Saturday, 15 September 2018

Trampil Mendesain Ruangan Efektif




Trampil Mendesain Ruangan Efektif
(mengelola ruangan yang efektif, bentuk atau desain ruangan pelatihan, kelebihan dan kelemahan desain ruangan diklat)

Nur Hasanah

Abstract: Design is a system that applies to all types of design where the emphasis is on seeing everything. In managing an effective and efficient training or training room, it can be done in several steps, namely: planning, organizing, implementing, and controlling. The form of training rooms is open and closed training rooms. The advantage of an open training room is that it is easy to change the room and the drawback is that it often gets noise that will interfere with the course of the training. Whereas the excess of a closed room is a quieter speaker and trainee. As well as a lack of closed training room is a difficult light to enter.
Keyword: Understanding the design of the training room, managing an effective training room, the shape of the training room, and the strengths and weaknesses of the training room.
Abstrak: Desain adalah suatu sistem yang berlaku untuk segala jenis perancangan dimana titik beratnya adalah melihat segala sesuatu persoalan. Dalam mengelola ruangan pelatihan atau diklat yang efektif dan efisien, dapat dilakukan dengan beberapa langkah yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan. Bentuk ruangan pelatihan diantaranya adalah ruang pelatihan terbuka dan tertutup. Kelebihan ruang pelatihan terbuka adalah mudah merubah ruangan dan kekurangannya adalah sering mendapatkan kebisingan yang akan mengganggu jalannya pelatihan. Sedangkan kelebihan ruangan tertutup adalah pembicara dan peserta pelatihan lebih tenang.serta kekurangan ruangan pelatihan tertutup adalah cahaya sulit masuk.
Kata Kunci: Pengertian desain ruangan pelatihan, mengelola ruang pelatihan yang efektif, bentuk ruang pelatihan, dan kelebihan dan kelemahan ruang pelaatihan.

Pendahuluan

            Pelatihan atau diklat sering kita dengar di dunia kerja baik itu dilembaga, organisasi, maupun perusahaan. Pelatihan atau diklat merupakan suatu kegiatan yang penting dilakukan untuk mengembangkan bakat atau kreatifitas sumber daya manusia yang ada dan berkecimpung dalam suatu lembaga, organisasi, maupun perusahaan. Banyak hal yang harus dipersiapkan dalam melakukan pelatihan atau diklat ini. Mulai dari peserta, pemateri atau pembicara, waktu, biaya, tempat atau ruangan, dan masih banyak lagi.
            Dalam sebuah acara diklat, sering terjadi bahwa peserta didik yang datang dalam forum tersebut membawa motif yang beragam. Ada yang hadir sebagai peserta karena memang sekedar mencari kesempatan untuk keluar dari rutinitas kerja di lembaganya masing-masing, ada yang sekedar diperintah oleh pimpinannya, ada yang memang merasa membutuhkan materi yang akan diperoleh melalui kegiatan diklat.
            Meskipun siapa saja tidak berhak untuk mengorek isi hati masing-masing peserta, namun secara ideal (manajemen sistem) permasalahan ini seharusnya telah diantisipasi pada tahap need assesment  dan seleksi peserta. Untuk itu, pembahasan kali ini diasumsikan bahwa peserta diklat yang hadir telah memiliki orientasi dan kebutuhan yang sama yaitu memang benar-benar merasa membutuhkan materi yang diberikan selama penyelenggaraan diklat tersebut.

Pembahasan       

A.   Pengelolaan Ruangan Pelatihan
            Dalam mengelola ruangan pelatihan atau diklat yang efektif dapat dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut:
1.      Perencananaan
Pada tahap ini penentuan suatu tempat pelaksanaan diklat biasanya lebih dipengaruhi oleh tujuan, sifat, waktu pelaksanaan, dan anggaran diklat. Tujuan diselenggarakannya diklat sangat berpengaruh pada penentuan di mana diklat akan diselenggarakan. Tujuan diklat yang bersifat teknis kemahiran atau pengoperasian suatu alat, mesin, atau metode tertentu pastinya akan lebih tepat bila tempatnya langsung pada laboratorium, studio, bengkel, maupun tempat-tempat kerja sesuai aslinya sebagaimana metode on site in the job training. Berdasarkan pengalaman penulis, bila tujuan diklat dalam rangka achievement motivation, leader achievement, dan sebagainya maka tempat yang dipilih tentunya akan lebih bervariasi sesuai materi atau maka diklatnya baik in door maupun out door.[1]
Pelaksanaan diklat yang bersifat rutin tentu pemilihantempatnya akan berbeda dengan diklat yang pelaksanaaannya bersifat insidental apalagi yang bersifat urgen. Pengaruh waktu erat kaitannya dengan pemilihan tempat. Ada kalanya, hotel, auditorium, training center, atau tempat tertentu sangat penuh jadwalnya dibanding waktu-waktu lainnya sehingga memerlukan anggaran yang lebih besar. Selain pengaruh tujuan, sifat, waktu pelaksanaan, dan anggaran, penentuan tempat diklat juga sering dipengaruhi oleh nilai prestise bagi pihak penyelenggara. Ini terkait dengan pemilihan tempat diklat baik dalam arti luas misalnya kota terttentu, seperti; Yogyakarta yang terkenal sebagai kota pelajar, Jakarta sebagai pusat birokrasi dan pengambil kebijakan, Bandung sebagai kota Tekhnologi.[2]
2.      Pengorganisasian
Setelah tempat diklat telah ditentukan, langkah selanjutnya adalah mengorganisasikan tempat-tempat yang akan digunakan. Pengorganisasian ini sangat berkait dengan sequence (urutan) materi diklat terutama bagi diklat yang menggunakan fasilitas ruangan lebih dari satu. Tentunya materi diklat teori akan lebih efektif dikumpulkan jadi satu, demikian halnya dengan materi diklat praktek maupun out bond (bila ada) akan lebih tepat bila dikumpulkan dalam waktu dan tempat yang sama.
3.      Pelaksanaan
Pada tahap ini seluruh aktivitas tentunya akan tertuju pada bagaimana proses belajar mengajar (pelatihan) dapat seefektif mungkin tercapai sesuai tujuan yang dikehendaki. Untuk itu, koordinasi antara penanggung jawab tempat (seksi perlengkapan atau sarana prasarana) dengan seksi acara (materi/kurikulum) sangat besar artinya.
4.      Pengontrolan
Tahap pengontrolan idealnya telah dimulai sejak merencanakan di mana diklat akan dilaksanakan. Namun demikian, kontrol sarana dan prasarana lebih diintensifkan pada saat menjelang dan berlangsungnya diklat. Untuk itu, GR (General Repetisi) sangat besar manfaatnya. Evaluasi pada pasca kegiatan diklat juga berguna untuk menilai apakah tempat diklat yang telah digunakan akan dipakai lagi pada waktu mendatang ataukah tidak. Untuk lebih memperjelas sistem pengontrolan tempat atau ruangan diklat, maka kami kaji secara khusus dalam pembahsan tentang kriteria ruangan diklat dan bagaimana mengontrol ruang kelas serta tempat duduknya.[3]

B.    Bentuk ruangan pelatihan serta kelebihan dan kekurangannya
1.    Ruang pelatihan terbuka
Adalah ruangan dimana semua kegiatan pelatihan dilakukan bersama-sama dalam satu.
a.    Kelebihan
1)      Mudah merubah ruangan
2)      Mudah dalam melakukan pengawasan
3)      Menghemat penggunaan
4)      Cahaya mudah masuk dan udara lebih beredar sehingga suasana lebih segar.[4]
b.    Kekurangan
Sering mendapatkan kebisingan yang akan mengganggu konsentrasi jalannya pelatihan.
2.    Ruang pelatihan tertutup
     Adalah ruangan yang dipisahkan oleh tembok atau penyekat yang terbuat dari kayu.
a.    Kelebihan
Pembicara dan peserta pelatihan dapat mengikuti pelatihan lebih tenang karena terhindar dari kebisingan.
b.    Kekurangan
1)      Merubah ruangan lebih sulit dilakukan
2)      Cahaya sulit masuk dan udara lebih sulit beredar sehingga suasana lebih pengap dan gerah.

C.    Kriteria Ruangan Diklat
            Untuk dapat mendukung tujuan dan kebutuhan diklat, maka tempat atau ruangan yang akan digunakan perlu memperhatikan beberapa kriteria berikut:
1. Fleksibilitas
Fleksibilitas yang dimaksud disini berupa tingkat kemudahan dan kecepatan dalam mengatur ruangan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Ruangan akan berubah pengaturannya jika digunakan untuk tujuan penyampaian materi pelajaran dengan tugas kelompok. Salah satu unsur fleksibilitas ruangan adalah luasnya ruangan. Cara yang dapat digunakan untuk menentukan luas ruangan adalah dengan cara mengukur kebutuhan setiap orang yang menggunakan.[5]
2. Isolasi
Isolasi ini berarti bahwa ruangan harus bebas dari pengaruh suara yang ramai, dan dapat menimbulkan gangguan terhadap proses pembelajaran. Lingkungan diklat sebaiknya jauh dari tempat kerja, agar tidak memungkinkan dan memudahkan peserta diklat untuk sering datang ke kantor atau dihubungi oleh kantor.
3. Pencahayaan
Karakteristik ketiga dari ruangan menurut Laird adalah pencahayaan. Sebaiknya pencahayaan ruangan kelas dapat diatur terang dan gelapnya. Ruangan akan membutuhkan pencahayaan yang lebih jika digunakan untuk kegiatan menulis, menggambar, demonstrasi, atau kegiatan yang memerlukan pengamatan tinggi. Namun untuk memutar film, atau OHP (over Head Projector) diperlukan ruangan yang agak gelap.
4. Ventilasi
Ventilasi dalam ruangan berfungsi mengatur kecukupan udara, suhu udara, dan uap air, udara yang terbaik untuk bekerja adalah dengan suhu 25,6 celcius, dan tingkat kelembaban adalah 45%. Dengan adanya air conditioning (AC) hal tersebut sudah bisa diatur dan diatasi. Ruang diklat sebaiknya dilengkapi dengan pendingin ruangan yang tidak mengeluarkan bunyi yang keras, karena menimbulkan gangguan terhadap konsentrasi selama proses pelatihan berlangsung.[6]




D.       
Daftar Pustaka

Daryanto. Manajemen Diklat. Yogyakarta: Gava Media. 2014
Dessler, Gary. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Salemba Empat. 2015
Mangkunegara, Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011
Riniwati, Harseko. Manajemen Sumber Daya Manusia. Malang:UB Press. 2016
Sugiono. Manajemen Diklat. Bandung: Alfabeta. 2002


[1] Daryanto, Manajemen Diklat, (Yogyakarta: GAVA MEDIA, 2014), hlm.122.
[2] Sugiyono, Manajemen Diklat, (Bandung: Alfabeta, 2002), hlm.44.
[3] Ibid,. Hlm.123
[4] Mangkunegara, Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011
[5] Gary , Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: Salemba Empat, 2015), hlm.87
[6] Harseko, Riniwati, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Malang: UB Press. 2016), hlm 24