Friday, 8 December 2017

PSIKOLOGI BELAJAR




PSIKOLOGI BELAJAR

REVIEW

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Bapak Roviandri







Di Susun Oleh:

 EFA Rukmana
NIM: 20160701090032


Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam
Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pamekasan
2017








BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah upaya sadar untuk mentranformasikan ilmu pengetahuan, keahlian dan nilai-nilai kehidupan untuk mempersiapkan anak didik menuju kedewasaan dan kematangan. Pendidikan ini secara formal dilaksanakanp pada jenjang-jenjang pendidikan dari taman kanak-kanak (TK/RA),sekolah dasar (SD.MI), sekolah menengah pertama (SMP,MTS), sekolah menengah umum (SMU/MA) dan perguruan tinggi.
Dalam pelaksanaannya, pendidikan terdiri dari pendidikan formal sebagaimana disebutkan diatas, pendidikan non formal seperti pelatihan-pelatihan, kursus-kursus, pengajian-pengajian dan pendidikan informal yaitu pendidikan keluarga.
Salah satu jalur pendidikan adalah pendidikan sekolah yang bersifat sangat kompleks, yaitu meliputi aspek paedagogis, didaktis, psikologis dan administrative. Aspek paedagogis merujuk kepada kenyataan bahwa pendidikan disekolah dilaksanakan dalam lingkungan pendidikan yang didalamnya guru harus membimbing dan mengarahkan siswa dalam melaksanakan aktivitas belajarnya.
Sedangkan aspek didaktis mengarah kepada begaimana mempersiapkan dan melaksanakan pendidikan dalam kerangka pengorganisasian metode pengajaran, media pembelajaran, penyampaian materi pelajaran, untuk mencapai tujuan pendidikan baik tujuan intruksional maupun tujuan institusional.
BAB II
PSIKOLOGI BELAJAR
A. Definisi dan cakupan psikologi belajar
Berikan dengan pengertian psikologi belajar, sebagian ahli menyatakan bahwa psikologi belajar merupakan subdisiplin ilmu psikologi. Salah seoramg ahli yang menganggap bahwa psikologi belajar merupakan subdisiplin Psikologi adalah Arthur S Reber yang berpandangan bahwa psikologi belajar merupakan subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori masalah kependidikan. Ilmu ini berguna dalam hal-hal sebagai berikut:
1)      Penerapan prinsp- prinsip belajar dalam kelas pengembangan dan pembaharuan kurikulum.
2)      Ujian dan evaluasi bakat dan kem
3)      Sosia;isasi proses- proses dan interaksi proses- proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif.
4)      Penyelenggaraan pendidikan keguruan.
Sementara itu Wasty Sumanto memberikan definisi psikologi belajar sebagai ilmu pengetahuaan yang mempelajari tingkah laku yang terjadi dalam proses pendidikan. Yang menjadi titik tekan adalah proses belajar mengajar atau interaksi antara guru dan siswa. Ini berarti bahwa proses belajar merupakan inti dari pendidikan, sementara unsusr- unsur lain seperti tujuan pendidikan, alat/ media pendidikan, metode mengajar, dan lain- lain merupakan unsur penunjang.
Sementara itu, Oemar Hamalik menegaskan bahwa Psikologi Belajar tidak hanya memberikan pedoman tentang teori belajar, sistem persekolahan, masalah- masalah psikologi anak, tetapi dimulai dari studi tentang pertumbuhan dan perkembangan anak sejak pada tahun- tahun pertama sampai pada usia peserta didik.
Dengan demikian, berkaitan dengan psikologi pendidikan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1.      Guru harus memperhatikan masalah- masalah relevansi psikologi pendidikan.
2.      Penyesuaian diri yang terjadi di sekolah.
3.      Bagaimana anak tumbuh dan berkembang, yang terdiri dari siklus kehidupan, perkembangan emosional pada anak.
4.      Perkembangan anak sebelum memasuki pendidikan sekolah.
Berkaitan dengan tahapan proses belajar, psikologi belajar menjelaskan bagaimana tahapan- tahapan belajar mengajar berlangsung, dari yang paling sederhana sampai pada hal- hal yang bersifat kompleks, ini berkaitan dengan perkembangan kejiwaan yang terjadi pada anak.
Disamping itu hasil belajar mengajar juga merupakan masalah yang menjadi persoalan penting dalam psikologi belajar, sebab sebaik apapun proses, waktu dan tempat pendidikan, tetap menggantungkan kepada hasil yang optimal. Pada aspek ini dapat dilihat apakah proses, metode, media pendidikan, penguasa materi telah memberikan hasil yang optimal dalam proses belajar mengajar.[1] 

B. Urgensi Psikologi Belajar.
Psikologi belajar bermanfaat untuk memberikan bekal kepada guru dan calon guru bahwa anak berbeda dalam hal pembawaan, kematangan jasmani, intelegensi dan keterampilan jasmaniah. Dengan keberagaman bakat, kemampuan dan intelegensi yang dimiliki anak, maka seorang guru dapat memperlakukan anak didik sesuai dengan apa yanga ada pada diri anak itu sendiri.
Sedangkan manfaat mempelajari Psikologi Belajar adalah:
  1. Dapat mengetahui proses perkembangan siswa. Dengan psikologi belajar guru dapat mengetahui tahapan- tahapan perkembangan siswa dan ciri khas yang mengiringi tahapan- tahapan perkembanagan tersebut.
  2. Dapat mengetahui cara belajar siswa, yang dalam hal ini guru harus dapat memahami arti penting belajar, teori- teori belajar, hubungan belajar dengan memori dan pengetahuan, dan fase- fase yang dilalui dalam proses belajar.
  3. Dapat menghubungkan belajar dengan mengajar, yang dalam tataran praktis guru harus menguasai seluk beluk mengajar baik dalam rangka individual maupun dalam kelompok.
  4. Pengambilan keputusan untuk pengelolaan proses belajar mengajar, yang dalam hal ini guru dituntut dapat menjadi pengelola dan pengambil keputusan daalm proses belajar mengajar, agar proses belajar dapat berguna dan berdaya guna.
C. Psikologi Belajar dalam lintasan Sejarah
Sejarah psikologi belajar didahului oleh seorang tokoh yang bernama Johan Fredierich Herbart, seorang filosof yang dilahirkan di Olderbung Jerman, pada tahun 4 mei 1776. Pada usia 29 tahun, ia menjadi dosen filsafat  di Gottengen dan mencapai puncaknya pada tahun 1809 ketika ia diangkat menjadi ketua jurusan filsafat di Konsberg.
Dalam perkembangan berikutnya psikologi belajar terbagi daalm tiga aliran sebagai berikut:
  1. Aliran humanisme, dengan tokohnya JJ Rousseaeu, Abraham Maslow, dan Carl Rogers.
  2. Aliran Behaviorisme, dengan tokoh- tokoh utama John B. Watson, Edward Lee Thorndike, B.F. Skinner.
  3. Aliran Kognitivisme, dengan tokoh- tokoh utama Jean Piaget, Joreme S.Bruner, David P. Ausubel.
Aliran- aliran psikologi tersebut memiliki teori- teori belajar berdasarkan persepektif masing- masing yang dihasilkan dari penelitian- penelitian yang dilakukan para tokoh aliran- aliran tersebut dan dilanjutkan oleh tokoh- tokoh sesudahnya.
BAB III
PERKEMBANGAN DAN BELAJAR
A.  Definisi Perkembangan
Sumadi Suryabrata mendefinisikan perkembangan sebagai suatu perubahan ke arah yang lebih maju dan lebih dewasa, yang secara teknis perubahan itu biasanya disebut proses. Proses itu pada pokoknya mengikuti konsepsi yang di dasarkan pada :
1.    Aliran Asosiasi. Aliran ini berpandangan bahwa dalam perkembangan jiwa, yang pokok adalah bagian-bagian. Tokoh yang terkenal aliran ini adalah John Locke dengan teori ini tabula rasanya. Ia menegaskan bahwa anak terlahir dengan bersih, seperti selembar kertas putih, yang nantinya terisikan dengan pengalaman-pengalaman
2.    Aliran Gestalt. Aliran ini memiliki pandangan yang berbeda dengan aliran Asosiasi. Aliran ini berpandangan yang pikok adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian itu adalah sekunder. Bagian-bagian mempunyai arti sebagai bagian dari keseluruhan dalam hubungan yang fungsional dengan bagian-bagian yang lain.
Aliran Sosiologis. Perkembangan adalah proses sosialisasi. Anak manusia pada awalnya bersifat a-sosial (barangkali untuk cepatnya dapat di sebut pra-sosial) yang kemudian dalam perkembangannya sedikit demi sedikit disosialisasikan.
B.     Prinsip Perkembangan Individu
Setelah kita mengetahui apakah itu pertumbuhan dan perkembangan, dapatlah ditegaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan ini melalui sebuah pola dan prinsip yang disebut dengan hukum pertumbuhan dan perkembangan.
Prinsip-prinsip pertumbuhan yang terjadi pada individu adalah sebagai berikut:
Pertama, pertumbuhan adalah kuantitatif dan sekaligus kualitatif. Demikian juga pertumbuhan juga dapat berarti penyempurna stuktur fisiologis; penyiapan funsi-fungsi pada setiap bagian tubuh, dan sebagainya.
Kedua, pertumbuhan merupakan suatu proses yang berkesinambungan mulai dari keadaan yang sederhana sampai pada keadaan yang kompleks. Hal ini disebabkan karena manusia tumbuh terus melalui urutan-urutan yang teratur dalam organisasinya.
Ketiga, tempo pertumbuhan adalah tidak sama. Ada saat dimana pertumbuhan berlangsung cepat dan ada saat dimana pertumbuhan berlangsung lambat.
Keempat, tahap perkembangan berbagai aspek pertumbuhan adalah berbeda. Aspek pertumbuhan seperti fungsi jasmani, bahasa dan kapasitas intelektual mempunyai taraf perkembanagan yang berbeda, baik dalam waktu dan taraf perkembangannya.
Kelima, kecepatan serta pertumbuhan dapat dimodifikasi oleh kondisi-kondisi di dalam dan di luar badan, tergantung pada lingkungan yang menunjang kebutuhan-kebutuhan individu.
Keenam, masing-masing individu tumbuh menurut caranya sendiri yang unik. Seperti perbedaan usia, aktivitas, jenis kelamin, hasil belajar , dan sebagainya.
C.     Hukum Perkembangan Individu.
1.Hukum konvergensi
2.      Hukum perkembangan dan pengembangan diri.
3.      Hukum masa peka.
4.      Hukum keperluan belajar
5.      Hukum kesatuan anggota badan.
6.      Hukum tempo perkembangan.
7.      Hukum irama perkembangan.
8.      Hukum rekapitulasi.
D.  Aliran dalam Perkembangan Individu
Ada beberapa Aliran dalam Perkembangan Individu yaitu:
a.    Aliran Nativisme. Menyakini bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh pembawaan yang Pewarisan ini terjadi melalui teori genitik.
b.    Aliran Emperisme. Aliran empirisme adalah kebalikan dari aliran Nativisme. Menekankan pentingnya pengalaman, lingkungan dan pendidikan sebagai faktor yang mempengaruhi perkembangan.
c.    Aliran Konvergensi. Berdasarkan aliran ini yang mempengaruhi  perkembangan manusia adalah pembawaan dan lingkungan.
E.     Perkembangan Individu dan Kaitannya dengan Belajar
Dalam proses belajar, perkembanga ranah kognitif memberikan arti dan manfaat yang besar, yaitu:
1). Mengembangkan kecakapan kognitif.
2). Mengembangkan kecakapan efektif.
3). Mengembangkan kecakapan psikomotor.

F.     Implikasi Perkembangan Individu Terhadap Pembelajaran
Peserta didik yang dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya pengembangan hubungan sosial peserta didkyang dawali dari lingkungan keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat.
1.      Lingkungan keluarga
a.       Orang tua hendaknya mengakui kedewasaan peserta didik dengan jalan memberi kebebasan terbimbing untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab sendiri.
b.      Dalam konteks bimbingan orang tua terhadap peserta didik, jenis pola asuh orang tua yaitu:
·         Pola asuh kasih sayang (induction)
·         Pola asuh kekuasaan/kekuatan (powerassertion),
·         Pola asuh penundaan kasih (love withdrawal).
2.      Lingkungan sekolah
di dalam mengembangkan hubungan sosial peserta didi, guru juga harus mampu mengembangkan proses pendidikan yang bersifat demokratis,guru harus berupaya agar pelajaran yang diberikan selalu cukup menarik minat anak, sebab tidak jarang anak menganggap pelajaran yang diberikan oleh guru kepadanya tidak bermanfaat.
3.      Lingkungan masyarakat
a.       Penciptaan kelompok sosial peserta didik perlu dikembangkan untuk memberikan rangsang kepada mereka ke arah perilaku yang bermanfaat.
b.      Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti, bakti karya untuk dapat mempelajari peserta didik bersosalisasi sesamanya dan masyarakat.





[1]