RESUME
LANDASAN POKOK PENALARAN II
(KATEGORI dan PREDIKABEL)
Dosen Pengampu:
Mohammad Farah Ubaidillah, S.TH I,
M.HLM
Oleh Kelompok 01:
Mufti
Umam Al-fajri (18381011125)
Qomaruddin (18381011148)
Wahyu
Sahril Romadhon (18381011190)
Lailatur
Rofiqoh (18381012093)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
MARET
2019PEMBAHASAN
A. Kategori
Istilah kategori
berasal dari bahasa Yunani kategoria yang
pada mulanya berarti penguraian fakta yang mengemukakan oleh seseorang penuntut
umum di depan dikasteria (mahkamah
rakyat), terhadap seorang terdakwa pada zaman yunani Kuno. Kemudian, Aristoteles
menggunakan istilah itu sebagai penguraian yang rinci tentang suatu keberadaan
yang terdiri atas pengertian-pengertian yang sangat umum dan hakiki yang
menjadi bentuk dasar dari pemahaman terhadap sesuatu itu, baik material maupun
non material.
Dengan kata lain yang dimaksud dengan kategori
adalah mengeluarkan atau membedakan aspek yang terdapat pada halnya dengan
keharusan dari aspek yang terdapat pada halnya dengna tidak keharusan. Ada 10 kategori dalam pandangan Aristoteles,
yakni:
1. Substansi
(Ousia)
2. Kuantitas/Jumlah
(Poson)
3. Kualitas/Sifat
(Poion)
4. Relasi/Hubungan
(Pros ti)
5. Place/Tempat
(Pou)
6. Time/Waktu
(Pote)
7. Aksi
(Polein)
8. Passivitas
(Paskhein)
9. Posisi
(Keisthai)
10. Kondisi
(Ekhein)
Substansi dari pandangan Aristoteles
tersebut sebagai aspek substansi itu sendiri yang menunjuk pada esensi (unsur
keapaan) sebagai aspek dengan keharusan, yang menunjukkan esensi (inti)
pengertian itu sendiri, yang merupakan jawaban dari pertanyaan apanya (menunjuk
pada benda) atau siapanya (menunjuk pada orang). Sedangkan kesembilannya merupakan
aspek aksidens yaitu pengertian yang menunjuk pada hal lainnya yang tidak pada
halnya sendiri, seperti sifat dan jumlah. Dari aksidens itu orang tidak akan
tahu apanya, mungkin hanya tahu sifat dan jumlahnya,
Contoh dari ke-10 kategori di atas dalam
proposisi logika adalah: Seorang pemuda
tampan, anak Pak Broto sebagai penggila buku sekarang duduk dengan tenang di
Taman membaca novel Bumi Cinta.
·
Seorang : Jumlah
(kuantitas)
·
Pemuda : isi (substansi)
·
Tampan : sifat (kualitas)
·
Anak Pak Broto : hubungan (relasi)
·
Sebagai penggila
buku : kondisi (kedudukan)
·
Sekarang : waktu (tempo)
·
Duduk dengan
tenang : sikap (posisi)
·
Di Taman : tempat
·
Membaca : aksi (aktivitas)
·
Novel Bumi Cinta : pelengkap penderita (passifitas)
Pada perkembangan berikutnya, kategori
hasil rumusan Aristoteles di atas di bagi lagi dengan menjadikan kesepuluh
jenisnya sebagai sudut-sudut pandang yang berbeda-beda, sebagai berikut:
1) Menurut
kuantitasnya, kategori di bagi menjadi 3 jenis, yakni:
a. Universal,yakni
kategori yang mengandung sifat yang dapat diterapkan pada sekian banyak
entitas, seperti manusia, binatang, dsb.
b. Kolektif,
yakni kategori yang mengandung pengertian pada beberapa entitas, seperti dewan,
majelis, panitia dsb.
c. Singular
(Individual), ialah kategori yang nengandung sifat yang hanya diterapkan pada
satu entitas, seperti umar, Ali dsb.
2) Menurut
keadaannya, kategori di bagi menjadi 2 bagian:
a. Abstrak,
yaitu kategori untuk melukiskan segala sesuatu yang sulit dipahami, seperti
keindahan, kesejahteraan dsb.
a. Konkret,
yakni kategori untuk melukiskan sesuatu yang dapat di amati, seperti orang
gagah, cewek cantik dsb.
3) Menurut
sifatnya, kategori terbagi menjadi 3 jenis, yakni:
a.
Positif, yakni
kategori yang menyatakan kualitas sebuah entitas, seperti sopan, bahagia, sedih
dsb.
b.
Negatif, yakni
kategori yang menyatakan ketiadaan kualitas dari sebuah entitas, sseperti tidak
manusiawi, kurang ajar dsb.
c.
Positif-Negatif, kategori yang menunjukkan adanaya kualitas,
namun tidak dapat di tampakkan, seperti peri, genderuwo, dindedin dsb.
4) Menurut
tujuannya, kategori dapat di pandang dalam 2 jenis, yakni:
a. Ekstensi,
yakni kategori yang menamakan dan mengidentifikasikan sesuatu, seperti manusia
untuk membedakan perorangan ataupun ras, Fatimah dan Ali, Madura dan Jawa dsb.
b. Intensi,
yakni kategori yang menyatakan kualitas atau ciri dari sesuatu, seperti manusia
sebagai animal rationale , animal
simbolicium, atau homo economicus dsb.
5) Menurut
hubungannya, kategori dapat di lihat dalam 4 jenis, yakni:
a. Simetrik,
yakni kategori dengan hubungan yang mempunyai arus timbal balik, seperti Ali
mencintai saya, dsb.
b. Asimetrik,
yakni kategori dengan hubungan yang tidak mempunyai arus timbal balik, seperti
Adam anak Pak Lurah, dsb.
c. Transitif,
yakni kategori dengan hubungan yang mengikat satu atau beberapa entitas dalam
hubungan yang sama, seperti A di muka B, B di muka C, maka A di muka C, dsb.
d. Intransitif,
yakni kategori dengan hubungan yang memiliki titik temu pada satu pusat dan
menimbulkan kedudukan yang tidak sejajar, seperi Dewi adalah ibu Ahmad dan
Ahmad ayah Ali, maka Dewi bukan ibu Ali.
B.
Predikabel
Predikabel adalah pengertian-pengertian yang di
nyatakan oleh predikat mengenai subjeknya. Ada bermacam-macam pengertian yang
dinyatakan oleh predikat dalam hubungannya dengan subjek. Menurut Aristoteles,
ada 4 macam predikabel dan Prophyrius menambahkan anggapan Aristoteles, yaitu:
1. Genus (jenis,
jins)
2. Species (kelas,
nau’)
3. Differentia (ciri
pembeda, fasl)
4. Proprium (sifat
khusus, al-khassah)
5. Accidentia (sifat
umum, al-‘arad)
Genus adalah jenis yang merupakan
himpunan benda, perorangan, atau hal lainnya yang meliputi kelompok-kelompok
terbatas yang berada di bawahnya yang disebut spesies. Hubungan genus
dan species adalah genus
senantiasa meliputi species,
sedangakn species senantiasa
merupakan bagian dari genus. Contoh:
Asia Tenggara adalah genus wilayah
yang mencakup species negara
Indonesia, Malaysia, Singapura. Species
dapat menjadi genus apabila ia masih
meliputi kelompok-kelompok terbatasyang berada di bawahnya. Seperti species negara Indonesia menjadi genus dengan species etnis Jawa, Madura, Batak, Dayak dll. Sebaliknya genus dapat menjadi species, seperti genus Asia Tenggara menjadi species
dari genus Asia.
Genus
yang tidak dapat lagi menjadi species
disebut genus teertinggi (summum genus), sedangkan species
yang tidak mungkin lagi dapat menjadi genus
disebut species tersempit (infimae species). Adapun semua yang
berada di antara summum genus sampai infimae species disebut sub altern
genera.
Differentia
adalah ciri pembeda yang membedakan suatu species
dengan species lainnya dari genus yang sama. Misalnya, genus hewan dengan species manusia, monyet, dan kuda. Ciri pembeda antara manusia
dengan monyet dan kuda ialah akal budi. Apabila genus terdekat (proximate
genus) ditambah dengan ciri pembeda
(differentia), hasilnya ialah species. Contohnya, hewan + akal budi =
hewan yang berakal budi, yakni species
manusia.
Proprium
ialah
sifat khusus yang merupakan kelanjutan atau konsekuensi logis dari differentia atau akibat dari sifat
pembeda yang dimilikinya. Sifat pembeda yang dimiliki manusia adalah berpikir.
Dari sifat berpikir inilah timbul sifat-sifat khusus seperti: kawin, membentuk
pemerintah, berpakaian, memecahkan persoalan matematika. Proprium dapat di golongkan ke dalam 2 jenis, yakni:
a. Proprium
Generik, adalah proprium yang berakar dari genus, karena adanya hubungan
langsung, seperti “Manusia akan mati”. Sifat akan mati bukan karena dia
manusia, melainkan karena ia adalah organisme hidup yang sekaligus adalah
genus.
b. Proprium
Spesifik, proprium yang berakar dan berhubungan langsung dengan subjek sebagai
species, seperti “Manusia berpolitik”, berpolitik bukan karena manusia adalah
organisme yang hidup, melainkan karena dia adalah manusia.
Accidentia
ialah
sifat sampiran yang tidak termasuk di dalam differentia
ataupun proprium. Accidentia merupakan
suatu sifat tidak khusus yang melekat pada genus
atau species sehingga bukan
merupakan bagian yang hakiki. Accidentia
dapat berubah tanpa sifat hakikinya berubah. Contoh, warna hijau atau putih
pada kuku, rambut pada manusia, dan sebagainya.