Wednesday, 20 March 2019

AKAD DALAM BERMUAMALAH MAKALAH


AKAD DALAM BERMUAMALAH
MAKALAH
Disusun  untuk memenuhi tugas mata kuliah “Fiqh Muamalah”
Yang dibina oleh: Bapak Zainal Abidin, DR. MEI

Disusun Oleh :
Kelompok 2

1.      Syaiful Alam





INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MADURA
JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (EBIS)
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR        

Assalamualaikum.wr.wb
            Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat taufik serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang              “Akad Dalam Bermuamalah ”. Sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi  Muhammad saw yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang dapat kita rasakan saat ini.
            Disini kami menyadari dalam penyelesaian tugas makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak-pihak yang mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan masalah tugas ini, oleh karena itu kami mengucapkan banyak terimaksih kepada:.
1.      Bapak Zainal Abidin, DR. MEI
2.      Teman-teman yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas makalah ini
            Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan untuk terwujudnya makalah yang benar dan tepat.


Waalaikumussalam wr.wb.
                                                           
                    
                                                                                                            Penulis

                                                                                                       Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
  1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
  2. Rumusan Masalah  ................................................................................... 1
  3. Tujuan........................................................................................................ 1
BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................... 2
  1. Jenis – Jenis Akad .................................................................................... 2
BAB III. PENUTUP ........................................................................................... 9
A.    Kesimpulan................................................................................................ 9
B.     Saran.......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10










BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam menjalakan bisnis, suatu hal yang sangat penting adalah masalah akad (perjanjian). Akad sebagai salah satu cara untuk memperoleh harta dalam syariat islam yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Akad merupakan cara yang diridhai Allah dan harus ditegakkan isinya. Sebuah akad menjelaskan bahwa perjanjian harus merupakan perjanjian kedua belah pihak untuk mengikatkan diri tentang perbuatan yang akan dilakukan dalam suatu hal yang khusus. Akad ini diwujudkan pertama dalam ijab dan qobul. Kedua, sesuai kehendak syariat. Ketiga, adanya akibat hukum pada objek perikatan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana jenis – jenis akad ?
C.     Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui bagaimana jenis - jenis akad










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Jenis-jenis akad
1.      Akad menurut tujuanya
a.       Akad tabarru’
Yaitu akad yang dimaksudkan untuk menolong dan murni semata-mata karena mengharap ridha Allah. Contoh akad yang tergolong akad ini meliputi: hibah, wakaf, wasiat.
b.      Akad tijari
Akad yang dimaksudkan untuk mencari dan mendapatkan keuntungan dimana rukun dan syarat akad telah terpenuhi. Contoh akad meliputi: murabahah, musyarakah, istishna’.
2.      Akad menurut keabsahanya
a.       Akad sahih
Yaitu akad yang memenuhi semua rukun dan syaratnya. Maksudnya sudah terjadi perpindahan barang dari penjual ke pembeli dan perpindahan harga dari pembeli ke penjual.
b.      Akad fasid
Yaitu akad yang semua rukunya terpenuhi, namun ada syarat yang tidak terpenuhi. Maksudnya, belum terjadi perpindahan barang dari penjual ke pembeli dan perpindahan harga dari pembeli ke penjual.
c.       Akad bathal
Yaitu akad dimana salah satu rukunya tidak terpenuhi dan otomatis juga syaratnya tidak terprnuhi. Akad ini tidak menimbulkan perpindahan barang dan kesepakatan harga antara dua belah pihak.[1]




3.      Akad menurut namanya
a.       Akad bernama (al-uqud al-musamma)
Yaitu akad yang sudah ditentukan namanya oleh pembuat hukum dan ditentukan pula ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku terhadapnya dan tidak berlaku terhadap akan lain.
Contoh akadnya : akad ijarah (sewa-menyewa), jual beli (al-ba’i), pemindahan hutang (al-khiwalah).
b.      Akad tidak bernama ( al uqud ghair al musamma)
Akad yang tidak diatur secara khusus dalam kitab-kitrab fiqh di bawah satunnama tertentu. Maksudnya akad yang tidak ditentukan oleh pembuat hukum dan tidak ada pengaturan tersendiri mengenainya.
Contoh : perjanjian penerbitan, periklanan.[2]
4.      Akad menurut kedudukannya
a.       Akad pokok
Akad pokok adalah akad yang berdiri sendiri yang keberadaanya tidak bergantung pada satu hal lain.
Contoh : akad jual beli, sewa menyewa, penitipin.
b.      Akad asesoir
Akad asesoir adalah akad yang tidak berdiri sendiri, tetapi tergantung pada suatu hak yang menjadi dasar ada dan tidaknya atau sha dan tidak sahnya akad tersebut.
Contoh : akad penanggugan ( al-kafalah), akad gadai (ar-rahn).[3]
5.      Akad dari segi tempo
a.       Akad bertempo
Akad bertempo adalah akad yang didalamnya terdapat unsur waktu yang merupakan isi dari perjanjian.
Contoh : akad sewa-menyewa, akad penitipan.


b.      Akad tidak bertempo
Akad tidak bertempo adalah akad dimana unsur waktu tidak menjadi isi perjanjian.
Contoh : akad jual beli yangterjadi seketika tanpa perlu unsur waktu.[4]
6.      Akad dari segi formalitas.
a.       Akad konsesual
Jenis akad yang cukup terciptanya cukup berdasarkan pada kesepakatan para pihak tanpa diperlukan formalitas-formalitas tertentu.
Contoh : jual beli, sewa menyewa.
b.      Akad formalistis
Akad yang tunduk terhadap syarat-syarat formalitas yang ditentukan oleh pembuat akad.
Contoh : akad nikah, karena menggunakan syarat kehadiran dan kesaksian dua orang saksi.
c.       Akad riil
Akad yang untuk terjadinya diharuskan adanya penyerahan tunai objek akad, dimana akad tersebut belum terjadinya apabila belum dilaksanakan.
Contoh : penitipan, kredit (utang).
7.      Dilihat dilarang atau tidaknya oleh syara’
a.       Akad masyru’
Akad yang dibenarkan oleh syara’ untuk dibuat dan tidak ada larangan untuk menutupnya.
Contoh : jual beli, sewa menyewa.
b.      Akad terlarang
Akad yang dilarang oleh syara’ untuk dibiuat.
Contoh : akad jual beli janin.[5]

8.      Akad menurut mengikat dan tidak mengikatnya
a.       Akad mengikat
Akad dimana apabila seluruh rukun dan syaratnya telah terpenuhi.
Contoh : akad jual beli, sewa menyewa.
b.      Akad mengikat satu pihak
Akad dimana salah satu pihak tidak dapat membatalkan perjanjian tanpa persetujuan pihak lain, akan tetapi pihak lain dapat membatalkannya tanpa persetujuan pihak pertama.
Contoh : akad gadai dan akad kafalah ( penanggungan).
9.      Akad menurut dapat dilaksanakanya dan tidak dapat dilaksanakanya
a.       Akad nafiz
Akad yang bebas dari setiap faktor yang menyebabkan tidak dapatnya akad tersebut dilaksanakan.
b.      Akad mauquf
Akad yang tidak dapat secara langsung dilaksanakan akibat hukumnya sekalipun dibuat secara sah tetapi masih tergantung (mauquf) kepada adanya ratifikasi (ijazah) dari pihak kepentingan.
Contoh : akad anak mumayis  (berusia tujuh tahun hingga dewasa) yang tergantunng  kepada ratifikasi walinya dalam hal ia melakukan akad yang bersifat timbal balik.
10.  Akad menurut tanggungan
a.       Akad ad-dhaman
Akad yang mengalihkan tanggungan risiko atas kerusakan barang kepada pihak penerima pengalihan sebagai konsekuensi dari pelaksanaan akad tersebut.
b.      Akad al-amanah
Akad dimana barang yang dialihkan melalui barang tersebut merupakan amanah ditangan penerima barang, sehingga ia tidak berkewajiban menanggung risiko atas barang tersebut kecuali kalau ada unsur kesengajaan dan melawan hukum.[6]



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Akad (ikatan, keputusan, atau penguatan) atau perjanjian atau transaksi dapat diartikan sebagai kemitraan yang terbingkai dengan nilai-nilai syariah. Dalam istilah fiqh, secara umum akad berarti sesuatu yang menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak seperti wakaf, talak, sumpah maupun yang mucul dari dua pihak seperti jual beli, sewa menyewa, wakalah dan gadai.
Untuk melakukan sebuah akad haru mengetahui berbagai macam rukun akad, syarat-syarat akad, tujuan akad, jenis-jenis akad, asas dalam berakad dan dampak terjadinya dari sebuah akad.
B.     Saran
Pada pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Kami mohon maaf atas  kekurangan ini. Oleh karena itu, kami membutuhkan masukan berupa saran untuk memperbaiki kekurangan dari makalah ini.




DAFTAR PUSTAKA
Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Sakinah. Fiqh Mu’amalah. Pamekasan: Stain Pamekasan, 2006.




[1] Sakinah. Fiqh Mu’amalah. (Pamekasan: Stain Pamekasan, 2006),Hlm.30.
[2] Ibid,Hlm.31.
[3] Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Hlm.40
[4] Ibid, Hlm.41.
[5] Ibid, Hlm.42.
[6] Sakinah. Fiqh Mu’amalah. (Pamekasan: Stain Pamekasan, 2006),Hlm.33.