang.
Sementara itu, Oemar
Hamalik menegaskan bahwa Psikologi Belajar tidak hanya memberikan pedoman
tentang teori belajar, sistem persekolahan, masalah- masalah psikologi anak,
tetapi dimulai dari studi tentang pertumbuhan dan perkembangan anak sejak pada
tahun- tahun pertama sampai pada usia peserta didik.
Dengan demikian,
berkaitan dengan psikologi pendidikan ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu:
1.
Guru harus memperhatikan masalah- masalah
relevansi psikologi pendidikan.
2.
Penyesuaian diri yang terjadi di sekolah.
3.
Bagaimana anak tumbuh dan berkembang, yang
terdiri dari siklus kehidupan, perkembangan emosional pada anak.
4.
Perkembangan anak sebelum memasuki pendidikan
sekolah.
Berkaitan dengan tahapan
proses belajar, psikologi belajar menjelaskan bagaimana tahapan- tahapan
belajar mengajar berlangsung, dari yang paling sederhana sampai pada hal- hal
yang bersifat kompleks, ini berkaitan dengan perkembangan kejiwaan yang terjadi
pada anak.
Disamping itu hasil
belajar mengajar juga merupakan masalah yang menjadi persoalan penting dalam
psikologi belajar, sebab sebaik apapun proses, waktu dan tempat pendidikan,
tetap menggantungkan kepada hasil yang optimal. Pada aspek ini dapat dilihat
apakah proses, metode, media pendidikan, penguasa materi telah memberikan hasil
yang optimal dalam proses belajar mengajar.[1]
B. Urgensi Psikologi
Belajar.
Psikologi belajar bermanfaat untuk memberikan bekal
kepada guru dan calon guru bahwa anak berbeda dalam hal pembawaan, kematangan
jasmani, intelegensi dan keterampilan jasmaniah. Dengan keberagaman bakat,
kemampuan dan intelegensi yang dimiliki anak, maka seorang guru dapat
memperlakukan anak didik sesuai dengan apa yanga ada pada diri anak itu
sendiri.
Sedangkan manfaat mempelajari Psikologi Belajar adalah:
- Dapat mengetahui proses perkembangan siswa. Dengan psikologi belajar guru dapat mengetahui tahapan- tahapan perkembangan siswa dan ciri khas yang mengiringi tahapan- tahapan perkembanagan tersebut.
- Dapat mengetahui cara belajar siswa, yang dalam hal ini guru harus dapat memahami arti penting belajar, teori- teori belajar, hubungan belajar dengan memori dan pengetahuan, dan fase- fase yang dilalui dalam proses belajar.
- Dapat menghubungkan belajar dengan mengajar, yang dalam tataran praktis guru harus menguasai seluk beluk mengajar baik dalam rangka individual maupun dalam kelompok.
- Pengambilan keputusan untuk pengelolaan proses belajar mengajar, yang dalam hal ini guru dituntut dapat menjadi pengelola dan pengambil keputusan daalm proses belajar mengajar, agar proses belajar dapat berguna dan berdaya guna.
C. Psikologi Belajar
dalam lintasan Sejarah
Sejarah psikologi belajar didahului oleh seorang tokoh
yang bernama Johan Fredierich Herbart, seorang filosof yang dilahirkan di
Olderbung Jerman, pada tahun 4 mei 1776. Pada usia 29 tahun, ia menjadi dosen
filsafat di Gottengen dan mencapai
puncaknya pada tahun 1809 ketika ia diangkat menjadi ketua jurusan filsafat di
Konsberg.
Dalam perkembangan berikutnya psikologi belajar terbagi
daalm tiga aliran sebagai berikut:
- Aliran humanisme, dengan tokohnya JJ Rousseaeu, Abraham Maslow, dan Carl Rogers.
- Aliran Behaviorisme, dengan tokoh- tokoh utama John B. Watson, Edward Lee Thorndike, B.F. Skinner.
- Aliran Kognitivisme, dengan tokoh- tokoh utama Jean Piaget, Joreme S.Bruner, David P. Ausubel.
Aliran- aliran psikologi tersebut memiliki teori- teori
belajar berdasarkan persepektif masing- masing yang dihasilkan dari penelitian-
penelitian yang dilakukan para tokoh aliran- aliran tersebut dan dilanjutkan
oleh tokoh- tokoh sesudahnya.
BAB III
PERKEMBANGAN DAN BELAJAR
A.
Definisi
Perkembangan
Sumadi Suryabrata mendefinisikan perkembangan sebagai suatu
perubahan ke arah yang lebih maju dan lebih dewasa, yang secara teknis
perubahan itu biasanya disebut proses. Proses itu pada pokoknya mengikuti konsepsi
yang di dasarkan pada :
1.
Aliran
Asosiasi. Aliran ini berpandangan bahwa dalam perkembangan jiwa, yang pokok
adalah bagian-bagian. Tokoh yang terkenal aliran ini adalah John Locke dengan
teori ini tabula rasanya. Ia menegaskan bahwa anak terlahir dengan bersih,
seperti selembar kertas putih, yang nantinya terisikan dengan
pengalaman-pengalaman
2.
Aliran Gestalt.
Aliran ini memiliki pandangan yang berbeda dengan aliran Asosiasi. Aliran ini
berpandangan yang pikok adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian itu adalah
sekunder. Bagian-bagian mempunyai arti sebagai bagian dari keseluruhan dalam
hubungan yang fungsional dengan bagian-bagian yang lain.
Aliran
Sosiologis. Perkembangan adalah proses sosialisasi. Anak manusia pada awalnya
bersifat a-sosial (barangkali untuk cepatnya dapat di sebut pra-sosial) yang
kemudian dalam perkembangannya sedikit demi sedikit disosialisasikan.
B. Prinsip
Perkembangan Individu
Setelah
kita mengetahui apakah itu pertumbuhan dan perkembangan, dapatlah ditegaskan
bahwa pertumbuhan dan perkembangan ini melalui sebuah pola dan prinsip yang
disebut dengan hukum pertumbuhan dan perkembangan.
Prinsip-prinsip
pertumbuhan yang terjadi pada individu adalah sebagai berikut:
Pertama,
pertumbuhan adalah kuantitatif dan sekaligus kualitatif. Demikian juga
pertumbuhan juga dapat berarti penyempurna stuktur fisiologis; penyiapan
funsi-fungsi pada setiap bagian tubuh, dan sebagainya.
Kedua, pertumbuhan
merupakan suatu proses yang berkesinambungan mulai dari keadaan yang sederhana
sampai pada keadaan yang kompleks. Hal ini disebabkan karena manusia tumbuh
terus melalui urutan-urutan yang teratur dalam organisasinya.
Ketiga,
tempo pertumbuhan adalah tidak sama. Ada saat dimana pertumbuhan berlangsung
cepat dan ada saat dimana pertumbuhan berlangsung lambat.
Keempat,
tahap perkembangan berbagai aspek pertumbuhan adalah berbeda. Aspek pertumbuhan
seperti fungsi jasmani, bahasa dan kapasitas intelektual mempunyai taraf
perkembanagan yang berbeda, baik dalam waktu dan taraf perkembangannya.
Kelima, kecepatan
serta pertumbuhan dapat dimodifikasi oleh kondisi-kondisi di dalam dan di luar
badan, tergantung pada lingkungan yang menunjang kebutuhan-kebutuhan individu.
Keenam,
masing-masing individu tumbuh menurut caranya sendiri yang unik. Seperti
perbedaan usia, aktivitas, jenis kelamin, hasil belajar , dan sebagainya.
C.
Hukum Perkembangan
Individu.
1.Hukum
konvergensi
2. Hukum
perkembangan dan pengembangan diri.
3. Hukum
masa peka.
4. Hukum
keperluan belajar
5. Hukum
kesatuan anggota badan.
6. Hukum
tempo perkembangan.
7. Hukum
irama perkembangan.
8. Hukum
rekapitulasi.
D.
Aliran dalam
Perkembangan Individu
Ada
beberapa Aliran dalam Perkembangan Individu yaitu:
a.
Aliran
Nativisme. Menyakini bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh pembawaan yang
Pewarisan ini terjadi melalui teori genitik.
b.
Aliran
Emperisme. Aliran empirisme adalah kebalikan dari aliran Nativisme. Menekankan
pentingnya pengalaman, lingkungan dan pendidikan sebagai faktor yang
mempengaruhi perkembangan.
c.
Aliran
Konvergensi. Berdasarkan aliran ini yang mempengaruhi perkembangan manusia adalah pembawaan dan
lingkungan.
E.
Perkembangan Individu dan Kaitannya dengan
Belajar
Dalam proses belajar, perkembanga ranah kognitif
memberikan arti dan manfaat yang besar, yaitu:
1). Mengembangkan kecakapan
kognitif.
2). Mengembangkan kecakapan
efektif.
3). Mengembangkan kecakapan
psikomotor.
F.
Implikasi Perkembangan Individu Terhadap
Pembelajaran
Peserta didik yang dalam
masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang terlalu
tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Oleh karena itu, diperlukan adanya
upaya pengembangan hubungan sosial peserta didkyang dawali dari lingkungan
keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat.
1.
Lingkungan keluarga
a.
Orang tua hendaknya mengakui kedewasaan peserta
didik dengan jalan memberi kebebasan terbimbing untuk mengambil keputusan dan
tanggung jawab sendiri.
b.
Dalam konteks bimbingan orang tua terhadap
peserta didik, jenis pola asuh orang tua yaitu:
·
Pola asuh kasih sayang (induction)
·
Pola asuh kekuasaan/kekuatan (powerassertion),
·
Pola asuh penundaan kasih (love withdrawal).
2.
Lingkungan sekolah
di dalam mengembangkan
hubungan sosial peserta didi, guru juga harus mampu mengembangkan proses
pendidikan yang bersifat demokratis,guru harus berupaya agar pelajaran yang
diberikan selalu cukup menarik minat anak, sebab tidak jarang anak menganggap
pelajaran yang diberikan oleh guru kepadanya tidak bermanfaat.
3.
Lingkungan masyarakat
a.
Penciptaan kelompok sosial peserta didik perlu
dikembangkan untuk memberikan rangsang kepada mereka ke arah perilaku yang
bermanfaat.
b.
Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti, bakti
karya untuk dapat mempelajari peserta didik bersosalisasi sesamanya dan
masyarakat.