Saturday 23 March 2019

MODEL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN LINGKUNGAN BERWAWASAN IMAN DAN TAQWA DI SMK AL-FUDHOLA’ PAMEKASAN


A.      MODEL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN LINGKUNGAN BERWAWASAN IMAN DAN TAQWA DI SMK AL-FUDHOLA’ PAMEKASAN
B.       Konteks Penelitian
Setiap individu mengalami perkembangan yang meliputi seluruh aspek dan keadaan yang terdapat dalam individu, baik yang bersifat tampak maupun yang tidak tampak, oleh sebab itu untuk menumbuhkembangnkan kemampuan diperlukan proses pendidikan secara seksama dan terencana[1]. Sehingga pendidikan dapat dianggap sebagai peningkatan kualitas dan martabat manusia. Selain itu, pendidikan merupakan tolok ukur martabat suatu bangsa, hal ini dapat dilihat sejauh mana keberhasilan pelaksanaan pendidikan berlangsung dalam negara tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat suatu bangsa, maka semakin tinggi pula kualitas  bangsanya. Dalam kenyataannya, pendidikan di Indonesia telah dirumuskan dalam UUSPN sebagaimana berikut: ”format manusia terdidik dalam perspektif UUSPN No. 20/2003 menyatakan: Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”[2]. Peran key position kemajuan dan perkembangan tidak keliru dialamatkan kepada kepemimpinan kepada kepala sekolah atau lembaga.
 Kepala sekolah sebagai agen perubahan dalam sekolah mempumyai peranan yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam sekolah tersebut. Maka kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu mempunyai leadership yang baik. Kepemimpinan yang baik adalah kepala sekolah yang mampu dan dapat mengelola sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Pemimpin pendidikan dalam hal ini adalah kepala sekolah sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaa pendidikan dan pengajaran di lembaga pendidikan, harus memiliki kesiapan dan kemampuan untuk membangkitkan semangat kerja personal. Seorang pemimpin juga harus mampu menciptakan iklim dan suasana yang kondusif, aman, nyaman, tentram, menyenangkan, dan penuh penuh semangat dalam bekerja bagi para pekerja dan para pelajar. Sehingga pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dapat berjalan dengan lancar dan tertib dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini sebagai mana yang disampaikan oleh Engkoswara dan Aan Komariah[3] dalam bukunya” Administrasi Pendidikan”, bahwa: Kepemimpinan pendidikan adalah suatu proses mempengaruhi, mengkoordinasikan, dan menggerakkan perilaku orang lain serta melakukan suatu perubahan kearah yang lebih positif dalam mengupayakan kekberhasilan pendidikan.
Kepimimpinan adalah ekspresi dalam berbagai sentuhan, ia adalah soal manusia tetapi juga situasional, ia adalah ilmu tetapi juga seni. Kepimimpinan (qiyadah, imarah) dalam islam merupakan perkara penting yang mendasar. Masalah kepemimpinan adalah masalah agama (syara’) bukan masalah duniawi semata. Jangankan kepemimpinan yang lingkupnya kecil pun agama mengajarkan  dan menyerukan kepemimpinan.[4]
Menjalankan sebuah organisai seperti kelembagaan atau pemerintahan memang dibutuhkan seorang top leader pemimpin perhatian agama islam tidak hanya mencakup masalah pemimpin yang hanya berdomain dalam skala besar seperti dikutip dari  Nafi’ dan Abu Salamah sesungguhnya Rasulullah Sawi bersabda:
 اِذَا كَانَ ثَلَاثَةٌ فِى سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُاْ اَحَدَهُمْ. قَالَ نَافِعٌ: فَقُلْنَا لِأَبِيْ سَلَمَةَ: فَأَنْتَ أَمِيْرُنَا
(رَوَاهُ أَبُوْ دَاودَ)
“Jika tiga orang bepergian, maka hendaklah mengangkat pemimpin salah satu dari mereka”. “Nafi’ berkata: Lalu kami berkata kepada Abu Salamah anda pemimpin kami”. (HR. Abu Dawud: III/36 hadits nomor 2609).[5]  
Di sinilah justru peran kepemimpinan kepala sekolah dituntut untuk mampu membimbing bawahannya yaitu tenaga pendidik dan peserta didik. Peran kepemimpinan kepala sekolah. Peran kepemimpinan kepala sekolah sangat berperanan penting dalam mengembangkan lingkungan yang berwawasan iman dan taqwa pada organisasi yang dipimpinnya. Kewibawaan sangat diperlukan dalam berbagai aspek mempengaruhi, agar upaya mempengaruhi pihak lain berlangsung efektif.[6]
Philip Robinson (1981) mengatakan sekolah sebagai organisasi, yaitu unit sosial yang secara sengaja dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu.[7] Kepala sekolah dapat menekankan salah satu bentuk model kepemimpinan yang ada. Model kepemimpinan atau gaya kepemimpinan mana yang paling sesuai masih menjadi pertanyaan. Keberadaan sekolah sebagai organisasi pendidikan akan berpengaruh terhadap keefektifan model kepemimpinan yang akan diterapkan. Karena sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat sebagai dimensi yamg satu sama lain saling berkaitan dan saling menetukan. Sedangkan bersifat unik menunjukkan bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi lain. Oleh sebab itu, sekolah yang sifatnya kompleks dan unik itulah, maka sekolah sebagai organisasi yang memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi, sehingga keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah.
Kepala sekolah yang yang berhasil jika mereka mampu memahami keadaan sekolah sebagai organisasi kompleks dan unik, serta mampu untuk melaksanakan peran kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi amanah dan tanggung jawab untuk memimpin sekolah.[8] Menurut kodrat dan irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi kholifah/ pemimpin sebagaimana firman Allah SWT. dalam QS Al-baqoroh ayat: 30 yang berbunyi:
وَإِذْقَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَآئِكَةِ إِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْأَرْضِ خَلِيْفَةًؕقَالُوْآ أَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكۖ قَال إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَۖ  
Artinya : ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,” Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.  Mereka berkata, “ Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan dara, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.[9]
Seorang pemimpin harus bisa mengimplementasikan manajemen yang pernah diterapkan oleh Rasulullah, meskipun tidak secanggih manajemen modern, seperti saat ini, namun sejarah mencatat dan membuktikan bahwa manajemen yang Beliau terapkan itu sangat efektif dan efesien. Hal ini sesuai opini yang dilontarkan oleh M. Ahmad Abdul Jawwad, ia mengemukakan bahwa terdapat enam rahasia enam rahasia dibalik keunggulan manajemen Rasulullah SAW. Antara lain:
1). Kemampuan memotivasi tim
2). Simple dalam memotivasi
3). Kemampuan dalam berkomunikasi
4). Kemampuan dalam mendelegasikan dan membagi tugas
5). Efektif dalam memimpin rapat kemampuan mengontrol dan mengevaluasi.[10]
Dalam ajaran islam sendiri juga banyak ayat Al-quran maupun hadits Nabi Muhammad SAW. baik secara langsung maupun tidak langsung yang menjelaskan tentang pengertian kepemimpinan.
Untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi yang ada pada peserta didik, salah satunya dengan dikokohkan dengan keagamaan atau fithrah agama yaitu beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Fithrah berarti potensi yang dimiliki manusia untuk menerima agama, iman dan tauhid serta prilaku suci. Manusia itu sendirilah yang harus berupaya mengarahkan fithrah tersebut melalui pendidikan, pergaulan dan lingkungan yang kondusif.[11] Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk selalu berada dalam kebaikan. Tanggung jawab kepala sekolah sebagai pemimpin sebagaimana Allah menjelaskan dalam Al-quran surat Al-mu’minun: 8-11 yang berbunyi:

وَالَّذِيْنَ هُمْ لِأَمَنَتِهِمْ وَعَهْدِهُمْ رَاعَوْنَ ۖ وَالَّذِيْنَ هُمْ عَلى صَلَواَتهِمْ يُحَافِظُوْنَ ۖ اُوْلَئِكَ هُمُ الْواَرِثُوْنَ ۖ الَّذِيْنَ يَرِثُوْنَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيْهَا خَالِدُوْنَ ۖ 

Artinya: “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat(yang dipikulnya) dan janji mereka dan orang-orang yang memelihara sholatnya, mereka itulah orang-orang ynag akan mewarisi surga Firdaus, mereka kekal disana”. (QS. Al-mu’minun 8-11).[12]
     Kepemimpinan dikatakan sangat penting untuk menjalankan suatu sistem keorganisasian apabila dapat memaksimalkan dan mengelola sumber daya alam yang ada. Kepemimpinan  dalam pendidikan  dituntut harus mampu menggerakkan pelaksanaan pendidikan, agar tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.[13]  
Dalam UUD 1945 dalam menyebutkan bahwa konsep mencerdaskan kehidupan bangsa harus dimaknai secara luas, yakni meliputi: (a). Kecerdasan intelektual. (b). Kecerdasan emosional. (c). Kecerdasan spiritual.[14] Demi mewujudkan tujuan pendidikan nasional, pendidik seharusnya tidak terfokus kepada pembinaan intelektual, wawasan dan keterampilan semata, tetapi harus diimbangi dengan membina kecerdasan emosional dan spritual. Dengan kata lain memberikan nilai-nilai agama atau imtaq dalam ilmu pengetahuan atau memberikan moralitas agama  kepada ilmu pengetahuan. Dengan kata lain pendidikan pembinaan iman dan taqwa merupakan inti dari tujuan pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, lembaga sekolah yang efektif dinilai merupakan salah satu wahana yang sangat signifikan dan terarah untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan alasan melalui proses pendidikan di sekolah peserta didik tidak hanya memperoleh aspek pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga sikap.
Dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa melalui lembaga pendidikan sekolah, kepala sekolah mempunyai peranan sangat besar untuk mengatasi krisis moral dan ahklak yang melanda pendidikan di Indonesia saat ini terlebih masalah moral dan akhlak pada peserta didik, oleh sebab itu peran kepala sekolah untuk mengembangkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. sangat dibutuhkan. Sebagai pemimpin kepala sekolah memiliki komitmen yang kuat untuk mengeksplorisasikan lingkungan budaya sekolah yang religius, SMK merupakan sekolah menengah kejuruan yang memiliki konotasi keagamaan yang kurang baik dalam perspektif sebagian kecil masyarakat. Ternyata sikap kepemimpinan kepala sekolah SMK Al-fudhola’ Pamekasan, memberikan suatu bentuk perubahan dan kemajuan, sehingga dirasa mampu memberikan informasi terhadap sekolah lainnya serta melakukan evaluasi di dalam mengembangkan lingkungan berwawasan iman, taqwa dan membentuk prilaku siswa yang baik, karena sangat kondusif dalam membentuk sikap positif dan kesuksesan dalam hidup.  
Latar belakang pendidikan kepala sekolah dalam kepemimpinannya sangat mempengaruhi terhadap pengembangan lingkungan berwawasan iman dan taqwa tersebut. Dalam pengamatan peneliti di lapangan, SMK Al-FUDHOLA’ Pamekasan, sangatlah beragam disamping sekolah tersebut dinaungi pondok pesantren yang mengedepankan nilai-nilai keagamaan. Ada beberapa kegiatan  yang  merupakan pencerminan dari pembentukan iman dan taqwa, diantaranya adalah: (a). Budaya, salam dan sapa. (b). Saling menghormati dan toleran.(c). Sholat dhuha, dan pembacaan surat-surat pendek Al-quran, sebelum mata pelajaran di mulai.
  Dari sinilah ketertarikan peneliti untuk meneliti dengan judul skripsi “ Model Kepemimpina Kepala Sekolah Dalam Lingkungan Berwawasan Iman dan Taqwa Di SMK AL-FUDHOLA’ Pamekasan.  



C.      Fokus Penelitian   
Berdasarkan latar belakang di atas kajian dalam penelitian ini difokuskan pada “ Model kepemimpinan kepala SMK AL-FUDHOLA’ Pamekasan dalam mengembangkan lingkungan berwawasan iman dan taqwa”  Karena itu, fokus peniliti dalam penelitian ini adalah bagaimana model kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan lingkungan berwawasan iman dam taqw. Fokus penelitian tersebut peneliti merumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana konsep lingkungan sekolah berwawasan iman dan taqwa di SMK AL-FUDHOLA’ Pamekasan?
2.      Bagaimana model kepemimpinan yang digunakan oleh kepela sekolah SMK AL-FUDHOLA’ Pamekasan dalam mengembangkan lingkungan berwawasan iman dan taqwa?
3.      Apa saja strategi yang dipakai oleh kepala sekolah SMK AL-FUDHOLA’ Pamekasan dalam mengembangkan lingkungan lingkungan iman dan taqwa?
D.      Tujuan Penelitian   
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, adapun tujuan penelitian ini adalah:
1.      Untuk mendeskripsikan  konsep lingkungan sekolah berwawasan iman dan taqwa di SMK AL-FUDHOLA’ Pamekasan
2.      Untuk mendeskripsikan  model kepemimpinan kepala sekolah SMK AL-FUDHOLA’ Pamekasan dalam mengembangkan lingkungan berwawasan iman dan taqwa
3.      Untuk mendeskripsikan  secara gamblang dan mengkaji strategi apa yang digunakan oleh kepala sekolah SMK AL-FUDHOLA’ Pamekasan dalam mengembangkan lingkungan berwawasan iman dan taqwa.
E.       Kegunaan Penelitian   
Dalam penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi pemikiran tentang persoalan kepemimpinan kepala sekolah dalam mengemban amanah yang diamanatkan kepadanya secara teoritis maupun praktis baik bagi peneliti sendiri ataupun kepada segenap komponen yang concern terhadap persoalan kepemimpinan kepala sekolah dalam dunia pendidikan terutama mengembangkan sekolah berwawasan iman dan taqwa dan selanjutnya dapat diterapkan dalam lembaga yang diinginkan. Karena model kepemimpinan kepala sekolah akan menentukan dalam mengembangkan lingkungan berwawasan iman dan taqwa pada lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, menambah wacana keilmuan tentang “ Model kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan lingkungan berwawasan iman dan taqwa di SMK AL-FUDHOLA’ Pamekasan”. Harapan penulis, karya ini semoga memberikan sumbangan pemikiran bagi penerapan strategi kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan madrasah yang berwawasan iman dan taqwa. Adapun manfaat dan kegunaan penelitian, yaitu:
1.      Manfaat yang bersifat Praktis
a). Upaya menambahkan pengetahuan dan memperluas pemahaman tentang suatu model kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan lingkungan berwawasan iman dan taqwa.
b). Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi masyarakat pada umunya tentang model kepemimpinan kepala sekolah sebagai mengembangkan lingkungan berwawasan iman dan taqwa. Sedangkan bagi pengelola lembaga pendidikan, khususnya bagi program sarjana jurusan pendidikan agama islam (PAI). IAIN Madura Pamekasan sebagai bahan empiric kontekstual dalam menerapkan strategi dan model kepemimpinan dalam mengembangkan lingkungan perguruan tinggi/kampus yang berwawasan iman dan taqwa.
            2. Manfaat secara Teoritis
a).  Memberikan pengetahuan tentang model kepemimpinan dan strateginya dalam meningkatkan mutu pendidik yang mungkin dapat ditiru lembaga dala pengelolaan lembaga pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan.
b). Hasil-hasil yang diperoleh dapat menimbulkan permasalahan bsru untuk diteliti lebih lanjut. Sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan model kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan lingkungan yang berwawasan iman dan taqwa khususnya pada lembaga lembaga pendidikan umum.
c). Memberikan sumbangan pemikiran baru tentang mode kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan lingkungan yang berwawasan iman dan taqwa.
F. Definisi Istilah
Agar tidak terjadi kesalahan persepsi terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, penulis perlu memberikan pengertian operasional terhadap istilah dari  yang dipakai masing-masing variabel.
1.      Model kepemimpina kepala sekolah merupaka gaya atau bentuk kepemimpinan kepala sekolah yang mengatur berjalannya sistem yang ada di lembaga pendidikan untuk tercapainya mutu pendidikan dikancah nasional.
2.      Mengembangkan lingkungan berwawasan iman dan taqwa adalah suatu bentuk upaya kepala sekolah untuk menumbuhkan suana lingkungan sekolah yang bersifat religius, hal ini agar memberikan implikasi terhadap peserta didik supaya mempunyai prilaku sopan, serius, dan sukses dalam hidupnya.   
G.      Kajian Pustaka
Pada kajian pustaka berisi berbagai uraian teori tentang model/gaya kepemimpinan Kepala sekolah didalam usaha mengembangkan lingkungan berwawasan iman dan taqwa di SMK AL-FUDHOLA’ Pamekasan, kajian teori memiliki kajian yang sangat  penting, sebab sebagai kerangka berfikir dalam menganalisis dan mengkaji sebah fenomena penelitian. Kajian pustaka yang akan diraikan berikut ini berupa kerangka konseptual untuk mengantarkan peneliti aga dapat memahami  masalah di lapangan yang akan menjadi fokus penelitian.
1.      Tinjauan Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian pertama: Skipsi saudara Misni dengan judul, “ Upaya kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Pendidikan (studi kasus di MA AL-AZHAR desa Ambat Kec. Tlanakan Kab. Pamekasan) hasil penelitiannya adalah peran kepala sekolah dalam mengembangkan kalitas guru dan staf tenaga kependidikan.[15]
Penelitian yang kedua: Skripsi saudara Moh. Suhdi dengan judul,” Pengaruh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di Madrasah Diniyah Al-Mahfudziyah Prekbun Pademau, Pamekasan”. Hasil penelitian adalah pembinaan terhadap guru yang dilaksanakan oleh kepala sekolah dengan membantu, membina dan mengajar.[16]
Penelitian yang ketiga: Skripsi saudari Cahya Purwati Ningsih dengan judul.” Kebijakan Kepala sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Pademawu, Pamekasan”. Hasil penelitian adalah peranan kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan di SMPN 1 Pademawu, Pamekasan.[17]  
Penelitian yang keempat: Skripsi saudari Muawah  dengan judul, ”Upaya Kepala Sekolah dalam menigkatkan Kompetensi Pedagogik Guru di MTS Miftahul Ulum Penyepen Palengaan, Pamekasan. Dengan hasil penelitian kepala sekolah telah melaksanakan peran sebagai manajer, administrator dan inovator.[18]
Penelitian kelima: Skripsi saudari Sitti Muyassarah, dengan judul, “ Upaya Kepala Sekolah Pada Peningkatan Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Islam di Seklah Menengah Petama Nurul Hikmah Tlanakan, Pamekasan”. Hasil penelitianya  menunjukkan menunjukkan gaya kepemimpinan bepengaruh positif terhadap kinerja guru.[19]
Berbeda dengan peneliti terdahulu yang telah disebutkan di atas penelitian yang akan dilaksanakan ini menitik beratkan tentang seorang pemimpin dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan tujuan utama memberikan layanan mutu pendidikan yang baik. Penelitian ini melihat aspek kepemimpinan kepala sekolah sebagai pesonal dan sistem. Aspek kepala sekolah sebagai personal dilihat dari latar belakang pendidikan sedangkan kepemimpinan kepala sekolah sebagai sistem berkaitan dengan model kepemimpinan untuk mengembangkan lingkungan berawawasan iman dan taqwa.           
2.      Tinjauan Tentang Model atau Tipe Kepemimpinan
a.         Pengertian kepemimpinan
Secara umum definisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut: “kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, menedorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya sesuatu yang ditetapkan”.[20]
Sementara dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirdjo kepemimpinan adalah sebagai berikut:
a)    Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai sesuatu kepribadian (personality) seseorang yang mendatangkan keinginan kepada kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya atau memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan atau wibaw, yang demikian rupa sehingga membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang dikehendakinya.
b)   Kepemimpinan dapat pula dipandang pula sebagai penyebab dari pada kegiatan-kegiatan, proses atau kesediaan untuk mengubah pandangan atau sikap (mental fisik) dari pada kelompok orang-orang, baik dalam hubungan organisasi formal maupun informal.
c)    Kepemimpinan adalah suatu seni (art ), kesanggupan (ability) atau (technique) untuk membuat sekelompok orang bawahan dalam organisasi formal atau para pengikut atau simpatisan dalam organisasi informal mengikuti atau mentaati segala apa yang dikehendakinya, membuat begitu antusias atau bersemangat untuk mengikutinya, atau bahkan berkorban untuknya.
d)   Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai bentuk persuasi suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui human relations dan motivasi yang tepat, sehingga mereka tanpa adanya rasa takut mau bekerja sama dan membanting tulang untuk memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi.
e)    Kepemimpinan merupakan sebagai sarana, suatu instrumen atau alat, untuk membuat sekelompok orang-orang mau bekerja sama dan bedaya upaya, menaati segala peraturan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentuksan. Dalam hal ini, kepemimpinan dipandang sebagai dinamika suatu organisasi yang membuat orang-orang bergerak, bergiat, berdaya upaya secara kesatuan organisasi, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.[21]
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat dinyatakan bahwa kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat menjalankan tugas-tugas  yang telah diberikan dengan rela dan penuh semangat serta tidak merasa terpaksa.  
b.        Teori-teori Pendekatan kepemimpinan
Teori kepemimpinan yang berkembang saat ini ingin mengetahui bagaimana terjadinya keefektifan kepemimpinan dalam organisasi. Sehingga beberapa hasil penelitian menemukan bahwa kepemimpinan dapat dilihat dari kepibadian sosok pemimpin.
Untuk meningkatkan keefektifan dalam mengelola program kelembagaan sekolah, maka ada beberapa hal yang harus dimiliki kepala sekolah sebagai pemimpin (top leader) yaitu kemampuan polisi, kemampuan pengajaran, kemampuan interpersonal dan teknis. Kepala sekolah harus mampu memberikan peran sebagai inisiator, inspirator dan motivator kepada guru, siswa dan staf tenaga kependidikan untuk sama-sama membangun sinergitas dalam meningkatkan lembaga pendidikan. Terdapat beberapa teori pendekatan dalam kepemimpinan kepala sekolah diantaranya adalah:
a). Teori pendekatan sifat (trait appraoch)
pendekata sifat didasari asmsi bahwa kondisi fisik dan karakteristik adalah penting bagi kesuksesan pemimpin, hal ini akan menjadi faktor penetu yang membedakan anatara seseorang dengan bukan pemimpin, sifat pokok diantaranya:
·           Kondisi fisik: energik, tegap, dan lain-lain
·           Latar belakang sosial: berpendidikan dan berwawasan luas, serta berasal dari lingkungan yang dinamis.
·           Kepribadian: adaptif, emosi stabil, populer, kooperatif dan lain-lain.
Karakteristik yang berhubungan dengan tugas-tugas: terdorong untuk maju siap menerima tanggung jawab, beinisiatif, berorientasi pada tugas dan cakap dalam berkomunikasi interpersonal.
            b). Teori pendekatan keperilakuan (behavioral Approach)
      pendekatan keperilakuan memandang kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah prilaku dan bukan sifat-sifatnya, dalam konteks ini melihat dan mengidentifikasi perilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya untuk mempengaruhi anggotanya. Pendekatan ini menitik beratkan pandangannya pada dua aspek prilaku kepemimpinan yaitu, fungsi-fungsi kepemimpinan dan gaya-gaya kepemimpinan.
Gaya-gaya kepemimpian dapat dikatagorikan sebagai gaya yang berorientasi pada tugas (tast oriented) dan gaya yang berorientasi kepada bawhanya (employee oriented).[22]
c). Teori pendekatan situasi (kontingensi)
pendekatan situasional atau kontingensi dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard, berdasarkan atas asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan suatu organisasi tidak hanya  dipengaruhi oleh sifat dan prilaku saja, karena banyaknya permasalahan yang berbeda dalam tiap-tiap organisasi, situasi yang berbeda-beda ini harus dihadapi dengan perilaku kepemimpinan yang berbeda pula, oleh sebab itu dengan banyaknya kemungkinan yang dipakai dalam menerapkan perilaku kepemimpinan sesuai dengan situasi organisasi atau lembaga, maka pendekatan situasional ini disebut juga pendekatan kontengensi yang berarti kemungkinan. Sesuai dengan pendapat Hersey dan Blanchard mengemukakan bahwasanya pendekatan kontengensi atau situasional merupakan suatu teori yang berusaha mencari jalan tengah antara pandangan yang mengatakan adanya asas-asas organisasi dan manajemen yang bersifat universal dan pandangan yang mengatakan bahwa tiap organisasi adalah unik dan memiliki situasi yang berbeda-beda sehingga harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tertentu.[23]


c.              Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah         
Di dalam tubuh organisasi pada umumnya terjadi melalui dua bentuk yaitu formal dan informal, dimana formal terbentuk melalui lingkungan organisasi jabatan otoritas formal dalam organisasi tersebut diisi oleh orang yang ditunjuk melalui  proses seleksi, sedangkan informal tejadi melalui kedudukan orang-orang yang muncul berpengaruh  terhadap orang lain karena kecapakan khusus atau berbagai sumber yang dimilikinya mampu memecahkan masalah dalam organisasi. Fungsi utama pemimpin adalah kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja, antara lain:
a)      Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan penuh rasa kebebasan
b)      Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan terhadap kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan
c)      Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja yaitu, membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan efktif
d)     Pemimpin bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempetahankan eksistensi organisasi
e)      Pemimpin bertanggung jawab dalam mengabil keputusan bersama dengan kelompok. Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman. Pemimpin mempunyai tanggung jawab untuk melatih kelompok menyadari proses dan isin pekerjaan yang dilakukan dan berani menilai hasilnya.[24]  
Sedangkan Richard H. Hall ada empat  macam tugas pemimpin yaitu:
a.       Mendefinisikan misi dan peranan organisasi, misi dan perana organisasi hanya dapat dirumuskan dengan baik apabila seorang pemimpin mampu memahami struktural organisasi.
b.      Pemimpin adalah merupakan pengejawantahan tujuan organisasi dalam fungsi ini pemimpin harus menciptakan kebijaksanaan kedalam tatanan atau keputusan terhadap sarana untuk mencapai tujuan yang direncanakan.
c.       Mempertahankan tujuan organisasi, seorang pemimpin memiliki peranan yang penting untuk mempertahankan keutuhan organisasi.
d.      Mengendalikan konflik internal yang terjadi dalam organisasi dalam kehidupan modern masalah akan terus bermunculan.[25]    
d.             Tipe-tipe Kepemimpinan
Berdasarkan konsep sifat, sikap dan cara-cara pemimpin melakukan dan mengembangkan kegiatan dalam lingkungan kerja yang dipimpinnya, maka kepemimpinan pendidikan dapat dklasifikasikan kedalam empat tipe, yaitu:
a.       Tipe Laissez-faire
Tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak membetikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap bawahannya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya. Tanpa pentujuk dari atau saran-saran dari pemimpin.
b.      Tipe Otoriter
Tipe kepemimpinan otoriter disebut juga tipe kepemimpinan “Autoritarian” dalam kepemimpinan yang  otoriter, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggotanya, dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis, atau sifat-sifat pada anggota kelompok terhadap pemimpinnya.
c.       Tipe Demokratis
Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator,melainkan sebagai pemimpin ditengah-tengah kelomppknya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya selalu berpangkal pada kepetingan dan kebutuhan kelompoknya dan mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.
d.      Tipe Pseudo-Demokratis
Disebut juga demokratis semu atau manipulasi diplomatik, pemimpin yang bertipe Pseudo-Demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis sebenarnya dia bersikap otokratis. Misalnya jika ia mempunyai ide-ide, pikiran, atau konsep-konsep yang ingin di terapkan di lembaga yang dipimpinnya, maka hal tersebut didiskusikan dengan bawahannya, tetapi situai diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan didesak agar menerima ide/pikiran tersebut sebagai keputusan bersama.[26]
3.           Tinjauan Tentang Peranan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Lingkungan Berwawasan Iman dan Taqwa
a.      Peran kepemimpinan Kepala Sekolah
Tugas seorang pemimpin harus memenuhi kebutuhan kelompok dan juga harus bisa mempengaruhi sedemikian rupa sehingga apa yang dirasakan sebagai kebutuhan benar-benar bersifat realistis.[27] Disamping guru dan seluruh staf tenaga kependidikan lainnya kepala sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam mensukseskan lingkungan berwawasan iman dan taqwa, karena kepala sekolah maerupakan salah satu fakto yang dapat mewujudkan visi dan misi serta tujuan sekolah yang dilaksanakan secara bertahap dan terencana.
Penilain kinerja kepala sekolah dilaksanakan berdasarkan tupoksinya. Tupoksi kepala sekolah juga harus mengacu kepada Permendiknas nomor 19 Tahun 2007 tentang standar pengelolaan sekolah, meliputi:
a.    Perencanaan program
b.    Pelaksanaan rencana kerja
c.    Pengawasan dan evaluasi
d.   Kepemimpinan sekolah
e.    Sistem informasi sekolah   
         Berdasarkan permendiknas nomor 28 Tahun 2010 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah/madrasah. Pasal 12 ayat 4 menyatakan bahwa penilaian kinerja kepala sekolah meliputi:
a.       Usaha pengembangan kepala sekolah yang dilakukan selama menjadi kepala sekolah/madrasah.
b.      Peningkatan sekolah madrasah berdasarkan delapan standar nasional pendidikan selama di bawah kepemimpinan yang bersangkutan.
c.       Usaha pengembangan profesionalisme sebagai kepela sekolah/madrasah.
Tupoksi kepala sekolah selengkapnya yaitu meliputi:
1.      Merumuskan, menetapkan dan mengembangkan visi sekolah
2.      Merumuskan, menetapkan dan mengembangkan misi sekolah
3.      Merumuskan, menetapkan dan mengembangkan tujuan sekolah
4.      Membuat rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan serta anggaran sekolah (RKAS)
5.      Membuat perencanaan program reduksi.[28]
4.          Konsep pengembangan  Lingkungan Sekolah Berwawasan Iman dan Taqwa
Dalam ajaran Islam, bahwa aktifitas keagamaan bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah) dan yang berkaitan dengan aktifitas yang tampak dan dapat dilihat dengan mata saja, tetapi juga aktifitas yang tidak tampak yang hanya terjadi di dalam hati seseorang.[29] Oleh karena itu, pengembangan lingkungan sekolah berwawasan iman dan tawqa itu meliputi berbagai dimensi kehidupan manusia. Islam mendorong para pemeluknya untuk beragama secara utuh/menyeluruh (kaffah), hal ini sebagaimana telah Allah jelaskan dalam firman-Nya yang berbunyi:
يأيها الذين أمنوا ادخلوا فى السلم كافة ولا تتبعوا خطوات الشيطان إنه لكم عدوٌّ مبينۖ
          Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kedalam islam keseluruhan dan janganlah kalian turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian”. (QS. Al-baqarah:208).[30]
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengembangkan lima strategi, yakni:
1.        Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
2.        Integrasi iptek dan imtaq dalam proses pembelajaran
3.        pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler berwawasan iman dan taqwa.
4.        Penciptaan situasi yang kondusif dalam kehidupan sosial di sekolah
5.        Melaksanakan kerjasama antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat.[31]
Tujuan utama pengembangan lingkungan sekolah berwawasan imtaq ialah keberagamaan peserta didik itu sendiri, bukan terutama pada pemahaman tentang agama.
Adapun konsep pengembangan lingkungan berwawasan iman dan taqwa anatara lain:
a.                                                             Lingkungan sosial sekolah
Sebagai suatu sistem sosial sekolah merupakan organisasi yang dinamis dan yang berkomunikasi secara efektif.[32] Sebagai satu sistem sosial di dalamnya melibatkan dua orang atau lebih yang saling berkomunikasi untuk mencapai tujuan. Beberapa hal yang menarik dalam membicarakan lingkungan sosial sekolah adalah dimensi-dimensi yang terdapat di dalamnya, semangat sert konflik yang terjadi di dalam lingkungan sosial sekolah itu sendiri.Faktor manusia dalam lingkungan sosial sekolah terdiri dari kepala sekolah,kelompok guru, tenaga administrasi atau staff, dan kelompok siswa.Masing masing kelompok memiliki pribadi yang berbeda-beda. Mereka memiliki watak, kepentingan, sikap, bahkan juga memiliki kekhawatiran yang tidak sama. Akibat perbedaan pribadinya yang berbeda-beda akan menyebabkan interaksi yang unik dari masing-masing orang dengan lingkungannya.
Adapun konsep pengembangan lingkungan sekolah berwawasan imtaq pada lingkungan sosial sekolah, antara lain, yaitu: 
a)             Akhlakul Karimah
Inti dari ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW tidak lain adalah membentuk manusia yang berakhlak dan memiliki moralitas yang baik. Oleh karena itu Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak,karena merupakan ruh dari semua perbuatan, aktivitas kreasi dan karya manusia.Kualitas perilaku seseorang diukur dari faktor akhlak ini, sebagaicermin dari kebaikan hati.[33]
b).            Nilai-nilai Kejujuran

Dalam interaksi sosial, nilai-nilai kejujuran sangat dibutuhkan untuk melangsungkan kehidupan manusia. Namun kenyataannya, nilai-nilai kejujuran tidak lagi menjadi landasan dasar dalam berinteraksi manusia dalam khidupannya. Pengembangan lingkungan sekolah berwawasan imtaq melalui internalisasi nilai-nilai kejujuran dalam kehidupan sehari-hari sangat mempengaruhi terhadap perilaku siswa dalam kehidupannya
c).       Nilai-nilai kedisiplinan
Pentingnya kedisiplinan karena akan melahirkan kepribadian dan jatidiri seseorang dengan sifat-sifat dan akhlak yang mulia. seseorang yang disiplin akan memiliki etos belajar dan bekerja yang tinggi, rasa tanggung jawab dan komitmen yang kuat terhadap kebenaran, pada akhirnya akan mengantarkannya sebagai sumber daya manusia yang berkualitas serta beriman dan bertaqwa kepada Allah. Nilai-nilai disiplin adalah suatu nilai yang harus dimaknai sebagai kemampuan untuk mengerjakan yang prioritas dan mengerjakannya/menyelesaikannya sampai tuntas. Nilai disiplin, yaitu menjaga seluruh orang-orang di sekolah, agar tahu mana yang penting dan prioritas, mana pula yang tidak penting dan harus ditinggalkan.[34]

b.         Lingkungan fisik sekolah
Lingkungan fisik sekolah merupakan faktor dalam proses pengembangan lingkungan berwawasan iman dan taqwa. Dalam hubungannya dengan pengembangan lingkungan sekolah berwawasan imtaq dan proses belajar mengajar, sarana dan prasarana terdiri dua jenis, yaitu:
1.      Sarana dan prasarana yang secara langsung digunakan, yaitu: alat-alat tulis, peralatan praktik, ruang kelas, aula sekolah, masjid/mushalla
2.      sarana yang secara tidak langsung digunakan dalam pengembangan imtaq dan proses belajar mengajar, yaitu: ruang kantor, ruang kepala sekolah, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru dan kamar kecil.[35]
  1. Pengertian Iman dan Taqwa
Iman adalah keyakinan dalam hati mengenai ke-Esa-an dan ke-Maha Kuasa-an Allah yang diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan melalui amal perbuatan yang baik. Iman didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan. Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan perbuatan, sertadapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.Iman menurut bahasa Arab yang artinya percaya.Sedangkan menurut istilah, iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan).[36]
Sedangkan taqwa adalah sikap batin dan perilaku seseorang untuk tetap konsisten melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, orang yang taqwa dalam al-Quran adalah manusia ideal, kekasih Allah, derajat manusia ditentukan oleh ketakwaannya.
H.      Metode Penelitian
1.      Pendekatan dan jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kalitatif yaitu data bisa berasal dari naskah wawancara catatan lapangan, dokumen pribadi, cacatan memo dan dokumen resmi lainnya.[37] Sehingga tujuannya adalah ingin mengetahui realitas empiris dibalik fenomena yang ada secara mendalam. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan penjabaran atau deskripsi yang tersusun secara alamiah  baik itu berupa tulisan ataupun  kata-kata.
Penelitian ini berupaya untuk mengetahui dan menelaah tentang model kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan lingkungan berwawasan iman dan taqwa di SMK AL-FUDHOLA’ Pamekasan. Dalam penelitian kualitatif, manusia adalah sumber data utama dan hasil penelitiannya berupa kata-kata atau pernyataan yang sesuai dengan keadaan sebenanya. Denzin Licoln dalam bukunya moleong mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan lata alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai sesuatu yang ada.[38]
2.      Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti didalam melakukan tindak tanduk penelitian kualitatif berkenaan dengan sifat unik dari realitas sosial tingkah laku manusia itu sendiri. Keunikannya bersumber dari hakekat manusia sebagai mahkluk psikis, sosial dan budaya. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrmen adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen harus di validasi seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.[39]
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen selain manusia hanya sebagai pendukung dan pembantu dalam penelitian. Menurut Moleong kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsiran data dan pada akhirnya akan menjadi pelopor hasil penelitian.[40]
3.      Lokasi Penelitian
Penelitian ini  akan dilakukan di SMK Al-fudhola’ yang berada di jalan Trunojoyo gang 1 Pamekasan yang menerapkan dan mengembangkan lingkungan berwawasan iman dan taqwa. Sekolah yang berdiri dibawah pondok pesantren Al-fudhola’, hal sebagaimana telah dicamtumkan dalam visi sekolah yaitu terwujudnya lulusan yang berkualitas unggul, berdasarkan iman taqwa. Kepala sekolah yang dengan dasar visi dan misi sekolah, berusaha mewujudkan iklim sekolah yang agamis.
Adapun alasan peneliti mengambil lokasi penelitian di SMK Al-fudhola’ Pamekasan adalah sebagai berikut:
1.         SMK Alfudhola’  Pamekasan sebagai lembaga pendidikan menengah kejuruan swasta yang didirikan pada 16 juli 2007, dengan kepemimpinan kepala sekolah sekarang ini mengalami banyak kemajuan dalam pendidikan IPTEK dan menanamkan pendidikan iman dan taqwa.
2.         Semua guru dan tenaga kependidikan rata-rata kualifikasi akademis adalah s1 dan sebagian s2 karena kepala sekolah sangat mengikuti perkembangan kebijakan pemerintah tentang pendidikan terutama dalam Peraturan menteri pendidikan Nasional nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah dan no 16 tahun 2007 tentang kualifikasi akademis dan kompetensi guru.[41]
4.      Data dan Sumber Data
Data merupakan keterangan-keterangan suatu hal ang dapat di ketahui yang dianggap atau anggapan yang berasal dari informan. Data dapat juga berupa fakta yang digambarkan lewat angka, simbol, kode, dan lain-lain.[42] Dalam penelitian kata-kata dan tindakan objek penelitian dijadikan sebagai sumber data.
Menurut cara memperolehnya data dapat dikelompokkan menjadi  dua macam: yang pertama data primer, yang kedua data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh peneliti dari sumber pertama. Data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari informan, melalui pengamatan, catatan lapangan dan intervie. Sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan diolah dan di sajikan pihak lain dan biasanya disajikan dalam bentuk publikasi dan jurnal.[43]                          
Keberadaan informan dalam proses penelitian ini sangatlah penting, tanpa adanya hubungan yang baik dengan informan maka sulit penelitian ini dilaksanakan, karena tidak dapat informasi secara utuh. Informasi adalah kunci terhadap suatu penelitian, oleh sebab secara spesifik sebagai sumber data dalam penelitian ini antara lain yaitu:
1). Kepala  sekolah SMK ALFDHOLA’ Pamekasan selaku pihak yang bertanggung jawab terhadap pengembangan lingkungan sekolah dan para anggota lembaga yang dipimpinnya terutama peserta didik.
2). Wakil kepala sekolah dan guru PAI juga bertanggung jawab terhadap pengembangan lingkungan sekolah berwawasan iman dan taqwa.
3). Beberapa siswa SMK ALFUDHOLA’ Pamekasan, karena keberadaannya sangatlah penting untuk mengetahui pelaksanaan dan pengembangan lingkungan berwawasan iman dan taqwa oleh kepala sekolah.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu saling melengkapi data satu dengan data yang lain, selanjutnya disajikan dalam bentuk bahasa yang tidak formal. Dalam susunan kalimat sehari-hari dan pilihan kata asli responden cukup rinci dan tanpa adanya evaluasi dan interpretasi dari peneliti.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik, yaitu:
1). Wawancara (interview)
Wawancara merupakan minat informasi/subjek dalam memahami orang lain. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self report atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi. Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang peneliti adalah sebagai berikut:
a.       Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentag dirinya sendiri
b.      Bahwa apa yang ditanyakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya
c.       Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dilakukan peneliti.[44]   
  2).  observasi (Observation)
Observasi adalah instrumen yang sering digunakan dalam penelitian pendidikan. Dalam observasi peneliti lebih banyak menggunakan pancaindranya yaitu indra penglihatan.[45]
Observasi sebagai pengumpulan data yang dimaksud adalah dengan melakukan observasi secara sistematis bukan hanya sekedarnya saja. Dalam observasi ini diusahakan hal yang wajar dan sebenarnya terjadi tanpa usaha disengaja untuk mempengaruhi, mengatur dan memanipulasi.[46] Teknik observasi atau pengamatan berperan serta digunakan untuk melengkapi dan menguji hasil wawancara yang diberikan informan yang kemungkinan belum menggambarkan segala macam situasi yang dikehendaki peneliti. Teknik ini dilakukan dengan cara peneliti melibatkan diri secara efektif dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di SMK Al-Fudhola’, Pamekasan untuk memberikan hasil yang objektif.
3).        Dokumentasi (doekumenttation)
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal yang berupa catatan, transkip, buku, majalah, leger, agenda, dan sebagainya.  Kelebihan dari pengumpulan data melalui cara pemeriksaan dokumen.[47] Metode ini untuk mencari data seperti kegiatan dan pembiasaan.
6.Teknik Analisis Data
Teknik ini di pergunakan untuk menata semua informasi yang di dapat dalam penelitain baik dari hasil wawancara , pengamatan maupun dokumentasi. Langkah-langkah dalam analisis data tersebut, sebagai berikut:
1. Tahap pengumpulan data. Pada tahan ini peneliti mengumpulkan data yang berkaitan dengan hal-hal berikut:
a. Kepala sekolah dalam membuat perencanaan dan program kerja dalam mengembangkan wawasan imtaq peserta didik sesuai dengan visi dan misi sekolah.
b. Kepala sekolah dalam rangka pembinaan keagamaan kepada warga sekolah terutama kepada peserta didik.
c. Kepala sekolah ketika memberikan motivasi dan dorongan kepada peserta didik terhadap penting pendidikan keagamaan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. d. Strategi kepala sekolah dalam rangka mengembangkan lingkungan berwawasan imtaq kepada warga sekolah terutama pada peserta didik

7. Pengecekan Keabsahan Data
pengecekan keabsahan data merupakan suatu langkah untuk mengurangi kesalahan dalam mengimplementasikan proses pengelolaan data penelitian tentunya akan berpengaruh terhadap hasil akhi peneitian. Moleong menyebutkan ada empat kriteria dalam pengecekan keabsahan temuan yaitu:[48]
1.      Kredibilitas
Dalam penelitian ini dipenuhi dengan beberapa kegiatan yang dilakukan untuk membuat temuan dan interpretasi yang dihasilkan lebih terpecaya. Kegiatan krebilitas terdiri dari:
a.       Memperpanjang waktu observasi dilapangan, perpanjangan waktu berkaitan dengan “ model kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan lingkungan berwawasan iman dan tawqa di SMK Al-Fudhola’“. Perpanjangan waktu observasi ini dapat membangun kepercayaan kepala sekolah sebagai informan kunci kepada peneliti yang akhirnya tercipta hubungan yang baik sehingga memudahkan kepala sekolah mengungkapkan sesuatu secara lugas dan terbuka.
b.      Ketekunan pengamatan yang dilakukan terus menerus oleh peneliti secara terus menerus untuk memahami gejala dengan lebih mendalam sehingga mengetahui aspek yang penting, fokus dan relevansi dengan topik penelitian.
c.       Melakukan triangulasi, dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan menggunakan sumber, metode dan teori. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut bagi keperluan pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data tersebut.
2.      Transferabilitas
Tranferabilitas adalah berfungsi untuk membangun keterahlian dalam penelitian ini yang dilakukan dengan cara uraian rinci untuk menjawab sejauhmana hasil penelitian dapat ditransfer pada beberapa konteks lain. Dengan teknik ini peneliti akan melaporkan penelitian dengan teliti dan cermat yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan dengan mengacu pada fokus penelitian.
3.      Dependabilitas
Merupakan kriteria menilai apakah proses penelitian bermutu atau tidak.Cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertahankan adalah dengan audit dependabilitas oleh autidor independen bisanya dilakukan olehdosen pembimbing guna mengkaji kegiatan yang dilakukan oleh peneliti.
4.       Konfirmabilitas
Kriteria ini digunakan menilai hasil penelitian yang dilakukan dengancara mengecek data, informasi dan interpretasi hasil penelitian yang didukungoleh materi yang ada pada pelacakan audit (audit trail). Dalam pelacakan audit ini peneliti menyediakan bahan-bahan yang diperlukan seperti datalapangan berupa:
(a). Catatan lapangan dari hasil pengamatan peneliti tentangaktivitas model kepemimpinan kepala sekolah SMK AL-FUDHOLA’, Pamekasan dalam mengembangkan lingkungan berwawasa iman dan taqwa.  
(b).  Tipe atau model kepemimpinan kepala sekolah
(c). strategi kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan lingkungan berwawasan iman dan taqwa
(d). Interaksi antara kepala sekolah dengan guru PAI dan guru bidang lainnya
(e). Interaksi guru PAI dengan wali kelas terkait pengembangan lingkunganberwawasan iman dan taqwa
(f). interaksi peserta didik dengan seluruh wargasekolah terkait pengembangan lingkungan berwawasan iman dan taqwa
(g). wawancara dan transrip wawancara dengan kepala sekolah wakil kepala sekolah, guru PAI, kepala TU dan perwakilan peserta didik.
(h).  Dokumentasi terkait dengan pengembangan lingkungan berwawasan iman dan taqwa


8. Tahap penelitian
Dalam penelitian kualitatif menurut Moleong ada tiga tahapan pokok yang harus diperhatikan yaitu:
1.    Tahapan pra lapangan, dimana merupakan usaha peneliti sebelum terjun langsung ke lapangan melalui pendekatan kepada kepala sekolah, guru-guru yang mengajar dan peserta didik.
2.    Tahap kegiatan lapangan, meliputi proses awal objek yang diteliti, baik yang bersifat abstrak maupun data yang haus digali melaui alat bantu lainnya.
3.    Tahap analisis data, tahapan ini dilakukan setelah semua data terkumpul secara keseluruhan baik dari hasil wawancara, observasi, dan dokumnetasi.[49]
 



[1] Dr. H. M. Muchlis Solihin, M.Ag. Psikologi Belajar. (Surabaya Pena Salsabila), Hlm. 13
[3] Engkoswara dan Aan Komariah. Administrasi Pendidikan. (Bandung: Alfabeta. 2010). Hlm:178
[4] Kh.Muhammad Ihya’ Ulumuddin, kepemimpinan Dalam Islam Istiqoma, dan Paradigma Figuritas, Majalah Mafahim, terbit 2018. Hlm 8
[5]Ibid. Hlm 9
[6] Dr. H. Mohammad Kosim, M.Ag. Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya Pena Salsabila 2013). Hlm. 76
[7] Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si. Sosiologi Pendidikan. (Bandung, Cv Pustaka Setia 2012). Hlm 167
[8] Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik dan Permasalahan).
(Jakarta: Raja Gerindo Persada. 2008). Hlm 81
[9] Alqur’an dan terjemah. Lajnah Pentashih mushaf Al-quran. Departemen Agama Republik Indonesia (Semarang: CV. AIWAAH, 1989), hlm. 13
[10] Ainul Yaqin, M.A. Hadits-hadits Pendidikan. (Duta Media Publishing, Bangkes Kadur Pamekasan Jawa Timur). Hlm. 132
[11] Prof. Dr. Abd. Rachman Assegaf. Filsafat Pendidikan Islam. Pardigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-interkonektif. (Jakarta, Pt. Raja Gravindo Persada). Hlm 46
[12] Alqur’an dan terjemah. Lajnah Pentashih mushaf Al-quran. Departemen Agama Republik Indonesia (Semarang: CV. AIWAAH, 1989), hlm. 407
[13] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen Pendidikan. (Bandung, Alfabeta. 2011). Hlm. 126
[15] Misni: Upaya kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Pendidikan (studi kasus di MA AL-AHAR desa Ambat Kec. Tlanakan Kab. Pamekasan). Skripsi (Pamekasan, Institut Agama Islam Negeri Madura, IAIN. 2010)
[16] Moh. Suhdi.” Pengaruh kepala sekolah tehadap kinerja guru di Madrasah Diniyah Al-Mahfudziyah Prekbun Pademau, Pamekasan. Skripsi (Pamekasan, Institut Agama Islam Negeri Madura, IAIN. 2011)
[17] Cahya Purwati Ningsih.” Kebijakan Kepala sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Pademawu, Pamekasan”. Skripsi (Pamekasan, Institut Agama Islam Negeri Madura, IAIN. 2015)
[18] Muawah: ”Upaya Kepala Sekolah dalam menigkatkan Kompetensi Pedagogik Guru di MTS Miftahul Ulum Penyepen Palengaan, Pamekasan”. Skripsi (Pamekasan, Institut Agama Islam Negeri Madura, IAIN. 2015)

[19] Sitti Muyassarah, dengan judul, “ Upaya Kepala Sekolah Pada Peningkatan Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Islam di Seklah Menengah Petama Nurul Hikmah Tlanakan, Pamekasan”. Skripsi (Pamekasan, Institut Agama Islam Negeri Madura, IAIN. 2013)
[20] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen Pendidikan. (Bandung, Alfabeta. 2011). Hlm. 125
[21] Drs. M. Ngalim Purwanto, Mr. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.(Bandung, PT. Remaja Rosdakarya 2009). Hlm. 25-26  
[22] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas  Indonesia,  Ibid. Hlm. 131-132
[23] Drs. M. Ngalim Purwanto, Mr. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Hlm. 38
[24] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas  Indonesia. Hlm. 126
[25] Wahjusumidjo Kepemimpinan kepala sekolah ,(tinjauan teoritik dan permasalahan. (Jakarta, Raja Gravindo Persada, 2008). Hlm. 81
[26] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas  Indonesia. Hlm. 126-127
[27] Drs. M. Ngalim Purwanto, Mr. Ibid, hlm. 64
[29] Djamaluddin Ancok. Psikologi Islami. (Jogjakarta, Pustaka Pelajar). Hlm. 76  
[30] Alqur’an dan terjemah. Lajnah Pentashih mushaf Al-quran. Departemen Agama Republik Indonesia. Ibid.
[31] Ahamdi, Pengertian Iman Taqwa , http://pengembangan-sekolah-berwawasan-imtaq .html
[32] Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si. Sosiologi Pendidikan. (Bandung, CV. Pustaka Setia). Hlm. 167
[33] Zulkarnain, Transformasi Nilai-nilai Pendiidkan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008), hlm. 9
[34] Baharuddin, Psikologi Pendidikan, Refleksi Teoretis terhadap Fenomena (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media Group, 2010). hlm. 70-71
[35] Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya (Jakarta:Bumi Askara, 2008) hlm.3
[37] Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,2006). Hlm. 5
[38] Ibid. Hlm. 5
[39] Prof. Dr. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD. (Bandng, Alfabeta 2015). Hlm. 222
[40] Lexy J. Moleong. Ibid. Hlm. 121
[41] http://bsnp-indonesia. org/standar-nasional-pendidikan/
[42] Lexy J. Moleong. Ibid. Hlm. 157
[43] Ibid. Hlm
[44] Prof. Dr. Sugiyono. Ibid. Hlm. 138
[45] Prof. Dr. Hamid Darmadi, M.Pd. Metode Peneltian Pendidikan.(Bandung, Alfabeta, 2011). Hlm. 263
[46] S. Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah (Jakarta: Bumi Askara, 2003), hlm. 70
[47] Arikunto suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta, Rineka cipta : Cetakan ke 15, Tahun 2013),  hlm. 270.
[48] Lexy J. Moleong. Ibid. Hlm.326
[49] Ibid. Hlm. 85-103