AYAT-AYAT
TARBAWI
QS.
AN-NAHL 78 & QS. AL-ALAQ 1-5
Dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah AYAT-AYAT TARBAWI
Yang
diampu oleh Bapak H. KARIMULLAH, M.Pd.I.
Disusun
oleh:
SITI
WASHILATUR RAHMAH (20170701092099)
STEFFI
AISYAH ADAM (20170701092102)
UMMI
FARIQOH (20170701092107)
JURUSAN
TARBIYAH
PRODI
BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
TAHUN
AKADEMIK 2017-2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang
Maha pengasih lagi Maha penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah AYAT-AYAT TARBAWI. Shalawat dan salam mudah-mudahan tetap
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. karena berkat beliau kami dapat
terangkis dari alam yang kelam menuju alam yang terang benderang yakni adanya
iman dan Islam.
Maksud dari penulisan makalah ini adalah agar kita
dapat mengetahui kandungan surah an-Nahl ayat 78, al-‘Alaq ayat 1-5 dan
implementasinya dalam pendidikan. Selain itu tujuan kami menulis makalah ini
agar kita sebagai calon pendidik mengetahui kandungan surah an-Nahl ayat 78,
al-‘Alaq ayat 1-5 dan implementasinya dalam pendidikan.
Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas
dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan, kalimat dan tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir
kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Pamekasan, 10 Mei 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang 1
B.
Rumusan
Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Bunyi QS. An-Nahl ayat 78 & QS. Al-Alaq 1-5 2
B.
Kandungan dari QS. An-Nahl ayat 78 & QS. Al-Alaq 1-5 3
C.
Asbabun
Nuzul QS. An-Nahl ayat 78 & QS. Al-Alaq 1-5 6
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan 8
DAFTAR PUSTAKA 11
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Allah swt menurunkan Al-quran kepada nabi muammad saw
sebaga mukjizat terbesar dan disaksikan oleh seuruh makhuk Allah hingga hari
akhir (yaumil qiyyamah) dan dijaga kemurniannya, tentunya merupakan
keistimewaan bagi umat muhammad sebagai khairul
ummatn ukrijat linnas dan ramatan lil alamin, yaitu Al-quran sebagai
pedoman sealigus tuntunan menalani kehidupan manusia yang telah Allah jadikan
sebagai khalifah fil al-ardy. Dilihat dari sisi kandungan
Al-quran memuat berbagai ketentuan,seperti ubudiyyah, muamalah.
Al-quran tidak hanya sebagai petnjuk bagi manusia,
melainkan menjadi petunjuk yang universal dan sepanjang waktu. Al-quran adalah
eksis bagi setiap zaman dan tempat. Petunuknya sangat luas sepert luasnya umat
manusia dan meliputi segala aspek kehidupan.
Bukan saja ilmu-ilmu keislaman yang digali secara
langsung dai Al-quran, seperti ilmu tafsir, fiki dan tauhid, akan tetapi
Al-quran juga merupakan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi, karena banyak
sekali isyarat-isyarat Al-quran yang membicarakan persoalan-persoalan sains dan
teknologi dalam bidang keilmuan lainnya.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
bunyi QS. An-Nahl ayat 78 & QS. Al-Alaq 1-5?
2.
Apa
kandungan dari QS. An-Nahl ayat 78 & QS. Al-Alaq 1-5?
3.
Apa
saja Asbabun Nuzul QS. An-Nahl ayat 78 & QS. Al-Alaq 1-5?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui bunyi dari QS. An-Nahl ayat 78 & QS. Al-Alaq 1-5?
2.
Untuk
mengetahui kandungan isi QS. An-Nahl ayat 78 & QS. Al-Alaq 1-5?
3.
Untuk
mengetahui apa saja Asbabun Nuzul QS. An-Nahl ayat 78 & QS. Al-Alaq 1-5?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
QS. An-Nahl
ayat 78 & QS. Al-Alaq 1-5
Ayat-ayat
yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini adalah:
QS. An-Nahl
ayat 78
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ
شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ
Artinya:
“Dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.”[1]
QS.
Al-Alaq 1-5
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي
خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
(3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5
Artinya:
“(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, (3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, (5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.”[2]
“(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, (3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, (5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.”[2]
B.
Kandungan
dari QS. An-Nahl Ayat 78 & QS. Al-Alaq 1-5
Berikut adalah kandungan isi QS. An-Nahl ayat 78 dan QS. Al-Alaq
1-5:
1.
QS.
An-Nahl ayat 78
Potensi yang ada pada diri manusia sangatlah besar. Allah SWT.
mengaruniakan potensi berupa kemampuan untuk berpikir pada otak manusia
dan kemampuan fisik. Selain kedua potensi itu, Allah SWT. juga memberikan
ilham ketakwaan dan kefajiran (kerusakan) dalam jiwa manusia. Ilham ini
membuka kesempatan bagi manusia untuk berkembang seluas mungkin sebagai sosok
pemakmur bumi.
Ilham ini pula yang akan menjadi ujian bagi manusia dalam kehidupannya di
dunia ini. Ilham ketakwaan dan kefajiran ini akan selalu bertarung dalam jiwa
manusia. Keduanya akan mewarnai perjalanan hidup manusia dalam menghadapi
segala hal yang terjadi. Untuk mengatasi kedua ilham inilah Allah SWT.
menurunkan tuntunannya bagi manusia.
Semua potensi dan ilham di atas melekat pada diri manusia sesuai dengan
kadar masing-masing. Akan tetapi, semua potensi dan ilham itu tidak dapat
berkembang dengan sendirinya. Diperlukan pintu dan pengarah bagi potensi dan
ilham tersebut. Oleh karena itu, Allah SWT. melengkapinya dengan
pendengaran, penglihatan, dan hati nurani. Pendengaran dan penglihatan
merupakan pintu bagi manusia untuk berhubungan dengan dunia luar. Tersambungnya
manusia dengan dunia luar melalui penglihatan dan pendengaran menyebabkan semua
gerak jasad dan jiwanya berkembang.
Allah mengaruniai manusia pendengaran dan penglihatan agar dapat belajar
dan bergerak. Dengan penglihatan, manusia mengetahui segala benda di sekitarnya
dan dengan pendengaran manusia belajar pengetahuannya. Bayangkan yang akan
terjadi saat sesosok bayi tidak dapat melihat dan mendengar hingga masa
dewasanya. Dirinya akan lumpuh karena gerak motoriknya tidak berkembang. Dia
juga akan menjadi seorang yang bisu atau gagu karena tidak mengetahui apa yang
harus diucapkannya.
Hati nurani merupakan karunia ketiga dan teragung yang diberikan kepada
manusia. Hati nurani menjadi pengarah hidup manusia. Hati nurani inilah yang
akan menjadi pengendali tindakan manusia. Dalam kehidupannya, manusia
dihadapkan pada berbagai keadaan dan pilihan. Adakalanya pilihan yang ada
mengarahkan pada kesesatan dan tidak jarang pula tawaran kebaikan tampak tidak
begitu menarik. Melihat pilihan ini manusia cenderung tergerak mengikuti hawa
nafsunya yang menginginkan kenikmatan sesaat di dunia ini. Dalam keadaan
seperti inilah hati nurani berperan.
Hati nurani mengingatkan manusia terhadap arah yang benar dalam hidupnya.
Hati nurani membisikkan ilham kebaikan dalam jiwa manusia. Apabila manusia
mengikuti arahan hati nurani maka ia akan menuju kebenaran yang ada dalam
fitrah manusia, yaitu menuju Allah SWT.[3]
2. QS. Al-Alaq ayat 1-5
a. Ayat 1
Surat Al-Alaq 1-5 merupakan wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad Saw.
Inilah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw,
yang dalam kajian Ibnu Katsir dikatakan sebagai rahmat dan nikmat pertama yang
dianugerahkan Allah Swt kepada para hamba-Nya. Dan inilah pula yang menandai
penobatan beliau sebagai Rasulullah, utusan Allah SWT, kepada seluruh umat
manusia. Wahyu inilah yang menjadi tonggak perubahan peradaban dunia. Dengan
turunnya ayat tersebut maka berubahlah garis sejarah umat manusia. Berubah dari
kehidupan jahiliyah nan gelap dalam semua aspek, termasuk di dalamnya kegelapan
ilmu pengetahuan, menjadi terang benderang.
Sejak saat itu, penduduk bumi hidup dalam keharibaan dan pemeliharaan Allah
Swt secara langsung. Mereka hidup dengan terus memantau ajaran Allah SWT yang
mengatur semua urusan mereka, besar maupun kecil. Dan perubahan-perubahan itu
ternyata diawali dengan "Iqra" (bacalah). Perintah membaca di sini
tentu harus dimaknai bukan sebatas membaca lembaran-lembaran buku, melainkan
juga membaca ‘buku’ dunia. Seperti membaca tanda-tanda kebesaran Allah Swt.
Membaca diri kita, alam semesta dan lain-lain. Berarti ayat tersebut
memerintahkan kita untuk belajar dari mencari ilmu pengetahuan serta menjauhkan
diri kita dari kebodohan.
Namun membaca yang mampu membawa kepada perubahan positif bagi kehidupan
manusia bukanlah sembarang membaca, melainkan membaca ‘dengan menyebut nama
Allah Yang Menciptakan’ اِقْرَأْ بِاسْمِ
رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
Dalam kajian Sayyid Quthb rahimahullah, bahwa surat ini adalah surat
pertama dari Al Qur’an, maka ia dimulai dengan Bismillah, dengan nama Allah.
Dan Rasulullah Saw pertama kali melangkah dalam berhubungan dengan Allah dan
pertama kali menapaki jalan da’wah dengan Bismillah: "Iqra’ bismi rabbik".
Dengan demikian dalam makna yang lebih luas, ayat pertama merupakan
perintah untuk mencari ilmu, ilmu yang bersifat umum baik ilmu yang menyangkut
ayat-ayat qauliyah (ayat Al Qur’an) dan ayat-ayat kauniyah (yang terjadi di
alam). Ayat qauliyah ialah tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang berupa
firmanNya, yaitu Al-Quran. Dan ayat-ayat kauniyah ialah tanda-tanda kebesaran
Allah Swt yang berupa keadaan alam semesta.
b. Ayat 2
Allah swt. menyatakan bahwa manusia dicipta dari 'alaqah (segumpal
darah). Allah swt.sendiri juga telah menegaskan bahwa manusia dicipta sebagai
sebaik-baik ciptaan (Q.S. at-Tin/95:4). Di dunia ini tidak ada makhluk yang
dianugerahi wujud dan fasilitas hidup yang menyamai manusia. Allah swt. memberi
anugerah kepada manusia berupa akal pikiran, perasaan, dan petunjuk agama.
Semua itu menjadika manusia sebagai makhluk yang paling mulia. Dengan anugerah
yang demikian banyak, diharapkan manusia bersyukur kepada Allah dengan menaati
semua perintah dan menjauhi semua larangan-Nya.
Dalam kaitannya dengan kewajiban menuntut ilmu, ayat kedua ini juga memberi petunjuk kepada manusia untuk mengenal dirinya sara jelas, yaitu mengetahui asal kejadiannya.
Dalam kaitannya dengan kewajiban menuntut ilmu, ayat kedua ini juga memberi petunjuk kepada manusia untuk mengenal dirinya sara jelas, yaitu mengetahui asal kejadiannya.
c. Ayat 3
Terdapat dua pengertian pokok yaitu perintah membaca (belajar)
sebagai penegasan bahwa Allah SWT Maha Mulia. Olehnya itu Islam mendidik
umatnya agar menjadi umat yang cerdas sehingga dapat memahami ayat-ayat
qauliyah dan ayat kauniyah. Karena dalam memahami ayat qauliya tanpa didasari
dengan ayat kauniyah sulit untuk mencapai kemajuan. Sebaliknya pemahaman
ayat-ayat kauniyah tapa diimbangi dengan ayat qauliyah dapat membayakan
diri sendiri dan orang lain. Dengan demikian tepatlah kalau dikatakan "
Agama tanpa pengetahuan pincang, ilmu tanpa agama buta (tak tahu arah dan tujuan
hidup).
d. Ayat 4
Allah swt. menjelaskan bahwa dia mengajar manusia dengan pena. Pena
adalah benda mati dan beku. Namun setelah digunakan oleh manusia dapat dipahami
secara oleh orang lain. Dengan pena maka manusia dapat mencatat berbagai ilmu
pengetahuan, dengan pena pula manusia dapat menyatakan pendapat dan keinginan
hatinya.
Banyak orang yang tidak pandai berpidato tetapi pandai menulis dengan seuah karya ilmiah sehingga memberi manfaat bagi orang lain. Dalam kenyataannya kekuatan pena tidak kalah dengan kuatan lisan. Dengan kemampuan menulis, seseorang mampu meninggalkan jasa yang sangat berharga bagi orang lain.
Banyak orang yang tidak pandai berpidato tetapi pandai menulis dengan seuah karya ilmiah sehingga memberi manfaat bagi orang lain. Dalam kenyataannya kekuatan pena tidak kalah dengan kuatan lisan. Dengan kemampuan menulis, seseorang mampu meninggalkan jasa yang sangat berharga bagi orang lain.
e. Ayat 5
Allah swt. menjelaskan bahwa Dia mengarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya. Manusia lahir kedunia ini dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa.
Secara perlahan-lahan Allah swt menganugerahkan pendengaran dan penglihatan,
makin bertambah hari makin bertambah pula pengetahuan manusia dengan kemampuan
membaca dan menulis. Manusia dapat mencapai berbagai macam ilmu, baik ilmu
agama maupun ilmu pengetahuan yang lain.[4]
C. Asbabun Nuzul QS. Al-Alaq ayat 1-5
Dalam hadis diriwayatkan oleh Aisyah r.a., ia berkata bahwa
permulaan wahyu kepada Rasulullah saw. ialah mimpi baik pada waktu tidur.
Biasanya mimpi yang dilihat itu jelas, sebagaimana cuaca pagi. Kemudian,
timbullah pada diri beliau keinginan meninggalkan keramaian. Untuk itu, beliau
pergi ke Gua Hira untuk berkhalwat. Beliau melakukannya beberapa hari.
Khadijah, istri beliau, menyediakan perbekalan untuk beliau.
Pada suatu saat, datanglah malaikat kepada beliau. Malaikat itu berkata, "Iqra' (bacalah)!" Beliau menjawab "Aku tak pandai membaca." Malaikat mendekap beliau sehingga beliau merasa kepayahan. Malaikat itu kembali berkata, "Bacalah!" Beliau menjawab lagi. "Aku tak pandai membaca." setelah tiga kali beliau menjawab seperti itu, malaikat membacakan surah al- 'Alaq ayat 1-5, sebagai mana tersebut.
Setelah selesai membacakan kelima ayat tersebut, malaikat pun menghilang. Tinggallah beliau seorang diri dengan perasaan ngeri (takut). Beliau segera pulang menemui Khadijah. Beliau tampak gugup sambil berkata, "Zammiluni, zammiluni (selimuti aku, selimuti aku)." Stelah mereda rasa takut dan dinginnya, Khadijah meminta beliau untuk menceritakan kejadian yang dialami. Setelah mendengar cerita yang dialami beliau, Khadijah berkata, " Demi Allah, Allah tidak akan mengecewakanmu selama-lamanya. Engkau aadalah orang yang suka menghubungkan kasih sayang yang memikul yang berat."
Khadijah segera mengajak beliau untuk menemui Waraqah bin Naufal, paman Khadijah. Dia adalah seorang pendeta Nasrani yang sangat memahami Kitab Injil. Setelah bertemu dengannya, Khadijah meminta Rasulullah saw. untuk menceritakan kejadian yang dialami semalam.
Setelah Rasulullah saw, Selesai menceritakan pengalamannya semalam, Waraqah berkata, "Inilah utusan, sebagaimana Allah swt. pernah mengutus Nabi Musa a.s. Semoga aku masih dikaruniai hidup sampai saatnya engkau diusir kaummu." Rasulullah saw. bertanya, "Apakah mereka akan mengusir aku?" Waraqah menjawab, "Benar! belum pernah ada seorang nabi pun yang diberi wahyu seperti engkau, yang tidak dimusuhi orang. Apabila aku masih mendapati engkau, pasti aku akan menolong engkau seuat-kuatnya." (H.R al- Bukhari, Bada' ul Wahyi No. 3)[5]
Pada suatu saat, datanglah malaikat kepada beliau. Malaikat itu berkata, "Iqra' (bacalah)!" Beliau menjawab "Aku tak pandai membaca." Malaikat mendekap beliau sehingga beliau merasa kepayahan. Malaikat itu kembali berkata, "Bacalah!" Beliau menjawab lagi. "Aku tak pandai membaca." setelah tiga kali beliau menjawab seperti itu, malaikat membacakan surah al- 'Alaq ayat 1-5, sebagai mana tersebut.
Setelah selesai membacakan kelima ayat tersebut, malaikat pun menghilang. Tinggallah beliau seorang diri dengan perasaan ngeri (takut). Beliau segera pulang menemui Khadijah. Beliau tampak gugup sambil berkata, "Zammiluni, zammiluni (selimuti aku, selimuti aku)." Stelah mereda rasa takut dan dinginnya, Khadijah meminta beliau untuk menceritakan kejadian yang dialami. Setelah mendengar cerita yang dialami beliau, Khadijah berkata, " Demi Allah, Allah tidak akan mengecewakanmu selama-lamanya. Engkau aadalah orang yang suka menghubungkan kasih sayang yang memikul yang berat."
Khadijah segera mengajak beliau untuk menemui Waraqah bin Naufal, paman Khadijah. Dia adalah seorang pendeta Nasrani yang sangat memahami Kitab Injil. Setelah bertemu dengannya, Khadijah meminta Rasulullah saw. untuk menceritakan kejadian yang dialami semalam.
Setelah Rasulullah saw, Selesai menceritakan pengalamannya semalam, Waraqah berkata, "Inilah utusan, sebagaimana Allah swt. pernah mengutus Nabi Musa a.s. Semoga aku masih dikaruniai hidup sampai saatnya engkau diusir kaummu." Rasulullah saw. bertanya, "Apakah mereka akan mengusir aku?" Waraqah menjawab, "Benar! belum pernah ada seorang nabi pun yang diberi wahyu seperti engkau, yang tidak dimusuhi orang. Apabila aku masih mendapati engkau, pasti aku akan menolong engkau seuat-kuatnya." (H.R al- Bukhari, Bada' ul Wahyi No. 3)[5]
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
QS.
An-Nahl ayat 78
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ
شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ
Artinya:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur
QS.
Al-Alaq 1-5
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي
خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
(3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5
Artinya:
“(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, (3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, (5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.
“(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, (3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, (5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.
QS. An-Nahl ayat 78
Potensi yang ada pada
diri manusia sangatlah besar. Allah SWT. mengaruniakan potensi
berupa kemampuan untuk berpikir pada otak manusia dan kemampuan fisik.
Selain kedua potensi itu, Allah SWT. juga memberikan ilham ketakwaan dan
kefajiran (kerusakan) dalam jiwa manusia. Ilham ini membuka kesempatan
bagi manusia untuk berkembang seluas mungkin sebagai sosok pemakmur bumi.
QS. Al-Alaq ayat 1-5
1) Ayat 1
Surat Al-Alaq 1-5 merupakan wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad Saw.
Inilah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw,
yang dalam kajian Ibnu Katsir dikatakan sebagai rahmat dan nikmat pertama yang dianugerahkan
Allah Swt kepada para hamba-Nya.
2) Ayat 2
Allah swt. menyatakan bahwa manusia dicipta dari 'alaqah (segumpal
darah). Allah swt.sendiri juga telah menegaskan bahwa manusia dicipta sebagai
sebaik-baik ciptaan (Q.S. at-Tin/95:4). Di dunia ini tidak ada makhluk yang
dianugerahi wujud dan fasilitas hidup yang menyamai manusia
3) Ayat 3
Terdapat dua pengertian pokok yaitu perintah membaca (belajar)
sebagai penegasan bahwa Allah SWT Maha Mulia. Olehnya itu Islam mendidik
umatnya agar menjadi umat yang cerdas sehingga dapat memahami ayat-ayat
qauliyah dan ayat kauniyah.
4) Ayat 4
Allah swt. menjelaskan bahwa dia mengajar manusia dengan pena. Pena
adalah benda mati dan beku. Namun setelah digunakan oleh manusia dapat dipahami
secara oleh orang lain. Dengan pena maka manusia dapat mencatat berbagai ilmu
pengetahuan, dengan pena pula manusia dapat menyatakan pendapat dan keinginan
hatinya
5) Ayat 5
Allah swt. menjelaskan bahwa Dia mengarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya. Manusia lahir kedunia ini dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa.
Secara perlahan-lahan Allah swt menganugerahkan pendengaran dan penglihatan.
Pada suatu saat,
datanglah malaikat kepada beliau. Malaikat itu berkata, "Iqra'
(bacalah)!" Beliau menjawab "Aku tak pandai membaca."
Malaikat mendekap beliau sehingga beliau merasa kepayahan. Malaikat itu kembali
berkata, "Bacalah!" Beliau menjawab lagi. "Aku tak
pandai membaca." setelah tiga kali beliau menjawab seperti itu,
malaikat membacakan surah al- 'Alaq ayat 1-5, sebagai mana
tersebut.
Setelah selesai membacakan kelima ayat tersebut, malaikat pun menghilang. Tinggallah beliau seorang diri dengan perasaan ngeri (takut). Beliau segera pulang menemui Khadijah. Beliau tampak gugup sambil berkata, "Zammiluni, zammiluni (selimuti aku, selimuti aku)." Stelah mereda rasa takut dan dinginnya, Khadijah meminta beliau untuk menceritakan kejadian yang dialami. Setelah mendengar cerita yang dialami beliau, Khadijah berkata, " Demi Allah, Allah tidak akan mengecewakanmu selama-lamanya. Engkau aadalah orang yang suka menghubungkan kasih sayang yang memikul yang berat."
Setelah selesai membacakan kelima ayat tersebut, malaikat pun menghilang. Tinggallah beliau seorang diri dengan perasaan ngeri (takut). Beliau segera pulang menemui Khadijah. Beliau tampak gugup sambil berkata, "Zammiluni, zammiluni (selimuti aku, selimuti aku)." Stelah mereda rasa takut dan dinginnya, Khadijah meminta beliau untuk menceritakan kejadian yang dialami. Setelah mendengar cerita yang dialami beliau, Khadijah berkata, " Demi Allah, Allah tidak akan mengecewakanmu selama-lamanya. Engkau aadalah orang yang suka menghubungkan kasih sayang yang memikul yang berat."
DAFTAR
PUSTAKA
Bahreisy Salim, terjemah
AL-QURAN AL-HAKIM. Surabaya:PT.
Karya Toha Putra Semarang,2001