Wednesday, 20 March 2019

LANDASAN POKOK PENALARAN II (KATEGORI dan PREDIKABEL)


RESUME
LANDASAN POKOK PENALARAN II (KATEGORI dan PREDIKABEL)
Dosen Pengampu:
Mohammad Farah Ubaidillah, S.TH I, M.HLM


 


Oleh Kelompok 01:
Mufti Umam Al-fajri              (18381011125)
Qomaruddin                            (18381011148)
Wahyu Sahril Romadhon        (18381011190)
Lailatur Rofiqoh                     (18381012093)
                                                                                                                                  
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
MARET 2019PEMBAHASAN
A.    Kategori
Istilah kategori berasal dari bahasa Yunani kategoria yang pada mulanya berarti penguraian fakta yang mengemukakan oleh seseorang penuntut umum di depan dikasteria (mahkamah rakyat), terhadap seorang terdakwa pada zaman yunani Kuno. Kemudian, Aristoteles menggunakan istilah itu sebagai penguraian yang rinci tentang suatu keberadaan yang terdiri atas pengertian-pengertian yang sangat umum dan hakiki yang menjadi bentuk dasar dari pemahaman terhadap sesuatu itu, baik material maupun non material.
Dengan kata lain yang dimaksud dengan kategori adalah mengeluarkan atau membedakan aspek yang terdapat pada halnya dengan keharusan dari aspek yang terdapat pada halnya dengna tidak keharusan.  Ada 10 kategori dalam pandangan Aristoteles, yakni:
1.      Substansi (Ousia)
2.      Kuantitas/Jumlah (Poson)
3.      Kualitas/Sifat (Poion)
4.      Relasi/Hubungan (Pros ti)
5.      Place/Tempat (Pou)
6.      Time/Waktu (Pote)
7.      Aksi (Polein)
8.      Passivitas (Paskhein)
9.      Posisi (Keisthai)
10.  Kondisi (Ekhein)
Substansi dari pandangan Aristoteles tersebut sebagai aspek substansi itu sendiri yang menunjuk pada esensi (unsur keapaan) sebagai aspek dengan keharusan, yang menunjukkan esensi (inti) pengertian itu sendiri, yang merupakan jawaban dari pertanyaan apanya (menunjuk pada benda) atau siapanya (menunjuk pada orang). Sedangkan kesembilannya merupakan aspek aksidens yaitu pengertian yang menunjuk pada hal lainnya yang tidak pada halnya sendiri, seperti sifat dan jumlah. Dari aksidens itu orang tidak akan tahu apanya, mungkin hanya tahu sifat dan jumlahnya,
Contoh dari ke-10 kategori di atas dalam proposisi logika adalah: Seorang pemuda tampan, anak Pak Broto sebagai penggila buku sekarang duduk dengan tenang di Taman membaca novel Bumi Cinta.
·         Seorang                             : Jumlah (kuantitas)
·         Pemuda                             : isi (substansi)
·         Tampan                             : sifat (kualitas)
·         Anak Pak Broto                : hubungan (relasi)
·         Sebagai penggila buku      : kondisi (kedudukan)
·         Sekarang                           : waktu (tempo)
·         Duduk dengan tenang      : sikap (posisi)
·         Di Taman                          : tempat
·         Membaca                           :  aksi (aktivitas)
·         Novel Bumi Cinta             : pelengkap penderita (passifitas)
Pada perkembangan berikutnya, kategori hasil rumusan Aristoteles di atas di bagi lagi dengan menjadikan kesepuluh jenisnya sebagai sudut-sudut pandang yang berbeda-beda, sebagai berikut:
1)      Menurut kuantitasnya, kategori di bagi menjadi 3 jenis, yakni:
a.       Universal,yakni kategori yang mengandung sifat yang dapat diterapkan pada sekian banyak entitas, seperti manusia, binatang, dsb.
b.      Kolektif, yakni kategori yang mengandung pengertian pada beberapa entitas, seperti dewan, majelis, panitia dsb.
c.       Singular (Individual), ialah kategori yang nengandung sifat yang hanya diterapkan pada satu entitas, seperti umar, Ali dsb.
2)      Menurut keadaannya, kategori di bagi menjadi 2 bagian:
a.       Abstrak, yaitu kategori untuk melukiskan segala sesuatu yang sulit dipahami, seperti keindahan, kesejahteraan dsb.
a.       Konkret, yakni kategori untuk melukiskan sesuatu yang dapat di amati, seperti orang gagah, cewek cantik dsb.
3)      Menurut sifatnya, kategori terbagi menjadi 3 jenis, yakni:
a.       Positif, yakni kategori yang menyatakan kualitas sebuah entitas, seperti sopan, bahagia, sedih dsb.
b.      Negatif, yakni kategori yang menyatakan ketiadaan kualitas dari sebuah entitas, sseperti tidak manusiawi, kurang ajar dsb.
c.       Positif-Negatif,  kategori yang menunjukkan adanaya kualitas, namun tidak dapat di tampakkan, seperti peri, genderuwo, dindedin dsb.
4)      Menurut tujuannya, kategori dapat di pandang dalam 2 jenis, yakni:
a.       Ekstensi, yakni kategori yang menamakan dan mengidentifikasikan sesuatu, seperti manusia untuk membedakan perorangan ataupun ras, Fatimah dan Ali, Madura dan Jawa dsb.
b.      Intensi, yakni kategori yang menyatakan kualitas atau ciri dari sesuatu, seperti manusia sebagai animal rationale , animal simbolicium, atau homo economicus dsb.
5)      Menurut hubungannya, kategori dapat di lihat dalam 4 jenis, yakni:
a.       Simetrik, yakni kategori dengan hubungan yang mempunyai arus timbal balik, seperti Ali mencintai saya, dsb.
b.      Asimetrik, yakni kategori dengan hubungan yang tidak mempunyai arus timbal balik, seperti Adam anak Pak Lurah, dsb.
c.       Transitif, yakni kategori dengan hubungan yang mengikat satu atau beberapa entitas dalam hubungan yang sama, seperti A di muka B, B di muka C, maka A di muka C, dsb.
d.      Intransitif, yakni kategori dengan hubungan yang memiliki titik temu pada satu pusat dan menimbulkan kedudukan yang tidak sejajar, seperi Dewi adalah ibu Ahmad dan Ahmad ayah Ali, maka Dewi bukan ibu Ali.
B.     Predikabel
Predikabel adalah pengertian-pengertian yang di nyatakan oleh predikat mengenai subjeknya. Ada bermacam-macam pengertian yang dinyatakan oleh predikat dalam hubungannya dengan subjek. Menurut Aristoteles, ada 4 macam predikabel dan Prophyrius menambahkan anggapan Aristoteles, yaitu:
1.      Genus (jenis, jins)
2.      Species (kelas, nau’)
3.      Differentia (ciri pembeda, fasl)
4.      Proprium (sifat khusus, al-khassah)
5.      Accidentia (sifat umum, al-‘arad)
Genus adalah jenis yang merupakan himpunan benda, perorangan, atau hal lainnya yang meliputi kelompok-kelompok terbatas yang berada di bawahnya yang disebut spesies. Hubungan genus dan species adalah  genus senantiasa meliputi species, sedangakn species senantiasa merupakan bagian dari genus. Contoh: Asia Tenggara adalah genus wilayah yang mencakup species negara Indonesia, Malaysia, Singapura. Species dapat menjadi genus apabila ia masih meliputi kelompok-kelompok terbatasyang berada di bawahnya. Seperti species negara Indonesia menjadi genus dengan species etnis Jawa, Madura, Batak, Dayak dll. Sebaliknya genus dapat menjadi species, seperti genus Asia Tenggara menjadi species dari genus Asia.
Genus yang tidak dapat lagi menjadi species disebut genus teertinggi (summum genus), sedangkan species yang tidak mungkin lagi dapat menjadi genus disebut species tersempit (infimae species). Adapun semua yang berada di antara summum genus sampai infimae species disebut sub altern genera.
Differentia adalah ciri pembeda yang membedakan suatu species dengan species lainnya dari genus yang sama. Misalnya, genus hewan dengan species manusia, monyet, dan kuda. Ciri pembeda antara manusia dengan monyet dan kuda ialah akal budi. Apabila genus terdekat (proximate genus) ditambah dengan ciri pembeda (differentia), hasilnya ialah species. Contohnya, hewan + akal budi = hewan yang berakal budi, yakni species manusia.
Proprium ialah sifat khusus yang merupakan kelanjutan atau konsekuensi logis dari differentia atau akibat dari sifat pembeda yang dimilikinya. Sifat pembeda yang dimiliki manusia adalah berpikir. Dari sifat berpikir inilah timbul sifat-sifat khusus seperti: kawin, membentuk pemerintah, berpakaian, memecahkan persoalan matematika. Proprium dapat di golongkan ke dalam 2 jenis, yakni:
a.       Proprium Generik, adalah proprium yang berakar dari genus, karena adanya hubungan langsung, seperti “Manusia akan mati”. Sifat akan mati bukan karena dia manusia, melainkan karena ia adalah organisme hidup yang sekaligus adalah genus.
b.      Proprium Spesifik, proprium yang berakar dan berhubungan langsung dengan subjek sebagai species, seperti “Manusia berpolitik”, berpolitik bukan karena manusia adalah organisme yang hidup, melainkan karena dia adalah manusia.
Accidentia ialah sifat sampiran yang tidak termasuk di dalam differentia ataupun proprium. Accidentia merupakan suatu sifat tidak khusus yang melekat pada genus atau species sehingga bukan merupakan bagian yang hakiki. Accidentia dapat berubah tanpa sifat hakikinya berubah. Contoh, warna hijau atau putih pada kuku, rambut pada manusia, dan sebagainya.