Sunday 16 September 2018

Manajemen Pelatihan


Manajemen Pelatihan
( Silabus dan pelaksanaan instruksional pelatihan )
ACH FAUZAN (20160701040009)
Manajemen Pendidikan Islam, Tarbiyah, IAIN MADURA
Email:achfauzan130@gmail.com

ABSTRAK
Sistem pendidikan yang tercantum dalam undang-undang no. 20 tahun 2003 menyatakan dengan jelas bahwa pendidikan dilakukan secara terencana yang menitik beratkan pada potensi siswa untuk tercapainya suatu tujuan yang diharapkan yaitu: pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sebuah proses pembelajaran yang baik. Pelatihan dan pengembangan mempunyai peran penting untuk meningkatkan kinerja para karyawan untuk meningkatkan SDM yang lebih bermutu. Dengan begitu diperlukan sebuah kisi-kisi untuk mempermudah karyawan dalam mencapai tujuan secara efektif. Dimana kisi-kisi adalah suatu format yang matriks yang memuat kriteria tentang soal-soal yang diperlukan atau yang hendak disusun. Kisi-kisi juga dapat diartikan test blue-print atau table of specification merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan.
Kata Kunci : Silabus dan pelaksanaan instruksional pelatihan.
ABSTRACT
Education system used in law no. 20 of 2003 states clearly that education is carried out in a planned manner that focuses on the potential of students to achieve the expected goals, namely: knowledge, skills and attitudes. To achieve that goal, a good learning process is needed. Existing training and development to improve the performance of employees to improve more qualified human resources. That way we need a grid to facilitate employees in achieving their goals effectively. Where the grid is a matrix format that focuses on the questions that need or are to be arranged. The grid can also be interpreted as a blue-print test or a specification table is a description of the competence and material to be tested.



PENDAHULUAN
Pada hakekatnya setiap individu maupun kelompok selalu di tuntut untuk belajar dan meningkatkan kemampuannya agar dapat mempertahankan hidupnya, karena dengan belajar akan menghasilkan perubahan, yaitu didapatkan kemampuan yang baru yang berlaku untuk waktu yag relatif lama. Salah satu peningkatan kemampuan ataupun proses belajar antara lain melalui kegiatan pelatihan.  

PENGERTIAN PELATIHAN
Istilah pelatihan merupakan terjemahan dari kata (traning) dalam bahasa inggris. Secara harfiah akar kata traning adalah (tran) yang berarti 1. Memberi pelajaran dan praktik, 2. Menjadikan berkembang dalam arah yang dikehendaki, 3. Persiapan, 4. Praktis. Jadi, Pelatihan adalah proses meningkatkan pengetetahuan dan keterampilan karyawan. Pelatihan juga mungkin meliputi pengubahan sikap sehingga karyawan dapat melakukan pekerjaanya lebih efektif.[1]
Banyak pengertian pelatihan yang dikemukakan para ahli antara lain sebagai berikut:
a.         Menurut inpres no 15 tahun 1974 tentang pelaksanaan keppres nomer 34 tahun 1972: pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang belaku, dalam waktu yang relatif singkat dan metodenya mengutamakan praktek dari pada teori.
b.        Berdasarkan kep. Menkes RI Nomor 725 / menkes / SK / V / 2003: pelatihan adalah proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kinerja, prfesionalisme dan atau menunjang pengembangan karier tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
c.         Menurut H. Jhon Bernadin dan Joyce E.A. Russel, Mc. Grill Hills, (1993:297): pelatihan merupakan beberapa usaha untuk memperbaiki performance pegawai di tempat kerjanya atau yang berhubungan dengan hal tersebut. Agar efektif pelatihan harus melibatkan pengalaman belajar, merupakan rencana organisasi dan dibentuk untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan. Jadi pelatihan harus dirancang untuk memenuhi tujuan organisasi yang dihubungkan dengan tujuan pegawai.
d.        Menurut Bambang Wahyudi, (1994:125): pendidikan atau belajar merupakan perubahan tingkah laku secara relatif permanen sebagai hasil dari pengalaman dan pelatihan yang dilakukan. Pemahaman tentang teori belajar akan sangat berguna dalam pemahaman tentang teori belajar akan sangat berguna dalam menjamin keberhasilan suatu program pelatihan.
e.         Dengan demikian pelatihan adalah suatu proses yang sistematis untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dari sikap yang diperlukan dalam melaksanakan tugas seseorang serta diharapkan akan dapat mempengaruhi penampilan kerja baik orang yang bersangkutan maupun organisasi tempat kerja.[2]

KISI-KISI PELATIHAN
kisi-kisi adalah suatu format yang matriks yang memuat kriteria tentang soal-soal yang diperlukan atau yang hendak disusun. Kisi-kisi juga dapat diartikan test blue-print atau table of specification merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal.
Adapun fungsi kisi-kisi soal adalah sebagai berikut:
a)        Panduan/pedoman dalam penulisan soal yang hendak disusun,
b)        Penulis soal akan menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan test,
c)        Mata pelajaran,
d)       Kelas/semester,
e)        Jumlah soal,
f)         Materi pelatihan,
g)        Bentuk soal.[3]

MENYUSUN SILABUS PELATIHAN
Silabus merupakan pegangan guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang sifatnya masih umum. Silabus tersebut sebaiknya disusun sebagai program yang harus di capai selama satu semester atau satu tahun ajaran. Untuk pegangan dalam jangnka waktu yang lebih pendek, guru harus membuat program pembelajaran yang disebut rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP merupakan satuan atau unit program pembelajaran terkecil untuk jangka waktu mingguan atau harian yang berisi rencana penyampaian suatu pokok atau satuan bahasan tertentu atau satu tema yang akan dibahas.
1. Rekrutmen peserta pelatihan
Rekrutmen peserta dapat menjadi kunci yang bisa menentukan keberhasilan langkah selanjutnya dalam pelatihan. Dalam rekrutmen ini penyelenggara menetapkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh peserta terutama yang berhubungan dengan karakteristik peserta bisa dilihat secara internal dan eksternal. Yang termasuk karakteristik internal di antaranya adalah kebutuhan, minat, pengalaman, tugas, pekerjaan, dan pendidikan. Sedangkan yang tergolong karakteristik eksternal adalah lingkungan keluarga, status sosial, pergaulan, dan status ekonomi.
2. Identifikasi kebutuhan pelatihan
Identifikasi kebutuhan belajar adalah kegiatan mencari, menemukan, mencatat, dan mengelolah data, tentang kebutuhan belajar yang diingikan atau diharapkan oleh peserta  pelatihan atau oleh organisasi.untuk dapat menemukan kebutuhan belajar ini dapat digunakan berbagai pendekatan antara lain yaitu pendekatan induktif, deduktif, dan campuran.
3. Menentukan dan merumuskan tujuan pelatihan
Tujuan pelatihan yang dirumuskan akan menuntun penyelenggaraan pelatihan dari awal sampai akhir kegiatan, dari pembuatan rencana pembelajaran sampai evaluasi hasil belajar. Oleh karena itu, perumusan tujuan harus di lakukan dengan cermat. Tujuan pelatihan secara umum berisi hal-hal yang harus dicapai oleh pelatihan. Tujuan umum itu dijabarkan menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik. Untuk memudahkan penyelenggara, perumusan tujuan harus dirumuskan secara kongkret dan jelas tentang apa yang harus dicapai dengan pelatihan tersebut.[4]
4. Menyusun alat evaluasi awal dan evaluasi akhir
Evaluasi awal dimaksudkan untuk mengetahui tingkat perilaku peserta pelatihan. Selain agar penentuan materi dan metode pembelajaran dapat dilakukan dengan tepat, penelusuran ini juga dimaksudkan untuk mengelompokkan dan menempatkan peserta pelatihan secara seimbang. Evaluasi akhir dimaksudkan untuk mengukur tingkat penerimaan materi oleh peserta pelatihan. Selain itu juga untuk mengetahui materi-materi yang perlu diperdalam dan diperbaiki.
5. Menyusun urutan kegiatan pelatihan
Pada tahap ini penyelenggara pelatihan menentukan bahan belajar, memilih dan menentukan metode dan teknik pembelajaran, serta menentukan media yang akan digunakan. Urutan yang harus disusun disini adalah seluruh rangkaian aktivitas mulai dari pembukaan sampai penutupan.
6. Pelatihan untuk pelatih
Pelatih harus memahami program pelatihan secara menyeluruh. Untuk kegiatan, ruang lingkup, materi pelatihan, metode yang digunakan, dan media yang dipakai hendaknya dipahami benar oleh pelatih. Selain itu pelatih juga harus memahami karakteristik peserta pelatihan dan kebutuhannya. Oleh karena itu, orientasi bagi pelatih sangat penting untuk dilakukan.
7. Melaksanakan evaluasi bagi peserta
Evaluasi awal yang biasanya dilakukan dengan test dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan.
8. Mengimplementasikan pelatihan
Tahap ini merupakan inti dari kegiatan pelatihan, yaitu proses interaksi edukatif antara sumber belajar dengan warga belajar dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses ini terjadi berbagai dinamika yang semuanya harus diarahkan untuk efektivitas pelatihan. Seluruh kemampuan dan seluruh komponen harus disatukan agar proses pelatihan menghasilkan output yang optimal.
9. Evaluasi akhir
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan belajar. Dengan kegiatan ini diharapkan diketahui daya serap dan penerimaan warga belajar terhadap berbagai materi yang telah disampaikan. Dengan begitu penyelenggara dapat menentukan langkah tindak lanjut yang dilakukan.
10. Evaluasi program pelatihan
Evaluasi program pelatihan merupakan kegiatan untuk menilai seluruh kegiatan pelatihan dari awal sampai akhir, dan hasilnya menjadi masukan bagi pengembangan pelatihan selanjutnya. Dengan kegiatan ini, selain diketahui faktor-faktor yang sempurna yang harus dipertahankan, juga diharapkan diketahui pula titik-titik lemah pada setiap komponen, setiap langkah, dan setiap kegiatan yang sudah dilaksanakan. Dalam kegiatan ini yang dinilai bukan hanya hasil, melainkan juga proses yang telah dilakukan. Dengan demikian diperoleh gambaran yang menyeluruh dan objektif dari kegiatan yang telah dilakukan.[5]

























PENUTUP
       Pelatihan lebih terarah pada peningkatan kemampuan dan keahlian SDM organisasi yang berkaitan dengan jabatan atau fungsi yang menjadi tanggung jawab individu yang bersangkutan saat ini. Sasaran yang ingin dicapai dari suatu program pelatihan adalah peningkatan kinerja individu dalam jabatan atau fungsi saat ini. Dimana setiap melakukan peatihan pasti ada kisi-kisi pelatihan dan silabus pelatihan. Kisi-kisi pelatihan adalah suatu format yang matriks yang memuat kriteria tentang soal-soal yang diperlukan atau yang hendak disusun. Sedangkan silabus pelatihan merupakan pegangan guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang sifatnya masih umum. Silabus tersebut sebaiknya disusun sebagai program yang harus di capai selama satu semester atau satu tahun ajaran.





















DAFTAR PUSTAKA
Lolowang, Melvin Grandy, 'Pengaruh Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia", Jurnal EMBA
Vol.4, No.2 Juni, 2016.
Daryanto, Manajemen Diklat, Yogyakarta: Gava Media, 2014.
Syofyan, Harlinda , "Penyeluhan dan Pelatihan Pendidikan Tentang Pembuatan Kisi-Kisi", Jurnal Abdimas,
Vol.3, No.1,  September, 2016
Hidayat, "Pengaruh Diklat Pendidikan dan Pelatihan", Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos, Vol. 6, No. 1,Januari,2017
Kamil, Mustofa , Model Pendidikan Dan Pelatihan, Bandung: ALFABETA, 2010



[1] Melvin Grandy Lolowang, "Pengaruh Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia", Jurnal EMBA, Vol.4, No.2 (Juni, 2016), Hal.177-186
[2] Daryanto, Manajemen Diklat, (Yogyakarta: Gava Media, 2014), Hlm.30-31
[3] Harlinda Syofyan, "Penyeluhan dan Pelatihan Pendidikan Tentang Pembuatan Kisi-Kisi", Jurnal Abdimas, Vol.3, No.1, (September, 2016), Hal.13
[4] Hidayat, "Pengaruh Diklat Pendidikan dan Pelatihan", Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos, Vol. 6, No. 1, (Januari, 2017), Hlm.73
[5] Mustofa Kamil, Model Pendidikan Dan Pelatihan, (Bandung: ALFABETA, 2010), Hlm.17-19