KAJIAN TERHADAP BEBERAPA MODEL PENDEKATAN STUDI ISLAM
Abstrak:
A.
Pendahuluan
Sebagai agama, Islam tidak datang dalam ruang hampa. Islam hadir pada suatu
masyarakat yang berbudaya dengan seperangkat keyakinan, tradisi, dan berbagai
praktik kehidupan. Masyarakat tempat Islam datang saat itu bukannya tanpa
ukuran moralitas, justru mereka memiliki kriteria atau standar nilai dan
moralitas tertentu, namun pada beberapa tataran dianggap telah mengalami
penyimpangan.[2]
Studi Islam merupakan salah satu studi yang mendapatkan perhatian luas dari
kalangan ilmuan, baik ilmuan barat maupun ilmuan timur. Jika ditelusuri secara
mendalam, dapat diketahui bahwa minat studi Islam mulai marak sejak pertengahan
kedua abad ke-19. Problem utama yang dihadapi umat Islam ketika mengkaji Islam
bukan teletak pada kurangnya penguasaan materi, namun lebih pada cara-cara
penyajian terhadap materi yang dikuasai. Harun Nasution mengatakan bahwa
kelemahan di kalangan umat Islam dalam mengkaji Islam secara komprehensif
adalah tidak menguasai metodologi.[3]
Upaya menjadikan Islam
sebagai disiplin ilmu merupakan suatu keniscayaan, sebab sumber-sumber
pengetahuan dalam Islam tak terhingga banyaknya. Problem yang mengemuka
biasanya bukan terletak pada materi (ontologis) dan nilanya (aksiologis),
melainkan pada masalah bagaimana materi itu disuguhkan secara ilmiah
(epistimologis). Untuk menghilangkan problem itu maka perlu membangun paradigma
atau metodologi keilmuan sendiri dalam Islam.[4]
Berkenaan dengan dijadikannya Islam sebagai objek
penelitian dan menjadi sebuah ilmu pengetahuan tersendiri maka disini akan
mengkaji beberapa model pendekatan studi Islam itu sendiri, diantaranya adalah
pendekatan teologis normatif, pendekatan historis, pendekatan sosiologis,
pendekatan antropologis, pendekatan psikologis, dan pendekatan filosofis. Dari
beberapa pendekatan tersebut menunjukkan suatu sikap ilmiah (persepsi) dari
seseorang untuk menemukan kebenaran ilmiah.[5]
B.
Pendekatan Teologis Normatif
Sebelum kita mengenal seperti apa pendekatan teologi dalam studi Islam,
alangkah baiknya jika kita mengetahui apa itu teologi. Teologi secara bahasa terdiri dari kata theos
yang bermakna Tuhan dan logos yang
berarti ilmu. Sebab itu teologi merupakan ilmu yang membicarakan tentang Tuhan
atau ilmu ketuhanan.[6]
Pendekatan teologis nomatif dalam pemahaman keagamaan adalah pendekatan
yang menekankan dalam bentuk forma atau simbol-simbol keagamaan yang
masing-masing bentuk forma atau simbol-simbol keagamaan yang masing-masing
bentuk forma atau simbol-simbol keagamaan tersebut mengklaim dirinya sebagai
yang paling benar sedankan yang lainnya salah.[7]
Ada beberapa aliran teologi yang
terdapat subaliran yang antara satu dan lainnya jumlahnya tidak sama. Pada
masing-masing subaliran tersebut ada yang tergolong ekstrem dan ada juga yang
tergolong moderat. Pada golongan yang tergolong ekstrem ini terkadang ada hal
yang kurang pas dari segi implikasinya terhadap kukuhnya keagamaan dan moral
seseorang. [8]
Seperti aliran murjiah yang mempunyai paham bahwasanya yang dipentingkan itu
hanyalah iman dan apabila ada perbuatan lahiriah yang sampai menunjukkan
kekafiran pada dirinya maka disitu tidaklah berpengaruh. Aliran yang semacam
ini tentu saja penting untuk diketahui tapi bukan berarti untuk mengamalkan apa
yang ada pada paham atau aliran tersebut, karena apabila hal itu sampai
dilaksanakan maka akan mempengeruhi tumbuhnya akhlah yang tidak baik.
Dari uraian tersebut terlihat
bahwasanya pendekatan teologi disini untuk memahami agama cendrung bersikap
tertutup, tidak ada dialog, parsial, saling menyalahkan, saling mengkafirkan,
yang pada akhirnya terjadi pengkotak-kotakan umat, tridak ada kerjasama dan
tidak terlihat adanya kepedulian sosial. Dengan pendekatan yang semacam itu,
agama cendrung hanya merupakan keyakinan dan pembentuk sikap keras serta tampak
asosial. Melalui pendekatan teologi ini agama menjadi buta terhadap
masalah-masalah sosial dan cendrung menjadi lambang atau identitas yang tidak
memiliki makna.[9]
Pendekatan teologis dalam memamahami
agama menggunakan cara berpikir deduktif, yaiktu cara berpikir yang berawal
dari keyakinan yang diyakini benar dan mutlak adanya, karena ajaran yang
berasal dari Tuhan sudah pasti benar, sehingga tidak perlu dipertanyakan
terlebih dahulu melainkan dimulai dari keyakinan yang selanjutnya diperrrrkuatr
dengan dalil-dalil dan argumentasi.[10]
Akan tetapi dengan memiliki
pendekatan teologi tesebut, maka ummat Islam akan memiliki pandangan keIslaman
yang inklusif, toleran, akomodatif, dialogis, terbuka, rasional, komprehensif
dan moderat. Dengan adanya sikap dan pandangan yang seperti itu, maka adanya
berbagai aliran dengan pahamnya yang beragam tidak akan menimbulkan konflik dan
perpecahan, melainkan akan mendatangkan berbagai keuntungan bagi umat, yakni
akan menjadi sebuah kekayaan yang akan semakin mendewasakan dan memperkaya
wawasan dan pemikiran ummat.[11]
C.
Pendekatan Historis
Historis atau sejarah adalah
suatu ilmu yang membahas bebagai peristiwa yang didalamnya ada unsure tempat,
waktu, objek, latar belakang, dan pelaku peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini,
segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi,
dimana, apa sebabnya, dan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.[12]
Pendekatan historis ialah meninjau
suatu permasalahan dari sudut tinjauan sejarah, dan menjawab permasalahan serta
menganalisisnya menggunakan metode analisis sejarah. Di dalam studi Islam,
permasalahan atau seluk beluk dari ajran agama Islam dan pelaksanaan serta perkembangannya dapat ditinjau dan
dianalisis dala kerangka perspektif kesejarahan yang demikian itu.[13]
Pendekatan kesejarahan ini sangat
dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri turun dalam situasi
yang konkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan. Melalui pendekatan sejaah ini
seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan
penerapan suatu peristiwa. Dari sini, maka seseorang tidak akan memahami agama
keluar dari konteks historisnya, karena pemahaman demikian itu akan menyesatkan
orang yang memahaminya. [14]
Pentingnya pendekatan ini ialah
karena rata-rata disiplin keilmuan dalam Islam tidak terlepas dari berbagai
peristiwa atau sejarah. Baik yang berhubungan dengan waktu, lokasi dan format
peristiwa yang terjadi. Melalui pendekatan historis dalam studi Islam kita
mendapatkan manfaat yang sangat berharga, untuk merumuskan dengan benar
berbagai kajian keIslaman dengan tepat berkenaan dengan suatu peristiwa. Dari
sini maka seseorang tidak akan memahami agama keluar dari konteks historisnya.[15]
D.
Pendekatan Sosiologis
Sosiologi berasal dari dua kata yakni Socious yang mempunyai makna
masyarakat dan Logos yang berarti ilmu, sehingga sosiologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang semua yang berhubungan dengan masyarakat. Sedangkan
para sosiolog sepakat meberikan makna dari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
yang mempelajari masyarakat secara empiris untuk mencapai hukum kemasyarakatan
yang seumum-umumnya.[16]
Sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami
agama. Hal demikian dapat dimengerti, karena banyak bidang kajian agama yang
baru dapat dipahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa
bantuan dari ilmu sosiologi. Melalui pendekatan
sosiologis agama akan dapat dipahami dengan mudah, karena agama itu sendiri
diturunkan untuk kepentingan sosial.[17]
Pentingnya pendekatan
sosiologis dalam memahami agama dapat difahami karena banyak sekali ajaran
agama yang berkaitan
dengan masalah sosial. Besarnya perhatian agama terhadap masalah sosial ini,
selanjutnya mendorong kaum agama memahami ilmu sosial sebagai alat untuk
memahami agamanya. Jalaluddin Rahmat telah menunjukkan betapa besarnya
perhatian agama yang dalam hal ini adalah Islam terhadap masalah sosial.[18]
Seperti halnya yang sering kita temui pada ayat-ayat al-quran yang banyak
menerangkan tentang ayat muamalah atau sosial yakni tentang hubungan manusia
dengan manusia lainnya. Pendekatan
sosiologis disini mempunyai peran penting dalam penelitian agama, karena agama
tidak hanya dimaknai sebagai doktrin yang dogmatis, namun juga sebagai realitas
sosial masyarakat pemeluk agama tersebut.[19]
Pendekatan sosiologis dalam studi Islam
pada dasarnya sangat berguna bagi pengembangan ajaran agama Islam berkaitan
dengan persoalan masyarakat. Karena melihat perkembangan pada zaman modern ini,
pendekatan sosiologis disini menjadi sangat berguna bagi masyarakat muslim yang telah jauh tertinggal dari dunia
barat. Dan pendekatan sosiologis ini juga merupakan pendekatan yang paling
tepat untuk dapat memahami pola-pola dan gerak-gerik yang terjadi dalam sebuah
masyarakat.[20]
Namun dewasa ini kajian
sosiologi agama tidak hanya fokus terhadap interaksi timbal balik, akan tetapi
ada kecenderungan kajian bergeser pada pengaruh agama terhadap tingkah laku
masyarakat. Artinya kajian sosiologi agama mencakup bagaimana agama sebagai
sistem nilai mempengaruhi tingkah laku masyarakat.[21]
E.
Pendekatan Antropologi
Terlebih dahulu perlu dicatat, bahwa dengan meletakkan agama sebagai
sasaran penelitian budaya tidaklah berarti agama yang diteliti itu adalah hasil
kreasi budaya manusia. Sebagian agama tetap diyakini sebagai wahyu dari Tuhan.
Yang dimaksudkan, bahwa pendekatan yang digunakan disini adalah pendekatan
penelitian yang lazim digunakan dalam penelitian budaya atau antropologi.[22]
Antropologi adalah salah satu disiplin ilmu dari cabang ilmu sosial yang
memfokuskan kajiannya pada kebudayaan yang diciptakan oleh manusia.[23]
Antropologi merupakan ilmu tentang
manusia dan budayanya. Maksud dari manusia disini adalah homo sapiens (makhluk
berpikir yang hidup dalam berbagai lingkungan dan ekosistem). Antropologi
disini bergerak untuk memahami makna dan hakikat gejala didalam dan bagi
kehidupan manusia, baik individual maupun kolektif.[24]
Persoalan antropologi itu sendiri
adalah Islam yang mengejawantah dan masyarakat dalam bentuk kebudayaan, atau
masyarakat yang mengambil Islam sebagai agama, yakni sebagai dasar bagi
ekspresi keseharian mereka.[25]
Sehingga antropologi disini diperlukan untuk memahami Islam, sebagai alat untuk
memahami realitas kemanusiaan dan memahami Islam yang telah dipraktikkan yang
menjadi gambaran sesungguhnya dari keberagamaan manusia. Antropologi memberikan
pemahaman yang khusus berkenaan dengan cara hidup dan perilaku manusia dan
lingkup antrropologi itu sendiri mencakup seluruh aspek kehidupan sehari-hari. [26]
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik
keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini
agama tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan
jawabannya. Antropologi dalam kaitan ini lebih mengutamakan pengamatan langsung
bahkan sifatnya partisipatif.[27]
Pendekatan ini sangat ditekuni oleh
para ahli antropologi untuk memahami perilaku yang tak dapat diukir secara
kuantitatif, karena dapat digunakan untuk memahami berbagai aspek perilaku
manusia beragama secara kualitatif, sebagaimana halnya keimanan, keikhlasan,
keakraban, dan lain-lain konsep yang dibangun dalam kehidupan manusia beragama
dapat lebih dipahami sebagai realitas sosial.[28]
Antropologi disini berusaha mengkaji
hubungan agama dengan pranata sosial yang terjadi dalam masyarakat, mengkaji
hubungan agama dengan ekonomi dan politik. Dari pendekatan ini juga dapat
diketahui bahwasanya doktrin dan fenomena keagamaan tertanyata tida bediri
sendiri dan tidak pernah lepas dari jaringan institusi atau kelembagaan sosial
kemasyarakatan yang mendukung keberadaannya.[29]
F.
Pendekatan Psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa adalah
ilmu yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat
diamatinya. Menurut Zakiah Dradjat yang dikutip oleh Rosihon Anwar dkk,
perilakuseseorang yang tampak lahiriah terjadi karena dipengaruhi oleh
keyakinan yang dianutnya. Sikap seseorang yang ketika berjumpa saling mengucapkan
salam, hormat kepada kedua orang tua dan guru, menutup aurat bagi muslimah,
rela berkoban untuk kebenaran, dran lain sebagainya merupakan gejala-gejala
keagamaan yang dapat dijelaskan melalui ilmu jiwa agama. Ilmu jiwa agama
seperti yang dikemukakan oleh Zakiah Dradjat tidak akan mempersoalkan benar
tidaknya suatu agama yang dianut seseorang, melainkan yang dipentingkan adalah
bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruhnya dalam perilaku
penganutnya.[30]
Dengan ilmu jiwa ini seseorang akan
mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami, dan diamalkan juga
dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama kedalam jiwa seseorang
sesuai dengan tingkatan usianya. Dengan
ilmu ini agama akan menemukan cara yang tepat dan cocok untuk menanamkannya.[31]
Seperti halnya ilmu-ilmu yang lain,
ilmu psikologi juga dapat dipakai untuk mengkaji gejala kebeagamaan masyarakat,
termasuk didalamnya masyarakat muslim. Apa yang dikaji oleh studi Islam dengan
pendekatan psikologi merupakan hubungan antara agama dengan jiwa manusia.[32]
Karena disini yang bisa menjawab dari pertanyaan pengaruh kejiwaan terhadap
kehidupan beragama atau bahkan sebaliknya hanyalah dengan pendekatan
psikologi agama.
Pendekatan psikologi agama mempunyai
peranan penting dan memberikan banyak sumbangan dalam studi Islam. Psikologi
agama berguna untuk mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami, dan
diamalkan seorang muslim. Semisal dari pendekatan psikologi agama ini kita bisa
mengetahui pengaruh dari solat, puasa, zakat, haji serta ibadah-ibadah yang
lain yang dilakukan oleh ummat muslim.[33]
Karena psikologi disini mempelajari tentang jiwa manusia dan pendekatan
psikologi dalam kajian agama bertujuan untuk mengetahui keadaan jiwa manusia
yang beragama.
G.
Pendekatan Filosofis
Kata filsafat berasal dari bahasa Inggris philosophy dan bahasa
Yunani philosophia yang sama-sama mempunyai arti sebagai cinta
kebijaksanaan atau cinta kebenaran. Karena philos yang mempunyai makna
“cinta” dan sophia yang berarti “kebijaksanaan atau kebenaran”.
Akan tetapi Harun Nasution berpendapat bahwasanya kata filsafat itu berasal
dari bahasa arab falsafa karena orang aab lah yang telebih dahulu datang
dan mempengaruhi bahasa indonesia daripada orang Yunai dan bahasa Inggris. Oleh
sebab itu, ia konsisten menggunakan kata falsafat di dalam karya-karyanya dari
pada kata filsafat.[34]
Seperti apapun dan dari manapun asal kata dari filsafat, disini filsafat
sangatlah berpengaruh terhadap agama sehingga filsafat dijaikan suatu
pendekatan atau metode dalam penelitian suatu agama termasuk agama Islam.
Hubungan filsafat dan agama menjadi
perhatian bagi para tokoh filsuf seperti, al-kindi, al-Farabi, dan Ibnu Sina.
Bagi al-Kindi, filsafat dan agama samawi tidak bisa bertentangan. Filsafat
membahas kebenaran dan wahyu membawa informasi tentang kebenaran. Disamping
sama-sama membahas kebenaran agama dan filsafat juga sama-sama menggunakan akal
ketika mencari kebenaran. Filsafat membahas kebenaran pertama dan agama
enjelaskan tentang kebenaran yang pertama. Sekalipun filsafat dan agama
mempunyai kesamaan dalam membahas suatu kenbenaran akan tetapi al-Farabi
mengatakan bahwsanya ilmu filsafat tidak boleh dibocorkan kepada orang awam
karena al-Farabi menganggap bahwasanya filsafat dapat mengganggu keyakinan
orang awam. Selanjutnya Ibn Rusyd berpendapat bahwasanya setiap orang itu
mempunyai kewajiban untuk berfilsafat atau sunnah dalam berfilsafat, karena
dalam ayat-ayat al-Qur’an mengandung makna memperhatikan, merenungkan, lalu
berpikir tentang wujud dan alam sekitarnya untuk mengetahui Tuhan. Lalu Ibn
Rusyd menambahkan, jika pendapat akal ertentangan dengan wahyu maka teks wahyu
harus diberi interpretasi sedeikian rupa, sehingga sesuai dengan pendapat akal.
Karena menurut Ibn Rusyd ayat-ayat al-Qur’an selain mengadung arti lahir disitu
juga mengandung arti batin.[35]
Filsafat merupakan bagian dari
kajian studi Islam yang memiliki peran dan fungsi yang sangat penting. Selain
akan memperkuat akidah, ibadah dan akhlak, filsafat juga akan membantu manusia
dalam menemukan substansi, spirit, jiwa, power, dan hikmah yang terkandung
dalam ajaran Islam. Maka mempelajari filsafat Islam merupakan hal yang wajib
atau sekuang-kuangnya dianjurkan.[36]
Pendekatan filosofis yang
dimaksudkan adalah melihat suatu permaslahan dari sudut tinjauan filsafat dan
berusaha untuk menjawab dan memecahkan permasalahan itu dengan menggunakan
metode analisis spekulatif. Pada dasarnya filsafat adalah berpikian untuk memecahkan
masalah atau pertanyaan dan menjawab suatu persoalan. Cara kerja pendekatan
filosofis memerlukan bantuan, baik dari agam maupun ilmu pengetahuan, namun
filsafat tidak mau menerima segala bentuk otoritas, baik dari agama maupun ilmu
pengetahuan. Filsafat selalu memikirkan kembali atau mempertanyakan segala
sesuatu yang datang secara otoritatif. [37]
Dengan menggunakan pendekatan
filosofis seseorang akan dapat memberi makna terhadap sesuatu yang dijumpainya
dan dapat pula menangkap hikmah dan ajaran yang terkandung didalamnya. Melalui
pendekatan filosofis ini, seseorang tidak akan terjebak dengan pengamalan agama
yang bersifat formalistik, yakni mengamalkan agama dengan susah payah tapi
tidak memiliki makna apa-apa, kosong tanpa arti.[38]
Dalam artian apa yang mereka dapatkan dari pengamalan agama tersebut hanya formalistik
belaka tanpa dapat merasakan atau efek spiritual dari apa yang telah mereka
amalkan.
H.
Penutup
Studi Islam adalah disiplin ilmu
yang mengkaji tentang keislaman dan menjadikan islam sebagai objek penelitian dengan menggunakan beberapa metodologi atau
pendekatan, seperti halnya yang telah dijelaskan diatas. Ada beberapa
pendekatan yang bisa dipakai atau digunakan untuk metodologinya, diantaranya
ialah pendekatan teologi normatif yang mana dalam pendekatan ini lebih
menekankan pada bentuk forma dan simbol-simbol keagmaan yang menyatakan bahwa
dirinya benar sedangkan yang lain salah.
Bisa juga menggunakan pendekatan Historis yang mana dalam pendekatan ini
kita lebih mempelajari peristiwa-peristiwa yang lampau karena islam tidak
pernah lepas dari peristiwa atau sejarah sehingga dalam pendekatan ini dalam
memahami suatu agama tidak akan keluar dari konteks sejarah. Selanjutnya adalah
pendekatan sosiologis yang dalam
memahami agama dapat difahami karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Besarnya perhatian agama terhadap masalah
sosial ini, selanjutnya mendorong kaum agama memahami ilmu sosial sebagai alat
untuk memahami agamanya.
Lalu ada juga pendekatan antropologis yang mana dalam
pendekatan ini memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama
dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat. Seperti budaya atau tradisi yang diciptakan oleh masyarakat itu
sendiri. Dilanjutkan dengan pendekatan psikologis yang dalam pendekatan ini
mengkaji agama dengan menjawab dari pertanyaan bagaimana pengaruh kejiwaan
terhadap kehidupan beragama atau bahkan sebaliknya yakni pengaruh agama
terhadap kejiwaan setiap manusia.
Yang terakhir ialah pendekatan filosofis, yakni suatu pendekatan yang
membuat seseorang bisa memberi makna terhadap sesuatu yang dijumpainya dan
dapat pula menangkap hikmah dan ajaran yang terkandung didalamnya. Melalui pendekatan filosofis ini, seseorang tidak akan terjebak
dengan pengamalan agama yang bersifat formalistik.
I.
Daftar Pustaka
Anwar Rosihon dan Badruzzaman. M. Yunus dkk, Pengantar Studi Islam,
(Bandung: Pustaka Setia, 2009).
Arfa Faisar Anandar dan Syafruddin Syam, Metode Studi Islam:
Jalan Tengah Memahami Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015).
Baharun Hasan dan Akmal Mundiri, Metodologi Studi Islam:
Percikan Pemikiran Tokoh dalam Membumikan Agama, (Jogjakata: Ar-Ruzz Media,
2011).
Bakhtiar Amsal, Filsafat Ilmu, (Jakarta:
PT Raja Grafindo, 2007).
Hendropuspito D., Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius,
2006).
Khoiruddin Arif, “Pendekatan Sosiologi dalam Studi Islam”, Tribakti:
Jurnal Pemikian KeIslaman, Vol. 25, No. 2, (September, 2014).
Mudzhar Atho, Pendekatan Studi Islam dalam
Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 20011).
Muhaimin, Studi Islam dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan, (Jakarta:
Kencana, 2014).
Mujib Abdul, “Pengembangan Psikologi Islam
Melalui Pendekatan Studi Islam”, Jurnal Psikologi Islam, Vol. 1, No. 1,
(Juni, 2005).
Nata Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2014).
Nata Abuddin, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Kencana,
2011).
Susanto Edi, Dimensi Studi Islam Kontemporer, (Surabaya:
Pena Salsabila, 2014)
[1] Fakultas
Syari’ah IAIN Madura
[3]
Rosihon Anwar dan Badruzzaman. M. Yunus dkk, Pengantar Studi Islam,
(Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm 59
[4] Abdul Mujib, “Pengembangan Psikologi Islam Melalui Pendekatan Studi Islam”,
Jurnal Psikologi Islam, Vol. 1, No. 1, (Juni, 2005), hlm 2
[5]
Rosihon Anwar
dan Badruzzaman. M. Yunus dkk, Pengantar Studi Islam, (Bandung: Pustaka
Setia, 2009), hlm 72
[6]
Faisar Anandar
Arfa dan Syafruddin Syam, Metode Studi Islam: Jalan Tengah Memahami Islam,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm 106
[7] Abuddin Nata, Metodologi
Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hlm 29
[8] Abuddin Nata, Studi
Islam Komprehensif, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm 281
[9] Abuddin Nata, Metodologi
Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hlm 32
[11] Abuddin Nata, Studi
Islam Komprehensif, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm 282.
[12] Rosihon Anwar
dan Badruzzaman. M. Yunus dkk, Pengantar Studi Islam, (Bandung: Pustaka
Setia, 2009), hlm 90
[13] Muhaimin, Studi
Islam dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm 12
[15] Faisar Anandar
Arfa dan Syafruddin Syam, Metode Studi Islam: Jalan Tengah Memahami Islam,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm 150
[18] Arif
Khoiruddin, “Pendekatan Sosiologi dalam Studi Islam”, Tribakti: Jurnal
Pemikian KeIslaman, Vol. 25, No. 2, (September, 2014), hlm 403
[19] Edi Susanto, Dimensi
Studi Islam Kontemporer, (Surabaya: Pena Salsabila, 2014) hlm 95
[20] Faisar Anandar
Arfa dan Syafruddin Syam, Metode Studi Islam: Jalan Tengah Memahami Islam,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm 164
[21] Arif
Khoiruddin, “Pendekatan Sosiologi dalam Studi Islam”, Tribakti: Jurnal
Pemikian KeIslaman, Vol. 25, No. 2, (September, 2014), hlm 401
[22] Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 20011), hlm 37
[23]
Hasan Baharun
dan Akmal Mundiri, Metodologi Studi Islam: Percikan Pemikiran Tokoh dalam
Membumikan Agama, (Jogjakata: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm 232
[24] Edi Susanto, Dimensi
Studi Islam Kontemporer, (Surabaya: Pena Salsabila, 2014) hlm 104
[26] Hasan Baharun
dan Akmal Mundiri, Metodologi Studi Islam: Percikan Pemikiran Tokoh dalam
Membumikan Agama, (Jogjakata: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm 235
[27] Abuddin Nata, Metodologi
Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hlm 35
[28] Faisar Anandar
Arfa dan Syafruddin Syam, Metode Studi Islam: Jalan Tengah Memahami Islam,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm 171
[30]
Rosihon Anwar
dan Badruzzaman. M. Yunus dkk, Pengantar Studi Islam, (Bandung: Pustaka
Setia, 2009), hlm 94
[31] Abuddin Nata, Metodologi
Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hlm 51
[32] Faisar Anandar
Arfa dan Syafruddin Syam, Metode Studi Islam: Jalan Tengah Memahami Islam,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm 177
[35] Abuddin Nata, Studi
Islam Komprehensif, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm 304-305
[37] Muhaimin, Studi
Islam dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm 13
[38] Abuddin Nata, Metodologi
Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hlm 45