A. MODEL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM
MENGEMBANGKAN LINGKUNGAN BERWAWASAN IMAN DAN TAQWA DI SMK AL-FUDHOLA’ PAMEKASAN
B.
Konteks
Penelitian
Setiap
individu mengalami perkembangan yang meliputi seluruh aspek dan keadaan yang
terdapat dalam individu, baik yang bersifat tampak maupun yang tidak tampak,
oleh sebab itu untuk menumbuhkembangnkan kemampuan diperlukan proses pendidikan
secara seksama dan terencana[1].
Sehingga pendidikan dapat dianggap sebagai peningkatan kualitas dan martabat
manusia. Selain itu, pendidikan merupakan tolok ukur martabat suatu bangsa, hal
ini dapat dilihat sejauh mana keberhasilan pelaksanaan pendidikan berlangsung
dalam negara tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat suatu
bangsa, maka semakin tinggi pula kualitas bangsanya. Dalam kenyataannya, pendidikan di
Indonesia telah dirumuskan dalam UUSPN sebagaimana berikut: ”format manusia
terdidik dalam perspektif UUSPN No. 20/2003 menyatakan: Manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”[2]. Peran key
position kemajuan dan perkembangan tidak keliru dialamatkan kepada
kepemimpinan kepada kepala sekolah atau lembaga.
Kepala sekolah sebagai agen perubahan dalam
sekolah mempumyai peranan yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dalam sekolah tersebut. Maka kepala sekolah sebagai pemimpin harus
mampu mempunyai leadership yang baik. Kepemimpinan yang baik adalah
kepala sekolah yang mampu dan dapat mengelola sumber daya pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pemimpin pendidikan dalam hal ini adalah kepala
sekolah sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaa pendidikan dan
pengajaran di lembaga pendidikan, harus memiliki kesiapan dan kemampuan untuk
membangkitkan semangat kerja personal. Seorang pemimpin juga harus mampu
menciptakan iklim dan suasana yang kondusif, aman, nyaman, tentram,
menyenangkan, dan penuh penuh semangat dalam bekerja bagi para pekerja dan para
pelajar. Sehingga pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dapat berjalan dengan lancar
dan tertib dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini sebagai mana yang
disampaikan oleh Engkoswara dan Aan Komariah[3]
dalam bukunya” Administrasi Pendidikan”, bahwa: Kepemimpinan pendidikan adalah
suatu proses mempengaruhi, mengkoordinasikan, dan menggerakkan perilaku orang
lain serta melakukan suatu perubahan kearah yang lebih positif dalam
mengupayakan kekberhasilan pendidikan.
Kepimimpinan
adalah ekspresi dalam berbagai sentuhan, ia adalah soal manusia tetapi juga
situasional, ia adalah ilmu tetapi juga seni. Kepimimpinan (qiyadah, imarah)
dalam islam merupakan perkara penting yang mendasar. Masalah kepemimpinan
adalah masalah agama (syara’) bukan masalah duniawi semata. Jangankan
kepemimpinan yang lingkupnya kecil pun agama mengajarkan dan menyerukan kepemimpinan.[4]
Menjalankan
sebuah organisai seperti kelembagaan atau pemerintahan memang dibutuhkan
seorang top leader pemimpin perhatian agama islam tidak hanya
mencakup masalah pemimpin yang hanya berdomain dalam skala besar seperti
dikutip dari Nafi’ dan Abu Salamah
sesungguhnya Rasulullah Sawi bersabda:
اِذَا كَانَ ثَلَاثَةٌ فِى سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُاْ
اَحَدَهُمْ. قَالَ نَافِعٌ: فَقُلْنَا لِأَبِيْ سَلَمَةَ: فَأَنْتَ أَمِيْرُنَا
(رَوَاهُ أَبُوْ دَاودَ)
“Jika
tiga orang bepergian, maka hendaklah mengangkat pemimpin salah satu dari
mereka”. “Nafi’ berkata: Lalu kami berkata kepada Abu Salamah anda pemimpin
kami”. (HR. Abu Dawud: III/36 hadits nomor 2609).[5]
Di
sinilah justru peran kepemimpinan kepala sekolah dituntut untuk mampu membimbing
bawahannya yaitu tenaga pendidik dan peserta didik. Peran kepemimpinan kepala
sekolah. Peran kepemimpinan kepala sekolah sangat berperanan penting dalam
mengembangkan lingkungan yang berwawasan iman dan taqwa pada organisasi yang
dipimpinnya. Kewibawaan sangat diperlukan dalam berbagai aspek mempengaruhi,
agar upaya mempengaruhi pihak lain berlangsung efektif.[6]
Philip
Robinson (1981) mengatakan sekolah sebagai organisasi, yaitu unit sosial yang
secara sengaja dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu.[7]
Kepala sekolah dapat menekankan salah satu bentuk model kepemimpinan yang ada.
Model kepemimpinan atau gaya kepemimpinan mana yang paling sesuai masih menjadi
pertanyaan. Keberadaan sekolah sebagai organisasi pendidikan akan berpengaruh
terhadap keefektifan model kepemimpinan yang akan diterapkan. Karena sekolah
adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena
sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat sebagai dimensi yamg satu sama
lain saling berkaitan dan saling menetukan. Sedangkan bersifat unik menunjukkan
bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak
dimiliki oleh organisasi-organisasi lain. Oleh sebab itu, sekolah yang sifatnya
kompleks dan unik itulah, maka sekolah sebagai organisasi yang memerlukan
tingkat koordinasi yang tinggi, sehingga keberhasilan sekolah adalah
keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah.
Kepala
sekolah yang yang berhasil jika mereka mampu memahami keadaan sekolah sebagai
organisasi kompleks dan unik, serta mampu untuk melaksanakan peran kepala
sekolah sebagai seseorang yang diberi amanah dan tanggung jawab untuk memimpin
sekolah.[8]
Menurut kodrat dan irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi kholifah/
pemimpin sebagaimana firman Allah SWT. dalam QS Al-baqoroh ayat: 30 yang berbunyi:
وَإِذْقَالَ
رَبُّكَ لِلْمَلَآئِكَةِ إِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْأَرْضِ خَلِيْفَةًؕقَالُوْآ
أَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ
بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكۖ
قَال إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَۖ
Artinya
: ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,” Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata, “ Mengapa Engkau hendak
menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan dara, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui”.[9]
Seorang
pemimpin harus bisa mengimplementasikan manajemen yang pernah diterapkan oleh
Rasulullah, meskipun tidak secanggih manajemen modern, seperti saat ini, namun
sejarah mencatat dan membuktikan bahwa manajemen yang Beliau terapkan itu
sangat efektif dan efesien. Hal ini sesuai opini yang dilontarkan oleh M. Ahmad
Abdul Jawwad, ia mengemukakan bahwa terdapat enam rahasia enam rahasia dibalik
keunggulan manajemen Rasulullah SAW. Antara lain:
1).
Kemampuan memotivasi tim
2).
Simple dalam memotivasi
3).
Kemampuan dalam berkomunikasi
4).
Kemampuan dalam mendelegasikan dan membagi tugas
5).
Efektif dalam memimpin rapat kemampuan mengontrol dan mengevaluasi.[10]
Dalam ajaran islam
sendiri juga banyak ayat Al-quran maupun hadits Nabi Muhammad SAW. baik secara
langsung maupun tidak langsung yang menjelaskan tentang pengertian
kepemimpinan.
Untuk
menumbuhkembangkan potensi-potensi yang ada pada peserta didik, salah satunya
dengan dikokohkan dengan keagamaan atau fithrah agama yaitu beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT. Fithrah berarti potensi yang dimiliki manusia
untuk menerima agama, iman dan tauhid serta prilaku suci. Manusia itu
sendirilah yang harus berupaya mengarahkan fithrah tersebut melalui
pendidikan, pergaulan dan lingkungan yang kondusif.[11]
Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk
selalu berada dalam kebaikan. Tanggung jawab kepala sekolah sebagai pemimpin sebagaimana
Allah menjelaskan dalam Al-quran surat Al-mu’minun: 8-11 yang berbunyi:
وَالَّذِيْنَ
هُمْ لِأَمَنَتِهِمْ وَعَهْدِهُمْ رَاعَوْنَ ۖ
وَالَّذِيْنَ هُمْ عَلى صَلَواَتهِمْ يُحَافِظُوْنَ ۖ
اُوْلَئِكَ هُمُ الْواَرِثُوْنَ ۖ
الَّذِيْنَ يَرِثُوْنَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيْهَا خَالِدُوْنَ ۖ
Artinya:
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat(yang dipikulnya) dan janji
mereka dan orang-orang yang memelihara sholatnya, mereka itulah orang-orang
ynag akan mewarisi surga Firdaus, mereka kekal disana”. (QS. Al-mu’minun 8-11).[12]
Kepemimpinan
dikatakan sangat penting untuk menjalankan suatu sistem keorganisasian apabila
dapat memaksimalkan dan mengelola sumber daya alam yang ada. Kepemimpinan dalam pendidikan dituntut harus mampu menggerakkan pelaksanaan
pendidikan, agar tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan dapat tercapai secara
efektif dan efisien.[13]
Dalam
UUD 1945 dalam menyebutkan bahwa konsep mencerdaskan kehidupan bangsa harus
dimaknai secara luas, yakni meliputi: (a). Kecerdasan intelektual. (b).
Kecerdasan emosional. (c). Kecerdasan spiritual.[14]
Demi mewujudkan tujuan pendidikan nasional, pendidik seharusnya tidak terfokus
kepada pembinaan intelektual, wawasan dan keterampilan semata, tetapi harus
diimbangi dengan membina kecerdasan emosional dan spritual. Dengan kata lain
memberikan nilai-nilai agama atau imtaq dalam ilmu pengetahuan atau memberikan
moralitas agama kepada ilmu pengetahuan.
Dengan kata lain pendidikan pembinaan iman dan taqwa merupakan inti dari tujuan
pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, lembaga sekolah yang
efektif dinilai merupakan salah satu wahana yang sangat signifikan dan terarah
untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan alasan melalui proses pendidikan di sekolah
peserta didik tidak hanya memperoleh aspek pengetahuan dan keterampilan, tetapi
juga sikap.
Dalam
rangka meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa melalui lembaga pendidikan
sekolah, kepala sekolah mempunyai peranan sangat besar untuk mengatasi krisis
moral dan ahklak yang melanda pendidikan di Indonesia saat ini terlebih masalah
moral dan akhlak pada peserta didik, oleh sebab itu peran kepala sekolah untuk
mengembangkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. sangat dibutuhkan. Sebagai pemimpin
kepala sekolah memiliki komitmen yang kuat untuk mengeksplorisasikan lingkungan
budaya sekolah yang religius, SMK merupakan sekolah menengah kejuruan yang
memiliki konotasi keagamaan yang kurang baik dalam perspektif sebagian kecil
masyarakat. Ternyata sikap kepemimpinan kepala sekolah SMK Al-fudhola’
Pamekasan, memberikan suatu bentuk perubahan dan kemajuan, sehingga dirasa
mampu memberikan informasi terhadap sekolah lainnya serta melakukan evaluasi di
dalam mengembangkan lingkungan berwawasan iman, taqwa dan membentuk prilaku
siswa yang baik, karena sangat kondusif dalam membentuk sikap positif dan
kesuksesan dalam hidup.
Latar
belakang pendidikan kepala sekolah dalam kepemimpinannya sangat mempengaruhi
terhadap pengembangan lingkungan berwawasan iman dan taqwa tersebut. Dalam pengamatan
peneliti di lapangan, SMK Al-FUDHOLA’ Pamekasan, sangatlah beragam disamping
sekolah tersebut dinaungi pondok pesantren yang mengedepankan nilai-nilai
keagamaan. Ada beberapa kegiatan yang
merupakan pencerminan dari pembentukan iman dan taqwa, diantaranya
adalah: (a). Budaya, salam dan sapa. (b). Saling menghormati dan toleran.(c). Sholat
dhuha, dan pembacaan surat-surat pendek Al-quran, sebelum mata pelajaran di
mulai.
Dari sinilah
ketertarikan peneliti untuk meneliti dengan judul skripsi “ Model
Kepemimpina Kepala Sekolah Dalam Lingkungan Berwawasan Iman dan Taqwa Di SMK
AL-FUDHOLA’ Pamekasan.
C.
Fokus
Penelitian
Berdasarkan
latar belakang di atas kajian dalam penelitian ini difokuskan pada “ Model
kepemimpinan kepala SMK AL-FUDHOLA’ Pamekasan dalam mengembangkan lingkungan
berwawasan iman dan taqwa” Karena itu,
fokus peniliti dalam penelitian ini adalah bagaimana model kepemimpinan kepala
sekolah dalam mengembangkan lingkungan berwawasan iman dam taqw. Fokus
penelitian tersebut peneliti merumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep lingkungan sekolah berwawasan
iman dan taqwa di SMK AL-FUDHOLA’ Pamekasan?
2. Bagaimana model kepemimpinan yang
digunakan oleh kepela sekolah SMK AL-FUDHOLA’ Pamekasan dalam mengembangkan
lingkungan berwawasan iman dan taqwa?
3. Apa saja strategi yang dipakai oleh kepala
sekolah SMK AL-FUDHOLA’ Pamekasan dalam mengembangkan lingkungan lingkungan
iman dan taqwa?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, adapun tujuan penelitian
ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan konsep lingkungan sekolah berwawasan iman dan
taqwa di SMK AL-FUDHOLA’ Pamekasan
2. Untuk mendeskripsikan model kepemimpinan kepala sekolah SMK
AL-FUDHOLA’ Pamekasan dalam mengembangkan lingkungan berwawasan iman dan taqwa
3. Untuk mendeskripsikan secara gamblang dan mengkaji strategi apa
yang digunakan oleh kepala sekolah SMK AL-FUDHOLA’ Pamekasan dalam
mengembangkan lingkungan berwawasan iman dan taqwa.
E.
Kegunaan
Penelitian
Dalam
penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi pemikiran tentang
persoalan kepemimpinan kepala sekolah dalam mengemban amanah yang diamanatkan
kepadanya secara teoritis maupun praktis baik bagi peneliti sendiri ataupun
kepada segenap komponen yang concern terhadap persoalan kepemimpinan
kepala sekolah dalam dunia pendidikan terutama mengembangkan sekolah berwawasan
iman dan taqwa dan selanjutnya dapat diterapkan dalam lembaga yang diinginkan. Karena
model kepemimpinan kepala sekolah akan menentukan dalam mengembangkan
lingkungan berwawasan iman dan taqwa pada lembaga pendidikan yang dipimpinnya.
Dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, menambah wacana keilmuan
tentang “ Model kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan lingkungan
berwawasan iman dan taqwa di SMK AL-FUDHOLA’ Pamekasan”. Harapan penulis, karya
ini semoga memberikan sumbangan pemikiran bagi penerapan strategi kepemimpinan
kepala sekolah dalam mengembangkan madrasah yang berwawasan iman dan taqwa.
Adapun manfaat dan kegunaan penelitian, yaitu:
1. Manfaat yang bersifat Praktis
a).
Upaya menambahkan pengetahuan dan memperluas pemahaman tentang suatu model
kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan lingkungan berwawasan iman dan
taqwa.
b).
Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi masyarakat pada umunya tentang
model kepemimpinan kepala sekolah sebagai mengembangkan lingkungan berwawasan iman
dan taqwa. Sedangkan bagi pengelola lembaga pendidikan, khususnya bagi program
sarjana jurusan pendidikan agama islam (PAI). IAIN Madura Pamekasan sebagai
bahan empiric kontekstual dalam menerapkan strategi dan model kepemimpinan
dalam mengembangkan lingkungan perguruan tinggi/kampus yang berwawasan iman dan
taqwa.
2. Manfaat secara Teoritis
a). Memberikan pengetahuan tentang model kepemimpinan
dan strateginya dalam meningkatkan mutu pendidik yang mungkin dapat ditiru lembaga
dala pengelolaan lembaga pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan.
b).
Hasil-hasil yang diperoleh dapat menimbulkan permasalahan bsru untuk diteliti
lebih lanjut. Sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan model kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan lingkungan yang
berwawasan iman dan taqwa khususnya pada lembaga lembaga pendidikan umum.
c).
Memberikan sumbangan pemikiran baru tentang mode kepemimpinan kepala sekolah dalam
mengembangkan lingkungan yang berwawasan iman dan taqwa.
F.
Definisi Istilah
Agar tidak terjadi kesalahan
persepsi terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, penulis perlu
memberikan pengertian operasional terhadap istilah dari yang dipakai masing-masing variabel.
1. Model kepemimpina kepala sekolah
merupaka gaya atau bentuk kepemimpinan kepala sekolah yang mengatur berjalannya
sistem yang ada di lembaga pendidikan untuk tercapainya mutu pendidikan
dikancah nasional.
2. Mengembangkan lingkungan berwawasan iman
dan taqwa adalah suatu bentuk upaya kepala sekolah untuk menumbuhkan suana
lingkungan sekolah yang bersifat religius, hal ini agar memberikan implikasi
terhadap peserta didik supaya mempunyai prilaku sopan, serius, dan sukses dalam
hidupnya.
G. Kajian Pustaka
Pada
kajian pustaka berisi berbagai uraian teori tentang model/gaya kepemimpinan
Kepala sekolah didalam usaha mengembangkan lingkungan berwawasan iman dan taqwa
di SMK AL-FUDHOLA’ Pamekasan, kajian teori memiliki kajian yang sangat penting, sebab sebagai kerangka berfikir dalam
menganalisis dan mengkaji sebah fenomena penelitian. Kajian pustaka yang akan
diraikan berikut ini berupa kerangka konseptual untuk mengantarkan peneliti aga
dapat memahami masalah di lapangan yang
akan menjadi fokus penelitian.
1.
Tinjauan
Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian pertama: Skipsi saudara Misni
dengan judul, “ Upaya kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Pendidikan (studi
kasus di MA AL-AZHAR desa Ambat Kec. Tlanakan Kab. Pamekasan) hasil
penelitiannya adalah peran kepala sekolah dalam mengembangkan kalitas guru dan
staf tenaga kependidikan.[15]
Penelitian yang kedua: Skripsi saudara
Moh. Suhdi dengan judul,” Pengaruh Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di
Madrasah Diniyah Al-Mahfudziyah Prekbun Pademau, Pamekasan”. Hasil penelitian
adalah pembinaan terhadap guru yang dilaksanakan oleh kepala sekolah dengan
membantu, membina dan mengajar.[16]
Penelitian yang ketiga: Skripsi saudari Cahya
Purwati Ningsih dengan judul.” Kebijakan Kepala sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Pademawu, Pamekasan”. Hasil penelitian
adalah peranan kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat signifikan terhadap
peningkatan mutu pendidikan di SMPN 1 Pademawu, Pamekasan.[17]
Penelitian yang keempat: Skripsi saudari
Muawah dengan judul, ”Upaya Kepala
Sekolah dalam menigkatkan Kompetensi Pedagogik Guru di MTS Miftahul Ulum
Penyepen Palengaan, Pamekasan. Dengan hasil penelitian kepala sekolah telah melaksanakan
peran sebagai manajer, administrator dan inovator.[18]
Penelitian kelima: Skripsi saudari Sitti
Muyassarah, dengan judul, “ Upaya Kepala Sekolah Pada Peningkatan Kompetensi
Sosial Guru Pendidikan Agama Islam di Seklah Menengah Petama Nurul Hikmah Tlanakan,
Pamekasan”. Hasil penelitianya
menunjukkan menunjukkan gaya kepemimpinan bepengaruh positif terhadap
kinerja guru.[19]
Berbeda dengan peneliti terdahulu yang telah
disebutkan di atas penelitian yang akan dilaksanakan ini menitik beratkan
tentang seorang pemimpin dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan tujuan utama
memberikan layanan mutu pendidikan yang baik. Penelitian ini melihat aspek kepemimpinan
kepala sekolah sebagai pesonal dan sistem. Aspek kepala sekolah sebagai
personal dilihat dari latar belakang pendidikan sedangkan kepemimpinan kepala
sekolah sebagai sistem berkaitan dengan model kepemimpinan untuk mengembangkan
lingkungan berawawasan iman dan taqwa.
2.
Tinjauan
Tentang Model atau Tipe Kepemimpinan
a.
Pengertian
kepemimpinan
Secara
umum definisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut: “kepemimpinan
berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat
mempengaruhi, menedorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan dan
kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan
selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya sesuatu yang
ditetapkan”.[20]
Sementara
dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirdjo kepemimpinan adalah sebagai berikut:
a) Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai
sesuatu kepribadian (personality) seseorang yang mendatangkan keinginan
kepada kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya atau
memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan atau wibaw, yang
demikian rupa sehingga membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang
dikehendakinya.
b) Kepemimpinan dapat pula dipandang pula
sebagai penyebab dari pada kegiatan-kegiatan, proses atau kesediaan untuk mengubah
pandangan atau sikap (mental fisik) dari pada kelompok orang-orang, baik dalam
hubungan organisasi formal maupun informal.
c) Kepemimpinan adalah suatu seni (art
), kesanggupan (ability) atau (technique) untuk membuat
sekelompok orang bawahan dalam organisasi formal atau para pengikut atau
simpatisan dalam organisasi informal mengikuti atau mentaati segala apa yang
dikehendakinya, membuat begitu antusias atau bersemangat untuk mengikutinya,
atau bahkan berkorban untuknya.
d) Kepemimpinan dapat pula dipandang
sebagai bentuk persuasi suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu,
biasanya melalui human relations dan motivasi yang tepat, sehingga
mereka tanpa adanya rasa takut mau bekerja sama dan membanting tulang untuk
memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi.
e) Kepemimpinan merupakan sebagai sarana,
suatu instrumen atau alat, untuk membuat sekelompok orang-orang mau bekerja sama
dan bedaya upaya, menaati segala peraturan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditentuksan. Dalam hal ini, kepemimpinan dipandang sebagai dinamika suatu
organisasi yang membuat orang-orang bergerak, bergiat, berdaya upaya secara kesatuan
organisasi, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.[21]
Berdasarkan kesimpulan
di atas dapat dinyatakan bahwa kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan
dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibaan, untuk dijadikan
sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan
dapat menjalankan tugas-tugas yang telah
diberikan dengan rela dan penuh semangat serta tidak merasa terpaksa.
b.
Teori-teori
Pendekatan kepemimpinan
Teori
kepemimpinan yang berkembang saat ini ingin mengetahui bagaimana terjadinya
keefektifan kepemimpinan dalam organisasi. Sehingga beberapa hasil penelitian
menemukan bahwa kepemimpinan dapat dilihat dari kepibadian sosok pemimpin.
Untuk
meningkatkan keefektifan dalam mengelola program kelembagaan sekolah, maka ada
beberapa hal yang harus dimiliki kepala sekolah sebagai pemimpin (top
leader) yaitu kemampuan polisi, kemampuan pengajaran, kemampuan interpersonal
dan teknis. Kepala sekolah harus mampu memberikan peran sebagai inisiator,
inspirator dan motivator kepada guru, siswa dan staf tenaga kependidikan untuk
sama-sama membangun sinergitas dalam meningkatkan lembaga pendidikan. Terdapat beberapa
teori pendekatan dalam kepemimpinan kepala sekolah diantaranya adalah:
a).
Teori pendekatan sifat (trait appraoch)
pendekata sifat
didasari asmsi bahwa kondisi fisik dan karakteristik adalah penting bagi
kesuksesan pemimpin, hal ini akan menjadi faktor penetu yang membedakan anatara
seseorang dengan bukan pemimpin, sifat pokok diantaranya:
·
Kondisi
fisik: energik, tegap, dan lain-lain
·
Latar
belakang sosial: berpendidikan dan berwawasan luas, serta berasal dari lingkungan
yang dinamis.
·
Kepribadian:
adaptif, emosi stabil, populer, kooperatif dan lain-lain.
Karakteristik yang
berhubungan dengan tugas-tugas: terdorong untuk maju siap menerima tanggung
jawab, beinisiatif, berorientasi pada tugas dan cakap dalam berkomunikasi
interpersonal.
b). Teori pendekatan keperilakuan (behavioral
Approach)
pendekatan
keperilakuan memandang kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah prilaku
dan bukan sifat-sifatnya, dalam konteks ini melihat dan mengidentifikasi
perilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya untuk mempengaruhi anggotanya.
Pendekatan ini menitik beratkan pandangannya pada dua aspek prilaku
kepemimpinan yaitu, fungsi-fungsi kepemimpinan dan gaya-gaya kepemimpinan.
Gaya-gaya
kepemimpian dapat dikatagorikan sebagai gaya yang berorientasi pada tugas (tast
oriented) dan gaya yang berorientasi kepada bawhanya (employee oriented).[22]
c). Teori pendekatan situasi (kontingensi)
pendekatan
situasional atau kontingensi dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard,
berdasarkan atas asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan suatu organisasi tidak
hanya dipengaruhi oleh sifat dan prilaku
saja, karena banyaknya permasalahan yang berbeda dalam tiap-tiap organisasi,
situasi yang berbeda-beda ini harus dihadapi dengan perilaku kepemimpinan yang berbeda
pula, oleh sebab itu dengan banyaknya kemungkinan yang dipakai dalam menerapkan
perilaku kepemimpinan sesuai dengan situasi organisasi atau lembaga, maka
pendekatan situasional ini disebut juga pendekatan kontengensi yang
berarti kemungkinan. Sesuai dengan pendapat Hersey dan Blanchard mengemukakan
bahwasanya pendekatan kontengensi atau situasional merupakan suatu teori
yang berusaha mencari jalan tengah antara pandangan yang mengatakan adanya
asas-asas organisasi dan manajemen yang bersifat universal dan pandangan yang
mengatakan bahwa tiap organisasi adalah unik dan memiliki situasi yang
berbeda-beda sehingga harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tertentu.[23]
c.
Fungsi
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Di
dalam tubuh organisasi pada umumnya terjadi melalui dua bentuk yaitu formal dan
informal, dimana formal terbentuk melalui lingkungan organisasi jabatan
otoritas formal dalam organisasi tersebut diisi oleh orang yang ditunjuk
melalui proses seleksi, sedangkan
informal tejadi melalui kedudukan orang-orang yang muncul berpengaruh terhadap orang lain karena kecapakan khusus
atau berbagai sumber yang dimilikinya mampu memecahkan masalah dalam
organisasi. Fungsi utama pemimpin adalah kelompok untuk belajar memutuskan dan
bekerja, antara lain:
a) Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan,
kerjasama, dengan penuh rasa kebebasan
b) Pemimpin membantu kelompok untuk
mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan
terhadap kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan
c) Pemimpin membantu kelompok dalam
menetapkan prosedur kerja yaitu, membantu kelompok dalam menganalisis situasi
untuk menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan efktif
d) Pemimpin bertanggung jawab dalam
mengembangkan dan mempetahankan eksistensi organisasi
e) Pemimpin bertanggung jawab dalam
mengabil keputusan bersama dengan kelompok. Pemimpin memberi kesempatan kepada
kelompok untuk belajar dari pengalaman. Pemimpin mempunyai tanggung jawab untuk
melatih kelompok menyadari proses dan isin pekerjaan yang dilakukan dan berani
menilai hasilnya.[24]
Sedangkan
Richard H. Hall ada empat macam tugas
pemimpin yaitu:
a. Mendefinisikan misi dan peranan organisasi,
misi dan perana organisasi hanya dapat dirumuskan dengan baik apabila seorang
pemimpin mampu memahami struktural organisasi.
b. Pemimpin adalah merupakan
pengejawantahan tujuan organisasi dalam fungsi ini pemimpin harus menciptakan kebijaksanaan
kedalam tatanan atau keputusan terhadap sarana untuk mencapai tujuan yang
direncanakan.
c. Mempertahankan tujuan organisasi,
seorang pemimpin memiliki peranan yang penting untuk mempertahankan keutuhan
organisasi.
d. Mengendalikan konflik internal yang
terjadi dalam organisasi dalam kehidupan modern masalah akan terus bermunculan.[25]
d.
Tipe-tipe
Kepemimpinan
Berdasarkan
konsep sifat, sikap dan cara-cara pemimpin melakukan dan mengembangkan kegiatan
dalam lingkungan kerja yang dipimpinnya, maka kepemimpinan pendidikan dapat
dklasifikasikan kedalam empat tipe, yaitu:
a. Tipe Laissez-faire
Tipe
kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak membetikan kepemimpinannya, dia
membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak
memberikan kontrol dan koreksi terhadap bawahannya. Pembagian tugas dan kerja sama
diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya. Tanpa pentujuk dari atau saran-saran
dari pemimpin.
b. Tipe Otoriter
Tipe
kepemimpinan otoriter disebut juga tipe kepemimpinan “Autoritarian” dalam
kepemimpinan yang otoriter, pemimpin
bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggotanya, dominasi yang
berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis, atau
sifat-sifat pada anggota kelompok terhadap pemimpinnya.
c. Tipe Demokratis
Pemimpin
yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai
diktator,melainkan sebagai pemimpin ditengah-tengah kelomppknya. Pemimpin yang
demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara
produktif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya
selalu berpangkal pada kepetingan dan kebutuhan kelompoknya dan mempertimbangkan
kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.
d. Tipe Pseudo-Demokratis
Disebut
juga demokratis semu atau manipulasi diplomatik, pemimpin yang bertipe Pseudo-Demokratis
hanya tampaknya saja bersikap demokratis sebenarnya dia bersikap otokratis.
Misalnya jika ia mempunyai ide-ide, pikiran, atau konsep-konsep yang ingin di
terapkan di lembaga yang dipimpinnya, maka hal tersebut didiskusikan dengan
bawahannya, tetapi situai diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada
akhirnya bawahan didesak agar menerima ide/pikiran tersebut sebagai keputusan
bersama.[26]
3.
Tinjauan Tentang Peranan Kepala Sekolah Dalam
Mengembangkan Lingkungan Berwawasan Iman dan Taqwa
a. Peran kepemimpinan Kepala Sekolah
Tugas
seorang pemimpin harus memenuhi kebutuhan kelompok dan juga harus bisa
mempengaruhi sedemikian rupa sehingga apa yang dirasakan sebagai kebutuhan
benar-benar bersifat realistis.[27]
Disamping guru dan seluruh staf tenaga kependidikan lainnya kepala sekolah memiliki
peranan yang sangat penting dalam mensukseskan lingkungan berwawasan iman dan
taqwa, karena kepala sekolah maerupakan salah satu fakto yang dapat mewujudkan visi
dan misi serta tujuan sekolah yang dilaksanakan secara bertahap dan terencana.
Penilain
kinerja kepala sekolah dilaksanakan berdasarkan tupoksinya. Tupoksi kepala sekolah
juga harus mengacu kepada Permendiknas nomor 19 Tahun 2007 tentang standar pengelolaan
sekolah, meliputi:
a. Perencanaan program
b. Pelaksanaan rencana kerja
c. Pengawasan dan evaluasi
d. Kepemimpinan sekolah
e. Sistem informasi sekolah
Berdasarkan permendiknas nomor 28 Tahun 2010
tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah/madrasah. Pasal 12 ayat 4
menyatakan bahwa penilaian kinerja kepala sekolah meliputi:
a. Usaha pengembangan kepala sekolah yang
dilakukan selama menjadi kepala sekolah/madrasah.
b. Peningkatan sekolah madrasah berdasarkan
delapan standar nasional pendidikan selama di bawah kepemimpinan yang
bersangkutan.
c. Usaha pengembangan profesionalisme
sebagai kepela sekolah/madrasah.
Tupoksi kepala sekolah selengkapnya
yaitu meliputi:
1. Merumuskan, menetapkan dan mengembangkan
visi sekolah
2. Merumuskan, menetapkan dan mengembangkan
misi sekolah
3. Merumuskan, menetapkan dan mengembangkan
tujuan sekolah
4. Membuat rencana kerja sekolah (RKS) dan
rencana kegiatan serta anggaran sekolah (RKAS)
5. Membuat perencanaan program reduksi.[28]
4.
Konsep pengembangan Lingkungan Sekolah Berwawasan Iman dan Taqwa
Dalam
ajaran Islam, bahwa aktifitas keagamaan bukan hanya terjadi ketika seseorang
melakukan perilaku ritual (beribadah) dan yang berkaitan dengan aktifitas yang
tampak dan dapat dilihat dengan mata saja, tetapi juga aktifitas yang tidak
tampak yang hanya terjadi di dalam hati seseorang.[29] Oleh
karena itu, pengembangan lingkungan sekolah berwawasan iman dan tawqa itu
meliputi berbagai dimensi kehidupan manusia. Islam mendorong para pemeluknya
untuk beragama secara utuh/menyeluruh (kaffah),
hal ini sebagaimana telah Allah jelaskan dalam firman-Nya yang berbunyi:
يأيها الذين أمنوا ادخلوا فى السلم كافة
ولا تتبعوا خطوات الشيطان إنه لكم عدوٌّ مبينۖ
Artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, masuklah kalian kedalam islam keseluruhan dan janganlah kalian turuti
langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian”. (QS.
Al-baqarah:208).[30]
Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengembangkan lima
strategi, yakni:
1.
Pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam
2.
Integrasi
iptek dan imtaq dalam proses pembelajaran
3.
pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler berwawasan iman dan taqwa.
4.
Penciptaan
situasi yang kondusif dalam kehidupan sosial di sekolah
5.
Melaksanakan
kerjasama antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat.[31]
Tujuan
utama pengembangan lingkungan sekolah berwawasan imtaq ialah keberagamaan
peserta didik itu sendiri, bukan terutama pada pemahaman tentang agama.
Adapun
konsep pengembangan lingkungan berwawasan iman dan taqwa anatara lain:
a.
Lingkungan
sosial sekolah
Sebagai
suatu sistem sosial sekolah merupakan organisasi yang dinamis dan yang
berkomunikasi secara efektif.[32] Sebagai
satu sistem sosial di dalamnya melibatkan dua orang atau lebih yang saling
berkomunikasi untuk mencapai tujuan. Beberapa hal yang menarik dalam
membicarakan lingkungan sosial sekolah adalah dimensi-dimensi yang terdapat di
dalamnya, semangat sert konflik yang terjadi di dalam lingkungan sosial sekolah
itu sendiri.Faktor manusia dalam lingkungan sosial sekolah terdiri dari kepala
sekolah,kelompok guru, tenaga administrasi atau staff, dan kelompok
siswa.Masing masing kelompok memiliki pribadi yang berbeda-beda. Mereka
memiliki watak, kepentingan, sikap, bahkan juga memiliki kekhawatiran yang
tidak sama. Akibat perbedaan pribadinya yang berbeda-beda akan menyebabkan
interaksi yang unik dari masing-masing orang dengan lingkungannya.
Adapun
konsep pengembangan lingkungan sekolah berwawasan imtaq pada lingkungan sosial
sekolah, antara lain, yaitu:
a)
Akhlakul
Karimah
Inti dari
ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW tidak lain adalah membentuk
manusia yang berakhlak dan memiliki moralitas yang baik. Oleh karena itu Islam
sangat menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak,karena merupakan ruh dari semua
perbuatan, aktivitas kreasi dan karya manusia.Kualitas perilaku seseorang
diukur dari faktor akhlak ini, sebagaicermin dari kebaikan hati.[33]
b). Nilai-nilai Kejujuran
Dalam
interaksi sosial, nilai-nilai kejujuran sangat dibutuhkan untuk melangsungkan
kehidupan manusia. Namun kenyataannya, nilai-nilai kejujuran tidak lagi menjadi
landasan dasar dalam berinteraksi manusia dalam khidupannya. Pengembangan
lingkungan sekolah berwawasan imtaq melalui internalisasi nilai-nilai kejujuran
dalam kehidupan sehari-hari sangat mempengaruhi terhadap perilaku siswa dalam
kehidupannya
c). Nilai-nilai kedisiplinan
Pentingnya kedisiplinan karena akan melahirkan
kepribadian dan jatidiri seseorang dengan sifat-sifat dan akhlak yang mulia.
seseorang yang disiplin akan memiliki etos belajar dan bekerja yang tinggi,
rasa tanggung jawab dan komitmen yang kuat terhadap kebenaran, pada akhirnya
akan mengantarkannya sebagai sumber daya manusia yang berkualitas serta beriman
dan bertaqwa kepada Allah. Nilai-nilai disiplin adalah suatu nilai yang harus
dimaknai sebagai kemampuan untuk mengerjakan yang prioritas dan
mengerjakannya/menyelesaikannya sampai tuntas. Nilai disiplin, yaitu menjaga
seluruh orang-orang di sekolah, agar tahu mana yang penting dan prioritas, mana
pula yang tidak penting dan harus ditinggalkan.[34]
b.
Lingkungan
fisik sekolah
Lingkungan
fisik sekolah merupakan faktor dalam proses pengembangan lingkungan berwawasan
iman dan taqwa. Dalam hubungannya dengan pengembangan lingkungan sekolah berwawasan
imtaq dan proses belajar mengajar, sarana dan prasarana terdiri dua jenis,
yaitu:
1. Sarana dan prasarana yang secara langsung
digunakan, yaitu: alat-alat tulis, peralatan praktik, ruang kelas, aula
sekolah, masjid/mushalla
2. sarana yang secara tidak langsung digunakan dalam
pengembangan imtaq dan proses belajar mengajar, yaitu: ruang kantor, ruang
kepala sekolah, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru dan kamar kecil.[35]
- Pengertian Iman dan Taqwa
Iman
adalah keyakinan dalam hati mengenai ke-Esa-an dan ke-Maha Kuasa-an Allah yang
diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan melalui amal perbuatan yang baik. Iman
didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan
diwujudkan dengan amal perbuatan. Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau
keselarasan antara hati, ucapan, dan perbuatan, sertadapat juga dikatakan
sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.Iman menurut bahasa Arab yang artinya percaya.Sedangkan menurut istilah, iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan
diamalkan dengan tindakan (perbuatan).[36]
Sedangkan taqwa adalah sikap batin dan perilaku
seseorang untuk tetap konsisten melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya, orang yang taqwa dalam al-Quran adalah manusia ideal, kekasih
Allah, derajat manusia ditentukan oleh ketakwaannya.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kalitatif yaitu data bisa berasal dari naskah wawancara catatan
lapangan, dokumen pribadi, cacatan memo dan dokumen resmi lainnya.[37]
Sehingga tujuannya adalah ingin mengetahui realitas empiris dibalik fenomena
yang ada secara mendalam. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan penjabaran atau deskripsi yang tersusun secara alamiah baik itu berupa tulisan ataupun kata-kata.
Penelitian
ini berupaya untuk mengetahui dan menelaah tentang model kepemimpinan kepala
sekolah dalam mengembangkan lingkungan berwawasan iman dan taqwa di SMK
AL-FUDHOLA’ Pamekasan. Dalam penelitian kualitatif, manusia adalah sumber data
utama dan hasil penelitiannya berupa kata-kata atau pernyataan yang sesuai
dengan keadaan sebenanya. Denzin Licoln dalam bukunya moleong mengatakan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menggunakan lata alamiah, dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
berbagai sesuatu yang ada.[38]
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti didalam melakukan
tindak tanduk penelitian kualitatif berkenaan dengan sifat unik dari realitas
sosial tingkah laku manusia itu sendiri. Keunikannya bersumber dari hakekat
manusia sebagai mahkluk psikis, sosial dan budaya. Dalam penelitian kualitatif yang
menjadi instrmen adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai
instrumen harus di validasi seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian
yang selanjutnya terjun ke lapangan.[39]
Dalam penelitian ini peneliti bertindak
sebagai instrumen sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen selain manusia
hanya sebagai pendukung dan pembantu dalam penelitian. Menurut Moleong
kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif sekaligus merupakan perencana,
pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsiran data dan pada akhirnya akan
menjadi pelopor hasil penelitian.[40]
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMK Al-fudhola’ yang berada
di jalan Trunojoyo gang 1 Pamekasan yang menerapkan dan mengembangkan lingkungan
berwawasan iman dan taqwa. Sekolah yang berdiri dibawah pondok pesantren Al-fudhola’,
hal sebagaimana telah dicamtumkan dalam visi sekolah yaitu terwujudnya lulusan
yang berkualitas unggul, berdasarkan iman taqwa. Kepala sekolah yang dengan
dasar visi dan misi sekolah, berusaha mewujudkan iklim sekolah yang agamis.
Adapun alasan peneliti mengambil lokasi penelitian
di SMK Al-fudhola’ Pamekasan adalah sebagai berikut:
1.
SMK
Alfudhola’ Pamekasan sebagai lembaga
pendidikan menengah kejuruan swasta yang didirikan pada 16 juli 2007, dengan
kepemimpinan kepala sekolah sekarang ini mengalami banyak kemajuan dalam
pendidikan IPTEK dan menanamkan pendidikan iman dan taqwa.
2.
Semua
guru dan tenaga kependidikan rata-rata kualifikasi akademis adalah s1 dan
sebagian s2 karena kepala sekolah sangat mengikuti perkembangan kebijakan
pemerintah tentang pendidikan terutama dalam Peraturan menteri pendidikan
Nasional nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah dan no 16 tahun 2007
tentang kualifikasi akademis dan kompetensi guru.[41]
4. Data dan Sumber Data
Data
merupakan keterangan-keterangan suatu hal ang dapat di ketahui yang dianggap
atau anggapan yang berasal dari informan. Data dapat juga berupa fakta yang
digambarkan lewat angka, simbol, kode, dan lain-lain.[42]
Dalam penelitian kata-kata dan tindakan objek penelitian dijadikan sebagai
sumber data.
Menurut
cara memperolehnya data dapat dikelompokkan menjadi dua macam: yang pertama data primer, yang
kedua data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan, diolah dan
disajikan oleh peneliti dari sumber pertama. Data primer adalah data yang
diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari informan, melalui pengamatan,
catatan lapangan dan intervie. Sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan
diolah dan di sajikan pihak lain dan biasanya disajikan dalam bentuk publikasi
dan jurnal.[43]
Keberadaan
informan dalam proses penelitian ini sangatlah penting, tanpa adanya hubungan
yang baik dengan informan maka sulit penelitian ini dilaksanakan, karena tidak
dapat informasi secara utuh. Informasi adalah kunci terhadap suatu penelitian,
oleh sebab secara spesifik sebagai sumber data dalam penelitian ini antara lain
yaitu:
1).
Kepala sekolah SMK ALFDHOLA’ Pamekasan
selaku pihak yang bertanggung jawab terhadap pengembangan lingkungan sekolah
dan para anggota lembaga yang dipimpinnya terutama peserta didik.
2).
Wakil kepala sekolah dan guru PAI juga bertanggung jawab terhadap pengembangan
lingkungan sekolah berwawasan iman dan taqwa.
3).
Beberapa siswa SMK ALFUDHOLA’ Pamekasan, karena keberadaannya sangatlah penting
untuk mengetahui pelaksanaan dan pengembangan lingkungan berwawasan iman dan
taqwa oleh kepala sekolah.
5.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu saling melengkapi data satu dengan data yang lain,
selanjutnya disajikan dalam bentuk bahasa yang tidak formal. Dalam susunan
kalimat sehari-hari dan pilihan kata asli responden cukup rinci dan tanpa
adanya evaluasi dan interpretasi dari peneliti.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik, yaitu:
1).
Wawancara (interview)
Wawancara
merupakan minat informasi/subjek dalam memahami orang lain. Teknik pengumpulan
data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self report
atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi. Sutrisno Hadi
mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang peneliti adalah sebagai
berikut:
a. Bahwa subjek (responden) adalah
orang yang paling tahu tentag dirinya sendiri
b. Bahwa apa yang ditanyakan oleh subjek kepada
peneliti adalah benar dan dapat dipercaya
c. Bahwa interpretasi subjek tentang
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa
yang dilakukan peneliti.[44]
2). observasi (Observation)
Observasi
adalah instrumen yang sering digunakan dalam penelitian pendidikan. Dalam
observasi peneliti lebih banyak menggunakan pancaindranya yaitu indra
penglihatan.[45]
Observasi
sebagai pengumpulan data yang dimaksud adalah dengan melakukan observasi secara
sistematis bukan hanya sekedarnya saja. Dalam observasi ini diusahakan hal yang
wajar dan sebenarnya terjadi tanpa usaha disengaja untuk mempengaruhi, mengatur
dan memanipulasi.[46]
Teknik observasi atau pengamatan berperan serta digunakan untuk melengkapi dan
menguji hasil wawancara yang diberikan informan yang kemungkinan belum
menggambarkan segala macam situasi yang dikehendaki peneliti. Teknik ini
dilakukan dengan cara peneliti melibatkan diri secara efektif dalam
kegiatan-kegiatan pendidikan di SMK Al-Fudhola’, Pamekasan untuk memberikan
hasil yang objektif.
3). Dokumentasi
(doekumenttation)
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal yang berupa catatan,
transkip, buku, majalah, leger, agenda, dan sebagainya. Kelebihan dari pengumpulan data melalui cara
pemeriksaan dokumen.[47] Metode ini untuk mencari data
seperti kegiatan dan pembiasaan.
6.Teknik Analisis
Data
Teknik ini di pergunakan untuk
menata semua informasi yang di dapat dalam penelitain baik dari hasil wawancara
, pengamatan maupun dokumentasi. Langkah-langkah dalam analisis data tersebut,
sebagai berikut:
1. Tahap pengumpulan data. Pada tahan ini peneliti mengumpulkan data
yang berkaitan dengan hal-hal berikut:
a. Kepala
sekolah dalam membuat perencanaan dan program kerja dalam mengembangkan wawasan
imtaq peserta didik sesuai dengan visi dan misi sekolah.
b. Kepala
sekolah dalam rangka pembinaan keagamaan kepada warga sekolah terutama kepada
peserta didik.
c. Kepala
sekolah ketika memberikan motivasi dan dorongan kepada peserta didik terhadap
penting pendidikan keagamaan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan
sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
d. Strategi kepala sekolah dalam
rangka mengembangkan lingkungan berwawasan imtaq kepada warga sekolah terutama
pada peserta didik
7. Pengecekan
Keabsahan Data
pengecekan keabsahan data merupakan
suatu langkah untuk mengurangi kesalahan dalam mengimplementasikan proses
pengelolaan data penelitian tentunya akan berpengaruh terhadap hasil akhi
peneitian. Moleong menyebutkan ada empat kriteria dalam pengecekan keabsahan
temuan yaitu:[48]
1. Kredibilitas
Dalam penelitian ini dipenuhi dengan beberapa kegiatan yang dilakukan
untuk membuat temuan dan interpretasi yang dihasilkan lebih terpecaya. Kegiatan
krebilitas terdiri dari:
a.
Memperpanjang waktu observasi dilapangan, perpanjangan waktu berkaitan
dengan “ model kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan lingkungan
berwawasan iman dan tawqa di SMK Al-Fudhola’“. Perpanjangan waktu observasi ini
dapat membangun kepercayaan kepala sekolah sebagai informan kunci kepada
peneliti yang akhirnya tercipta hubungan yang baik sehingga memudahkan kepala
sekolah mengungkapkan sesuatu secara lugas dan terbuka.
b.
Ketekunan pengamatan yang dilakukan terus menerus oleh peneliti secara
terus menerus untuk memahami gejala
dengan lebih mendalam sehingga mengetahui aspek yang penting, fokus dan
relevansi dengan topik penelitian.
c.
Melakukan triangulasi, dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan menggunakan sumber, metode dan teori.
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan data dengan memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data tersebut bagi keperluan pengecekan atau sebagai bahan
pembanding terhadap data tersebut.
2.
Transferabilitas
Tranferabilitas adalah berfungsi untuk membangun keterahlian dalam
penelitian ini yang dilakukan dengan cara uraian rinci untuk menjawab
sejauhmana hasil penelitian dapat ditransfer pada beberapa konteks lain. Dengan
teknik ini peneliti akan melaporkan penelitian dengan teliti dan cermat yang
menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan dengan mengacu pada
fokus penelitian.
3.
Dependabilitas
Merupakan kriteria menilai apakah proses penelitian bermutu atau
tidak.Cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertahankan adalah
dengan audit dependabilitas oleh autidor independen bisanya dilakukan olehdosen
pembimbing guna mengkaji kegiatan yang dilakukan oleh peneliti.
4.
Konfirmabilitas
Kriteria ini digunakan menilai hasil penelitian yang dilakukan
dengancara mengecek data, informasi dan interpretasi hasil penelitian yang
didukungoleh materi yang ada pada pelacakan audit (audit trail). Dalam pelacakan audit ini peneliti menyediakan
bahan-bahan yang diperlukan seperti datalapangan berupa:
(a). Catatan lapangan dari hasil pengamatan peneliti tentangaktivitas
model kepemimpinan kepala sekolah SMK AL-FUDHOLA’, Pamekasan dalam
mengembangkan lingkungan berwawasa iman dan taqwa.
(b). Tipe atau model kepemimpinan
kepala sekolah
(c). strategi kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan lingkungan
berwawasan iman dan taqwa
(d). Interaksi antara kepala sekolah dengan guru PAI dan guru bidang
lainnya
(e). Interaksi guru PAI dengan wali kelas terkait pengembangan lingkunganberwawasan
iman dan taqwa
(f). interaksi peserta didik dengan seluruh wargasekolah terkait
pengembangan lingkungan berwawasan iman dan taqwa
(g). wawancara dan transrip wawancara dengan kepala sekolah wakil kepala
sekolah, guru PAI, kepala TU dan perwakilan peserta didik.
(h). Dokumentasi terkait dengan
pengembangan lingkungan berwawasan iman dan taqwa
8. Tahap
penelitian
Dalam penelitian kualitatif menurut
Moleong ada tiga tahapan pokok yang harus diperhatikan yaitu:
1. Tahapan pra lapangan, dimana merupakan
usaha peneliti sebelum terjun langsung ke lapangan melalui pendekatan kepada
kepala sekolah, guru-guru yang mengajar dan peserta didik.
2. Tahap kegiatan lapangan, meliputi proses
awal objek yang diteliti, baik yang bersifat abstrak maupun data yang haus
digali melaui alat bantu lainnya.
3. Tahap analisis data, tahapan ini dilakukan
setelah semua data terkumpul secara keseluruhan baik dari hasil wawancara,
observasi, dan dokumnetasi.[49]
[1] Dr. H. M. Muchlis
Solihin, M.Ag. Psikologi Belajar. (Surabaya Pena Salsabila), Hlm. 13
[4] Kh.Muhammad Ihya’
Ulumuddin, kepemimpinan Dalam Islam Istiqoma, dan Paradigma Figuritas, Majalah
Mafahim, terbit 2018. Hlm 8
[5]Ibid. Hlm 9
[6] Dr. H. Mohammad Kosim,
M.Ag. Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya Pena Salsabila 2013). Hlm. 76
[7] Prof. Dr. H. Mahmud,
M.Si. Sosiologi Pendidikan. (Bandung, Cv Pustaka Setia 2012). Hlm 167
[8] Wahjosumidjo. Kepemimpinan
Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik dan Permasalahan).
(Jakarta:
Raja Gerindo Persada. 2008). Hlm 81
[9] Alqur’an dan terjemah.
Lajnah Pentashih mushaf Al-quran. Departemen Agama Republik Indonesia (Semarang:
CV. AIWAAH, 1989), hlm. 13
[10] Ainul
Yaqin, M.A. Hadits-hadits Pendidikan. (Duta Media Publishing, Bangkes
Kadur Pamekasan Jawa Timur). Hlm. 132
[11] Prof. Dr. Abd. Rachman
Assegaf. Filsafat Pendidikan Islam. Pardigma Baru Pendidikan Hadhari
Berbasis Integratif-interkonektif. (Jakarta, Pt. Raja Gravindo Persada). Hlm 46
[12] Alqur’an dan terjemah.
Lajnah Pentashih mushaf Al-quran. Departemen Agama Republik Indonesia (Semarang:
CV. AIWAAH, 1989), hlm. 407
[13] Tim Dosen Administrasi
Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen Pendidikan.
(Bandung, Alfabeta. 2011). Hlm. 126
[14] http://referensi.elsam.or.id/2014//uu-nomor-20-tahun-2003-tentang-sistem-pendidikan-nasional
[15] Misni:
Upaya kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Pendidikan (studi kasus di MA AL-AHAR
desa Ambat Kec. Tlanakan Kab. Pamekasan). Skripsi (Pamekasan, Institut Agama Islam
Negeri Madura, IAIN. 2010)
[16] Moh.
Suhdi.” Pengaruh kepala sekolah tehadap kinerja guru di Madrasah Diniyah
Al-Mahfudziyah Prekbun Pademau, Pamekasan. Skripsi (Pamekasan, Institut Agama
Islam Negeri Madura, IAIN. 2011)
[17] Cahya Purwati Ningsih.”
Kebijakan Kepala sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMPN 1 Pademawu, Pamekasan”. Skripsi (Pamekasan, Institut
Agama Islam Negeri Madura, IAIN. 2015)
[18] Muawah: ”Upaya Kepala
Sekolah dalam menigkatkan Kompetensi Pedagogik Guru di MTS Miftahul Ulum
Penyepen Palengaan, Pamekasan”. Skripsi (Pamekasan, Institut Agama Islam Negeri
Madura, IAIN. 2015)
[19] Sitti
Muyassarah, dengan judul, “ Upaya Kepala Sekolah Pada Peningkatan Kompetensi
Sosial Guru Pendidikan Agama Islam di Seklah Menengah Petama Nurul Hikmah
Tlanakan, Pamekasan”. Skripsi (Pamekasan, Institut Agama Islam Negeri Madura,
IAIN. 2013)
[20] Tim
Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen
Pendidikan. (Bandung, Alfabeta. 2011). Hlm. 125
[21] Drs.
M. Ngalim Purwanto, Mr. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.(Bandung,
PT. Remaja Rosdakarya 2009). Hlm. 25-26
[25] Wahjusumidjo Kepemimpinan
kepala sekolah ,(tinjauan teoritik dan permasalahan. (Jakarta, Raja Gravindo
Persada, 2008). Hlm. 81
[28] HaryanaHaryana, poksi kepemimipinan, http://www.salamedukasi.com/2015/01/tugas-pokok-dan-fungsi-tupoksi-kepala.html.
[30] Alqur’an
dan terjemah. Lajnah Pentashih mushaf Al-quran. Departemen Agama Republik
Indonesia. Ibid.
[32] Prof. Dr. H. Mahmud,
M.Si. Sosiologi Pendidikan. (Bandung, CV. Pustaka Setia). Hlm. 167
[33] Zulkarnain, Transformasi
Nilai-nilai Pendiidkan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008), hlm. 9
[34] Baharuddin, Psikologi Pendidikan, Refleksi Teoretis terhadap Fenomena
(Jogjakarta:Ar-Ruzz Media Group, 2010). hlm. 70-71
[35] Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya (Jakarta:Bumi
Askara, 2008) hlm.3
[37] Lexy J. Moleong. Metodologi
Penelitian Kualitatif. (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,2006). Hlm. 5
[39] Prof.
Dr. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD. (Bandng,
Alfabeta 2015). Hlm. 222
[47] Arikunto suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta, Rineka cipta : Cetakan ke 15, Tahun 2013), hlm. 270.