Saturday, 9 March 2019

LANDASAN TEORITIS PEMBELAJARAN BAHASA


LANDASAN TEORITIS PEMBELAJARAN BAHASA
MAKALAH
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI
Yang diampu Oleh Bapak Albaburrahim, M, Pd.


Oleh :

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA (IAIN)
2019
 KATA PENGANTAR
          Puji syukur  penulis panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah  yang “berjudul Landasan Teoritis Pembelajaran Bahasa”
          Salawat beserta salam penulis hantarkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad saw karena berkat syafaatnya pula penulis juga dapat menyelesaikan makalah ini. Dan juga penulis ucapkan terimakasih pada semua pihak terutama dosen pengampu yang telah memberikan arahan dalam penyusunan makalah ini.
Maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia, selain dari pada itu untuk menambah pengetahuan tentang hakikat, teori dan pendekatan.



Pamekasan, 07 Maret 2019

Penulis









DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG....................................................................... 1
B.     RUMUSAN MASALAH................................................................... 2
C.    TUJUAN MASALAH....................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A.    HAKIKAT BAHASA......................................................................... 4
B.     TEORI BAHASA............................................................................... 5
C.    PENDEKATAN BAHASA............................................................... 6
BAB III PENUTUP
A.    KESIMPULAN.................................................................................. 7
B.     SARAN................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 9





 BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah  belajar komunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan benar, pembelajaran tersebut akan lebih baik manakala dipelajari sejak dini dan berkesinambungan. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa disertakan dalam kurikulum. Hal ini berarti setiap peserta didik dituntut untuk mampu menguasai bahasa yang mereka pelajari terutama bahasa resmi yang dipakai oleh negara yang ditempati peserta didik. Begitu pula di Indonesia, bahasa Indonesia menjadi materi pembelajaran yang wajib diberikan di setiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Hal itu dilakukan supaya peserta didik mampu menguasai bahasa indonesia dengan baik dan benar serta mampu menerapkannya dalam kehidupan masyarakat sehari-harinya.
Kurikulum bahasa indonesia pada umumnya bertujuan supaya siswa sekolah dasar telah mempunyai kemampuan dasar dalam menggunakan bahasa indonesia sebagai alat komunikasi, alat pengembangan ilmu pengetahuan, mempertinggi kemampuan berbahasa, dan menimbulkan sikap positif terhadap bahasa indonesia; sebagai alat pemersatuan dari beragam suku yang ada di Indonesia
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana hakikat bahasa?
2.      Bagaimana teori bahasa?
3.      Apa saja pendekatan bahasa?
C.    TUJUAN MASALAH
1.      Untuk menegtahui bagaimanah akikat bahasa
2.      Untuk mengetahui teori bahasa
3.      Untuk mengetahui pendekatan bahasa
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Bahasa
Hakikat bahasa adalah dilihat dari aspek bunyi/isyarat, symbol (huruf/gambar), dan makna. Dari ketiga aspek ini dapat didefinisikan bahwa bahasa suatu bunyi atau isyarat yang dapat disimbolkan melalui huruf yang berbeda-beda, masing-masing bunyi  atau gambar tersebut memiliki makna yang berbeda-beda pula.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang berupa system lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dan objek atau konsep yang diwakili kumpulan kata atau kosakata itu oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau menurut urutan abjad,  disertai penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus.
Secara sederhana bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas didalam hati. Namun lebih jauh bahwa bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosio linguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah system lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam,dan manusiawi.
Bahasa adalah sebuah system, artinya bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. System bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna. Maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa pasti memiliki makna. Contoh, lambang bahasa yang berbunyi “air” melambangkan konsep atau makna sesuatu yang dapat diminum dana sebagai penghilang dahaga[1].

B.     Teori Bahasa
Perlukah teori? Ya, mutlak perlu, karena pengetahuan dasar dan kemampuan kita untuk memahami alam semesta ini terbatas meneliti tanpa teori bagai memancing tanpa kail. Jadi, bagaimana dengan teori bahasa? Teori bahasa adalah abstraksi para ahli bahasa sebagai hasil pengamatan terhadap gejala bahasa. Dengan gejala pemikiran ini, ilmu bahasa tunduk kepada sejumlah asumsi tentang objek empiris (bahasa) sebagai berikut.
Keragaman
Beberapa fenomena memiliki keragaman dalam sifat, struktur, bentuk dan sebagainya. Keragaman ini menghasilkan klasifikasi yang sangat mendasar bagi ilmu pengetahuan untuk melahirkan taksonomi. Dari taksonomi para ilmuan membanding-bandingkan objek studi sehingga muncul komparasi dan dari komparasi dan taksonomi para ilmuan dapat melakukan prediksi. Klasifikasi tradisional kelas kata kedalam nomina, pronominal, verba, ajektiva, proposisi, konjungsi, dan interjeksi di tempuh berdasarkan keragaman anggota-anggota yang masuk dalam masing-masing kelas kata itu.
Demikian juga konsep universal dalam teori linguistic adalah bukti kuatnya asumsi keragaman ini. Ada 2 jenis universal dalam bahasa, yaitu universal absolut dan universal relative. Universal absolut adalah ayat-ayat universal yang tidak memiliki kekecualian. Universal relative adalah universal tendencies, yakni kecenderungan universal, yakni yang memiliki kekecualian-kekecualian. Contoh universal bahasa:
1.      Urutan kata S, V, O : dalam kalimat deklaratif dengan subjek objek nomina, urutan yang domina adalah hampir selalu pola S mendahului O.
2.      Sintaksis: dalam kalimat-kalimat kodisional, klausa kondisional mendahului konklusi sebagai urutan normal dalam hampir segala bahasa.
3.      Morfologi: bila bahasa mmemiliki infleksi, bahasa itu selalu memiliki derivasi.
Kelestarian Relatif
“ segala sesuatu berubah kecuali dzat pencipta.” Demikianlah fenomena alam termasuk bahasa berubah-ubah dengan tingkatan yang berbeda. Benda-benda angkasa berubah atau berevolusi jauh lebih lama dari pada perubahan es menjadi air dalam gelas minuman.
Ilmu pengetahuan mencari hukum-hukum dari objek yang relatif lestari sehingga dapat dijadikan pegangan. Sulitlah keilmuan akan tegak bila objek studinya berubah setiap saat. Struktur bahasa relatif lestari sehingga kita dapat mempelajarinya. Sintaksis lebih lestari daripada kosakata. Struktur lebih dapat diprediksi dari pada makna. Karena itu sintaksis lebih objektif daripada semantik. setiap bahasa mengenal fenomena bahasa gaul atau slang, yang sangat musiman dan berubah dari waktu ke waktu, dari pengguna ke pengguna. Berbeda dengan fenomena bahasa universal bahasa seperti disebut diatas. Bahasa berubah dengan perubahan yang bertingkat, karena itu dalam ilmu bahasa dikenal sejumlah fenomena seperti lexical change, semanttic change, dan languange reconstruction.
Sebab-akibat
Dalam Al-Qur’an difirmankan, “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang terdapat pada (keadaan) suatu kaum (masyarakat), sehingga mereka mengubah apa yang terdapat dalam diri (sikap mental) mereka.” (QS. Al-Raad: 11). Diteminisme mengatakan bahwa sebuah fenomena bukanlah kejadian asal jadi dengan sendirinya. Ada keteraturan sehingga ada keterkaitan sababiyah atau sebab-akibat, X menyebabkan Y. Walaupun begitu, dalam ilmu pengetahuan tidak harus selalu ditemukan X akan selalu menyebabkan Y. Bisa dikatakan X lazimnya (memiliki peluang besar mengakibatkan) munculnya Y. Contoh yang paling sederhana adalah perubahan kata kerja finit dalam jumlah persona disebabkan oleh karakteristik yang melekat pada subjek. Sebab-akibat ini mengokohkan hukum subject-verb agreement.
Teori Bahasa dan Metode Ilmiah
Manusia memaknai alam semesta dengan kemampuan bahasa, Erikson seperti dikutip Hoover (1980) membedakan tiga jenis konsep : factuality, reality, dan actuality.
1)      Factuality atau fakta adalah konsep yang paling akrab berkaitan dengan kegiatan dan metode saintifik, yaitu  semesta fakta-fakta, data, dan teknik-teknik yang dapat diverifikasi dengan metode observasi. Fakta jangan dikacaukan deengan kebenaran, sebab benar-salah bukan urusan epistemologi. Tugas ilmu adalah mencari metode secanggih mungkin agar mampu merevisi, memodifikasi, dan membatalkan fakta-fakta, dan membatalkan teori  yang sudah diverifikasi oleh alat yang belum canggih, masih kasar, atau kurang sensitif untuk menangkap gejala-gejala yang belum termaknai.
2)      Reality atau realita adalah urutan kedua setelah fakta dalam memahami hubungan manusia dengan semesta ini. Realitas kurang konkret dibanding fakta, tetapi lebih sederhana bagi intuisi kita. Ia adalah perspektif kita terhadap sebuah fakta. Adapun canggihnya metode yang ditempuh, tidak mungkin bagi kita untuk memotret fakta secara utuh. Kita meneliti sesuatu didorong motivasi yang berbeda sesuai minat kita. Wajar bila sebuah objek diteliti oleh beberapa peneliti, karna masing-masing punya minat yang berbeda.jadi metodologi yang ditempuh sesungguhnya upaya untuk menggali bukti-bukti untuk membentuk pandangan kita ihwal realitas. Membaca hasil penelitian orang sesungguhnya bukan sekedar membaca data, tapi membaca perspektif peneliti ihwal realitas sebagaimana tercermin lewat data.
3)      Actuality  atau aktualita adalah pengetahuan yang diperoleh lewat tindakan.  Ia lebih membantu kita bagaimana kita bertindak atas apa yang kita ketahui. Manusia katanya lebih cenderung berorientasi pada aksi dari refleksi. Ilmuwan sosial yang terbaik adalah mereka yang bahasa kuyub karna muncul-tenggelam dalam fenomena sosial yang sedang ditelitinya. Ketika kita berbicara bahasa sebagai objek kajian linguistik secara ilmiah sepatutnya anda bertanya apakah anda berujuk kepada fakta, realita, atau aktualita ?
Peran Teori
Yang dimaksud dengan metode saintifik lazimnya merunjuk pada langkah-langkah sistematik sebagai berikut :
1.         Identifikasi variabel yang diteliti.
2.         Pengajuan hipotesis yang menghubungkan satu variabel dengan variabel yang lain atau situasi yang lain.
3.         Mengetes realitas, yakni dengan mengukur hubungan hipotesis dengan hasil yang diperoleh.
4.         Melakukan evaluasi dimana hubungan yang telah terukur itu dibandingkan dengan hipotesis awal, lalu dimunculkanlah sebuah generalisasi.
5.         Mengajukan saran ihwal makna (signifikansi) teoritis dari temuan, faktor-faktor yang terlibat dengan pengetasan yang mungkin mengakibatkan distorsi temuan, dan sejumlah hipotesis lainnya yang berkembang.
Langkah-langkah diatas itu gambaran pendekatan konvensional dalam melakukan penelitian. Hal ini tidak berlaku bagi pendekatan naturalistik karena berangkat dari asumsi filosofis yang berbeda. Sains sering disebut tidak lebih dari sekedar reality testing, yakni mengetes realitas. Semua orang terbiasa dengan realitas, dan para ilmuwan memperkenalkan  teori untuk memahami realitas ini.
Teori adalah seperangkat proposisi yang saling terkait yang menerangkan mengapa kejadian demi kejadian begitu adanya. Teori ada berserakan dimana-mana hanya saja tidak bisa dilihat tanpa kacamata metodologi ilmiah, dari hal kecil seperti cara memukul bola gold sampai dengan hal-hal besar seperti teori realitifitas dari Eisntin. Teori-teori besar adalah yang berkaitan dengan pertanyaan sekitar agama dan filosofis, ihwal asal mula keberadaan alam semesta, sejarah spesies, tujuan hidup, norma perilaku yang mengarahkan kepada kebajikan dan mungkin kebahagiaan. Bagi ilmu-ilmu sosial teori lazim dilihat dari perspektif pragmatisme: sebuah teori disebut baik jika dilihat dari kegunaannya untuk menjelaskan fenomena yang diamati.
Tujuan ilmu pengetahuan adalah menghasilkan teori untuk menjelaskan fenomena yang diobservasi. Teori bukanlah batu karang yang tak terdobrak kuasa ombak. Teori adalah kreasi manusia untuk menjelaskan pemahama ihwal fenomena. Ada empat fungsi teori berikut (Hoover 1980:39).
1.         Teori menyajikan pola-pola untuk memaknai data.
2.         Teori menghubungkan satu study dengan study lainnya.
3.         Teori menyajikan berbagai kerangka yang memayungi konsep dan variabel untuk memperoleh makna yang spesifik.
4.         Teori memungkinkan kita menginterpretasi makna yang besar dari temuan penelitian kita yang bermakna bagi kita maupun bagi orang lain.
Sebagai teori, maka teori bahasa sama saja dengan teori fenomena lain. Katakanlah teori grafitasi bumi. Teori harus empirit dan spekulatif. Teori bahasa layaknya teori ihwal alam juga. Persepsi kita terhadap teori bahwa bumi memiliki daya grafitasi sebagiannya sama dengan persepsi kita terhadap teori bahwa kalimatmemiliki daya simbolik. Dalam perbincangan sering kali kita harus membedakan theory dari folk theory atau folk opinion, yakni pemahaman yang tidak kritis, tidak sistematis, tidak metodologis dan sering diwariskan begitu saja dari generasi ke generasi.
Dalam ilmu bahasa pun ada dikenal folk linguintics, yaitu deskripsi atau keoercayaan orang awam ihwal bahasa yang tidak berdasarkan penelitian. Pengetahuan berkembang bermula dari folk theory  yang di kritik habis-habisan sehingga menjadi teori saintifik. Misalnya sering dikatakan bahwa bahasa perancis adalah bahasa yang paling romantis, bahasa inggris adalah bahasa yang cocok untuk membahas ilmu pengetahuan dan bahasa arab adalah bahasa pertama yang muncul dimuka bumi dan merupakan bahasa Nabi Adam. Percayakah anda ?
Teori Chomsky
Bagi Chomsky bahasa adalah cermin minda. Dengan study bahasa yang mendetail kita mungkin dapat mengungkap bagaimana minda manusia memproduksi dan mengolah bahasa. Study bahasa bertujuan mengembangkan (1) teori bahasa, dan (2) teori pemerolehan bahasa. Secara logis, tugas (1) mendahului tugas (2) teori bahasa yang memadai sebagiannya mejawab pertanyaan dibawah ini :
1.         Apakah bahasa itu ?
2.         Apa artinya bahwa seseorang mengetahui bahasa ?
3.         Apa ciri pembeda bahasa alami dibandingkan dengan bahasa buatan seperti yang digunakan dalam matematika dan media lainnya ?
4.         Apakah bahasa berbada satu sama lainnya secara tidak dapat diduga atau
5.         Apakah semua bahasa memiliki ciri-ciri universal tertentu ?
Dengan mempelajari secara serius bahasa inggris atau bahasa apa saja ditemukan particular grammar yang darinya dapat di abtraksi universal grammar. Berikut ini beberapa ayat teori grammar yang diajukan oleh chomsky:
a)             Gramatika adalah sebuah model dari segala kemampuan linguistik seorang penutur sejati sebuah bahasa yang memungkin dirinya bicara dan memahami bahasanya dengan fasih.
b)             Gramatika bahasa adalah sebuah model dari kompetensi linguinstik dari seorang penutur sejati yang fasih. Kompetensi adalah pengetahuan seorang penutur dan pendengar sejati ihwal bahasanya, sedangkan performansi adalah pemakaian bahasa secara aktual dalam suasana konkrit.
c)             Linguinstik bagi chomsky adalah terutama berkaitan dengan kompetensi yang terdiri atas dua jenis : kompetensi prakmatik dan kompetensi gramatikal. Yang disebut pertama ini berurusan dengan informasi non-linguinstik seperti pengetahuan latar kepercayaan perorangan dalam mengeinterpretasi kalimat.
d)            Kompetensi gramatikal memayungi tiga kompetensi, yaitu kompetensi sintatik, somantik dan fonologis. Grammar tata bahasa terdiri atas komponen yang saling berkaitan, yaitu komponen sintaksi, semantik, dan fonologis
e)             Dengan intuisi yang dimilikinya, seorang penutur sejati dapat memberikan penilaian apakah sebuah ujaran itu gramatikal dalam bahasanya.
f)              Teori linguistik terutama berurusan dengan bahasa penutur pendengan yang ideal dalam sebuah masyarakat ujaran yang betul-betul homogen.
g)             Kreatifitas berbahasa menunjukan bahwa bahasa tidak sekejar pembelajaran daftar kalimat yang dihasilkan penutur sejati dan mengulanginya seperti burung beo. Kebaruan kalimat yang dibuat itu menunjukan perlawanan teori aliran behaviorisme bahwa belajar bahasa adalah pemerolehan seperangkat kebiasan.
h)             Ada tiga urutan atau tingkat kehebatan teori bahasa, yaitu yang memenuhi obsevational adequacy, descriptive adequacy, dan explanatory adequacy.
Teori Bahasa
Teori bahasa membicarakan bahasa formal, terutama untuk kepentingan perancangan kompilator dan pemroses naskah.Bahasa formal adalah kumpulan kalimat. Semua kalimat dalam sebuahbahasa dibangkitkan oleh sebuah tata bahasa (grammar) yang sama. Sebuah Bahasaformal bisa dibangkitkan oleh dua atau lebih tata bahasa berbeda. Dikatakan Bahasa formal karena grammar diciptakan mendahului pembangkitan setiap kalimatnya.
Bahasa manusia bersifat sebaliknya; grammar diciptakan untuk meresmikan kata-kata  yang hidup di masyarakat. Dalam pembicaraan selanjutnya ‘bahasa formal’ akan disebut ‘bahasa’ saja.[2]

C.    Pendekatan Bahasa
Validitas suatu teori bahasa juga bergantung pada macam ilmu pengetahuan yang diwakili apakah pengetahuan yang diperoleh melalui pancaindera atau pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi ilmiah.Suatu teori bisa memerlukan syarat (1) bahasa harus di deskripsi melalui pengamatan dan klasifikasi fakta-fakta (pendekatan induktif), melalui intuisi dan konstruksi suatu model dari mana fakta-fakta yang memenuhi syarat bisa disimpulkan (pendekatan deduktif).
a.         Pendekatan Induktif
Menurut pendekatan ini, satu-satunya pernyataan tentang bahasa yang dapat dianggap valid/sahih adalah pengertian yang diperoleh dari pengamatan fakta-fakta linguistik, mengklasifikasikannya, dan membuat generalisasi tentang apa yang diselidiki dan diklasifikasi. Cara ini merupakan peniruan dari pendekatan yang digunakan dalam pengamatan ilmu-ilmu.Linguistik harus mencari model gerak bicara, menyelidikinya, dan mengklasifikasi perbedaan-perbedaannya. Meskipun ahli-ahli tersebut mengerjakancara itu hanya untuk sebagian kecil gerak bicara yang ditampilkan oleh bahasa manapun, mereka membuat generalisasi tentang apa yang telah diselidiki pada hal-hal yang belum diamati dengan berasumsi bahwa sample yang telah dibuatnya telah memuat segala sesuatu yang dianggap penting.
Karena itu telah sampai pada pengetahuan bahasa melalui penyelidikan tentang penggunaannya, secara teori ia tak membutuhkan pengetahuan bahasa yang telah digambarkan sebelumnya. Hal itu tak lain merupakan masalah pengumpulan sample bahasa dari penutur aslinya dan kemudian memecahkan kaidah-kaidah yang ada di dalamnya melalui teknik yang tak berbeda seperti dalam kriptografi.
Oleh karena itu teori semacam ini dapat menghasilkan tekhnik dan prosedur analisis bahasa yang sama untuk semua bahasa yang dianalisis. Setiap orang yang sudah terbiasa dengan prosedur ini mampu menysun dari bahasa apa saja dimana dia dapat memperoleh sample yang dianggap cukup. Penedekatan ini berdasarkan kepercayaan hanya fakta-fakta yang dapat dibuktikan oleh indera sajalah yang memiliki faliditas ilmiah.
Deskripsi bahasa dan metode pengajaran bahasa berdasar pendekatan ini menekankan pada ciri-ciri bahasa yang mudah untuk diamati dan diklasifikasi, yaitu ciri-ciri fonologis bahasa bunyi, dan pola bunyi. Prosedur deskriptif seperti itu antara lain dikemukakan oleh Harris.
b.         Pendekatan Deduktif
Bila ahli-ahli bahasa menganut pendekatan induktif menirulan ilmu observasi, ahli-ahli yang menganut pendekatan deduktif mengikuti ilmu teoritis. Merreka mengambil pola, menyusun model teoritis, dan mengujinya untuk mengetahui sampai seberapa banyak ia dapat mengambil kesimpulan darinya. Pembuatan model yang benar adalah sebuah intuisi ilmiah.Hal ini dikerjakan dengan jalan menjelaskan hukum-hukum yang secara tak disadari telah dimiliki oleh penutur bahasa.Hal ini merupakan pengkodifikasian dari pengertian intuitif seseorang mengenai struktur bahasa itu. Seorang ahli deduktif sebelumnya harus menguasai bahasa yang akan dideskripsikannya.Dalam suatu bahasa, jumlah dan variasi ujaran tidak terbatas.
Oleh karena itu tidak mungkin untuk mendeskripsikan seluruhnya, maka para linguist penganut pendekatan deduktif menyusun suatu teori yang memungkinkan untuk menjelaskan ujaran.Teori deduktif yang dianggap paling baik adalah toeri yang bisa memberikan gambaran untuk sebagian besar lainnya yang belum diketahui.
Deskripsi bahasa dan metode pengajaran bahasa yang didasarkan pada teori ini menekankan pada pola-pola yang terbanyak dipakai dalam suatu bahasa.Satu tipe yang dapat dipersiapkan melalui intuisi yaitu system jenis kata dan hubungan sintaksis.Sebuah contoh teori deduktif ialah yang dikemukakan oleh Guillaume dan pendekatan psikomekanis pada analisis bahasa.[3]



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Hakikat bahasa adalah dilihat dari aspek bunyi/isyarat, symbol (huruf/gambar), dan makna. Dari ketiga aspek ini dapat didefinisikan bahwa bahasa suatu bunyi atau isyarat yang dapat disimbolkan melalui huruf yang berbeda-beda, masing-masing bunyi  atau gambar tersebut memiliki makna yang berbeda- beda pula.
Dalam bahasa terdapat beberapa teori yaitu, keragaman, kelestarian relatif, sebab akibat, Teori Bahasa dan Metode Ilmiah, teori Chomsky, teori bahasa.Dan juga terdepata 2 pendekatan yaitu pendekatan induktif dan deduktif.Pendekatan induktif adalah Menurut pendekatan ini, satu-satunya pernyataan tentang bahasa yang dapat dianggap valid/sahih adalah pengertian yang diperoleh dari pengamatan fakta-fakta linguistic.
Sedangkan bila ahli-ahli bahasa menganut pendekatan induktif menirukan ilmu observasi, ahli-ahli yang menganut pendekatan deduktif mengikuti ilmu teoritis. Merreka mengambil pola, menyusun model teoritis, dan mengujinya untuk mengetahui sampai seberapa banyak ia dapat mengambil kesimpulan darinya.  Pembuatan model yang benar adalah sebuah intuisi ilmiah
Saran
Penulisan makalah ini tentulah banyak sekali kekurangannya, kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kesempurnaan.Sehingga diharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun baik dari dosen matakuliah maupundari reka-rekan mahasiswa.



DAFTAR PUSTAKA
Abd, Ibrahim Syukur, Analisis Bahasa Untuk Pengajaran Bahasa, Surabaya Usaha Nasional.
Alwasilah Chaidar, Filsafat bahasa dan pendidilkan, Bamdung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014.
Mulyati, Terampil Berbahasa Indonesia, Jakarta: PT. Karisma Putra utama, 2016.




[1] Mulyati, Terampil Berbahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Karisma Putra Utama 2016), hlm. 2
[2] Chaidar Alwasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2014), hlm. 46-48
[3]Abd. Syukur Ibrahim, et al, Analisis Bahasa Untuk Pengajaran Bahasa, (Surabaya: Usaha Nasional), hlm. 40-45