Saturday, 15 September 2018

sejarah berdirinya kerajaan safawi di Persia




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam setiap dekade kehidupan, waktu terus berputar bagai roda, bagian yang bawah kadang keatas dan sebaliknya. Bagitu juga dengan perjalanan sejarah kerajaan-kerajaan Islam.
Sepeninggalan Rasulullah Islam sudah tersebar di seantero jazirah Arab, Islam terus melakukan expansi di bawah kendali pada khalifah Ar-Rasyidin dan selanjutnya dilanjutkan oleh rezim Umayyah kemudian rezim Abbasyiah, di akhir pemerintahan Abbasiyah Islam semakin merosot selama beberapa abad.
Ditengah-tengah keterpurukan isLam muncullah tiga kerajaan besar, kerajaan Turki Usmani (Ottoman) di Turki, kerajaan Safawiyah di Persia dan kerajaan Mughal di India. Dalam makalah ini penulis akan mengangkat pembahasan tentang Kerajaan Safawiyah, dari awal berdirinya hingga akhir pemerintahannya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan safawi di Persia?
2.      Apa saja perkembangan pada masa kerajaan Safawi?
3.      Apa saja sebab-sebab kemunduran kerajaan Safawi?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui sejarah berdirinya kerajaan Safawi
2.      Untuk mengetahui perkembangan pada masa kerajaan Safawi
3.      Untuk mengetahui sebab-sebab mundurnya kerajaan Safawi



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Safawi
Kerajaan Safawi berdiri pada tahun 1503-1722 M.[1] Kerajaan ini sebenarnya berasal dari sebuah tarekat yang bernama Tarekat Syafawiyah yang berdiri di Ardabil, yakni sebuah kota di Azerbaijan. Istilah Syafawiyah sendiri dinisbatkan pada pendirinya yaitu Safiuddin Ishak al-Ardabily yang lahir pada tahun 650 H/1252 M.[2] Sejak kecil Safiuddin memang menggemari amal-amal keagamaan, kemudian mencintai kehidupan sufi. Setelah  dewasa dia belajar pada seorang ahli sufi yakni Syeh Tajuddin Ibrahim Zahidi. Safiudddin mendirikan tarekat ini setelah ia menggantikan guru sekaligus mertuanya yang wafat pada tahun 1301 M.[3] Tarekat yang dipimpinnya menjadi semakin penting, terutama setelah mengubah bentuk tarekat ini dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria, dan Anatolia.[4] Dalam perkembangannya Bangsa Safawi (tarekat Safawiyah) sangat fanatik terhadap ajaran-ajarannya. Hal ini ditandai dengan kuatnya keinginan mereka untuk berkuasa karena dengan berkuasa mereka dapat menjalankan ajaran agama yang telah mereka yakini yaitu ajaran Syi'ah. Karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yang bermazhab selain Syiah.
Ajaran Syafawiyah tidak sepenuhnya asli dari ajaran Syi’ah, namun berawal dari ajaran Sunni, sebagaimana dikemukakan oleh para ahli sejarah bahwa fase pertama dari gerakan ini mempunyai dua corak yaitu Sunni pada masa kepemimpinan Safiuddin (1301-1334) dan anaknya, Sadruddin Musa (1334-1399). Serta Syi’ah pada kepemimpinan cucu Safiuddin, yakni Khawaja Ali (1399-1427) dan pada masa Ibrahim (11427-1447).[5] Maka dapat dikatakan secara praktis bahwa pergeseran dari ajaran Sunni ke Syi’i itu terjadi pada masa kepemimpinan generasi ketiga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 1301 - 1447 M gerakan Safawi masih murni gerakan keagamaan dengan tarekat Safawiyah sebagai sarana, tarekat ini mempunyai pengikut yang sangat besar hal ini terjadi karena pada saat itu, umat umumnya hidup dalam suasana apatis dan pasrah melihat anarki politik yang berkecamuk. Hanya dengan kehidupan keagamaan lewat sufisme, mereka mendapat persaudaraan tarekat, dan mereka merasa aman dalam menjalin persaudaraan antar muslim.
Pada fase pertama ini gerakan tarekat Safawi tidak mencampuri masalah politik sehingga dia berjalan dengan aman dan lancar baik pada masa Ilkhan maupun pada masa penjarahan Timur Lenk.  Dan dalam fase ini gerakan Safawi mempunyai dua corak, pertama bernuansa Sunni yaitu pada masa pimpinan Safiuddin Ishaq ( 1301 - 1344) dan anaknya Sadruddin Musa (1344 - 1399), kedua berubah menjadi Syiah pada masa Khawaja Ali (1399 - 1427). Perubahan ini terjadi karena ada kemungkinan bertambahnya pengikut Safawi di kalangan syiah sehingga kepemimpinannya berusaha menyusuaian diri dengan aliran manyoritas pendukungnya.
Pada waktu kerajaan Turki Usmani sudah mencapai puncak kejayaannya, kerajaan Safawi di Persia masih baru berdiri. Namun pada kenyataannya, kerajaan ini berkembang dengan cepat. Nama Safawi ini terus di pertahankan sampai tarekat Safawiyah menjadi suatu gerakan politik dan menjadi sebuah kerajaan yang disebut kerajaan Safawi. Dalam perkembangannya, kerajaan Safawi sering berselisih dengan kerajaan Turki Usmani.
Kerajaan Safawi mempunyai perbedaan dari dua kerajaan besar Islam lainnya seperti kerajaan Turki Usmani dan Mughal. Kerajaan ini menyatakan sebagai penganut Syi'ah dan dijadikan sebagai madzhab negara. Oleh karena itu, kerajaan Safawi dianggap sebagai peletak dasar pertama terbentuknya negara Iran dewasa ini.[6] Sebelum menjadi kerajaan, Safawi mengalami 2 fase pertumbuhan pertama fase dimana safawi bergerak dibidang keagamaan (cultural) dan kedua sebagai gerakan politik (struktural).
B.     Perkembangan Kerajaan Safawi
Ketika gerakan Syafawiyah dipimpin oleh Ismail I, eksisitensi gerakan ini semakin kuat. Inilah kemudian ia memproklamirkan dirinya sebagai pendiri kerajaan Syafawiyah setelah Qizilbash sukses mengalahkan pasukan AK Konyulu yang semula sebagai sekutunya, dan akhirnya menjadi rival politiknya, di Shahrur dekat Nakhchivan pada tahun 1501 M dan mengusai Tabriz, pusat kekuasaan dinasti AK Konyulu. Pemerintahan Ismail I berlangsung selama 23 tahun sejak 1501-1524 M. Sepuluh tahun pertama, dikonsentrasikan pada ekspansi keluar.[7] Ismail berhasil memperluas wilayah pemerintahan sampai mencakup seluruh wilayah Persia dan sebelah Timur Fertile Creshen. Pada tahun 1502 M, Ismail telah menduduki Sirwan, Azerbaijan dan Irak. Pada 1503 M, ia menghancurkan sisa-sisa tentara Ak Koyunlu di Hamadzan. Pada tahun 1504 Ismail menduduki Provinsi Kaspia dari Mazandaran dan Curgan. Diyar Bakr  ditaklukkan pada tahun 1505 M, dan Baghdad jatuh ketangannya pada tahun 1508 M. Pada tahun 1510 M ia menguasai Khurasan  setelah terlibat dalam pertempuran dengan Syaibani Khan, raja Uzbek. Kemenangan beruntun itu merupakan sukses mewujudkan kerajaan Safawi yang membentang dari Heart (Harat) di Timur sampai Diyar Bark di Barat.
Bahkan tidak sampai di situ saja, ambisi politik mendorongnya untuk terus mengembangkan wilayah kekuasaan ke daerah-daerah lainnya seperti Turki Usmani. Ismail Berusaha merebut dan mengadakan expansi ke wilayah kerajaan Usmani (1514 M) tapi dalam peperangan ini Ismail mengalami kekalahan, Turki di bawah pimpinan Sultan Salim dapat menduduki Tabris.
Kemajuan dan perkembangan yang dicapai kerajaan Safawi tidak terbatas hanya dalam bidang politik saja melainkan mengalami banyak kemajuan dibidang lainnya, kemajuan tersebut antara lain adalah:[8]
1.    Bidang Ekonomi
Stabilitas politik kerajaan Safawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Safawi, lebih-lebih setelah kepualuan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandara Abbas. Denagn dikuasainya bandra ini maka salah satu jalur dagang laut antara Timur dan Barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Perancis sepenuhnya menjadi milik kerajaan Safawi.
Disamping sektor perdagangan, kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan di sektor pertanian terutama di daerah Bulan Sabit Subur (Fortile Crescent).
2.    Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah Islam bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa mengambangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pada masa kerajaan Safawi tradisi keilmuan ini terus berlanjut.
Ada beberapa ilmuwan yang selalu hadir di majlis istana, yaitu Baha al-Din al-Syaerazi (Filosof) dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad (Filosof, ahli sejarah, Teolog, dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah-lebah). Dalam bidang ini, kerajaan Safawi mungkin dapat dikatakan lebih berhasil dari dua kerajaan islam besar lainnya pada masa yang sama.
3.    Bidang Pembangunan Fisik dan Seni
Para penguasa kerajaan ini telah berhasil menciptakan Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Dikota tersebut berdiri bangunan-bangunan besar lagi indah seperti masjid, rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa diatas Zende Rud, dan istana Chili Sutun. Kota tersebut juga diperindah dengan taman-taman wisata yang ditata secara apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan, dan 273 pemandian umum.
C.     Sebab-Sebab Mundurnya Kerajaan Safawi
Penyebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi dapat kita tinjau dari dua faktor sebagai berikut:[9]
a.      Faktor internal
Parah Shah sesudah Shah Abbas I kurang memiliki bakat dan kecakapan untuk memimpin negara, mereka lebih suka hidup berfoya-foya dari pada memikirkan negara dan masa depan kerajaannya, banyak wanita cantik dari Georgia yang dijadikan herem-herem istana untuk memuaskan nafsu oleh Shah Sulaiman, lebih mengutamakan ulama syi’ah yang memaksakan pendapat kepada aliran sunni sehingga membangkitkan kemarahan golongan sunni Afganistan yang akhirnya mereka berontak dan menentang. Kemudian bertambah parah lagi setelah pasukan Qizil-bash menekan para penguasa karena mereka digusur atau dikurangi perannya di istana oleh Abbas I, sementara pasukan Ghulam kurang militan.
Di samping itu hampir seluruh penguasa kerajaan Safawi tidak menyiapkan kader calon penggantinya secara baik sehigga keturunan kerajaan hanya mengandalkan haknya sebagai pewaris kerajaan tanpa berusaha secara maksimal untuk melatih kemilterannya dan mencari pengalaman menjadi pemimpin di luar istana.
b.      Faktor eksternal
Timbulnya kekecewaan golongan sunni akibat dari perlaukan Shah Husain yang lebih mengutamakan ulama syiah yang sering memaksakan pendapat para golongan sunni, maka pada tahun 1709 M, pasukan Afganistan dengan pimpinan Mir Vyas mengadakan pemberontakan dan berhasil menguasai Kandahar. Bagian lain suku Abdali Afganistan juga memberontak di Herat dan mengepung Mashad. Mir Vays diganti putranya Mir Mahmud dan ia berhasil memperkuat pendukungnya serta mempersatukan pasukan dengan pasukan Ardatil, lalu ia berusaha memperkuat wilayah kekuatannya dan merebut negeri-negeri Afganistan dari kekuasaan Safawi lalu berusaha menguasai Persia. Akhirnya Shah Husein terpaksa mengakui kekuasaan Mahmud dan kepadanya diberikan kekuasaan di Kandahar sebagai gubernur dengan gelar Husein Quli Khan (budak Husein). Pada tahun 1722 M daerah Kirmani diduduki dan Mahmud mengepung kota Istahan selama enam bulan lalu memaksa Husain menyerah tanpa syarat akhirnya pada tanggal 1 Muharam 1135 H / 12 Oktober 1722 M Shah Husein menyerah dan Mahmud berhasil memasuki kota Istahan pada tanggal 25 Oktober 1722 M.
Dengan meyerahnya Shah Husain kepada Mahmud, Sahh Tahmasp II putra Shah Husain dengan dukungan kekuatan pasukan suku Qajar memproklamasikan dirinya sebagai raja yang berkekuasaan penuh atas Persia dan bertempat tinggal sementara di kota Astarabad Persia timur laut tetapi pada tahun 1729 M muncul kekuatan baru. Nadir Quli dari suku Afshan yang tidak menginginkan wilayah Persia di bawah kerajaan orang-orang Afghan, Turki atau bangsa-bangsa lain sehingga Mahmud yang telah digantikan oleh Amir Ashraf saudaranya yang sedang menduduki kota Isfahan digempur oleh Nadir dan berhasil menduduki kota Istahan dan mempersilahkan Tahmasp II tetap menduduki tahta kerajaan, namun urusan keamanan dan ketatanegaraan untuk sementara masih berada di tangan Nadir Quli.
Pada bulan Agustus 1732 M Shah Tahmasp II dipecat oleh Nadir Quli, kemudian anak Tahsamp I bernama Abbas III menggantikannya sebagai Shah (raja) tetapi tanggal 24 Syawal 1184 H / 8 Maret 1736 Nadir Quli secara resmi dinobatkan sebagai Shah Iran, dengan demikian berakhir Dinansti Safaiyah.

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Kerajaan Safawi berdiri pada tahun 1503-1722 M. Kerajaan ini sebenarnya berasal dari sebuah tarekat yang bernama Tarekat Syafawiyah yang berdiri di Ardabil, yakni sebuah kota di Azerbaijan. Istilah Syafawiyah sendiri dinisbatkan pada pendirinya yaitu Safiuddin Ishak al-Ardabily yang lahir pada tahun 650 H/1252 M. Ajaran Syafawiyah tidak sepenuhnya asli dari ajaran Syi’ah, namun berawal dari ajaran Sunni.
Kemajuan dan perkembangan yang dicapai kerajaan Safawi tidak terbatas hanya dalam bidang politik saja melainkan mengalami banyak kemajuan dibidang lainnya, kemajuan tersebut antara lain adalah Bidang Ekonomi, Bidang Ilmu Pengetahuan, bidang Pembangunan Fisik dan Seni.
Parah Shah sesudah Shah Abbas I kurang memiliki bakat dan kecakapan untuk memimpin negara, mereka lebih suka hidup berfoya-foya dari pada memikirkan negara dan masa depan kerajaannya, banyak wanita cantik dari Georgia yang dijadikan herem-herem istana untuk memuaskan nafsu oleh Shah Sulaiman, lebih mengutamakan ulama syi’ah yang memaksakan pendapat kepada aliran sunni sehingga membangkitkan kemarahan golongan sunni Afganistan yang akhirnya mereka berontak dan menentang.
Timbulnya kekecewaan golongan sunni akibat dari perlaukan Shah Husain yang lebih mengutamakan ulama syiah yang sering memaksakan pendapat para golongan sunni, maka pada tahun 1709 M, pasukan Afganistan dengan pimpinan Mir Vyas mengadakan pemberontakan dan berhasil menguasai Kandahar, karena hal itulah kerajaan safawi mengalami kehancuran.

REFERENSI
Fu’adi, Imam. 2012. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Yogyakarta: Teras.
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: RajaGrafindo Persada.


[1] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), Hlm. 253.
[2] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta: Teras, 2012), Hlm. 211.
[3] Ibid.
[4] Ibid., Hlm. 212.
[5] Ibid., Hlm. 215.
[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), Hlm. 138.
[7] Ibid, Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Hlm. 224.
[8] Ibid, Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Hlm. 143-144.