BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hakikat manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah semata-mata untuk
ta’abbudi yaitu penghambaan yang penuh dengan cara beribadah hanya karena Allah
SWT. Beribadah tanpa ilmu tiada guna dan akan sia-sia. Ada tiga komponen yang
saling berkaitan satu sama lain dan sangat urgen untuk dijaga dan diamalkan
oleh seorang hamba. Tiga komponen dasar yang menjadikan sempurnanya predikat
hamba disisi tuhannya. Tiga komponen tersebut adalah Iman, Islam, dan Ihsan. Seseorang
dikatakan beriman jikalau mereka meyakini dan membenarkan adanya Allah ta’ala
tuhan yang maha Esa, adanya Malaikat Allah, adanya Rasul, Kitab-kitab samawi,
hari Kiamat serta adanya Qadla’ dan Qadar. Sedangkan seseorang dikatakan muslim
ketika ia melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan agama dan dikatakan
muhsin ketika seseorang dapat merasakan manisnya beribadah serta selalu merasa
diawasi oleh Allah SWT, pada ujungnya segala yang diperbuat lillahita’ala hanya
karena-Nya.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
pengertian Iman dan Islam?
2.
Bagaimana
Rukun-rukun Iman dan Islam?
3.
Bagaimana
tingkatan-tingkatan dalam Iman dan Islam ?
4.
Bagaimana
Korelasi antara Iman dan Islam?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian Iman dan Islam
2.
Untuk
mengetahui rukun-rukun Iman dan Islam
3.
Untuk
mengetahui tingkatan-tingkatan dalam Iman dan Islam
4.
Untuk
mengetahui Korelasi antara Iman dan Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Iman dan Islam
1.
Pengertian
Iman
Iman
adalah kepercayaan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa. Syahadatain (dua
persaksian: bersaksi bahwa tiada Tuhan yang disembah kecuali Allah dan Muhammad
adalah Rasulullah) merupakan suatu pernyataan sebagai kunci dalam memasuki
gerbang Islam. Pernyataan bahwa hanya Allah (Yang Esa) satu-satunya Tuhan yang
wajib disembah, merupakan pokok ajaran yang menjadi misi segala Nabi yang
pernah diutus oleh Allah ke bumi di sepanjang sejarah kehidupan manusia.[1]
Ar- Raghib al-Ashfahani (ahli kamus
Al-quran) mengatakan, iman didalam Al-quran terkadang digunakan untuk arti iman
yang hanya sebatas dibibir saja padahal dalam hati dan perbuatannya tidak
beriman, terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya terbatas pada
perbuatannya saja, sedang hati dan ucapannya tidak beriman dan ketiga kata iman
terkadang digunakan untuk arti iman yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan
lisan, dan di amalkan dalam perbuatan sehari-hari.
Iman
itu perkataan dan perbuatan, yaitu perkataan hati dan lisan, dan perbuatan
hati, lisan, dan anggota badan. Ia bertambah karena ketaatan dan berkurang
karena maksiat, dan orang yang beriman itu bertingkat keimanannya.
Firman Allah
ولكن الله حبب اليكم
الا يمان و زينه في قلوبكم .
“… tetapi Allah menjadikanmu cinta kepada keimanan dan
menjadikan iman itu indah dalam hatimu…” (al-hujurat: 7)
Perkataan dan perbuatan adalah
makna syahadatain (persaksian tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan
Allah), yang seseorang tidak sah memeluk agama Islam tanpa dua kalimat syahadat
ini. Ia merupakan amalan hati dengan mengitikadkannya dan amalan lisan dengan
mengucapkannya dengan segala konsekuensi. Allah berfirman,
… وماكان
الله ليضيع ايما نكم
“…
dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu…” (al- Baqarah: 143)
Yang
dimaksudkan oleh “imanmu” dalam ayat ini adalah shalat yang
dilaksanakan
dengan menghadap ke Baitul Maqdis sebelum diciptakannya
perubahan
kiblat.
Di sini, shalat secara
keseluruhan disebut iman, karena shalat menghimpun perbuatan hati, lisan, dan
anggota badan. Nabi Muhammad SAW juga menjadikan jihad, ibadah lailatul qadar,
puasa Ramadhan, shalat tarawih, dan shalat lima waktu sebagai iman. Ketika
beliau ditanya tentang amalan yang paling utama, beliau menjawab, “Iman kepada
Allah dan rasul-Nya.”
Berikut ini dalil yang menunjukkan bertambah dan
berkurangnya iman
… المؤمنين
ليزدادوا ايمانا مع ايمانهم
“… supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan
mereka (yang telah ada)…” (al-Fath: 4)
ىهد وزدنهم
“… dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk.” (al-Kahfi:
13)
“… adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah
imannya…” (at-Taubah: 124)
2.
Pengertian
Islam
Secara
genetik kata Islam berasal dari Bahasa Arab terambil dari kata “salima” yang
berarti selamat sentosa. Dari kata itu dibentuk kata “aslama” yang berarti
menyerah, tunduk, patuh, dan taat. Kata “aslama” menjadi pokok kata
Islam. Sebab itu orang yang melakukan “aslama” atau masuk islam dinamakan
Muslim. Selanjutnya dari kata “salima” juga terbentuk kata “silmun” dan
“salamun” yang berarti damai. Karenanya seorang yang menyatakan dirinya muslim
adalah harus damai dengan Allah dan dengan sesama manusia.
Penyebutan
orang-orang Barat terhadap Islam sebagai Moehammedanism dan Moehamadan, bukan
saja tidak tepat tetapi salah secara prinsipil (Nasrudin Razak, 1985: 55).
Istilah ini mengandung arti Islam adalah paham Muhammad atau pemujaan terhadap
Muhammad, sebagaimana perkataan Kristen dan Kekristenan yang mengadung arti
pemujaan terhadap Kristus.
Islam
artinya penyerahan diri kepada Allah, tuhan yang Maha Kuasa, Maha Perkasa, dan
Maha Esa. Penyerahan itu diikuti dengan kepatuhan dan ketaatan untuk menerima
dan melakukan apa saja perintah dan larangan-Nya. Tunduk pada aturan dan
undang-undang yang diturunkan kepada manusia melalui hamba pilihan-Nya (para
rasul). Aturan dan undang-undang yang dibuat oleh Allah itu dikenal dengan
istilah “Syari’ah”. Kadang-kadang syari’ah itu disebut juga din (agama).
Innaddina ‘indallahi al-islam (sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam
QS. 3:19), karena memang agama di sisi Allah ialah penyerahan yang
sesunggguhnya kepada Allah. Maka walaupun seseorang mangaku memeluk agama
Islam, kalau tidak menyerah yang sesungguhnya kepada Allah, tidak mau mematuhi
suruhan dan larangannya, belumlah dia Islam.
Dengan
memasuki Islam seseorang akan selamat, damai, dan sentosa dalam kehidupan yang
seimbang lahir dan batin, dunia dan akhirat. Islam memang mempunyai arti
(selamat, damai, dan sentosa), suatu agama yang diturunkan oleh Allah kepada
segenap nabi dan rasul-Nya. Allah jua menegaskan bahwa siapa saja yang memeluk
agama selain Islam tidak akan diterima (QS. 3:85), karena itu tentulah para
nabi membawa dan memeluk ini, karena Islam memang diperuntukkan bagi segenap
manusia. Ajaran Islam itu, oleh karenanya merata, mengatur manusia dalam segala
seginya, bukan semata mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, melainkan juga
mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan lingkungannya
(alam semesta).
B.
Rukun-rukun
Iman dan Islam
1.
Rukun
Iman
a.
Iman
Kepada Allah
Yakni beriman kepada rububiyyah Allah Swt, maksudnya :
Allah adalah Tuhan, Pencipta, Pemilik semesta, dan Pengatur segala urusan, Beriman
kepada uluhiyyah Allah Swt, maksudnya: Allah sajalah tuhan yang berhak di
sembah, dan semua sesembahan selain-Nya adalah batil, iman kepada Nama-Nama dan
Sifat-Sifat-Nya maksudnya: bahwasanya Allah Swt, memiliki nama-nama yang mulia,
dan sifat-sifat-Nya yang sempurna serta agung sesuai yang ada dalam Al-quran
dan Sunnah Rasul-Nya.
b.
Iman
Kepada Malaikat-malaikat Allah
Malaikat adalah hamba Allah yang mulia, mereka diciptakan
oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya, serta tunduk dan patuh menta’ati-Nya, Allah
telah membebankan kepada mereka berbagai tugas, Diantaranya adalah : Jibril
tugasnya menyampaikan wahyu, Mikail mengurusi hujan dan tumbuh-tumbuhan,
Israfil meniup sangsakala di hari kiamat, Izrail (malaikat maut), Raqib , Atit, mencatat amal perbutan manusia, Malik menjaga neraka, Ridwan menjaga surga,
dan malaikat-malaikat yang lain yang hanya Allah Swt yang dapat mengetahuinya.
c.
Iman
Kepada Kitab-kitab Allah
Allah yang Maha Agung dan Mulia telah menurunkan kepada
para Rasul-Nya kitab-kitab, mengandung petunjuk dan kebaikan. Diantaranya:
kitab taurat diturunkan kepada Nabi Musa, Injil diturunkan kepada Nabi Isa,
Zabur diturunkan kepada Nabi Daud, Shuhuf Nabi Ibrahim dan Nabi Musa, Al-quran
diturunkan Allah Swt, kepada Nabi Muhammad Saw. Allah telah menjamin untuk
menjaga dan memeliharanya, karena ia akan menjadi hujjah atas semua makhluk,
sampai hari kiamat.
d.
Iman
Kepada Rasul Allah
Allah telah mengutus kepada maakhluk-Nya para rasul,
rasul pertama adalah Nuh dan yang terakhir adalah Muhammad Saw, dan semua itu
adalah manusia biasa, tidak memiliki sedikitpun sifat ketuhanan, mereka adalah
hamba-hamba Allah yang dimuliakan dengan kerasulan. Dan Allah telah mengakhiri
semua syari’at dengan syari’at yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw,yang
diutus untuk seluruh manusia, maka tidak ada nabi sesudahnya.[2]
e.
Iman Kepada Hari Akhir
Yaitu hari kiamat, tidak ada hari lagi setelahnya, ketika
Allah membangkitkan manusia dalam keadaan hidup untuk kekal ditempat yang penuh
kenikmatan atau ditempat siksaan yang amat pedih. Beriman kepada hari akhir
meliputi beriman kepada semua yang akan terjadi setelah itu, seperti
kebangkitan dan hisab, kemudian surga atau neraka.
f.
Iman Kepada Qadha’ dan Qadar
Iman kepada qada dan qadar Allah adalah salah satu sendi
akidah Islam. Dalam pembicaraan sehari-hari disingkat dengan sebutan takdir
(taqdir). Berbicara tentang takdir Allah memang bukan sesuatu yang mudah. Sebab
yang kita bicarakan langsung menyangkut kehendak Tuhan terhadap
makhluk-makhluk-Nya.
2.
Rukun
Islam
a.
2
Kalimat Syahadat
Dua kalimat
syahadat itu adalah laksana anak kunci yang dengannya manusia masuk ke dalam
alam keselamatan (Islam). Sebagaimana keterangan Hadits Nabi : “dari Mu’az
berkata, aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: barangsiapa yang akhir
katanya laa ilaaha illallaah, maka dia pasti masuk surga.”
b.
Shalat
Allah telah mensyari’atkan shalat 5 waktu setiap hari sebagai hubungan antara seorang muslim dengan Tuhannya. Didalamnya dia bermunajat dan
berdo’a kepada-Nya, disamping agar menjadi pencegah bagi
muslim dari perbuatan keji dan mungkar. Dan Alah telah menyiapkan bagi yang
menunaikannya kebaikan dalam agama dan kemantapan iman serta ganjaran, baik
cepat maupun lambat. Maka dengan demikian seorang
hamba akan mendapatkan ketenangan jiwa dan kenyamanan raga yang akan membuatnya
bahagia di dunia dan akhirat. Shalat terdiri dari :
1)
Shalat
wajib
a)
Shalat
dzuhur
b)
Shalat
ashar
c)
Shalat
magrib
d)
Shalat
Isya’
e)
Shalat
subuh
2)
Shalat
sunnah.
a)
Shalat
rawatib
b)
Shalat
dhuha
c)
Shalat
tahajjud
d)
Shalat
witir
e)
Shalat
gerhana matahari dan shalat gerhana bulan
f)
Shalat
2 hari raya
g)
Shalat
istiharah
h)
Shalat
tasbih
c.
Puasa
Puasa adalah salah satu Rukun Islam
yang mulai disyariatkan pada tahun ke II Hijriah. Kata puasa berasal dari bahasa arab “ الصَّوْمُ ”
yang berarti menahan (إمساك). Jadi, puasa menurut bahasa
artinya “menahan”. Macam-macam puasa:
1)
Puasa wajib
a)
Puasa Ramadhan
b)
Puasa Nazar
c)
Puasa Kafarat
2)
Puasa sunnah
a)
Puasa 6 hari pada
bulan syawal
b)
Puasa hari asyura
c)
Puasa pada hari
arafah
d)
Puasa pada bulan
sya’ban
e)
Puasa daud
f)
Puasa senin-kamis
3)
Puasa makruh
a)
Puasa syak
b)
Puasa pada
hari-hari pertengahan bulan sya’ban
4)
Puasa haram
a)
Puasa pada 2 hari
raya
b)
Puasa pada hari
tasyrik
c)
Puasa sepanjang
masa
d)
Puasa wishal
e)
Puasa khusus hari
jum’at
d.
Zakat
Menurut
bahasa, “zakat” berasal dari kata zakatan-yuzakki-zakka artinya tumbuh, suci,
atau berkah. Menurut istilah Zakat adalah memberikan harta dengan kadar
tertentu kepada yang berhak sebagai ibadah kepada Allah SWT.
Firman Allah yang
memerintahkan kewajiban zakat adalah QS. An-Nisa ayat 77:
واقيموا الصلواة واتوا االزكوة
Artinya: “… dirikanlah shalat dan
tunaikan zakat … ” (QS. An-Nisa :77)
Macam-macam zakat:
1)
Zakat
fitrah
2)
Zakat
Maal
a)
Emas,
perak dan uang
b)
Harta
perniagaan
c)
Harta
pertanian
d)
Hewan
trnak
e)
Hasil
tambang
f)
Barang
temuan
g)
Haji
Rukun Islam yang ke-5 adalah
menunaikan ibadah haji. Setiap orang Islam wajib menunaikan ibadah haji bila
mampu, dan dalam seumur hidupnya hanya dilakukan sekali. Jika seseorang tidak
menunaikan ibadah haji sedangkan ia mamapu, maka ia bukanlah termasuk orang
Islam.[3]
Pengertian haji menurut bahasa
dalah القصد artinya menyengaja. Sedangkan
menurut istilah haji adalah mengunjungi makkah (ka’bah) untuk mengerjakan
ibadah yang terdiri dari thawaf, sa’I, wuquf, dan ibadah-ibadah lain sesuai
dengan ketentuan haji, guna memenuhi perintah Allah dan mengharap
keridlaan-Nya.
Ibaah haji ini merupakan bagian
dari syari’at bagi umat-umat dahulu, semenjak Nabi Ibrahim. Allah telah
menyuruh Nabi Ibrahim a.s membangun baitul Haram di amkkah, agar orang-orang
thawaf di sekelilingnya dan menyebut nama Allah ketika thawaf itu.
C.
Tingkatan-tingkatan
dalam Iman dan Islam
1.
Tingkatan
iman
a)
tingkatan iman pertama disebut dengan
ilathitsu, yaitu iman yang dimiliki oleh para malaikat, dimana tingkatan iman
ini tidak pernah berkurang dan
tidak pula bertambah
b)
tingkatan
iman kedua disebut dengan iman ma’sum yaitu iman yang dimiliki oleh para Nabi
dan Rasul Allah WST. Dimana tingkatan iman ini tidak pernah berkurang dan
selalu bertambah ketika wahyu datang kepadaNya.[4]
c)
Tingkatan
iman ketiga disebut dengan makbul yaitu iman yang dimiliki oleh muslim dimana
iman pada tingkatan ini selalu bertambah jika mengerjakan amal kebaikan dan
akan berkurang jika melakukan maksiat.
d)
Tingkatan
iman yang keempat disebut iman maohuf yaitu iamn yang dimiliki oleh ahli bid’ah,
yaitu iman yang ditangguhkan diaman jika berhenti melakukan bid’ah maka iman
akan diterima, diantaranya kaum rafidhoh, atau dukun, sihir, dan sejenisnya.
e)
Tingkatan
iman yang kelima disebut dengan iman mardud, yaitu iman yang ditolak, dimana
iman ini yang dimiliki oleh orang-orang musyrik, murtad, munafik, kafir, dan
sejenisnya.
2.
Tingatan
islam
a)
Islam
muslim
b)
Muslim, adalah sebuah kata dari bahasa Arab yang berarti
orang Islam atau orang yang patuh dan tunduk menurut perintah Allah SWT.
c)
Kata Muslim berasal dari kata salima yaslamu yang
berarti selamat, sentosa atau aslama yang berarti tunduk patuh atau
beragama Islam. Sehingga orang Muslim berarti orang yang patuh, taat dan
berserah diri kepada sang penciptaNYA.
d)
Dari akar kata yang sama, lahir pula kata salam atau
salama yang artinya memberi salam atau menyelamatkan. Orang yang mengucapkan
salam berarti mendoakan orang lain agar selamat.
e)
Islam
kaffah
Ajakan untuk menjadi mu’min yang kãffah
didengungkan Allah melalui surat Al-Baqarah yang 208:“Hai orang-orang (yang mengaku) mu’min, masuklah kalian ke dalam Islam
secarakãffah, dalam arti janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan, karena
dia (setan itu) adalah musuh yang nyata bagi kalian.”
Pengertian
harfiah dari istilah kaffah adalah keseluruhan atau totalitas (totality).
Dengan demikian, menjadi mu’min yang total. Dalam ayat di atas ada dua kata
perintah udkhulu (masuklah kallian), dan yang kedua adalah kata as-silm(u) yang
merupakan sinonim sari as-salam(u) yang artinya agama islam.
Dilihat
dari asbabun nuzul ayat "udkhuluu fis silmi kaaffaah", Islam kaffah
itu sebenarnya berkenaan dengan aqidah. Jangan menyembah Allah dengan
setengah-setengah; kita dituntut untuk bertauhid dengan penuh totalitas.
BerIslam secara kaffah itu artinya tidak sinkretisme: mencampurbaurkan berbagai
ajaran agama.
Di
luar persoalan aqidah, Islam kaffah itu masuk pada wilayah penafsiran.
Contohnya, bagi mereka yang berpandangan bahwa Islam itu mewajibkan bentuk dan
sistem ketatanegaraan tertentu, maka ber-Islam secara kaffah artinya mendukung
dan berjuang untuk menegakkan sistem dan bentuk ketatanegaraan tsb.
Sebaliknya, bagi
mereka yang bepandangan bahwa Islam tidak mewajibkan secara syar'i akan bentuk
dan sistem ketatanegaraan tertentu, maka mereka tidak merasa berkurang ke-kaffah-an
mereka dalam ber-Islam hanya karena tidak mendukung sistem dan bentuk
ketatanegaraan tertentu.
Mereka
berpandangan --sesuai dengan pemahaman mereka terhadap nash-- bahwa Islam hanya
memberikan petunjuk akan prinsip-prinsip tertentu yang dapat digunakan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Bentuk dan sistem ketatanegaraan yang
dipilih ummat tidaklah menjadi soal selama prinsip-prinsip tersebut terpenuhi.[5]
D.
Korelasi
antara Iman dan Islam
Dimensi-dimensi Islam berawal dari sebuah hadits yang meriwayatkan
oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim yang dimuat dalam masing-masing kitab
sahihnya yang menceritakan dialog antara Nabi Muhammad SAW dengan malaikat
Jibril tentang trilogy ajaran Ilahi:
“Nabi Muhammad SAW keluar dan (berada di sekitar sahabat)
seseorang datang menghadap beliau dan bertanya: “Haai Rasul Allah, apakah yang
dimaksud dengan iman?” beliau menjawab: “Iman adalah engkau percaya kepada
Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, para utusan-Nya, dan
percaya kepada kebangkitan.” Laki-laki itu kemudian bertanya lagi: “apakah yang
dimaksud dengan Islam?” beliau menjawab: “Islam adalah engaku menyembah Allah
dan tidak musyrik kepada-Nya, engkau tegakkan salat wajib, engkau tunaikan
zakat wajib, dan engkau berpuasa pada bulan Ramadhan.” Laki-laki itu kemudian
bertanya lagi: “apakah yang dimaksud dengan ihsan?” Nabi Muhammad SAW menjawab:
“engkau sembah Tuhan seakan-akan engkau melihat-Nya; apabila engaku tidak
melihat-Nya, maka (engkau berkeyakinan) bahwa Dia melihatmu…”(Buhkari, I, t.th:
23).
Hadits di atas memberikan ide kepada umat Islam sunni
tentang rukun iman yang enam, rukun Islam yang lima, dan penghayatan terhadap
Tuhan Yang Maha hadir dalam hidup. Sebenarnya, ketiga hal itu hanya dapat
dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Antara yang satu dengan yang lainnya
memiliki keterkaitan.
Setiap
pemeluk agama Islam mengetahui dengan pasti bahwa Islam tidak abash tanpa iman,
dan iman tidak sempurna tanpa ihsan. Sebaliknya, ihsan adalah mustahil tanpa
iman, dan iman juga mustahil tanpa Islam. Dalam penelitian lebih lanjut, sering
terjadi tumpang tindih antara tiga istilah tersebut: dalam iman terdapat Islam
dan ihsan; dalam Islam terdapat iman dan ihsan, dan dalam ihsan terdapat iman
dan Islam. Dari situlah, Nurcholish Madjid (1994: 463) melihat iman, Islam, dan
ihsan sebagai trilogi ajaran Ilahi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Iman
yang sebenarnya adalah hakikat yang tersusun dari:
1.
pemahaman
tentang semua perkara yang dibawa oleh Rasulullah dari segi pengetahuan
2.
pembenaran
terhadap semua itu dalam bentuk akidah
3.
pengakuan
terhadap semua itu dalam bentuk ucapan (yaitu syahadat)
4.
ketaatan
terhadap semua itu dalam bentuk cinta dan ketundukan
5.
pengamalan
terhadap semua itu secara lahir dan batin
6.
melaksanakan
dan menyerukaan semua itu sesuai kemampuan.
Dalam
iman terdapat terdapat 5 tingkatan yaitu tingkatan iman pertama disebut dengan ilathitsu, tingkatan iman
kedua disebut dengan iman ma’sum, Tingkatan iman ketiga disebut dengan makbul,
Tingkatan iman yang keempat disebut iman maohuf, Tingkatan iman yang
kelima disebut dengan iman mardud.
Islam
adalah engkau bersaksi tiada tuhan selain allah dan Muhammad adalah utusan
Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan
menunaikan ibadah haji ke Baitullah jika telah mampu menunaikannya.
DAFTAR PUSTAKA
At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah, Ensiklopedia
Islam Al-Kamil, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2010)
Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an
Hadis, (Yogyakarta: Azna Books, 2010)
Daradjat, Zakiah, dkk., Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1996).
Nata, Abuddin, Metodologi
Studi Islam, (Jakarta:Rajawali Press, 2001)
Thanthawi, Ali, Aqidah Islam; Doktrin dan Filosofis, (Pajang:Era
Intermedia,2004).
[1]
At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah, Ensiklopedia
Islam Al-Kamil, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2010)
[2]
Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an
Hadis, (Yogyakarta: Azna Books, 2010)
[3]
Daradjat, Zakiah, dkk., Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1996).
[4] Nata,
Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta:Rajawali Press,
2001)
[5]
Thanthawi, Ali, Aqidah Islam; Doktrin dan Filosofis, (Pajang:Era
Intermedia,2004).