ARTIKEL
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
Disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik
Yang diampu oleh Ibu Hesti
Kusumawati, M.PD
Oleh:
Ahmad Hariyadi (20170701071010)
Masud (20170701071057)
Nur Hayati (20170701072080)
PROGRAM STUDI TADRIS
BAHASA INDONESIA
JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2018
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
Setiap individu dilahirkan
ke dunia dengan membawa hereditas tertentu. Ini berarti bahwa karakteristik
individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang tuanya. Karakteristik
tersebut menyangkut fisik (struktur tubuh, warna kulit, dan bentuk rambut dan psikis
atau sifat-sifat mental (seperti emosi, kecerdasan, dan bakat).
Hereditas atau keturunan
merupakan aspek individu yang bersifat bawaan dan memiliki potensi untuk
berkembang. Seberapa jauh perkembangan individu itu terjadi dan bagaimana
kualitas perkembangannya, bergantung pada kualitas hereditas dan lingkungan
yang mempengaruhinya. Lingkungan merupakan faktor penting disamping hereditas
yang menentukan perkembangan individu. Lingkungan itu meliputi fisik, psikis,
sosial dan religius. Pada bab ini akan dibahas mengenai makna hereditas dan
lingkungan.
A.
Faktor Hereditas (Keturunan/Bawaan)
Hereditas merupakan faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai “totalitas
karakteristik individu yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan
ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen”.
Setiap individu memulai kehidupannya sebagai organisme
yang bersel tunggal yang bentuknya sangat kecil, garis tengahnya lebih 1/200
inci (1/80 cm). Sel ini merupakan perpaduan antara sel telur (ovum) yang
berasal dari ibu dan sperma (spermatozoid) yang berasal dari ayah. Di dalam
rahim, sel benih ini yang telah dibuahi terus bertambah besar dengan jalan
pembelahan sel menjadi organisme yang bersel dua, empat, delapan, dan
seterusnya sehingga setelah kurang lebih sembilan bulan menjadi organisme yang
sempurna.
Setiap sel tersebut memiliki inti sel (nukleus)
yang sangat kecil. Inti sel benih berlainan dengan sel yang lainnya (sel badan).
Sel-sel badan mempunyai fungsi menggerakkan otot, menghubungkan syaraf, menahan
keseimbangan dan sebagainya. Sedangkan sel benih mempunyai fungsi yang istimewa
dan khusus yaitu fungsi pertumbuhan (pembentukan organisme baru). Hanya sel-sel
benih yang menentukan penurunan sifat, sel-sel lain tidak menentukan sifat.
Setiap sel benih memiliki 48 kromosom, yaitu benda seperti
benang, yang berpasangan sebanyak 24 pasang. Tiap kromosom mengandung sejumlah
gen-gen (unsur-unsur keturunann atau faktor dasar dalam pembawaan). Gen-gen
inilah yang akan menetukan sifat-sifat individu, baik fisik maupun psikisnya,
jumlah gen-gen dalam satu sel telur yang telah dibuahi sebanyak 10.000 sampai
15.000.
Setelah terjadi pembuahan maka terjadilah perpaduan
kromosom yang jumlahnya menjadi 48 pasang. Perpaduan ini pun segera diikuti
oleh pembelahan diri menjadi dua organisme sehingga jumlah kromosom pada
sel-sel baru tersebut tetap 24 pasang. Diantara kedua organisme baru tersebut
terjadilah perjuangan yang lebih kuat dapat terus hidup. Pada akhirnya hanya
satu organisme yang berhasil hidup, maka akan lahir satu orang anak, tetapi
apabila keduanya berhasil mempertahankan hidupnya, akan lahir anak kembar.
Kembar yang berasal dari sel telur disebut “identical twins” (kembar
identik). Kembar identik ini memiliki sifat-sifat yang sama, demikian juga
jenis kelaminnya, keduanya laki-laki atau keduanya perempuan. Ada kemungkinan
bukan berasal dari satu sel telur tetapi dari dua sel telur yang sama kuat yang
keduanya dibuahi sperma. Kembar yang demikian disebut “fraternal twins”
(kembar bersaudara) kembar ini mungkin berbeda jenis kelamin tetapi mungkin
juga sama. Proses pembuahan itu meliputi:
1.
Proses Pembuahan Biasa (Normal)
Mengenai jenis kelamin dari hasil pembuahan, sangat
bergantung pada perpaduan antara kromosom. Pada pria ada pasangan kromosom “xy”
sedangkan pada wanita hanya memiliki pasangan “xx”. Apabila dalam pembuahan terjadi pasangan “xy” (x dari
wanita dan y dari laki-laki) maka anak yang akan lahir laki-laki sedangkan
apabila “xx” maka yang lahir wanita.
2.
Proses Pembuahan Kembar
Proses pembuahan kembar terdiri dari kembar identik
dan kembar bersaudara[1].
B.
Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah “keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi,
atau kondisi) fisik/alam atau sosial yang mempengaruhi atau dipengaruhi
perkembangan individu”. Faktor lingkungan yang akan dibahas pada paparan
berikut adalah lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya dan media massa.
1.
Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga dipandang sebagai faktor peenentu
utama terhadap perkembangan anak. Dalam
salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah Saw. bersabda:
“tiap bayi lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya
lah yang membuat ia menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti binatang yang
lahir sempurnaa., adakah engkau melihat mereka terluka pada saat lahir” (Aliah
Purwakania Hasan, 2006).
Alasan tentang pentingnya peranan keluarga bagi
perkembangan anak adalah: (a) keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang
menjadi pusat identifikasi anak; (b) keluarga merupakan lingkungan pertama yang
mengenalkan nilai-nilai kehidupan kepada anak; (c) orang tua dan anggota
keluarga lainnya merupakan “significant people” bagi perkembangan
kepribadian anak; (d) keluarga sebagai insitusi yang memfasilitasi dasar insani;
dan (e) anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga.
Orang tua mempunyai peranan sangat penting bagi tumbuh
kembangnya anak sehingga menjadi seorang pribadi yang sehat, cerdas, terampil,
mandiri, dan berakhlak mulia. Menurut Hamner & Turner (Adiasri T.A, 2008:
8) peranan orang tua yang sesuai dengan fase perkembangan anak adalah: (1) pada
masa bayi berperan sebagai perawat (caregiver); (2) pada masa kanak-kanak
sebagai pelindung (protector); (3) pada usia prasekolah sebagai pengasuh
(nurturer); (4) pada masa sekolah dasar sebagai sebagai pendorong (encourager);
dan (5) pada masa praremaja dan remaja berperan sebagai konselor (counsellor)[2].
2.
Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang
secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan/atau
pelatihan dalam rangka membantu para siswa agar mampu mengembangkan potensinya
secara optimal, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual,
emosional, sosial, maupun fisik-motoriknya.
Beberapa faktor lingkungan sekolah yang berkontribusi
positif terhadap perkembangan siswa atau anak di antaranya:
a.
Kejelasan visi, misi, dan tujuan yang akan dicapai.
b.
Pengelolaan atau manajerial yang profesional.
c.
Para personel sekolah memiliki komitmen yang tinggi
terhadap visi, misi, dan tujuan sekolah.
d.
Para personel sekolah memiliki semangat kerja yang
tinggi, merasa senang, disiplin, dan rasa tanggung jawab.
e.
Para guru memiliki kemampuan akademik dan professional
yang memadai.
f.
Sikap dan perlakuan guru terhadap siswa bersifat
positif: bersikap ramah dan respek terhadap siswa, memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berpendapat atau bertanya.
g.
Para guru menampilkan peranannya sebagai guru dalam cara-cara
yang selaras dengan harapan siswa, begitupun siswa menampilkan peranannya
sebagi siswa dalam cara-cara yang selaras dengan harapan guru.
h.
Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai,
seperti: kantor kepala dan guru, ruang kelas, ruang laboratorium (praktikum),
perlengkapan kantor, perlengkapan belajar mengajar, perpustakaan, alat peraga,
halaman sekolah dan fasilitas bermain, tempat beribadah, dan toilet.
i.
Suasana hubungan sosio-emosional antar pimpinan
sekolah, guru-guru, siswa, petugas administrasi, dan orang tua siswa
berlangsung secara harmonis.
j.
Para personel sekolah merasa nyaman dalam bekerja
karena terpenuhi kesejahteraan hidupnya.
Seiring dengan program pemerintah mengenai pendidikan
karakter, maka sekolah memiliki tanggung jawab untuk merealisasikannya melalui
pengintegrasian pendidikan karakter tersebut ke dalam program pendidikan secara
keseluruhan. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah diharapkan menjadi “centre
of nation character building” (pusat pembangunan karakter bangsa).
Pendidikan karakter ini bukan mata pelajaran, tetapi nilai-nilai karakter itu
harus ditanamkan kepada para peserta didik melalui proses pembelajaran di kelas
maupun di luar kelas.
3.
Kelompok Teman Sebaya
Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi
anak mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan dirinya. Melalui
kelompok sebaya, anak dapat memenuhi kebutuhannya untuk belajar berinteraksi
sosial (berkomunikasi dan bekerja sama), belajar menyatakan pendapat dan
perasaan, belajar merespons atau menerima pendapat dan perasaan orang lain,
belajar tentang norma-norma kelompok, dan memperoleh pengakuan dan penerimaan
sosial.
Pengaruh kelompok teman sebaya terhadap anak bisa
positif atau negatif. Apabila para anggota kelompok itu memiliki sikap dan
perilakunya positif atau berakhlak mulia, maka kemungkinan besar anak tersebut
juga akan berprilaku positif. Dan sebaliknya, apabila para anggota kelompoknya
berperilaku negatif atau menyimpang, kurang memiliki tatakrama, atau berakhlak
buruk, maka anak tersebut akan berprilaku positif.
Dewasa ini kita sering mendengar di media massa atau
melihat sendiri tentang perilaku anarkis atau tindak kriminal dari kelompok
remaja, seperti geng motor. Kelompok remaja ini terbentuk karena ada kesamaan
nasib, dan sikap konformitas di antara mereka, seperti sama-sama mengalami
masalah dalam keluarga (broken home), minat atau keinginan untuk tampil sama,
bergaya bahasa yang sama, gaya berpakaian yang relatif sama, dan sikap
solidaritas yang kuat.
Untuk mencegah terjadinya penyimpanagn perilaku
remaja, khususnya dalam kelompok teman sebaya, maka perlu diperhatikan beberapa
hal berikut:
a.
Orang tua perlu menjalin hubungan yang harmonis antara
mereka sendiri (suami-istri) dan mereka dengan anak. Hal ini perlu, karena pada
umumnya perilaku menyimpang anak disebabkan oleh keluarga yang tidak harmonis (broken
home).
b.
Orang tua perlu mencurahkan kasih sayang dan perhatian
kepada anak. Dengan kasih sayang ini anak merasa betah di rumah, sehingga dia
dapat mengurangi perhatiannya untuk bermain ke luar.
c.
Orang tua berdiskusi dengan anak tentang cara memilih
atau bergaul dengan teman.
d.
Orang tua harus menjadi suri teladan dan menanamkan
nilai-nilai akhlak mulia kepada anak, seperti persaudaraan, tolong menolong,
dan semangat dalam belajar.
e.
Sekolah sebagai lingkungan kedua setelah rumah, perlu
diciptakan sebagai lingkungan belajar yang memfasilitasi perkembangan siswa,
baik aspek fisik, intelektual, emosi, sosial, maupun moral-spiritual. Untuk
itu, penataan sekolah sebagai lingkungan belajar sangatlah penting. Penataan
itu menyangkut aspek sarana dan prasarana, seperti ruang kantor, kelas,
laboratorium, olahraga, kesenian, tempat ibadah, fasilitas pembelajaran, aspek human
relationship, seperti hubungan yang harmonis antara pimpinan sekolah dengan
guru, guru dengan guru, dan guru dengan siswa.
4.
Media Massa
Salah satu media massa yang dewasa ini sangat menarik
perhatian warga masyarakat, khususnya anak-anak sekolah adalah televisi.
Televisi sebagai media massa elektronik mempunyai misi untuk memberikan
informasi, pendidikan, dan hiburan kepada para pemirsanya. Dilihat dari sisi
ini televisi bisa memberikan dampak positif bagi warga masyarakat termasuk
anak-anak, karena melalui berbagai tayangan yang disajikannya mereka memperoleh
berbagai informasi yang dapat memperluas wawasan pengetahuan tentang berbagai
aspek kehidupan, hiburan baik yang berupa film maupun musik dan pendidikan,
baik yang bersifat umum maupun agama.
Tayangan-tayangan televisi itu di samping memberikan
dampak positif, juga telah memberikan dampak negatif terhadap gaya hidup warga
masyarakat taerutama anak-anak. Tayangan televisi yang berupa hiburan, baik
film maupun musik banyak yang tidak cocok ditonton oleh anak-anak.
Jika kita perhatikan tayangan-tayangan film dan musik
terutama dangdut di televisi dewasa ini semakin banyak yang tidak memedulikan
norma agama atau akhlak mulia. Tidak sedikit aktor-aktris atau para biduan yang
dalam penampilannya senang berpakaian dan bergaya tidak senonoh (berbau porno,
buka-buka aurat), atau adegan-adegan film yang mempetontonkan kekerasan (sadis
dan agresif), pornoaksi, tahayul, khurafat, mistik, atau kemusyrikan. Di
samping itu, banyak juga beredar VCD porno yang bebas dibeli oleh masyarakat,
termasuk juga remaja. Dampak dari itu semua, berkembang perilaku susila di
kalangan masyarakat, seperti pemerkosaan, hubungan seksual di luar nikah (free
sex), bahkan kehidupan prostitusi (pelacuran) di kalangan siswa sekolah
pertama dan atas.
Dalam menyikapi tayangan televisi ini, Conny R.
Semiawan (1998/1999: 139) mengemukakan, bahwa “Sayangnya tidak semua
tayangan-tayangan tontonan itu cocok ditonton oleh anak. Beberapa di antaranya
bahkan ada yang bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan anak. Bukan
hanya mengganggu terhadap jam belajarnya yang berkurang, tetapi lebih parah
lagi dapat merangsang berkembangnya perilaku-perilaku negatif pada anak”.
Sigelmen dan Shaffer (1995) mengemukakan bahwa
televisi itu memiliki pengaruh yang negatif dan positif. Pengaruh yang negatif
ditunjukkan dari hasil penelitian, bahwa anak-anak yang menonton tayangan
kekerasan dalam televisi perilakunya cenderung agresif. Sementara itu, televisi
juga dapat memberikan pengaruh yang positif kepada anak, yaitu apabila tayangan
yang ditonton anak adalah program yang baik, seperti tayangan prosocial
behaviour (tingkah laku sosial yang positif, seperti membantu orang lain
dan kerja sama/kooperasi), maka anak cenderung berperilaku proposial.
Meskipun kita sudah tau dampak negatif televisi bagi
anak, tetapi tidak mungkin kita melarang anak untuk menontonnya. Sebagai jalan
keluarnya, santrock dan yussen(conny R. Semiawan, 1998: 1390) mengemukakan
saran-saran dari Dorothy dan singer, tentang bagaimana membimbing anak dalam
menonton TV, yaitu sebagai berikut.
a.
Kembangkan kebiasaan nonton yang baik sejak awal
kehidupan anak.
b.
Doronglah anak untuk menonton program-program khusus
secara terencana, bukan menonton sembarangan
program. Aktiflah bersama anak disaat menonto program-program yang
terencana tersebut.
c.
Carilah program-program yang menonjolkan peran anak
dalam kelompok usianya.
d.
Menonton TV hendaknya tidak digunakan untuk mengganti
kegitan lain.
e.
Lakukan pembicaraan dengan anak tentang tema-tema yang
sensitif. Berilah mereka kesempatan untuk kesempatan untuk bertanya tentang program tersebut.
f.
Seimbangkan antara aktivitas membaca (belajar) dengan
menonton teelevisi. Anak-anak dapat menindaklanjuti program-program tersebut.
g.
Bantulah anak dalam mengembangkan jadwal menonton yang
seimbang anatara program pendidikan, aksi, komedi, seni, fantasi, olahraga, dan
seterusnya.
h.
Tunjukkan contoh-contoh positif yang menunjukkan
bagaimana etnik (suku bangsa, sunda, jawa, padang, dan suku-suku lainnya) yang
bervariasi dan kelompok budaya berkontribusi (memberi sumbangan) dalam
menciptakan suatu masyarakat yang lebih baik.
i.
Tunjukkan contoh-contoh positif dari wanita yang
kompeten, baik di rumah maupun dalam profesi[3].