AKAD
DALAM BERMUAMALAH
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Fiqh Muamalah”
Yang dibina oleh: Bapak Zainal Abidin, DR. MEI
Disusun Oleh :
Kelompok 2
1.
Syaiful
Alam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MADURA
JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (EBIS)
PROGRAM
STUDI PERBANKAN SYARI’AH
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.wr.wb
Segala
puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat taufik serta hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Akad Dalam Bermuamalah ”. Sholawat
serta salam kami haturkan kepada Nabi
Muhammad saw yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju ke alam
yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang dapat kita rasakan saat ini.
Disini
kami menyadari dalam penyelesaian tugas makalah ini tidak terlepas dari bantuan
pihak-pihak yang mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan masalah tugas ini,
oleh karena itu kami mengucapkan banyak terimaksih kepada:.
1.
Bapak Zainal Abidin, DR. MEI
2.
Teman-teman yang telah berpartisipasi
dalam menyelesaikan
tugas makalah ini
Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan untuk
terwujudnya makalah yang benar dan tepat.
Waalaikumussalam
wr.wb.
Penulis
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
- Latar Belakang ......................................................................................... 1
- Rumusan Masalah ................................................................................... 1
- Tujuan........................................................................................................ 1
BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................... 2
- Jenis – Jenis Akad .................................................................................... 2
BAB III. PENUTUP ........................................................................................... 9
A. Kesimpulan................................................................................................ 9
B. Saran.......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam menjalakan
bisnis, suatu hal yang sangat penting adalah masalah akad (perjanjian). Akad
sebagai salah satu cara untuk memperoleh harta dalam syariat islam yang banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Akad merupakan cara yang diridhai Allah
dan harus ditegakkan isinya. Sebuah akad menjelaskan bahwa perjanjian harus
merupakan perjanjian kedua belah pihak untuk mengikatkan diri tentang perbuatan
yang akan dilakukan dalam suatu hal yang khusus. Akad ini diwujudkan pertama
dalam ijab dan qobul. Kedua, sesuai kehendak syariat. Ketiga, adanya akibat
hukum pada objek perikatan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana jenis – jenis akad ?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui bagaimana jenis - jenis akad
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Jenis-jenis akad
1.
Akad menurut tujuanya
a.
Akad tabarru’
Yaitu
akad yang dimaksudkan untuk menolong dan murni semata-mata karena mengharap
ridha Allah. Contoh akad yang tergolong akad ini meliputi: hibah, wakaf,
wasiat.
b.
Akad tijari
Akad
yang dimaksudkan untuk mencari dan mendapatkan keuntungan dimana rukun dan
syarat akad telah terpenuhi. Contoh akad meliputi: murabahah, musyarakah,
istishna’.
2.
Akad menurut keabsahanya
a.
Akad sahih
Yaitu
akad yang memenuhi semua rukun dan syaratnya. Maksudnya sudah terjadi
perpindahan barang dari penjual ke pembeli dan perpindahan harga dari pembeli
ke penjual.
b.
Akad fasid
Yaitu
akad yang semua rukunya terpenuhi, namun ada syarat yang tidak terpenuhi.
Maksudnya, belum terjadi perpindahan barang dari penjual ke pembeli dan
perpindahan harga dari pembeli ke penjual.
c.
Akad bathal
Yaitu
akad dimana salah satu rukunya tidak terpenuhi dan otomatis juga syaratnya
tidak terprnuhi. Akad ini tidak menimbulkan perpindahan barang dan kesepakatan
harga antara dua belah pihak.[1]
3.
Akad menurut namanya
a.
Akad bernama (al-uqud al-musamma)
Yaitu
akad yang sudah ditentukan namanya oleh pembuat hukum dan ditentukan pula
ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku terhadapnya dan tidak berlaku terhadap
akan lain.
Contoh
akadnya : akad ijarah (sewa-menyewa), jual beli (al-ba’i), pemindahan hutang
(al-khiwalah).
b.
Akad tidak bernama ( al uqud ghair al musamma)
Akad
yang tidak diatur secara khusus dalam kitab-kitrab fiqh di bawah satunnama
tertentu. Maksudnya akad yang tidak ditentukan oleh pembuat hukum dan tidak ada
pengaturan tersendiri mengenainya.
Contoh
: perjanjian penerbitan, periklanan.[2]
4.
Akad menurut kedudukannya
a.
Akad pokok
Akad
pokok adalah akad yang berdiri sendiri yang keberadaanya tidak bergantung pada
satu hal lain.
Contoh
: akad jual beli, sewa menyewa, penitipin.
b.
Akad asesoir
Akad
asesoir adalah akad yang tidak berdiri sendiri, tetapi tergantung pada suatu
hak yang menjadi dasar ada dan tidaknya atau sha dan tidak sahnya akad
tersebut.
Contoh
: akad penanggugan ( al-kafalah), akad gadai (ar-rahn).[3]
5.
Akad dari segi tempo
a.
Akad bertempo
Akad
bertempo adalah akad yang didalamnya terdapat unsur waktu yang merupakan isi
dari perjanjian.
Contoh
: akad sewa-menyewa, akad penitipan.
b.
Akad tidak bertempo
Akad
tidak bertempo adalah akad dimana unsur waktu tidak menjadi isi perjanjian.
Contoh
: akad jual beli yangterjadi seketika tanpa perlu unsur waktu.[4]
6.
Akad dari segi formalitas.
a.
Akad konsesual
Jenis
akad yang cukup terciptanya cukup berdasarkan pada kesepakatan para pihak tanpa
diperlukan formalitas-formalitas tertentu.
Contoh
: jual beli, sewa menyewa.
b.
Akad formalistis
Akad
yang tunduk terhadap syarat-syarat formalitas yang ditentukan oleh pembuat
akad.
Contoh
: akad nikah, karena menggunakan syarat kehadiran dan kesaksian dua orang
saksi.
c.
Akad riil
Akad
yang untuk terjadinya diharuskan adanya penyerahan tunai objek akad, dimana
akad tersebut belum terjadinya apabila belum dilaksanakan.
Contoh
: penitipan, kredit (utang).
7.
Dilihat dilarang atau tidaknya oleh syara’
a.
Akad masyru’
Akad
yang dibenarkan oleh syara’ untuk dibuat dan tidak ada larangan untuk
menutupnya.
Contoh
: jual beli, sewa menyewa.
b.
Akad terlarang
Akad
yang dilarang oleh syara’ untuk dibiuat.
Contoh
: akad jual beli janin.[5]
8.
Akad menurut mengikat dan tidak mengikatnya
a.
Akad mengikat
Akad
dimana apabila seluruh rukun dan syaratnya telah terpenuhi.
Contoh
: akad jual beli, sewa menyewa.
b.
Akad mengikat satu pihak
Akad
dimana salah satu pihak tidak dapat membatalkan perjanjian tanpa persetujuan
pihak lain, akan tetapi pihak lain dapat membatalkannya tanpa persetujuan pihak
pertama.
Contoh
: akad gadai dan akad kafalah ( penanggungan).
9.
Akad menurut dapat dilaksanakanya dan tidak dapat dilaksanakanya
a.
Akad nafiz
Akad
yang bebas dari setiap faktor yang menyebabkan tidak dapatnya akad tersebut
dilaksanakan.
b.
Akad mauquf
Akad
yang tidak dapat secara langsung dilaksanakan akibat hukumnya sekalipun dibuat
secara sah tetapi masih tergantung (mauquf) kepada adanya ratifikasi (ijazah)
dari pihak kepentingan.
Contoh
: akad anak mumayis (berusia tujuh tahun
hingga dewasa) yang tergantunng kepada
ratifikasi walinya dalam hal ia melakukan akad yang bersifat timbal balik.
10.
Akad menurut tanggungan
a.
Akad ad-dhaman
Akad
yang mengalihkan tanggungan risiko atas kerusakan barang kepada pihak penerima
pengalihan sebagai konsekuensi dari pelaksanaan akad tersebut.
b.
Akad al-amanah
Akad
dimana barang yang dialihkan melalui barang tersebut merupakan amanah ditangan
penerima barang, sehingga ia tidak berkewajiban menanggung risiko atas barang
tersebut kecuali kalau ada unsur kesengajaan dan melawan hukum.[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Akad (ikatan,
keputusan, atau penguatan) atau perjanjian atau transaksi dapat diartikan
sebagai kemitraan yang terbingkai dengan nilai-nilai syariah. Dalam istilah
fiqh, secara umum akad berarti sesuatu yang menjadi tekad seseorang untuk
melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak seperti wakaf, talak, sumpah
maupun yang mucul dari dua pihak seperti jual beli, sewa menyewa, wakalah dan
gadai.
Untuk melakukan
sebuah akad haru mengetahui berbagai macam rukun akad, syarat-syarat akad,
tujuan akad, jenis-jenis akad, asas dalam berakad dan dampak terjadinya dari
sebuah akad.
B.
Saran
Pada pembuatan
makalah ini masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Kami mohon maaf
atas kekurangan ini. Oleh karena itu,
kami membutuhkan masukan berupa saran untuk memperbaiki kekurangan dari makalah
ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Mardani.
Fiqh Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Sakinah.
Fiqh Mu’amalah. Pamekasan: Stain Pamekasan, 2006.