Thursday, 21 March 2019

HADITS TENTANG PENDIDIKAN KEPADA DIRI SENDIRI



MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadis-hadis Tarbawi
yang diampu oleh Bapak Mohammad Farah Ubaidillah, S. THI, M. HUM


Oleh: kelompok 7
Ach. Shofwan                         [20170701011008]
Mohammad Samsul Arifin      [20170701011083]
Nur Hakikoh                           [20170701012105]
Nur Ainita                               [20170701012103]
Nurhasanah                             [20170701012109]


Description: IMG-20180511-WA0003.jpg



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kamihaturkan kehadirat Allah SWT.Yang Maha Esakarena dengan izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa pula, kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membina kami dan kepada teman-teman yang telah mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami susun dengan maksud untuk memenuhi tugas kelompok di semester IV mata kuliah Hadits-hadits Tarbawi yang sekaligus bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenaiHadits tentang Pendidikan kepada Diri Sendiri.
Dalam menyusun makalah ini kami menyadari bahwa dalam penyusunannya masih banyak kekurangan. Sehingga kami berharap kepada pembaca agar memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami. Dan semoga makalah ini menjadi wawasan pengetahuan serta bermanfaat bagi para pembaca khususnya kepada kelas A prodi PAI.






Pamekasan, 15 Maret 2019

  Penyusun
                                               






                                                       DAFTAR ISI














BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Pendidikan pada diri sendiri merupakan hal penting yang patut kita pelajari, dikarenakan sebelum mendidik orang lain penting kiranya mendidik diri sendiri. Tidak hanya itu, sepatutnya kita menjadi teladan bagi orang lain sebelum mendidik orang lain. Sehingga, peserta didik tidak hanya mendengar apa yang dikatakan pendidik,tetapi juga bisa meniru apa yang diberikan oleh pendidik.
Dengan demikian, apa saja hal yang harus di dalam diri akan dibahas didalam makalah ini. Seperti halnya, kewajiban kepada Allah, Kewajiban kepada Rasulullah SAW, kewajiban kepada orang tua dan keluarga, kewajiban pada diri sendiri, kewajiban sesama muslim, kewajiban sesama manusia dan kewajiban terhadap alam sekitar.

B.       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian pendidikan kepada diri sendiri ?
2.      Bagaimana Pendidikan kepada diri sendiri beserta haditsnya ?

C.      Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diperoleh tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pengertian pendidikan kepada diri sendiri.
2.      Untuk mengetahuipendidikan kepada diri sendiri beserta haditsnya.

 



BAB II

PEMBAHASAN

A.      Pengertian Pendidikan kepada Diri Sendiri

Pendidikan kepada diri sendiri atau pribadi merupakan landasan atau modal utama dalam pembinaan terhadap pendidikan keluarga, lembaga dan masyarakat. Sebab, hanya pendidikan kepada diri sendiri atau pribadi yang sudah terbina dengan baik sajalah yang pendidikan keluarga, lembaga dan masyarakatnya akan berhasil.
Pendidikan kepada diri sendiri perlu dilakukan sebelum membina atau mendidik keluarga, lembaga dan masyarakat. Pada Q.S. Al-Baqarah : 44, Allah berfirman :
 tbrâßDù's?r& }¨$¨Y9$# ÎhŽÉ9ø9$$Î/ tböq|¡Ys?ur öNä3|¡àÿRr& öNçFRr&ur tbqè=÷Gs? |=»tGÅ3ø9$# 4 Ÿxsùr& tbqè=É)÷ès? ÇÍÍÈ  
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”
Rasulullah juga menyarankan agar memulai segala sesuatu yang baik harus dari diri sendiri terlebih dahulu.
اِبْدَأْ بِنَفْسِكَ
“Mulailah dari dirimu sendiri.”[1]
Selain itu, pendidikan ini dilakukan sepanjang hayat. Sejak manusia itu lahir hingga akhir hayatnya. Islam juga mewajibkan umatnya untuk belajar sepanjang hayat. Terkait hal ini, Rasulullah saw, bersabda :“Tuntutlah ilmu sejak buaian hingga liang lahat.” (H.R. Bukhari).[2]



B.       Pendidikan kepada Diri Sendiri beserta Haditsnya

Pendidikan kepada Diri Sendiri, meliputi :
1)     Pendidikan Keimanan. Dalam pendidikan keimanan ini ada dua kewajiban yang harus dilakukan, yaitu kewajiban terhadap Allah SWT, dan kewajiban terhadap Rasulullah SAW. Kewajiban-kewajiban tersebut, diantaranya :
·         Beriman kepada Allah SWT. adalah meyakini keberadaan Allah dengan sifat-sifat yang dimiliki-Nya. Artinya, kita harus yakin bahwa Allah itu ada serta Dia memiliki sifat-sifat yang mulia (Asmaul Husna). Beriman kepada Allah merupakan dasar utama keimanan, karena dengan begitu akan melahirkan ketaatan terhadap yang lainnya. Hanya ketaatan yang berdasarkan keimanan kepada Allah sajalah yang benar dan akan diterima.
$yJ¯RÎ) šcqãYÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä «!$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur §NèO öNs9 (#qç/$s?ötƒ (#rßyg»y_ur öNÎgÏ9ºuqøBr'Î/ óOÎgÅ¡àÿRr&ur Îû È@Î6y «!$# 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNèd šcqè%Ï»¢Á9$# ÇÊÎÈ    
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (Q.S. Al-Hujuraat : 15).
·         Taat kepada Allah SWT
$yJ¯RÎ) tb%x. tAöqs% tûüÏZÏB÷sßJø9$# #sŒÎ) (#þqããߊ n<Î) «!$# ¾Ï&Î!qßuur u/ä3ósuÏ9 öNßgoY÷t/ br& (#qä9qà)tƒ $uZ÷èÏJy $uZ÷èsÛr&ur 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd tbqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÎÊÈ  
Artinya : “Sesungguhnya jawaban orang-orang beriman, bila mereka diseur kepada Allah dan Rasul-Nya di antara mereka ialah ucapan, “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. An-Nuur : 51).
Buah dari beriman kepada Allah adalah ketaatan terhadap-Nya. Orang yang benar-benar beriman kepada Allah akan taat kepada semua perintah-Nya serta menjauhi semua larangan-Nya. Orang yang melakukan perbuatan kufur disebut kafir. Orang kafir menolak keberadaan Allah serta menolak semua perintah-Nya.
·         Ikhlas dalam Beribadah kepada Allah SWT
!$tBur (#ÿrâÉDé& žwÎ) (#rßç6÷èuÏ9 ©!$# tûüÅÁÎ=øƒèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# (#qè?÷sãƒur no4qx.¨9$# 4 y7Ï9ºsŒur ß`ƒÏŠ ÏpyJÍhŠs)ø9$# ÇÎÈ  
Artinya : “Tiada mereka diperintah kecuali supaya menyembah kepada Allah dengan ikhlas dalam menjalankan agama yang lurus dan mendirikan shalat serta mengeluarkan zakat. Itulah agama yang lurus.” (Q.S. Al-Bayyinah :5).
Ikhlas artinya bersih dari mengharap selai Allah. Maksudnya, aktivitas apa pun yang kita lakukan itu adalah semata-mata karena Allah. Kita melaksanakan ibadah karena Allah yang memerintahkannya dan kita laksanakan dengan ikhlas. Kita menjauhi dosa dan maksiat, karena Allah melarangya dan ikhlas untuk menjauhinya. Ibadah yang dilaksanakaan dengan ikhlas saja yang akan diterima dan diberkahi Allah. Oleh karena itu, kita harus berupaya untuk selalu ikhlas dalam beribadah dan menjalani hidup ini agar amalan kita bisa diterima dan diberkahi Allah.[3]
2)     Kewajiban Terhadap Orang Tua dan Keluarga. Adapun pada bagian ini akan dibahas secara ringkas mengenai kewajiban terhadap orang tua dan keluarga tersebut. Menurut Abu Bakar Jabir El Jazair dalam kitabnya “Minhajul Muslimin” ada empat kewajiban terhadap kedua orang tua, yaitu:
·         Menaati keduanya dalam segala perintah dan larangannya Mentaati disini adalah dalam hal yang tidak merupakan maksiat kepada Allah, dan dalam hal yang tidak bertentangan dengan syariatnya. Hal ini beradasarkan firman Allah:
وَإِن جَٰهَدَاكَ عَلَىٰٓ أَن تُشۡرِكَ بِي مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٞ فَلَا تُطِعۡهُمَاۖ
وَصَاحِبۡهُمَا فِي ٱلدُّنۡيَا مَعۡرُوفٗاۖ وَٱتَّبِعۡ سَبِيلَ مَنۡ أَنَابَ إِلَيَّۚ ثُمَّ إِلَيَّ
 مَرۡجِعُكُمۡ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ ١٥
Artinya : “Dan sekiranya keduanya memaksamu berbuat musrik kepada ku, sedangkan kamu tidak mengetahuinya, maka janganlah kamu ikuti keduanya. Namun tetaplah kamu berbuat baik kepada mereka di Dunia.” (Q.s Lukman: 15)
·         Menjungjung dan menghormati keduanya, Kita harus memuliakan keduanya dengan ucapan dan perbuatan, tidak boleh menghardik keduanya, tidak boleh berbicara lebih keras dari suaranya, serta dilarang memanggil dengan menyebut namanya, tetapi panggillah dengan sopan santun.
·         Berbuat baik kepada mereka semampunya, Berbuat baik itu misalnya memberi makan, pakaian, pengobatan, menjaganya dari penyakit, dan berkorban dalam rangka membela keduanya.
·         Mendoakan dan memohon ampun bagi keduanya, memenuhi janjinya dan menghormati sahabatnya
Ketiga hal tersebut diatas harus kita laksanakan sebagai tanda bakti kita kepada mereka, dan ketiganya pun diperintahkan dalam ajaran islam.


Adapun kewajiaban terhadap keluarga adalah:
·         Mendidik keluarga untuk beribadah kepada Allah, Pengertian mendidik disini sangat luas, misalnya mengajar keluarga untuk bisa membaca al-quran, shalat, shaum, berakhlak mulia, serta melaksanakan ajaran islam dan menjahui larangannya.
·         Menafkahi dan memenuhi kebutuhan hidup keluarga, Menafkahi keluarga merupakan kewajiaban kepala keluarga (suami) sedangkan yang mengatur rumah tangga, misalnya memasak, dan sebagainya bisa dilakukan istri. Dalam keadaan tertentu, misalnya apabila istri bekerja bisa saja tugas-tugas tersebut didelegasikan kepada pemabantu rumah tangga, tapi bukan berarti istri berdiam diri. Idtri tetap bertugas mengawasi rumah tangga dan mendidik putra putrinya.
·         Hidup dengan rukun dan cinta kasih, Untuk mewujudkan hal ini maka keluarga perlu dilandasi dengan ajaran islam, karena dengan islamlah akan terwujud keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah, yakni keluarga tentram, saling mengerti dan penuh cinta kasih.
3)     Pendidikan Moral atau Akhlak.Akhlak adalah ukuran iman seseorang. Dalam pendidikan moral ini dimulai dari keluarga dengan memenuhi kewajiban terhadap orang tua dan keluarga.Kewajiban-kewajiban tersebut, diantaranya :
·         Menaati keduanya dalam segala perintah dan larangannya. Menaati disini adalah dalam hal yang tidak merupakan maksiat kepada Allah, dan dalam hal yang tidak bertentangan dengan syariatnya. Hal ini beradasarkan firman Allah:
bÎ)ur š#yyg»y_ #n?tã br& šÍô±è@ Î1 $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ Ÿxsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur Îû $u÷R9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur Ÿ@Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4 ¢OèO ¥n<Î) öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ  
Artinya : “Dan sekiranya keduanya memaksamu berbuat musrik kepada ku, sedangkan kamu tidak mengetahuinya, maka janganlah kamu ikuti keduanya. Namun tetaplah kamu berbuat baik kepada mereka di Dunia.” (Q.s Lukman: 15).
·         Menjungjung dan menghormati keduanya. Artinya, Kita harus memuliakan keduanya dengan ucapan dan perbuatan, tidak boleh menghardik keduanya, tidak boleh berbicara lebih keras dari suaranya, serta dilarang memanggil dengan menyebut namanya, tetapi panggillah dengan sopan santun.
·         Berbuat baik kepada mereka semampunya. Misalnya memberi makan, pakaian, pengobatan, menjaganya dari penyakit, dan berkorban dalam rangka membela keduanya.
·         Mendoakan dan memohon ampun bagi keduanya, memenuhi janjinya dan menghormati sahabatnya.
Adapun kewajiaban terhadap keluarga adalah:
·         Mendidik keluarga untuk beribadah kepada Allah. Misalnya, mengajar keluarga untuk bisa membaca al-quran, shalat, shaum, berakhlak mulia, serta melaksanakan ajaran islam dan menjahui larangannya.
·         Menafkahi dan memenuhi kebutuhan hidup keluarga.Menafkahi keluarga merupakan kewajiaban kepala keluarga (suami) sedangkan yang mengatur rumah tangga, misalnya memasak, dan sebagainya bisa dilakukan istri. Dalam keadaan tertentu, misalnya apabila istri bekerja bisa saja tugas-tugas tersebut didelegasikan kepada pemabantu rumah tangga, tapi bukan berarti istri berdiam diri. Istri tetap bertugas mengawasi rumah tangga dan mendidik putra putrinya.
·         Hidup dengan rukun dan cinta kasih.Untuk mewujudkan hal ini maka keluarga perlu dilandasi dengan ajaran islam, karena dengan islamlah akan terwujud keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah, yakni keluarga tentram, saling mengerti dan penuh cinta kasih.[4]
4)     Pendidikan Jasmani. Jasmani adalah jasad yang terlihat. Pendidikan ini menekankan pada proses pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani untuk mendapatkan kebugaran dalam berbagai hal. Dalam hal ini ada beberapa kewajiban terhadap jasmani, yaitu :
·         Makan dam minum yang halal dan baik (halalan thayiban) secara secukupnya dan teratur.
عَنْ اِبْنِ عُمَرَ قَالَ رَسُلُ اللَّهِ صَلَّ اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ الْمُؤْمِنُ يَأْ كٌلُ فِى مِعَى وَا حِدٍ وَالْكَا فِرُ يَأْكُلُ فِي
 سَبْعَةِ أَمْعَاءُ
Artinya : “Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Rasululllah SAW bersabda orang yang beriman itu makan dengan satu usus (perut), sedangkan orang kafir makan dengan tujuh usus.” (H.R. Bukhari)
·         Istirahat atau tidur seckupnya secara teratur
·         Memelihara kebersihan dan kesehatan badan
عَنْ أَبِي مَالِكِ الأَشْعَرِيْ قَالَ قَاَلَ رَسُوْلُ الضهش صََّى اللَّهِ عَلَيِْ وَسَلَّمَ الطُهُوْرُ شَطْرُ الإِيْمَانِ
Artinya :  “Abu Malik al-‘Asy’ari bercerita bahwa Rasulullah SAW bersabda, kebersihan itu sebagian dari iman.”
·         Minum obat atau berobat ketika sakit
·         Berpakaian dan menutup aurat secara benar
·         Menjauhkan diri dari perbuatan yang dapat merusak atau menyebabkan badan/jasmani menjadi sakit
·         Menggunakan anggota badan dan panca indra secara benar sesuai ketentuan syariat islam dan ridla Allah
·         Menghiasi diri dengan perilaku atau ahlak yang mulia
5)     Pendidikan Rohani. Rohani adalah unsur yang tidak terlihat.[5]
أَبِيي هُرَ يْرَتَ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَّى اَّللَّهُ عَلَيْهِ وَسَّلّمَ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَأَعْمَا لِكُمْعَنْ
Artinya : Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat betuk dan hartamu, tetapi Dia melihat hati dan pekerjaanmu.” (H.R. Ibnu Hibban).
Dalam pendidikan ini ada beberapa kewajiban terhadap rohani yang perlu dilakukan, yakni :

·         Kewajiban terhadap Akal
Ø  Memenuhi kebutuhan akal berupa ilmu agama islam dan ilmu-ilmu lain yang bermanfaat serta dibenarkan menurut syariat islam
Ø  Memelihara dan menggunakan akal secara benar
Ø  Menggunakan akal untuk memikirkan atau mentafakuri kekuasaan Allah guna menambah keimanan
·         Kewajiban terhadap Hati Nurani
Ø  Memelihara kebeningan hati nurani dengan senantiasa mengisi dan menyiraminya sengan ilmu-ilmu agama islam
Ø  Memelihara kebeningan hati nuranidengan senantiasa mengikti dan mengamalkan ajaran islam
Ø  Menghindarkan hati nurani dari bisikan setan dan penyakit-penyakit hati, seperti iri, dengki dan riya
·         Kewajiban terhadap Nafsu
Ø  Memaksimalkan potensi nafsu rubbubiyah atau ilahiyah dalam diri kita
Ø  Mengoptimalkan atau mengendalikan potensi nafsu insaniyah
Ø  Meminimalkan dan menghilangkan potensi nafsu syaithanyah
6)     Pendidikan Sosial, merupakan proses pembinaan kesadaran sosial, sikap sosial dan keterampilan sosial agar anak dapat hidup dengan baik serta wajar di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Dalam hal ini, ada beberapa kewajiban yang dilakukan, yaitu
·         Kewajiban terhadap sesama muslim
Ø  Menghormati dan memenuhi hak sesama
Ø  Bersikap lemah lembut dan sopan santun
Ø  Saling menolong dalam kebaikan dan takwa
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَاَلَ قَالَ رَسُلُ اللَّهِ صَلَّى اللّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْ مِنِ كُرْبَتَ مِنْ كُرَبِ
الدُّ نْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةَ مِنْ كُرَبِ يَوْمِ اْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسّضرَعََى مُعْسِرِ َسَّرَ عَلَى مُعْسِرِ
 يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فيْ الدّْنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْمًا سَتَرَ هُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاّللَّهُ فِ
عَوْن اْعَبْدِ مَاكَانَ اْعَبْدُ ف عَوْنِ أَخِيْه
Artinya : Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang melepaskan seorang mukmin dari kesulitan dunia, Allah akan melapangkannya dari satu kesulitan hari kiamat. Siapa yang memudahkan dari satu kesulitan, Allah akan memudahkannya dari kesulitan dunia dan akhirat. Siapa yang menutup aib seorang muslim, Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhiratnya. Allah selalu menolong hambanya selama hamba itu menolong saudara-Nya.” (H.R. Muslim).
Ø  Mengajak dalam kebenaran
Ø  Mencegahnya dari bebuat keji, dosa dan maksiat
·         Kewajiban terhadap sesama manusia
a)      Menghormati dan memenuhi hak-haknya. Dalam pelaksanaan hak asasi tersebut tidak berarti di perbolehkan berbuat semaunya dengan dalih memiliki hak asasi karena pada dasarnya pelaksanaan hak asasi kita dibatasi oleh hak asasi orang lain.
b)      Bersikap lemah lembut dan sopan santun.Dalam pergaulan hidup sehari-hari sangat di perlukan sikap lemah lembut dan sopan santun. Ini diperlukan tanpa memandang (membedakan) suku bangsa, ras, keturunan, agama, golongan, kedudukan, tingkat sosial, maupun tingkat pendidikan. Pada dasarnya setiap orang senang diperlakukan dengan lemah lembut dan sopan santun. Hal itu merupakan kebutuhan setiap manusia. Setiap agama juga sebenarnya mengajarkan sikap sopan santun serta kasih sayang kepada sesama manusia dan makhluk Tuhan. Dalam islam ada anjuran menyayangi semua yang ada di muka bumi, karena dengan demikian akan di sayang Tuhan dan para malaikat yang ada di langit.
c)      Saling menolong dalam kebaikan. Manusia memiliki tiga predikat dalam hidupnya yaitu sebagai insan Tuhan, insan sosial, dan insan politik. Sebagai insan Tuhan harus melaksanakan tugas yakni beribadah. Sebagai insan sosial ia harus bermasyarakat atau hidup rukun dengan sesamanya. Sedangkan sebagai insan politik harus menjadi warga negara yang baik. Dalam ajaran islam penyabarannya bisa lebih luas lagi; yakni manusia (khususnya umat islam) harus melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah (hablumminallah), kemudian kepada terhadap sesama manusia (hablumminannas) dan terhadap alam semesta (hablum minal alam). Berbahagialah mereka yang dalam hidupnya hidup rukun, saling menolong dan bermanfaat bagi sekitarnya. Rasulullah bersabda, “sebaik-baik manusia adalah yang memberi/membawa manfaat bagi orang orang di sekitarnya”.
d)     Mengajak kebaikan dan mencegah keburukan. Kedua hal ini, yakni mengajak kebaikan dan merubah keburukan, merupakan suatu rangkaian yang tidak bisah di pisahkan. Dengan mengajak dalam kebaikan berarti kita mencegahnya dari berbuat buruk; dan dalam mencegah dalam keburukan berarti kita telah menuju ke arah kebaikan. Namun dalam hal pelaksanaannya kita sering mengalami kendala (hambatan), diantaranya : timbul rasa enggan dalam diri kita, karena khawatir orang lain menjadi tersinggung atau marah, khawatir kita dianggap “sok suci” atau “sok pintar” oleh orang lain dan khawatir kita dikucilkan orang,  terlebih pada masa sekarang ini orang lebih cendrung lebih bersikap egoisme, individualisme, eksklusivisme, dan semacamnya. Namun, sebagai umat islam atau umat beragama yang baik, tentu akan bersedia untuk mengngatkan dan diingatkan, menasehati dan dinasehati, menegur dan ditegur, menganjak dan diajak (dalam hal yang benar) serta mencegah dan dicegah dalam hal keburukan.[6]
·         Kewajiban terhadap alam sekitar
Ada dua fungsi utama diciptakannya manusia, yakni untuk beribadah (seperti di firmankan Allah dalam surat Adz Dzariyat: 56) dan sebagai khalifah dimuka bumi (seperti tertera dalam surah Al Baqarah: 30). Fungsi kedua dari manusia yakni sebagai khalifah dimuka bumi artinya manusia bertugas mengelola semua yang ada dan telah diciptakan Allah di muka bumi; ini erat keterkaitannyadengan alam sekitar. Sehubungan dengan itu ada tiga kewajiban utama manusia terhadap alam sekitar, yaitu:
a)      Mengelola sumber daya alam. Dialam semesta ini banyak terdapat sumber daya yang diolah dan di dayagunakan oleh manusia; baik yang terdapat di daratan maupun dilautan. Diantara sumber daya itu ada yang sudah di temukan, di olah, dan di dayagunakan; namun ada juga yang belum secara optimal terutama yang berada di lautan. Sesungguhnya  dilautan itu banyak terdapat sumber daya apabila dikeloloa dan didayagunakan dengan lebih baik, namun tentu saja memerlukan sarana, prasarana dan fasilitas yang lebih canggih.
b)      Tidak merusak lingkungan. Manusia sudah di serasi tugas oleh allah untuk mengolah dan mengelola semua sumber daya yang terdapat dialam ini; bukan hanya yang terdapat di muka bumi in tetapi juga yang berada di planet-planet lain apabila ternyata ada. Dalam mengolah dan mengelola sumber daya yang terdapat dialam ini manusia dipersilahkan untuk mengarahkan semua potensi serta peralatan yang dimilikinya secara maksimal. Namun, ada satu syarat yang harus dipenuhi, yakni tidak boleh membuat kerusakan di muka bumi.
c)      Memanfaatkan sumber daya alam. Manusia diberi kebebasan untuk mengolah, mengelola dan mendayagunakan semua potensi serta sumber daya yang terdapat dialam ini secara maksimal; namun harus di peruntukkan bagi kesejahteraan umat manusia. Dengan demikian tidak diperbolehkan kita berbuat tamak dalam memanfaatkan sumber daya itu hanya untuk kebutuhan sendiri atau kelompoknya saja, tapi juga harus untuk kesejahteraan semua manusia. Tidak hanya untuk manusia yang hidup sekarang, tapi juga yang akan hidup dimasa datang.[7]


BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Dalam melakukan segala sesuatu itu harus bermulai dari diri sendiri terlebih dahulu, terutama dalam hal pendidikan. Karena pendidikan kepada diri sendiri atau pribadi merupakan landasan atau modal utama dalam pembinaan terhadap pendidikan keluarga, lembaga dan masyarakat. Apabila pendidikan kepada diri sendiri atau pribadi sudah terbina dengan baik. Maka, pendidikan keluarga, lembaga dan masyarakatnya akan berhasil.
Pendidkan kepada diri sendiri, meliputi : pendidikan keimanan, pendidikan akhlak, pendidikan jasmani, pendidikan rohani dan pendidikan sosial. Dimana dalam setiap pendidikan tersebut terdapat kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan.

B.       Saran

Makalah yang kami buat ini tidak terlepas dari kekurangan dan bahkan belum sempurna. Untuk itu, kami mohon maaf dan kritikannya guna perbaikan makalah kami selanjutnya. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

 



Daftar Pustaka

Jauhari Muchtar, Heri. Fikih Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008.
Luthfiah, Zeni, dkk. Pendidikan Agama Islam,Surakarta : Yuma Pressindo, 2011.
Rasyid, Ainur. Hadits-hadits Tarbawi. Yogyakarta : DIVA Press, 2017.
Suryani. Hadis Tarbawi. Yogyakarta : Teras, 2012.
Umar, Bukhari. Hadis Tarbawi,Jakarta : Amzah, 2014.




[1]Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung :Remaja Rosdakarya, 2008), hlm; 23.
[2]Ainur Rasyid, Hadits-hadits Tarbawi, (Yogyakarta :DIVA Press, 2017), hlm; 31-32.
[3]Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan,hlm; 26-30.


[4]Suryani, Hadis Tarbawi, (Yogyakarta :Teras, 2012), hlm; 66.
[5]Bukhari Umar, Hadis Tarbawi, (Jakarta :Amzah, 2014), hlm; 45-53.

[6] Ibid, hlm; 37-41.


[7]Zeni Luthfiah, dkk, Pendidikan Agama Islam, (Surakarta :Yuma Pressindo, 2011), hlm; 73.