Manajemen Pelatihan
( Silabus dan pelaksanaan instruksional pelatihan )
ACH FAUZAN (20160701040009)
Manajemen Pendidikan Islam, Tarbiyah, IAIN MADURA
Email:achfauzan130@gmail.com
ABSTRAK
Sistem pendidikan yang tercantum dalam
undang-undang no. 20 tahun 2003 menyatakan dengan jelas bahwa pendidikan
dilakukan secara terencana yang menitik beratkan pada potensi siswa untuk
tercapainya suatu tujuan yang diharapkan yaitu: pengetahuan, keterampilan, dan
sikap. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sebuah proses pembelajaran
yang baik. Pelatihan dan pengembangan mempunyai peran penting untuk
meningkatkan kinerja para karyawan untuk meningkatkan SDM yang lebih bermutu.
Dengan begitu diperlukan sebuah kisi-kisi untuk mempermudah karyawan dalam
mencapai tujuan secara efektif. Dimana kisi-kisi adalah suatu format yang
matriks yang memuat kriteria tentang soal-soal yang diperlukan atau yang hendak
disusun. Kisi-kisi juga dapat diartikan test blue-print atau table of
specification merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan.
Kata Kunci : Silabus dan pelaksanaan instruksional pelatihan.
ABSTRACT
Education system
used in law no. 20 of 2003 states clearly that education is carried out in a
planned manner that focuses on the potential of students to achieve the
expected goals, namely: knowledge, skills and attitudes. To achieve that goal,
a good learning process is needed. Existing training and development to improve
the performance of employees to improve more qualified human resources. That
way we need a grid to facilitate employees in achieving their goals
effectively. Where the grid is a matrix format that focuses on the questions
that need or are to be arranged. The grid can also be interpreted as a
blue-print test or a specification table is a description of the competence and
material to be tested.
PENDAHULUAN
Pada hakekatnya setiap individu maupun kelompok
selalu di tuntut untuk belajar dan meningkatkan kemampuannya agar dapat
mempertahankan hidupnya, karena dengan belajar akan menghasilkan perubahan,
yaitu didapatkan kemampuan yang baru yang berlaku untuk waktu yag relatif lama.
Salah satu peningkatan kemampuan ataupun proses belajar antara lain melalui
kegiatan pelatihan.
PENGERTIAN PELATIHAN
Istilah pelatihan merupakan terjemahan dari kata (traning)
dalam bahasa inggris. Secara harfiah akar kata traning adalah (tran)
yang berarti 1. Memberi pelajaran dan praktik, 2. Menjadikan berkembang dalam
arah yang dikehendaki, 3. Persiapan, 4. Praktis. Jadi, Pelatihan adalah proses
meningkatkan pengetetahuan dan keterampilan karyawan. Pelatihan juga mungkin
meliputi pengubahan sikap sehingga karyawan dapat melakukan pekerjaanya lebih
efektif.[1]
Banyak pengertian pelatihan yang dikemukakan para
ahli antara lain sebagai berikut:
a.
Menurut inpres no 15 tahun 1974 tentang
pelaksanaan keppres nomer 34 tahun 1972: pelatihan adalah bagian dari
pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
keterampilan diluar sistem pendidikan yang belaku, dalam waktu yang relatif
singkat dan metodenya mengutamakan praktek dari pada teori.
b.
Berdasarkan kep. Menkes RI Nomor 725 / menkes / SK
/ V / 2003: pelatihan adalah proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan
kinerja, prfesionalisme dan atau menunjang pengembangan karier tenaga kesehatan
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
c.
Menurut H. Jhon Bernadin dan Joyce E.A. Russel,
Mc. Grill Hills, (1993:297): pelatihan merupakan beberapa usaha untuk
memperbaiki performance pegawai di tempat kerjanya atau yang berhubungan
dengan hal tersebut. Agar efektif pelatihan harus melibatkan pengalaman
belajar, merupakan rencana organisasi dan dibentuk untuk mengetahui
kebutuhan-kebutuhan. Jadi pelatihan harus dirancang untuk memenuhi tujuan
organisasi yang dihubungkan dengan tujuan pegawai.
d.
Menurut Bambang Wahyudi, (1994:125): pendidikan
atau belajar merupakan perubahan tingkah laku secara relatif permanen sebagai
hasil dari pengalaman dan pelatihan yang dilakukan. Pemahaman tentang teori
belajar akan sangat berguna dalam pemahaman tentang teori belajar akan sangat berguna
dalam menjamin keberhasilan suatu program pelatihan.
e.
Dengan demikian pelatihan adalah suatu proses yang
sistematis untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dari sikap yang
diperlukan dalam melaksanakan tugas seseorang serta diharapkan akan dapat
mempengaruhi penampilan kerja baik orang yang bersangkutan maupun organisasi
tempat kerja.[2]
KISI-KISI PELATIHAN
kisi-kisi adalah suatu format yang matriks yang
memuat kriteria tentang soal-soal yang diperlukan atau yang hendak disusun.
Kisi-kisi juga dapat diartikan test blue-print atau table of
specification merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan.
Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai
petunjuk dalam menulis soal.
Adapun fungsi kisi-kisi soal adalah sebagai
berikut:
a)
Panduan/pedoman dalam penulisan soal yang hendak
disusun,
b)
Penulis soal akan menghasilkan soal-soal yang
sesuai dengan tujuan test,
c)
Mata pelajaran,
d)
Kelas/semester,
e)
Jumlah soal,
f)
Materi pelatihan,
g)
Bentuk soal.[3]
MENYUSUN SILABUS PELATIHAN
Silabus merupakan pegangan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran yang sifatnya masih umum. Silabus tersebut sebaiknya disusun
sebagai program yang harus di capai selama satu semester atau satu tahun
ajaran. Untuk pegangan dalam jangnka waktu yang lebih pendek, guru harus
membuat program pembelajaran yang disebut rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP). RPP merupakan satuan atau unit program pembelajaran terkecil untuk
jangka waktu mingguan atau harian yang berisi rencana penyampaian suatu pokok
atau satuan bahasan tertentu atau satu tema yang akan dibahas.
1. Rekrutmen peserta
pelatihan
Rekrutmen peserta dapat menjadi kunci yang bisa
menentukan keberhasilan langkah selanjutnya dalam pelatihan. Dalam rekrutmen
ini penyelenggara menetapkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh
peserta terutama yang berhubungan dengan karakteristik peserta bisa dilihat
secara internal dan eksternal. Yang termasuk karakteristik internal di
antaranya adalah kebutuhan, minat, pengalaman, tugas, pekerjaan, dan
pendidikan. Sedangkan yang tergolong karakteristik eksternal adalah lingkungan
keluarga, status sosial, pergaulan, dan status ekonomi.
2. Identifikasi
kebutuhan pelatihan
Identifikasi kebutuhan belajar adalah kegiatan
mencari, menemukan, mencatat, dan mengelolah data, tentang kebutuhan belajar
yang diingikan atau diharapkan oleh peserta
pelatihan atau oleh organisasi.untuk dapat menemukan kebutuhan belajar
ini dapat digunakan berbagai pendekatan antara lain yaitu pendekatan induktif,
deduktif, dan campuran.
3. Menentukan dan
merumuskan tujuan pelatihan
Tujuan pelatihan yang dirumuskan akan menuntun
penyelenggaraan pelatihan dari awal sampai akhir kegiatan, dari pembuatan
rencana pembelajaran sampai evaluasi hasil belajar. Oleh karena itu, perumusan
tujuan harus di lakukan dengan cermat. Tujuan pelatihan secara umum berisi
hal-hal yang harus dicapai oleh pelatihan. Tujuan umum itu dijabarkan menjadi
tujuan-tujuan yang lebih spesifik. Untuk memudahkan penyelenggara, perumusan
tujuan harus dirumuskan secara kongkret dan jelas tentang apa yang harus
dicapai dengan pelatihan tersebut.[4]
4. Menyusun alat
evaluasi awal dan evaluasi akhir
Evaluasi awal dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
perilaku peserta pelatihan. Selain agar penentuan materi dan metode
pembelajaran dapat dilakukan dengan tepat, penelusuran ini juga dimaksudkan
untuk mengelompokkan dan menempatkan peserta pelatihan secara seimbang.
Evaluasi akhir dimaksudkan untuk mengukur tingkat penerimaan materi oleh
peserta pelatihan. Selain itu juga untuk mengetahui materi-materi yang perlu
diperdalam dan diperbaiki.
5. Menyusun urutan
kegiatan pelatihan
Pada tahap ini penyelenggara pelatihan menentukan
bahan belajar, memilih dan menentukan metode dan teknik pembelajaran, serta
menentukan media yang akan digunakan. Urutan yang harus disusun disini adalah
seluruh rangkaian aktivitas mulai dari pembukaan sampai penutupan.
6. Pelatihan untuk
pelatih
Pelatih harus memahami program pelatihan secara
menyeluruh. Untuk kegiatan, ruang lingkup, materi pelatihan, metode yang
digunakan, dan media yang dipakai hendaknya dipahami benar oleh pelatih. Selain
itu pelatih juga harus memahami karakteristik peserta pelatihan dan
kebutuhannya. Oleh karena itu, orientasi bagi pelatih sangat penting untuk
dilakukan.
7. Melaksanakan evaluasi
bagi peserta
Evaluasi awal yang biasanya dilakukan dengan test
dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan.
8. Mengimplementasikan
pelatihan
Tahap ini merupakan inti dari kegiatan pelatihan,
yaitu proses interaksi edukatif antara sumber belajar dengan warga belajar
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses ini terjadi berbagai
dinamika yang semuanya harus diarahkan untuk efektivitas pelatihan. Seluruh
kemampuan dan seluruh komponen harus disatukan agar proses pelatihan
menghasilkan output yang optimal.
9. Evaluasi akhir
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan
belajar. Dengan kegiatan ini diharapkan diketahui daya serap dan penerimaan
warga belajar terhadap berbagai materi yang telah disampaikan. Dengan begitu
penyelenggara dapat menentukan langkah tindak lanjut yang dilakukan.
10. Evaluasi program
pelatihan
Evaluasi program pelatihan merupakan kegiatan
untuk menilai seluruh kegiatan pelatihan dari awal sampai akhir, dan hasilnya
menjadi masukan bagi pengembangan pelatihan selanjutnya. Dengan kegiatan ini,
selain diketahui faktor-faktor yang sempurna yang harus dipertahankan, juga
diharapkan diketahui pula titik-titik lemah pada setiap komponen, setiap
langkah, dan setiap kegiatan yang sudah dilaksanakan. Dalam kegiatan ini yang
dinilai bukan hanya hasil, melainkan juga proses yang telah dilakukan. Dengan
demikian diperoleh gambaran yang menyeluruh dan objektif dari kegiatan yang
telah dilakukan.[5]
PENUTUP
Pelatihan lebih terarah pada peningkatan kemampuan
dan keahlian SDM organisasi yang berkaitan dengan jabatan atau fungsi yang
menjadi tanggung jawab individu yang bersangkutan saat ini. Sasaran yang ingin
dicapai dari suatu program pelatihan adalah peningkatan kinerja individu dalam
jabatan atau fungsi saat ini. Dimana setiap melakukan peatihan pasti ada
kisi-kisi pelatihan dan silabus pelatihan. Kisi-kisi pelatihan adalah suatu
format yang matriks yang memuat kriteria tentang soal-soal yang diperlukan atau
yang hendak disusun. Sedangkan silabus pelatihan merupakan pegangan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran yang sifatnya masih umum. Silabus tersebut sebaiknya
disusun sebagai program yang harus di capai selama satu semester atau satu
tahun ajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Lolowang, Melvin Grandy,
'Pengaruh Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia", Jurnal EMBA
Vol.4, No.2
Juni, 2016.
Daryanto, Manajemen Diklat, Yogyakarta: Gava
Media, 2014.
Syofyan, Harlinda , "Penyeluhan dan
Pelatihan Pendidikan Tentang Pembuatan Kisi-Kisi", Jurnal Abdimas,
Vol.3,
No.1, September, 2016
Hidayat, "Pengaruh Diklat Pendidikan dan
Pelatihan", Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos, Vol. 6, No. 1,Januari,2017
Kamil, Mustofa , Model
Pendidikan Dan Pelatihan, Bandung: ALFABETA, 2010
[1] Melvin Grandy Lolowang, "Pengaruh
Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia", Jurnal EMBA, Vol.4,
No.2 (Juni, 2016), Hal.177-186
[3] Harlinda Syofyan, "Penyeluhan dan
Pelatihan Pendidikan Tentang Pembuatan Kisi-Kisi", Jurnal Abdimas, Vol.3,
No.1, (September, 2016), Hal.13
[4] Hidayat, "Pengaruh Diklat Pendidikan
dan Pelatihan", Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos, Vol. 6, No. 1,
(Januari, 2017), Hlm.73