Monday 24 September 2018

desain proses dan kapasitas pada Pabrik Tahu Tempe di Desa Bunder




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Penulisan
Seiring dengan berkembangnya dunia bisnis, persaingan antar perusahaan menjadi sangat ketat dan manajemen memegang peranan yang sangat penting dalam keberhasilan suatu perusahaan. Kebutuhan manusia menjadi stimulus yang kuat bagi perusahaan untuk berlomba-lomba menciptakan produk dan jasa yang baru. Berawal dari upaya menemukan kebutuhan dan keinginan pelanggan yang kemudian di desain menjadi sebuah produk atau jasa. Selanjutnya, desain diubah menjadi rencana produksi atau proses produksi yang kemudian produk siap dipasarkan.
Rancangan proses harus didefinisikan terlebih dahulu dengan cermat karena rancangan proses ini memiliki dampak berjangka panjang terhadap kinerja proses, termasuk efisiensi, efektifitas, dan produktivitas sistem. Namun demikian, desain proses ini harus sinkron dengan tipe produk atau jasa yang dihasilkan. Desain produk menetapkan jenis bahan, menggambarkan penampilan produk, dan menetapkan standar kinerja produk yang bersangkutan.
Perkembangan perusahaan dientukan oleh kemampuan manajemen untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya dan kejeliannya memanfaatkan setiap peluang yang ada, disamping selalu waspada terhadap kemungkinan adanya ancaman dari para pesaing yang akan merebut pangsa pasarnya yang dengan sendirinya akan menurunkan tingkat penjualan yang akan berakibat berkurangnya laba yang diharapkan serta berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan atau pertumbuhan perusahaan. Salah satu bagian perencanaan laba yang digunakan dalam perusahaan adalah Break Even Point dimana menjelaskan tentang hubungan antara biaya, volume produksi, harga jual dalam rangka memperoleh gambaran pulang pokok perusahaan.[1]
Dalam makalah ini, akan dijelaskan secara lebih detail mengenai teori desain proses dan kapasitas yang nanatinya juga disertai dengan hasil studi lapangan di salah satu Pabrik Tahu Tempe di Desa Bunder.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka rumusan masalah yang dapat diambil sebagai berikut:
1.      Bagaimana teori tentang desain proses dan kapasitas?
2.      Bagaimana hasil studi lapangan tentang desain proses dan kapasitas pada  Pabrik Tahu Tempe di Desa Bunder?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui dan memahami tentang teori tentang desain proses dan kapasitas
2.      Mengetahui dan memahami tentang hasil studi lapangan tentang desain proses dan kapasitas pada  Pabrik Tahu Tempe di Desa Bunder.











BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori Desain Proses dan Kapasitas
1.      Strategi Proses
Strategi proses atau transformasi dalam manajemen operasional adalah strategi proses input menjadi output atau pendekatan organisasi untuk mengubah sumber daya menjadi barang dan jasa. Tujuan strategi proses adalah untuk menemukan suatu cara membuat produk barang dan jasa yang dapat memenuhi persyaratan dari konsumen dan spesifikasi produk yang berada dalam batasan biaya serta konstrain lainnya.[2]
Hasil dari keputusan ini berdampak pada efisiensi produk jangka panjang, fleksibilitas, dan kualitas produk yang dihasilkan. Oleh karenanya banyak strategi perusahaan ditentukan pada saat keputusan tentang proses ini dilakukan.
Ada empat tipe yang akan dibahas dalam topik ini, dan kenyataannya perusahaan dalam memilih proses menggunakan beberapa variasi pada satu dari empat tipe strategi proses tersebut. adapun empat strategi proses tersebut adalah:[3]
a.      Fokus pada Proses (process focus)
Fasilitas produksi diatur di sekeliling proses untuk menghasilkan produksi yang rendah volume tetapi bervariasi tinggi.[4]
Perusahaan yang menggunakan strategi focus pada proses berarti mengatur fasilitas yang digunakan untuk operasional di sekeleiling proses untuk menghasilkan produksi dengan volume produksi rendah tetapi variasinya tinggi. Dan sebagian besar perusahaan global memilih menggunakan proses ini. Istilah lain yang sering digunakan adalah “job shop”, pada proses ini penyajian fleksibilitas tinggi karena produk berpindah diantara proses secara sebentar-sebentar (intermittent).
Contoh:
Fasilitas seperti itu diatur sesuai dengan aktivitas atau proses tertentu:
1)      Dalam pabrik, proses yang ada mungkin berupa departemen yang menangani pengelasa, penghalusan, dan pengecatan.
2)      Dalam  kantor, proses yang ada dapat berupa penanganan utang, penjualan, dan pembayaran.
3)      Dalam restoran, proses tersebut berupa bar, panggangan, dan pembuat roti.
Fasilitas yang ada terfokus pada proses (process focused) dalam arti peralatan, layout, dan pengawasan.
b.      Fokus Berulang (repetitive focus)
Strategi proses yang fokus berulang berarti proses produksinya berorientasi pada produk yang menggunakan modul. Sedangkan modul adalah bagian atau komponen suatu produk yang telah disiapkan sebelumnya, biasanya dalam suatu proses yang kontinyu.
Lini proses berulang (repetitive process) mirip dengan lini klasik. Penerapan yang secara luas pada industri perakitan baik kendaraan maupun peralatan rumah tangga (produk elektronik). Lini ini lebih terstruktur karenanya fleksibilitas kurang dibandingkan dengan fasilitas yang terfokus pada proses.[5]
Contoh:
Makanan cepat saji, produksi jenis ini memungkinkan adanya customizing yang lebih dibandingkan suatu proses kontinyu, modul sebagai contoh daging, keju, saus, buah tomat, bawang dirakit untuk mendapatkan sesuatu quasi-custom suatu produk, yaitu roti lapis keju.
Dengan cara ini, perusahaan memperoleh keunggulan ekonomis dari model yang kontinyu (di mana banyak modul disiapkan) dan keunggukan umum model, yaitu volume rendah, dengan banyak variasi.
c.       Fokus pada Produk (product focus)
Strategi proses yang berfokus pada produk memiliki volume tinggi dan variasi yang rendah, yang mana fasilitas diatur sekeliling produk. Proses ini disebut juga proses kontinyu karena mempunyai lintasa produksi yang panjang dan kontinyu. Pabrik-pabrik yang memproduksi barang seperti kaca, timah lembaran, lampu bohlam, minuman, baut adalah contoh yang menerapkan proses ini. Proses lain yang terfokus pada produk adalah jasa seperti rumah sakit yang menetapkan proses penyembuhan penyakit tertentu melalui serangkaian proses panjang. Dengan proses seperti ini, strategi memiliki kemampuan yang tidak bisa dipisahkan untuk menetapkan standard an menjaga kualitas tertentu yang berbanding terbalik dengan organisasi yang memproduksi produk unik setiap hari.
Perusahaan yang menetapkan strategi proses seperti ini biasanya fasilitas yang dimiliki membutuhkan biaya tetap yang tinggi tetapi biaya variable rendah sebagai dampak dari pemanfaatn fasilitas yang tinggi.[6]
d.      Mass Customization
Mass customization merupakan pembuatan produk barang dan jasa yang dapat memenuhi keinginna konsumen yang semakin unik secara cepat dan murah. Perusahaan yang menerapkan proses ini menghadapi tantangan yang membutuhkan kemampuan operasional karena keterkaitan logistic, produksi, dan penjualan yang semakin erat. Para manajer operasional harus menggunakan sumber daya yang imajintaif dan agresif untuk membentuk proses yang gesit yangdapat memproduksi produk tertentu dengan cepat dan murah. Industri jasa-jasa telah mulai menerapkannya, seperti jasa pelayanan telepon menyediakan pilihan caller ID. Call waiting, voice mailbox, call forwarding sesuai kebutuhan konsumen. Juga pada perusahaan yang mengadakan persediaan music di internet yang memungkinkan konsumen memilih lusinan lagu pilihan mereka dan memasukkannya dalam sebuah CD khusus yang langsung bisa dikirim ke alamt masing-masing konsumen.
Salah satu persyaratan penting dalam mass customization adalah adanya ketergantungan pada desain modular. Walaupun demikian penjadwalan yang efektif dan standardisasi dan pengendalian kualitas yang efektif dapat dilakukan. Suatu perusahaan throughput yang cepat juga diperlukan. Dampak yang dapat terlihat adalah pada penurunan persediaan dan peningkatan tekanan pada kinerja penjadwalan dan rantai pasokan.[7]

2.      Mesin, Peralatan, dan Teknologi
Perkembangan teknologi diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan dapat diterapkan di semua yang menghasilkan barang maupun jasa. Dalam bahasan ini akan diperkenakan sembilan area teknologi:[8]
a.       Teknologi Mesin
Banyak kegiatan operasional yang menggunakan mesin untuk pemotongan, pengeboran, penggilingan. Dalam era kompterisasi sekarang ini telah banyak diciptakan cara pengendalian mesin yang baru menggunakan CHIP computer seperti CNC (computer numerical control) yaitu pemesinan yang memiliki komputer dan memori sendiri.
b.      AIS
Peralatan baru dari CNC hingga ATM (automatic teller machine) dikendalikan dengan sinyal elektronik digital. Pembuatan data secara digital dilakukan melalui komputerisasi diantaranya dengan AIS (automatic identification system) yang membantu memindahkan data menjadi bentuk elektronik yang mudah untuk dimanipulasi.
c.       Pengendalian Proses
Pengendalian Proses adalah penggunaan teknologi informasi untuk mengendalikan proses fisik.
d.      Robot
Robot adalah sebuah mesin yang fleksibel, memiliki kemampuan untuk mengganti tenaga manusia bekerja melalui syaraf elektronik yang menjalankan sejumlah motor dan saklar.
e.       Sistem Visi
Sistem visi adalah penggunaan kamera video dan teknologi dalam peran pemeriksaan.
f.       ASRS (Automed Storage and Retrival System)
ASRS adalah gudang yang dikendalikan komputer yang menampatkan komponen secara otomatis dari dan menuju tempat tertentu dalam gudang.
g.      AGV (Automated Guided Vehicle)
AGV adalah kereta yang dipandu dan dikendalikan seara elektronik yang dgunakan untuk memindahkan bahan.
h.      FMS (Flexible Manufacturing System)
FMS adalah sebuah sistem yang menggunakan sebuah sel kerja otomatis yang dikendalikan oleh sinyal elektronik dari sebuah komputer induk.
i.        CIM (Computer Integrated Manufacturing)
CIM adalah sebuah sistem manufaktur dimana CAD, FMS, pengendalian persediaan, gudang, dan pengiriman dipadukan. Merupakan perluasan dari FMS (Flexible Manufacturing System)

3.      Rekayasa Ulang Proses
Definisi rekayasa ulang proses bisnis adalah proses berfikir kembali (rethinking) dan proses perancangan kembali (redesign) secara mendasar (fundamental) untuk memperoleh perbaikan yang memuaskan atas performansi perusahaan yang mencakup cost, quality, delivery, service, and speed dengan pengukuran yang teliti atau kontemporer.[9]
Dalam definisi rekayasa ulang ini memuat empat kata kunci, yaitu:
a.       Process
Process yaitu serangkaian aktivitas yang mengubah masukan menjadi keluaran. Terdapat tiga aktivitas dalam proses, yaitu:
1)      Value-adding activities : aktivitas untuk menghasilkan nilai tambah.
2)      Hand-off activities : aktivitas yang memindahkan aliran kerja dengan melewati hambatan-hambatan fungsional, departemental atau organisasional.
3)      Control activities : aktivitas yang tercipta untuk mengendalikan hands-off activities.
b.      Strategic and Value Added
Target utama rekayasa ulang proses bisnis adalah strategi dan nilai tambah. Untuk memaksimumkan tingkat pengembalian investasi dalam rekayasa ulang, perusahaan mulai memfokuskan pada proses yang terpenting dalam perusahaan, yaitu tidak hanya strategi dan nilai tambah tetapi keseluruhan sistem, kebijakan, dan struktur organisasi yang mendukung proses.
c.       Optimizing of Work Flow and Productivity
Yaitu meningkatkan produktivitas, pangsa pasar, pendapatan, tingkat pengembalian investasi dan aset. Rekayasa ulang proses bisnis dapat diukur dari pengurangan biaya per unit.
d.      Rapid, Radical, and Redesign
Rekayasa ulang harus dilaksanakan secara cepat dak radikal serta merancang kembali proses bisnis untuk menghilangkan aktivitas yang tidak perlu.

4.      Pemilihan Strategi Proses Jasa
Interaksi konsumen seringkali merupakan variabel penting dalam desain proses terutama pada sektor jasa. Walaupun interaksi dengan konsumen seringkali memberikan pengaruh buruk terhadap kinerja proses, tetapi sektor jasa menjadikan interaksi dan cusomization menjadi kebutuhan penting. Mengenali keinginan konsumen yang unik menjadikan manajer operasional mendesain proses untuk memenuhi persyaratan khusus ini agar proses menjadi efektif dan efisien.
Strategi proses di bidang jasa sebagai berikut:
a.       Pemisahan, Pelayanan terpisah sehingga pelanggan harus menuju kepada tempat dimana jasa itu ditawarkan. Contoh: Bank
b.      Self Service, banyak digunakan oleh supermarket
c.       Fokus, membatasi jasa yang ditawarkan kepada pelanggan. Contoh: jahitan khusus pria
d.      Modul, jasa yang ditawarkan dalam bentuk paket. Contoh: fastfood
e.       Automatisasi, pelayanan terpisah yang menyandarkan diri sendiri dengan berbagai kemudahan
f.       Penjadwalan, ketepatan di dalam penjadwalan baik berkaitan dengan waktu dan tempat
g.      Training, suatu klarifikasi dan pemecahan masalah. Contoh: konjultan pajak dan konsultan pendidikan.

5.      Kapasitas
a.      Definisi Kapasitas
Setelah menetapkan proses produksi apa yang digunakan, maka langkah selanjutnya adalah menenntukan kapasitas. Kapasitas dapat diartikan sebagai hasil produksi atau jumlah unit yang dapat ditahan, diterima, disimpan, atau diproduksi oleh sebuah fasilitas dalam suatu periode waktu tertentu.[10]
Kapasitas mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pencapaian dan pengembalian investasi (return of investmen) sehingga kalkulasi antara besaran biaya dan penerimaan (cost and revenue) menjadi pertimbangan, sehingga perencanaan kapasitas menjadi suatu hal yang penting dilakukan.[11]
Menurut F.G. Moore T.E. Hendrick, kapasitas merupakan output, dalam arti kuantitas output dalam waktu tertentu dan kuantitas tertinggi dari output yang memungkinkan selama waktu tertentu.[12]
Penentuan kapasitas, teknologi yang dipilih serta investasi yang dilakukan perlu dirancang dengan baik. Metode yang dapat membantu dalam hal ini adalah prakiraan, analisis pohon keputusan dan analisis finansial. Apabila permintaan lebih besar dari kapasitas, harga dinaikkan, penjadwalan lama dan bisnis yang tidak begitu menguntungkan tidak dilanjutkan. Apabila permintaan lebih kecil daripada kapasitas maka harga barang dapat diturunkan, pemasaran dilakukan secara agresif dan produk perlu diubah.[13]
b.      Jenis-jenis Kapasitas
Jenis-jenis kapasitas sebagai berikut:[14]
1)      Kapasitas Berdasar Tahapannya
a)      Kapasitas rancangan, merupakan tingkat output per unit waktu untuk pabrik yang telah dirancang.
b)      Kapasitas teoritis, merupakan tingkat output per unit waktu pada kondisi fasilitas secara teoritis mampu menghasilkan.
c)      Kapasitas standar, merupakan tingkat output per unit waktu yang ditetapkan sebagai tujuan operasional untuk manajemen, supervisi dan operator mesin. Sebagai dasar penyusunan anggaran.
d)     Kapasitas aktual merupakan tingkat output per unit waktu yang dapat diperoleh dengan memaksimalkan output dengan cara meningkatkan tenaga kerja, menghilangkan waktu istirahat, makan dan sebagainya.
2)      Kapasitas Berdasar Waktunya
a)      Perencanaan kapasitas jangka pendek, kurang dari satu bulan, penjadwalan harian atau mingguan.
b)      Perencanaan kapasitas jangka menengah, rencana bulanan atau kuartalan untuk 6 sampai 12 bulan.
c)      Perencanaan kapasitas jangka panjang, lebih dari satu tahun.

6.      Analisa Titik Impas (Analaysis Break Even Point)
a.      Definisi Analisa Titik Impas
Cara untuk menetapkan kapasitas yang harus dimiliki oleh sebuah fasilitas agar mendapatkan keuntungan adalah analisis titik impas. Tujuan analisis ini adalah untuk menemukan sebuah titik dalam unit dan satuan nilai uang, dimana biaya-biaya sama dengan pendapatan. Titik tersebut disebut titik impas, perusahaan harus beroperasi di atas tingkat ini untuk mencapai keuntungan.[15]
Analisis break even point digunakan oleh manajemen sebagai acuan pemberian keputusan terhadap perencanaan keuangan, khususnya pada tingkat laba yang ingin dicapai serta berhubungan dengan tingkat penjualannya. Manajemen perlu mengetahui hubungan antara biaya, volume penjualan dan laba sebagai dasar informasi penunjangnya. Semaksimal mungkin perusahaan akan terus berupaya untuk menghindari kerugian walaupun juga tidak mendapatkan laba, namun tetap berada pada keadaan break even.[16]
b.      Manfaat Analisis Titik Impas
Analisa Break Even Poin sangat bermanfaat untuk merencanakan laba operasi dan volume penjualan suatu perusahaan. Setelah mengetahui informasi besarnya hasil titik impas yang dicapai, maka industri dapat melakukan kebijakan, yaitu menentukan berapa jumlah produk yang harus dijual (budget sales), harga jualnya (sales price) apabila industri menginginkan laba tertentu dan dapat meminimalkan kerugian yang akan terjadi.[17]

7.      Mensukseskan Investasi
Para ekonom dunia mengemukakan definisi yang berbeda-beda mengenai investasi. Tandellin mengartikan investasi sebagaikomitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilkukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Sementara itu, Puspitaningtyas dan Kurniawan mengemukakan bahwa investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk menempatkan sejumlah dana pada satu atau lebih pada suatu aset selama periode tertentu dengan harapan memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai investasi. Tujuan investor melakukan kegiatan investasi ini adalah untuk memperoleh pendapatan atau tingkat pengembalian investasi  (return) di masa depan.[18]
Penanaman modal oleh para pengusaha terutama ditentukan oleh dua faktor yaitu: efisiensi marginal modal dan suku bunga. Efisiensi marginal modal menggambarkan tingkat pengembalian modal yang akan diperoleh dari kegiatan-kegiatan investasi yang dilakukan dalam perekonomian. Hubungan antara efisiensi modal dengan suku bunga adalah jika tingkat suku bunga lebih tinggi dari efisiensi modal, maka investor membatalkan investasinya. Begitu sebaliknya, jika tingkat suku bunga lebih rendah dari efisiensi modal, maka investor akan menanamkan investasinya.[19]
Dengan demikian, arti investasi dalam ranah manajemen operasi dan produksi adalah pengeluaran penanaman modal oleh perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Berdasarkan pengertian tersebut, faktor yang mempengaruhi tingkat investasi sebagai berikut:[20]
a.      Tingkat pengembalian yang diharapkan
1)      KondisiIinternal Perusahaan
Kondisi internal adalah faktor-faktor yang berada di bawah kontrol perusahaan, seperti tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi. Sedangkan faktor non teknis, seperti kepemilikan hak atau kekuatan monopoli dan penguasaan jalur informasi
2)      Kondisi Eksternal Perusahaan
Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan investasi utama adalah perkiraantentang tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi domestik maupun internasional.
b.      Biaya Investasi
Hal yang paling menetukan adalah tingkat bunga pinjaman. Makin tinggi tingkat bunganya maka biaya investasi makin mahal. Akibatnya, minat investasi makin menurun.
c.       Marginal Efficiency of Capital (MEC)
MEC adalah tingkat pengembalian yang diharapkan dari setiap tambahan barang modal.

B.     Studi Lapangan
1.      Identitas Perusahaan
Nama Perusahaan        : Pabrik Tahu Tempe Bunder
Jenis Industri               : Makanan
Nama Pemilik              : Ibu Fatim
Alamat                                    : Desa Bunder, Pademawu Timur
Jumlah Karyawan       : 7 Orang


2.      Hasil Penelitian
Strategi proses yang digunakan dalam pabrik ini adalah fokus pada produk dengan ciri-ciri :
a.    Produk :
Kuantitas banyak dan sedikit variasi produknya, jumlah yang dihasilkan banyak, namun variasinya hanya tahu dan tempe.
b.    Alat :
Mesin yang digunakan mesin khusus, yaitu mesin penggilingan khusus tahu dan tempe.
c.    Tenaga kerja :
Penggunaan tenaga operator sedikit keahlian, tenaga kerja tidak memerlukan keahlian khusus, sebelum bekerja akan diberi arahan sesuai dengan penempatan nantinya.
d.   Instruksi kerja :
Tugas berdasarkan order, dan beberapa petunjuk karena distandarisasi, tugas tenaga kerja berdasarkan intruksi terkait dengan jumlah yang akan diproduksi.
e.    Persediaan :
Persediaan (bahan baku) sedikit menciptakan nilai produk, dengan bahan baku kedelai dapat menghasilkan tahu dan tempe.
f.     Throughput :
Pekerjaan dalam proses hanya sedikit mempengaruhi output.
g.    Throughput :
Pergeseran otomatis yang cepat dengan fasilitas mesin tertentu.
h.    Throughput :
Barang jadi sesuai ramalan, kebutuhan persediaan took, tahu dan tempe yang diproduksi berdasarkan perkiraan, karena tidak menutup kemungkinan terjadi kecacatan.
i.      Schedulling :
Skedul realtif simpel dan berlandasan tingkat output yang sesuai target sales, berdasarkan permintaan reseller.
j.      Biaya :
Biaya tetap cenderung naik, tetapi biaya variabel turun.
k.    Biaya :
Karena biaya tetap tinggi, biaya cenderung terikat tinggi sesuai penggunaan fasilitas.
Dalam proses pembuatan tahu dan tempe mesin, peralatan, dan teknologi yang yang digunakan yaitu :
a.    Mesin penggilingan tahu
b.    Mesin penggilingan tempe
c.    Tambolong
d.    Tungku
e.    Pipa
f.     Wadah
g.    Papan
h.    Plastik kiloan
i.      Kedelai
j.      Cuka
k.    Ragi
Rekayasa ulang proses dalam perusahaan tahu dan tempe ini :
a.     Process, mengolah kedelai menjadi tahu dan tempe.
b.    Strategic and value added, strategi dalam penggunaan mesin dan penempatan karyawan pada setiap posisi produksi.
c.    Optimizing of work Flow and Productivity, meningkatkan kualitas tahu dan tempe agar dipercaya konsumen.
d.   Rapid, radical, and redesign, melakukan evaluasi tiap kali selesai memproduksi tahu dan tempe untuk mengurangi kegagalan produksi.
Kedelai merupakan bahan baku utama dalam proses produksi tahu dan tempe yang didapatkan dari pemasok yang sudah menjadi langganan, kadang kedelai harus diimpor dari luar negeri. Jadi, pasokan kedelai selalu ada dan tidak mengalami kelangkaan.
Hambatan dalam produksi tahu dan tempe disebabkan oleh kerusakan mesin, kelangkaan bahan bakar solar yang saat ini dipersulit dalam mendapatkannya (cara mengatasinya mencari ke daerah lain), dan pembeli yang berkurang (sudah ada langganan, namun kadang karena beberapa faktor menjadi sedikit berkurang).
Keluhan masyarakat sekitar dengan adanya pabrik ini pada asap yang berasal dari pipa (cerobong asap) akibat pembakaran menggunakan sekam (kulit padi), dan hal ini yang membuat udara sekitar menjadi tercemar. Untuk limbah sendiri tidak mengganggu masyarakat karena langsung dialirkan ke sungai.
Jumlah tenaga kerja berkisar 4-7 orang, setiap hari berbeda jumlahnya karena banyak tenaga kerja yang direkrut bergantung pada seberapa banyak produk yang akan diproduksi. Jadi, jumlah tenaga kerja harus disesuaikan, karena jika kekurangan tenaga kerja akan menghambat ke hal lain. Contohnya, jika tempe tidak segera masuk wadah, akan mengganggu pembuatan tahu.
Jika terjadi kerusakan pada mesin, pihak pabrik pasti melakukan perbaikan terhadap mesin, karena jika tidak segera diatasi akan menghambat kepada produksi selanjutnya.
Kapasitas produksi perhari untuk tempe berkisar 100-200 bungkus, sedangkan untuk tahu berkisar 10-20 kotak. Banyak dan sedikitnya produksi dipengaruhi dipengaruhi oleh dua hal, yang pertama, jumlah tangkapan ikan, jika cuaca ekstrem tangkapan ikan nelayan sedikit dan permintaan terhadap tahu dan tempe meningkat. Yang kedua, waktu, contohnya setelah lebaran, bulan muharram, dan panen tembakau. Jadi, dengan membaca dua hal tersebut mencukupi permintaan konsumen dan mengurangi kerugian.
Dalam setiap produksi membutuhkan 2 sak kedelai (1 sak senilai Rp.400.000) jadi, Rp.800.000. Solar 1 jerigen seharga Rp.120.000 (bisa dipakai untuk produksi selama 5 hari), tenaga kerja Rp.400.000/4 orang. Jadi, perkiraan biaya produksi perhari adalah Rp.1.000.000-1.500.000. Untuk harga produk per unit tempe ada dua macam, yang lebih panjang Rp.5.000/buah, lalu ada juga yang dijual khusus ke reseller seharga Rp.4000/buah. Sedangkan untuk tahu ada 3 bentuk yang kecil Rp.300/buah, yang besar Rp.1000/buah, dan yang panjang Rp.750/buah. Dalam 3 tahun terakhir saat terjadi kerugian biasanya disebabkan oleh gagal produksi (kerusakan mesin atau produk) namun, tidak mempengaruhi produksi selanjutnya

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Strategi proses atau transformasi dalam manajemen operasional adalah strategi proses input menjadi output atau pendekatan organisasi untuk mengubah sumber daya menjadi barang dan jasa. Ada empat tipe yang akan dibahas dalam topik ini, dan kenyataannya perusahaan dalam memilih proses menggunakan beberapa variasi pada satu dari empat tipe strategi proses tersebut. adapun empat strategi proses tersebut adalah fokus pada proses (process focus), fokus berulang (repetitive focus), fokus pada produk (product focus), dan mass customization.
Perkembangan teknologi diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan dapat diterapkan di semua yang menghasilkan barang maupun jasa. Ada sembilan area teknologi yaitu teknologi mesin, AIS, pengendalian proses, robot, sistem visi, ASRS (Automed Storage and Retrival System), AGV (Automated Guided Vehicle), FMS (Flexible Manufacturing System), dan CIM (Computer Integrated Manufacturing).
Definisi rekayasa ulang proses bisnis adalah proses berfikir kembali (rethinking) dan proses perancangan kembali (redesign) secara mendasar (fundamental) untuk memperoleh perbaikan yang memuaskan atas performansi perusahaan yang mencakup cost, quality, delivery, service, and speed dengan pengukuran yang teliti atau kontemporer.
Interaksi konsumen seringkali merupakan variabel penting dalam desain proses terutama pada sektor jasa. Walaupun interaksi dengan konsumen seringkali memberikan pengaruh buruk terhadap kinerja proses, tetapi sektor jasa menjadikan interaksi dan cusomization menjadi kebutuhan penting. Mengenali keinginan konsumen yang unik menjadikan manajer operasional mendesain proses untuk memenuhi persyaratan khusus ini agar proses menjadi efektif dan efisien. Strategi proses di bidang jasa yaitu pemisahan, self service, fokus, modul, automatisasi, penjadwalan, dan training.
Kapasitas diartikan sebagai hasil produksi atau jumlah unit yang dapat ditahan, diterima, disimpan, atau diproduksi oleh sebuah fasilitas dalam suatu periode waktu tertentu. Kapasitas mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pencapaian dan pengembalian investasi (return of investmen) sehingga kalkulasi antara besaran biaya dan penerimaan (cost and revenue) menjadi pertimbangan, sehingga perencanaan kapasitas menjadi suatu hal yang penting dilakukan.
Cara untuk menetapkan kapasitas yang harus dimiliki oleh sebuah fasilitas agar mendapatkan keuntungan adalah analisis titik impas. Tujuan analisis ini adalah untuk menemukan sebuah titik dalam unit dan satuan nilai uang, dimana biaya-biaya sama dengan pendapatan. Titik tersebut disebut titik impas, perusahaan harus beroperasi di atas tingkat ini untuk mencapai keuntungan. Analisis break even point digunakan oleh manajemen sebagai acuan pemberian keputusan terhadap perencanaan keuangan, khususnya pada tingkat laba yang ingin dicapai serta berhubungan dengan tingkat penjualannya
Investasi dalam ranah manajemen operasi dan produksi adalah pengeluaran penanaman modal oleh perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Faktor yang mempengaruhi tingkat investasi adalah tingkat pengembalian yang diharapkan, biaya Investasi, dan Marginal Efficiency of Capital (MEC).

B.     Saran
Karena keterbatasan yang dimiliki, penyusunan makalah ini diharapkan mempunyai cakupan yang luas untuk penyusunan makalah selanjutnya dengan topik yang sama. Adapun saran dari hasil penyusunan makalah ini yaitu untuk penyusunan makalah selanjutnya hendaknya mengkaji pembahasan-pembahasan yang lain mengenai desain proses dan kapasitas.



[1] Sabrin, “Analisis Break Even Point pada Produksi Es Balok Pada PT. Yanaghi Histalaraya.” Jurnal Ekonomi Pembangunan, (Desember 2015), hlm., 27.
[2] Tita Deitiana, Manajemen Operasional Strategi dan Analisa (Service dan Manufaktur) (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), hlm. 80.
[3] Ibid. 81.
[4] Ibid.
[5] Ibid. 82.
[6] Ibid. 83.
[7] Ibid.
[8] Ibid. 90-91.
[9] M.N. Nasution, “Rekayasa Ulang Proses Bisnis (Business Process Reengineering) untuk Mencapai Simplifying The Airlines Business.Jurnal Penelitian Perhubungan Udara, 3 (September 2010), hlm., 244.
[10] Deitiana, Manajemen Operasional, hlm. 92.
[11] Manahan P. Tampubolon, Manajemen Operasi dan Rantai Pemasok (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014), hlm. 132.
[12] Sebagaimana dikutip oleh Irmayanti Hasan, Manajemen Operasional Perspektif Integratif ,(Malang: UIN-Maliki Press, 2011), hlm.59.
[13] Sukanto Reksohadiprodjo, Manajemen Produksi dan Operasi (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2000), hlm. 269.
[14] Hasan, Manajemen Operasional, hlm. 60-61.
[15] Deitiana, Manajemen Operasional, hlm. 94.
[16] Retno Ariyanti, dll. “Analisis Break Even Point sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Manajemen terhadap Perencanaan Volume Penjualan dan Laba.”.Jurnal Administrasi Bisnis, 1 (Juni 2014), hlm., 4.
[17] Ibid. 3.
[18] Pramita Agustin, “Perilaku Investor Muslim dalam Bertransaksi Saham di Pasar Modal.” JESTT, 12 (Desember 2014), hlm., 87.
[19] Sisno Riyoko, “Studi Penentu Daya Saing terhadap Investasi pada Industri Mebel di Kabupaten Jepara”, Jurnal Dinamika Ekonomi Bisnis, 1 (Maret 2012), hlm., 36.
[20] Jamli, “Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap Produksi Batubara dan Pertumbuhan Ekonomi di Kutai Kartanegara.” Jurnal EKSIS, 2 (Agustus 2012), hlm., 2185.