BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penulisan
Seiring dengan berkembangnya dunia bisnis, persaingan antar
perusahaan menjadi sangat ketat dan manajemen memegang peranan yang sangat
penting dalam keberhasilan suatu perusahaan. Kebutuhan manusia menjadi stimulus
yang kuat bagi perusahaan untuk berlomba-lomba menciptakan produk dan jasa yang
baru. Berawal dari upaya menemukan kebutuhan dan keinginan pelanggan yang
kemudian di desain menjadi sebuah produk atau jasa. Selanjutnya, desain diubah
menjadi rencana produksi atau proses produksi yang kemudian produk siap
dipasarkan.
Rancangan proses harus didefinisikan terlebih dahulu dengan cermat
karena rancangan proses ini memiliki dampak berjangka panjang terhadap kinerja
proses, termasuk efisiensi, efektifitas, dan produktivitas sistem. Namun
demikian, desain proses ini harus sinkron dengan tipe produk atau jasa yang
dihasilkan. Desain produk menetapkan jenis bahan, menggambarkan penampilan
produk, dan menetapkan standar kinerja produk yang bersangkutan.
Perkembangan perusahaan dientukan oleh kemampuan manajemen untuk mengelola
sumber daya yang dimilikinya dan kejeliannya memanfaatkan setiap peluang yang
ada, disamping selalu waspada terhadap kemungkinan adanya ancaman dari para
pesaing yang akan merebut pangsa pasarnya yang dengan sendirinya akan
menurunkan tingkat penjualan yang akan berakibat berkurangnya laba yang
diharapkan serta berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan atau
pertumbuhan perusahaan. Salah satu bagian perencanaan laba yang digunakan dalam
perusahaan adalah Break Even Point dimana menjelaskan tentang hubungan
antara biaya, volume produksi, harga jual dalam rangka memperoleh gambaran
pulang pokok perusahaan.[1]
Dalam makalah ini, akan dijelaskan secara lebih detail mengenai
teori desain proses dan kapasitas yang nanatinya juga disertai dengan hasil
studi lapangan di salah satu Pabrik Tahu Tempe di Desa Bunder.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka rumusan
masalah yang dapat diambil sebagai berikut:
1.
Bagaimana teori tentang desain proses dan kapasitas?
2.
Bagaimana hasil studi lapangan tentang desain proses dan kapasitas
pada Pabrik Tahu Tempe di Desa Bunder?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui dan memahami tentang teori tentang desain proses dan
kapasitas
2.
Mengetahui dan memahami tentang hasil studi lapangan tentang desain
proses dan kapasitas pada Pabrik Tahu
Tempe di Desa Bunder.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori Desain Proses dan Kapasitas
1.
Strategi Proses
Strategi
proses atau transformasi dalam manajemen operasional adalah strategi proses input
menjadi output atau pendekatan organisasi untuk mengubah sumber daya
menjadi barang dan jasa. Tujuan strategi proses adalah untuk menemukan suatu
cara membuat produk barang dan jasa yang dapat memenuhi persyaratan dari
konsumen dan spesifikasi produk yang berada dalam batasan biaya serta konstrain
lainnya.[2]
Hasil
dari keputusan ini berdampak pada efisiensi produk jangka panjang,
fleksibilitas, dan kualitas produk yang dihasilkan. Oleh karenanya banyak
strategi perusahaan ditentukan pada saat keputusan tentang proses ini dilakukan.
Ada
empat tipe yang akan dibahas dalam topik ini, dan kenyataannya perusahaan dalam
memilih proses menggunakan beberapa variasi pada satu dari empat tipe strategi
proses tersebut. adapun empat strategi proses tersebut adalah:[3]
a. Fokus pada Proses (process focus)
Fasilitas produksi
diatur di sekeliling proses untuk menghasilkan produksi yang rendah volume
tetapi bervariasi tinggi.[4]
Perusahaan yang
menggunakan strategi focus pada proses berarti mengatur fasilitas yang
digunakan untuk operasional di sekeleiling proses untuk menghasilkan produksi
dengan volume produksi rendah tetapi variasinya tinggi. Dan sebagian besar
perusahaan global memilih menggunakan proses ini. Istilah lain yang sering
digunakan adalah “job shop”, pada proses ini penyajian fleksibilitas
tinggi karena produk berpindah diantara proses secara sebentar-sebentar (intermittent).
Contoh:
Fasilitas seperti itu
diatur sesuai dengan aktivitas atau proses tertentu:
1) Dalam pabrik, proses yang ada mungkin
berupa departemen yang menangani pengelasa, penghalusan, dan pengecatan.
2) Dalam
kantor, proses yang ada dapat berupa penanganan utang, penjualan, dan
pembayaran.
3) Dalam restoran, proses tersebut berupa
bar, panggangan, dan pembuat roti.
Fasilitas
yang ada terfokus pada proses (process focused) dalam arti peralatan, layout,
dan pengawasan.
b. Fokus Berulang (repetitive focus)
Strategi proses yang
fokus berulang berarti proses produksinya berorientasi pada produk yang
menggunakan modul. Sedangkan modul adalah bagian atau komponen suatu produk
yang telah disiapkan sebelumnya, biasanya dalam suatu proses yang kontinyu.
Lini proses berulang (repetitive
process) mirip dengan lini klasik. Penerapan yang secara luas pada industri
perakitan baik kendaraan maupun peralatan rumah tangga (produk elektronik).
Lini ini lebih terstruktur karenanya fleksibilitas kurang dibandingkan dengan
fasilitas yang terfokus pada proses.[5]
Contoh:
Makanan cepat saji,
produksi jenis ini memungkinkan adanya customizing yang lebih dibandingkan
suatu proses kontinyu, modul sebagai contoh daging, keju, saus, buah tomat,
bawang dirakit untuk mendapatkan sesuatu quasi-custom suatu produk,
yaitu roti lapis keju.
Dengan cara ini,
perusahaan memperoleh keunggulan ekonomis dari model yang kontinyu (di mana banyak
modul disiapkan) dan keunggukan umum model, yaitu volume rendah, dengan banyak
variasi.
c. Fokus pada Produk (product focus)
Strategi proses yang
berfokus pada produk memiliki volume tinggi dan variasi yang rendah, yang mana
fasilitas diatur sekeliling produk. Proses ini disebut juga proses kontinyu
karena mempunyai lintasa produksi yang panjang dan kontinyu. Pabrik-pabrik yang
memproduksi barang seperti kaca, timah lembaran, lampu bohlam, minuman, baut
adalah contoh yang menerapkan proses ini. Proses lain yang terfokus pada produk
adalah jasa seperti rumah sakit yang menetapkan proses penyembuhan penyakit
tertentu melalui serangkaian proses panjang. Dengan proses seperti ini,
strategi memiliki kemampuan yang tidak bisa dipisahkan untuk menetapkan
standard an menjaga kualitas tertentu yang berbanding terbalik dengan
organisasi yang memproduksi produk unik setiap hari.
Perusahaan yang
menetapkan strategi proses seperti ini biasanya fasilitas yang dimiliki
membutuhkan biaya tetap yang tinggi tetapi biaya variable rendah sebagai dampak
dari pemanfaatn fasilitas yang tinggi.[6]
d. Mass Customization
Mass customization merupakan
pembuatan produk barang dan jasa yang dapat memenuhi keinginna konsumen yang
semakin unik secara cepat dan murah. Perusahaan yang menerapkan proses ini
menghadapi tantangan yang membutuhkan kemampuan operasional karena keterkaitan
logistic, produksi, dan penjualan yang semakin erat. Para manajer operasional
harus menggunakan sumber daya yang imajintaif dan agresif untuk membentuk
proses yang gesit yangdapat memproduksi produk tertentu dengan cepat dan murah.
Industri jasa-jasa telah mulai menerapkannya, seperti jasa pelayanan telepon
menyediakan pilihan caller ID. Call waiting, voice mailbox, call forwarding
sesuai kebutuhan konsumen. Juga pada perusahaan yang mengadakan persediaan
music di internet yang memungkinkan konsumen memilih lusinan lagu pilihan
mereka dan memasukkannya dalam sebuah CD khusus yang langsung bisa dikirim ke
alamt masing-masing konsumen.
Salah satu persyaratan
penting dalam mass customization adalah adanya ketergantungan pada
desain modular. Walaupun demikian penjadwalan yang efektif dan standardisasi
dan pengendalian kualitas yang efektif dapat dilakukan. Suatu perusahaan throughput
yang cepat juga diperlukan. Dampak yang dapat terlihat adalah pada
penurunan persediaan dan peningkatan tekanan pada kinerja penjadwalan dan
rantai pasokan.[7]
2. Mesin, Peralatan, dan Teknologi
Perkembangan
teknologi diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan dapat diterapkan di
semua yang menghasilkan barang maupun jasa. Dalam bahasan ini akan diperkenakan
sembilan area teknologi:[8]
a. Teknologi Mesin
Banyak kegiatan operasional
yang menggunakan mesin untuk pemotongan, pengeboran, penggilingan. Dalam era
kompterisasi sekarang ini telah banyak diciptakan cara pengendalian mesin yang
baru menggunakan CHIP computer seperti CNC (computer numerical control)
yaitu pemesinan yang memiliki komputer dan memori sendiri.
b. AIS
Peralatan baru dari CNC
hingga ATM (automatic teller machine) dikendalikan dengan sinyal
elektronik digital. Pembuatan data secara digital dilakukan melalui
komputerisasi diantaranya dengan AIS (automatic identification system)
yang membantu memindahkan data menjadi bentuk elektronik yang mudah untuk
dimanipulasi.
c. Pengendalian Proses
Pengendalian Proses adalah
penggunaan teknologi informasi untuk mengendalikan proses fisik.
d. Robot
Robot adalah sebuah
mesin yang fleksibel, memiliki kemampuan untuk mengganti tenaga manusia bekerja
melalui syaraf elektronik yang menjalankan sejumlah motor dan saklar.
e. Sistem Visi
Sistem visi adalah
penggunaan kamera video dan teknologi dalam peran pemeriksaan.
f. ASRS (Automed Storage and Retrival
System)
ASRS adalah gudang yang
dikendalikan komputer yang menampatkan komponen secara otomatis dari dan menuju
tempat tertentu dalam gudang.
g. AGV (Automated Guided Vehicle)
AGV adalah kereta yang
dipandu dan dikendalikan seara elektronik yang dgunakan untuk memindahkan
bahan.
h. FMS (Flexible Manufacturing System)
FMS adalah sebuah
sistem yang menggunakan sebuah sel kerja otomatis yang dikendalikan oleh sinyal
elektronik dari sebuah komputer induk.
i.
CIM
(Computer Integrated Manufacturing)
CIM adalah sebuah
sistem manufaktur dimana CAD, FMS, pengendalian persediaan, gudang, dan
pengiriman dipadukan. Merupakan perluasan dari FMS (Flexible Manufacturing
System)
3. Rekayasa Ulang Proses
Definisi
rekayasa ulang proses bisnis adalah proses berfikir kembali (rethinking)
dan proses perancangan kembali (redesign) secara mendasar (fundamental)
untuk memperoleh perbaikan yang memuaskan atas performansi perusahaan yang
mencakup cost, quality, delivery, service, and speed dengan pengukuran
yang teliti atau kontemporer.[9]
Dalam
definisi rekayasa ulang ini memuat empat kata kunci, yaitu:
a. Process
Process yaitu
serangkaian aktivitas yang mengubah masukan menjadi keluaran. Terdapat tiga
aktivitas dalam proses, yaitu:
1) Value-adding activities : aktivitas
untuk menghasilkan nilai tambah.
2) Hand-off activities : aktivitas yang
memindahkan aliran kerja dengan melewati hambatan-hambatan fungsional,
departemental atau organisasional.
3) Control activities : aktivitas yang
tercipta untuk mengendalikan hands-off activities.
b. Strategic and Value Added
Target utama rekayasa
ulang proses bisnis adalah strategi dan nilai tambah. Untuk memaksimumkan
tingkat pengembalian investasi dalam rekayasa ulang, perusahaan mulai
memfokuskan pada proses yang terpenting dalam perusahaan, yaitu tidak hanya strategi
dan nilai tambah tetapi keseluruhan sistem, kebijakan, dan struktur organisasi
yang mendukung proses.
c. Optimizing of Work Flow and Productivity
Yaitu meningkatkan
produktivitas, pangsa pasar, pendapatan, tingkat pengembalian investasi dan
aset. Rekayasa ulang proses bisnis dapat diukur dari pengurangan biaya per
unit.
d. Rapid, Radical, and Redesign
Rekayasa ulang harus
dilaksanakan secara cepat dak radikal serta merancang kembali proses bisnis
untuk menghilangkan aktivitas yang tidak perlu.
4.
Pemilihan Strategi Proses Jasa
Interaksi konsumen seringkali merupakan variabel
penting dalam desain proses terutama pada sektor jasa. Walaupun interaksi
dengan konsumen seringkali memberikan pengaruh buruk terhadap kinerja proses,
tetapi sektor jasa menjadikan interaksi dan cusomization menjadi kebutuhan
penting. Mengenali keinginan konsumen yang unik menjadikan manajer operasional
mendesain proses untuk memenuhi persyaratan khusus ini agar proses menjadi
efektif dan efisien.
Strategi proses di bidang jasa sebagai berikut:
a.
Pemisahan, Pelayanan terpisah sehingga pelanggan
harus menuju kepada tempat dimana jasa itu ditawarkan. Contoh: Bank
b.
Self Service, banyak digunakan oleh supermarket
c.
Fokus, membatasi jasa yang ditawarkan kepada
pelanggan. Contoh: jahitan khusus pria
d.
Modul, jasa yang ditawarkan dalam bentuk paket.
Contoh: fastfood
e.
Automatisasi, pelayanan terpisah yang menyandarkan
diri sendiri dengan berbagai kemudahan
f.
Penjadwalan, ketepatan di dalam penjadwalan baik
berkaitan dengan waktu dan tempat
g.
Training, suatu klarifikasi dan pemecahan masalah.
Contoh: konjultan pajak dan konsultan pendidikan.
5.
Kapasitas
a.
Definisi Kapasitas
Setelah menetapkan proses produksi apa yang digunakan, maka langkah
selanjutnya adalah menenntukan kapasitas. Kapasitas dapat diartikan sebagai
hasil produksi atau jumlah unit yang dapat ditahan, diterima, disimpan, atau
diproduksi oleh sebuah fasilitas dalam suatu periode waktu tertentu.[10]
Kapasitas mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pencapaian dan
pengembalian investasi (return of investmen) sehingga kalkulasi antara
besaran biaya dan penerimaan (cost and revenue) menjadi pertimbangan,
sehingga perencanaan kapasitas menjadi suatu hal yang penting dilakukan.[11]
Menurut F.G. Moore T.E. Hendrick, kapasitas merupakan output, dalam
arti kuantitas output dalam waktu tertentu dan kuantitas tertinggi dari output
yang memungkinkan selama waktu tertentu.[12]
Penentuan kapasitas, teknologi yang dipilih serta investasi yang
dilakukan perlu dirancang dengan baik. Metode yang dapat membantu dalam hal ini
adalah prakiraan, analisis pohon keputusan dan analisis finansial. Apabila
permintaan lebih besar dari kapasitas, harga dinaikkan, penjadwalan lama dan
bisnis yang tidak begitu menguntungkan tidak dilanjutkan. Apabila permintaan
lebih kecil daripada kapasitas maka harga barang dapat diturunkan, pemasaran
dilakukan secara agresif dan produk perlu diubah.[13]
b.
Jenis-jenis Kapasitas
Jenis-jenis
kapasitas sebagai berikut:[14]
1)
Kapasitas Berdasar Tahapannya
a)
Kapasitas rancangan, merupakan tingkat output per unit waktu untuk
pabrik yang telah dirancang.
b)
Kapasitas teoritis, merupakan tingkat output per unit waktu pada
kondisi fasilitas secara teoritis mampu menghasilkan.
c)
Kapasitas standar, merupakan tingkat output per unit waktu yang
ditetapkan sebagai tujuan operasional untuk manajemen, supervisi dan operator
mesin. Sebagai dasar penyusunan anggaran.
d)
Kapasitas aktual merupakan tingkat output per unit waktu yang dapat
diperoleh dengan memaksimalkan output dengan cara meningkatkan tenaga kerja,
menghilangkan waktu istirahat, makan dan sebagainya.
2)
Kapasitas Berdasar Waktunya
a)
Perencanaan kapasitas jangka pendek, kurang dari satu bulan,
penjadwalan harian atau mingguan.
b)
Perencanaan kapasitas jangka menengah, rencana bulanan atau
kuartalan untuk 6 sampai 12 bulan.
c)
Perencanaan kapasitas jangka panjang, lebih dari satu tahun.
6.
Analisa Titik Impas (Analaysis Break Even Point)
a.
Definisi Analisa Titik Impas
Cara untuk menetapkan kapasitas yang harus dimiliki oleh sebuah
fasilitas agar mendapatkan keuntungan adalah analisis titik impas. Tujuan
analisis ini adalah untuk menemukan sebuah titik dalam unit dan satuan nilai
uang, dimana biaya-biaya sama dengan pendapatan. Titik tersebut disebut titik
impas, perusahaan harus beroperasi di atas tingkat ini untuk mencapai
keuntungan.[15]
Analisis break even point digunakan oleh manajemen sebagai
acuan pemberian keputusan terhadap perencanaan keuangan, khususnya pada tingkat
laba yang ingin dicapai serta berhubungan dengan tingkat penjualannya.
Manajemen perlu mengetahui hubungan antara biaya, volume penjualan dan laba
sebagai dasar informasi penunjangnya. Semaksimal mungkin perusahaan akan terus
berupaya untuk menghindari kerugian walaupun juga tidak mendapatkan laba, namun
tetap berada pada keadaan break even.[16]
b.
Manfaat Analisis Titik Impas
Analisa Break Even Poin sangat bermanfaat untuk merencanakan
laba operasi dan volume penjualan suatu perusahaan. Setelah mengetahui
informasi besarnya hasil titik impas yang dicapai, maka industri dapat
melakukan kebijakan, yaitu menentukan berapa jumlah produk yang harus dijual (budget
sales), harga jualnya (sales price) apabila industri menginginkan
laba tertentu dan dapat meminimalkan kerugian yang akan terjadi.[17]
7.
Mensukseskan Investasi
Para ekonom dunia mengemukakan definisi yang berbeda-beda mengenai
investasi. Tandellin mengartikan investasi sebagaikomitmen atas sejumlah dana
atau sumber daya lainnya yang dilkukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh
sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Sementara itu, Puspitaningtyas
dan Kurniawan mengemukakan bahwa investasi dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan untuk menempatkan sejumlah dana pada satu atau lebih pada suatu aset
selama periode tertentu dengan harapan memperoleh penghasilan atau peningkatan
nilai investasi. Tujuan investor melakukan kegiatan investasi ini adalah untuk
memperoleh pendapatan atau tingkat pengembalian investasi (return) di masa depan.[18]
Penanaman modal oleh para pengusaha terutama ditentukan oleh dua
faktor yaitu: efisiensi marginal modal dan suku bunga. Efisiensi marginal modal
menggambarkan tingkat pengembalian modal yang akan diperoleh dari
kegiatan-kegiatan investasi yang dilakukan dalam perekonomian. Hubungan antara
efisiensi modal dengan suku bunga adalah jika tingkat suku bunga lebih tinggi
dari efisiensi modal, maka investor membatalkan investasinya. Begitu
sebaliknya, jika tingkat suku bunga lebih rendah dari efisiensi modal, maka
investor akan menanamkan investasinya.[19]
Dengan demikian, arti investasi dalam ranah manajemen operasi dan
produksi adalah pengeluaran penanaman modal oleh perusahaan untuk membeli barang-barang
modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan
memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Berdasarkan pengertian
tersebut, faktor yang mempengaruhi tingkat investasi sebagai berikut:[20]
a.
Tingkat pengembalian yang diharapkan
1)
KondisiIinternal Perusahaan
Kondisi
internal adalah faktor-faktor yang berada di bawah kontrol perusahaan, seperti
tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi. Sedangkan faktor non teknis,
seperti kepemilikan hak atau kekuatan monopoli dan penguasaan jalur informasi
2)
Kondisi Eksternal Perusahaan
Kondisi
eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan investasi
utama adalah perkiraantentang tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi domestik
maupun internasional.
b.
Biaya Investasi
Hal
yang paling menetukan adalah tingkat bunga pinjaman. Makin tinggi tingkat
bunganya maka biaya investasi makin mahal. Akibatnya, minat investasi makin
menurun.
c.
Marginal Efficiency of Capital (MEC)
MEC
adalah tingkat pengembalian yang diharapkan dari setiap tambahan barang modal.
B.
Studi Lapangan
1.
Identitas Perusahaan
Nama Perusahaan : Pabrik Tahu Tempe Bunder
Jenis Industri :
Makanan
Nama Pemilik :
Ibu Fatim
Alamat : Desa Bunder, Pademawu Timur
Jumlah Karyawan : 7 Orang
2.
Hasil Penelitian
Strategi
proses yang digunakan dalam pabrik ini adalah fokus pada produk dengan
ciri-ciri :
a.
Produk :
Kuantitas
banyak dan sedikit variasi produknya, jumlah yang dihasilkan banyak, namun
variasinya hanya tahu dan tempe.
b.
Alat :
Mesin
yang digunakan mesin khusus, yaitu mesin penggilingan khusus tahu dan tempe.
c.
Tenaga kerja :
Penggunaan
tenaga operator sedikit keahlian, tenaga kerja tidak memerlukan keahlian
khusus, sebelum bekerja akan diberi arahan sesuai dengan penempatan nantinya.
d.
Instruksi kerja :
Tugas
berdasarkan order, dan beberapa petunjuk karena distandarisasi, tugas tenaga
kerja berdasarkan intruksi terkait dengan jumlah yang akan diproduksi.
e.
Persediaan :
Persediaan
(bahan baku) sedikit menciptakan nilai produk, dengan bahan baku kedelai dapat
menghasilkan tahu dan tempe.
f.
Throughput :
Pekerjaan
dalam proses hanya sedikit mempengaruhi output.
g.
Throughput :
Pergeseran
otomatis yang cepat dengan fasilitas mesin tertentu.
h.
Throughput :
Barang
jadi sesuai ramalan, kebutuhan persediaan took, tahu dan tempe yang diproduksi
berdasarkan perkiraan, karena tidak menutup kemungkinan terjadi kecacatan.
i.
Schedulling :
Skedul
realtif simpel dan berlandasan tingkat output
yang sesuai target sales, berdasarkan permintaan reseller.
j.
Biaya :
Biaya
tetap cenderung naik, tetapi biaya variabel turun.
k.
Biaya :
Karena
biaya tetap tinggi, biaya cenderung terikat tinggi sesuai penggunaan fasilitas.
Dalam proses pembuatan tahu dan tempe mesin, peralatan, dan teknologi
yang yang digunakan yaitu :
a.
Mesin penggilingan tahu
b.
Mesin penggilingan tempe
c.
Tambolong
d.
Tungku
e.
Pipa
f.
Wadah
g.
Papan
h.
Plastik kiloan
i.
Kedelai
j.
Cuka
k.
Ragi
Rekayasa
ulang proses dalam perusahaan tahu dan tempe ini :
a.
Process, mengolah kedelai menjadi tahu dan tempe.
b.
Strategic and value added, strategi dalam penggunaan mesin dan
penempatan karyawan pada setiap posisi produksi.
c.
Optimizing of work Flow and Productivity, meningkatkan kualitas
tahu dan tempe agar dipercaya konsumen.
d.
Rapid, radical, and redesign, melakukan evaluasi tiap kali selesai
memproduksi tahu dan tempe untuk mengurangi kegagalan produksi.
Kedelai
merupakan bahan baku utama dalam proses produksi tahu dan tempe yang didapatkan
dari pemasok yang sudah menjadi langganan, kadang kedelai harus diimpor dari
luar negeri. Jadi, pasokan kedelai selalu ada dan tidak mengalami kelangkaan.
Hambatan
dalam produksi tahu dan tempe disebabkan oleh kerusakan mesin, kelangkaan bahan
bakar solar yang saat ini dipersulit dalam mendapatkannya (cara mengatasinya
mencari ke daerah lain), dan pembeli yang berkurang (sudah ada langganan, namun
kadang karena beberapa faktor menjadi sedikit berkurang).
Keluhan
masyarakat sekitar dengan adanya pabrik ini pada asap yang berasal dari pipa
(cerobong asap) akibat pembakaran menggunakan sekam (kulit padi), dan hal ini
yang membuat udara sekitar menjadi tercemar. Untuk limbah sendiri tidak
mengganggu masyarakat karena langsung dialirkan ke sungai.
Jumlah
tenaga kerja berkisar 4-7 orang, setiap hari berbeda jumlahnya karena banyak
tenaga kerja yang direkrut bergantung pada seberapa banyak produk yang akan diproduksi.
Jadi, jumlah tenaga kerja harus disesuaikan, karena jika kekurangan tenaga
kerja akan menghambat ke hal lain. Contohnya, jika tempe tidak segera masuk
wadah, akan mengganggu pembuatan tahu.
Jika
terjadi kerusakan pada mesin, pihak pabrik pasti melakukan perbaikan terhadap
mesin, karena jika tidak segera diatasi akan menghambat kepada produksi
selanjutnya.
Kapasitas
produksi perhari untuk tempe berkisar 100-200 bungkus, sedangkan untuk tahu
berkisar 10-20 kotak. Banyak dan sedikitnya produksi dipengaruhi dipengaruhi
oleh dua hal, yang pertama, jumlah tangkapan ikan, jika cuaca ekstrem tangkapan
ikan nelayan sedikit dan permintaan terhadap tahu dan tempe meningkat. Yang
kedua, waktu, contohnya setelah lebaran, bulan muharram, dan panen tembakau. Jadi,
dengan membaca dua hal tersebut mencukupi permintaan konsumen dan mengurangi
kerugian.
Dalam
setiap produksi membutuhkan 2 sak kedelai (1 sak senilai Rp.400.000) jadi,
Rp.800.000. Solar 1 jerigen seharga Rp.120.000 (bisa dipakai untuk produksi
selama 5 hari), tenaga kerja Rp.400.000/4 orang. Jadi, perkiraan biaya produksi
perhari adalah Rp.1.000.000-1.500.000. Untuk harga produk per unit tempe ada
dua macam, yang lebih panjang Rp.5.000/buah, lalu ada juga yang dijual khusus
ke reseller seharga Rp.4000/buah. Sedangkan untuk tahu ada 3 bentuk yang kecil
Rp.300/buah, yang besar Rp.1000/buah, dan yang panjang Rp.750/buah. Dalam 3
tahun terakhir saat terjadi kerugian biasanya disebabkan oleh gagal produksi
(kerusakan mesin atau produk) namun, tidak mempengaruhi produksi selanjutnya
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Strategi
proses atau transformasi dalam manajemen operasional adalah strategi proses input
menjadi output atau pendekatan organisasi untuk mengubah sumber daya
menjadi barang dan jasa. Ada empat tipe yang akan dibahas dalam topik ini, dan
kenyataannya perusahaan dalam memilih proses menggunakan beberapa variasi pada
satu dari empat tipe strategi proses tersebut. adapun empat strategi proses
tersebut adalah fokus pada proses (process focus), fokus berulang (repetitive
focus), fokus pada produk (product focus), dan mass
customization.
Perkembangan
teknologi diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan dapat diterapkan di
semua yang menghasilkan barang maupun jasa. Ada sembilan area teknologi yaitu
teknologi mesin, AIS, pengendalian proses, robot, sistem visi, ASRS (Automed Storage and Retrival System), AGV
(Automated Guided Vehicle), FMS (Flexible Manufacturing System), dan
CIM (Computer Integrated Manufacturing).
Definisi rekayasa ulang proses bisnis adalah proses berfikir
kembali (rethinking) dan proses perancangan kembali (redesign)
secara mendasar (fundamental) untuk memperoleh perbaikan yang memuaskan
atas performansi perusahaan yang mencakup cost, quality, delivery, service,
and speed dengan pengukuran yang teliti atau kontemporer.
Interaksi konsumen seringkali merupakan
variabel penting dalam desain proses terutama pada sektor jasa. Walaupun
interaksi dengan konsumen seringkali memberikan pengaruh buruk terhadap kinerja
proses, tetapi sektor jasa menjadikan interaksi dan cusomization menjadi
kebutuhan penting. Mengenali keinginan konsumen yang unik menjadikan manajer
operasional mendesain proses untuk memenuhi persyaratan khusus ini agar proses
menjadi efektif dan efisien. Strategi proses di bidang jasa yaitu pemisahan, self
service, fokus, modul, automatisasi, penjadwalan, dan
training.
Kapasitas diartikan sebagai hasil produksi atau jumlah unit yang
dapat ditahan, diterima, disimpan, atau diproduksi oleh sebuah fasilitas dalam
suatu periode waktu tertentu. Kapasitas mempunyai kaitan yang sangat erat
dengan pencapaian dan pengembalian investasi (return of investmen)
sehingga kalkulasi antara besaran biaya dan penerimaan (cost and revenue)
menjadi pertimbangan, sehingga perencanaan kapasitas menjadi suatu hal yang
penting dilakukan.
Cara untuk menetapkan kapasitas yang harus dimiliki oleh sebuah
fasilitas agar mendapatkan keuntungan adalah analisis titik impas. Tujuan
analisis ini adalah untuk menemukan sebuah titik dalam unit dan satuan nilai
uang, dimana biaya-biaya sama dengan pendapatan. Titik tersebut disebut titik
impas, perusahaan harus beroperasi di atas tingkat ini untuk mencapai
keuntungan. Analisis break even point digunakan oleh manajemen sebagai
acuan pemberian keputusan terhadap perencanaan keuangan, khususnya pada tingkat
laba yang ingin dicapai serta berhubungan dengan tingkat penjualannya
Investasi dalam ranah manajemen operasi dan produksi adalah
pengeluaran penanaman modal oleh perusahaan untuk membeli barang-barang modal
dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi
barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Faktor yang mempengaruhi
tingkat investasi adalah tingkat pengembalian yang diharapkan, biaya Investasi,
dan Marginal Efficiency of Capital (MEC).
B.
Saran
Karena keterbatasan yang dimiliki, penyusunan makalah ini
diharapkan mempunyai cakupan yang luas untuk penyusunan makalah selanjutnya
dengan topik yang sama. Adapun saran dari hasil penyusunan makalah ini yaitu
untuk penyusunan makalah selanjutnya hendaknya mengkaji pembahasan-pembahasan
yang lain mengenai desain proses dan kapasitas.
[1] Sabrin,
“Analisis Break Even Point pada Produksi Es Balok Pada PT. Yanaghi
Histalaraya.” Jurnal Ekonomi Pembangunan, (Desember 2015), hlm., 27.
[2] Tita Deitiana,
Manajemen Operasional Strategi dan Analisa (Service dan Manufaktur) (Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2011), hlm. 80.
[3] Ibid. 81.
[4] Ibid.
[5] Ibid. 82.
[6] Ibid. 83.
[7] Ibid.
[8] Ibid. 90-91.
[9] M.N. Nasution,
“Rekayasa Ulang Proses Bisnis (Business Process Reengineering) untuk
Mencapai Simplifying The Airlines Business.” Jurnal Penelitian
Perhubungan Udara, 3 (September 2010), hlm., 244.
[10] Deitiana, Manajemen
Operasional, hlm. 92.
[11] Manahan P.
Tampubolon, Manajemen Operasi dan Rantai Pemasok (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2014), hlm. 132.
[12] Sebagaimana
dikutip oleh Irmayanti Hasan, Manajemen Operasional Perspektif Integratif ,(Malang:
UIN-Maliki Press, 2011), hlm.59.
[13] Sukanto
Reksohadiprodjo, Manajemen Produksi dan Operasi (Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta, 2000), hlm. 269.
[14] Hasan, Manajemen
Operasional, hlm. 60-61.
[15] Deitiana, Manajemen
Operasional, hlm. 94.
[16] Retno
Ariyanti, dll. “Analisis Break Even Point sebagai Dasar Pengambilan Keputusan
Manajemen terhadap Perencanaan Volume Penjualan dan Laba.”.Jurnal
Administrasi Bisnis, 1 (Juni 2014), hlm., 4.
[17] Ibid. 3.
[18] Pramita
Agustin, “Perilaku Investor Muslim dalam Bertransaksi Saham di Pasar Modal.” JESTT,
12 (Desember 2014), hlm., 87.
[19] Sisno Riyoko,
“Studi Penentu Daya Saing terhadap Investasi pada Industri Mebel di Kabupaten
Jepara”, Jurnal Dinamika Ekonomi Bisnis, 1 (Maret 2012), hlm., 36.
[20] Jamli, “Pengaruh
Investasi dan Tenaga Kerja terhadap Produksi Batubara dan Pertumbuhan Ekonomi
di Kutai Kartanegara.” Jurnal EKSIS, 2 (Agustus 2012), hlm., 2185.