BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang penting
dalam membangun peradaban bangsa. Pendidikan adalah satu-satunya aset untuk
membangun sumber daya manusia yang berkualitas[1].
Tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi bawaan manusia agar dapat
berkembang secara optimal dan mampu melakukan tugas dan kewajiban sebagai
kholifah di bumi, sedangkan fungsi pendidikan adalah sebagai instrumen penting
yang diperlukan untuk membantu proses menumbuh-kembangkan potensi, bakat, minat
peserta didik secara efektif guna mencapai tujuan pendidikan yang di harapkan.[2]
Proses keberlangsungan di sekolah sangat
bergantung pada guru. Guru sebagai pendidik harus menyajikan suatu pembelajaran
yang berkualitas untuk mengembangkan potensi peserta didiknya. Guru sebagai
pengajar maupun pedidik memiliki peran besar terhadap siswa dan keberlangsungan
belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Uno (2006: 168) yaitu guru
harus menguasai keterampilan dalam mengajar agar dapat mengelola proses
pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada peningkatan kualitas lulusan
sekolah dan diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul
dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian guru dapat
mengoptimalkan perannya di kelas dengan menguasai keterampilan mengajar.[3]
Dalam pengertian sederhana, guru adalah
orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Guru dalam
pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat
tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan formal, tetapi juga bisa juga
dimasjid, dirumah, dan sebagainya.
Rendahmya kualitas pendidikan itu
merupakan indikasi perlunya tenaga guru yang memiliki keterampilan dan
profesional, untuk itu seseorang yang berkeinginan menjadi seseorang guru harus
mempersiapkan dirinya dengan keterampilan dasar guru. Dengan pemilikan
keterampilan guru dapat mengoptimalkan peranannya dikelas.[4]
Belajar merupakan suatu penekanan yang
diperoleh berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar
menunjukkan suatu proses perubahaan perilaku atau pribadi seseorang.
Berdasarkan praktik dan pengalaman tertentu. Dalam hal ini, belajar perlu
dibedakan dengan konsep yang berhubungan dengan berfikir, berperilaku,
perkembangan, dan perubahan.[5]
Seorang guru yang baik akan menerapkan metode yang positif bagi siswanya
sehingga mereka bersemangat untuk belajar dan merasa dihargai, mau bekerja
giat, mengikuti peraturan, terus tinggal dan menyelesaikan pendidikannya serta
mempelajari nilai-nilai positif dan keterampilan hidup. Keterampilan mengajar
bagi seorang guru sebagai penunjang untuk keberhasilan dia didalam proses
belajar mengajar.[6]
Dalam proses belajar mengajar ini siswa
yang berprestasi akan mempertahankan prestasinya manakala guru memberikan
penghargaan atas prestasi tersebut.
Bahkan dengan penghargaan yang diberikan guru, Timbul motivasi kuat
untuk meningkatkan prestasi yang telah di capai. Hal ini berlaku pula
sebaliknya, yang berprestasi tanpa penghargaan dapat mengurangi motivasi. Apakah yang dimaksud dengan penguatan ?
Penguatan adalah respons positif yang
dilakukan guru atas perilaku positif
yang telah dicapai siswa dalam proses belajarnya, dengan tujuan untuk
mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut. Atau penguatan dapat diartikan pula sebagai
respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut.[7]
Melalui pemberian penguatan yang diberikan guru, maka siswa akan merasa
terdorong untuk memberikan respon yang dianggap tidak bermanfaat. Penguatan
juga berguna untuk mendorong siswa memperbaiki tingkah lakunya dan meningkatkan
kerjanya.[8]Pemberian
penguatan kepada siswa dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh terhadap
motivasi belajar siswa. Salah satu pemberian penguatan yang sangat berpengaruh
yaitu pemberian penguatan verbal . dalam pembelajaran terkadang guru kurang
menyadari rendahnya motivasi belajar siswa salah satunya dipengaruhi oleh
pemberian penguatan verbal, sehingga perlu diketahui seberapa besar pengaruh
pemberian penguatan verbal terhadap motivasi belajar siswa. Tujuan dari
pemberian penguatan yang dilakukan guru adalah untuk meningkatkan perhatian dan
motivasi siswa saat pembelajaran. Keterampilan memberi penguatan dapat berupa
penguatan verbal dan nonverbal. Penguatan verbal dapat diungkapkan melalui
kata-kata dan melalui kalimat. Sedangkan penguatan nonverbal dapat diungkapkan
dengan gerakan isyarat, pendekatan, dan sentuhan. Agar memberikan pengaruh yang
efektif, semua bentuk penguatan harus diberikan dengan memperhatikan siapa
sasarannya dan bagaimanan teknik pelaksanaannya.[9]
Keterampilan memberikan penguatan verbal
merupakan keterampilan yang harus dikuasi oleh guru karena penguatan yang
diberikan kepada siswa akan membangkitkan semangat dalam melakukan kegiatan
pembelajaran, karena melalui pemberian penguatan verbal tersebut siswa juga
akan berkopetensi dengan siswa yang lain agar dapat menjadi yang terbaik dan
mendapatkan pujian yang menyenangkan dari guru. Semangat siswa yang tinggi akan
meningkatkan daya tangkap ilmu sehingga nantinya tujuan yang ingin dicapai oleh
guru dapat diraih dengan baik. Penguatan harus dilakukan secara merata kepada
siswa yang baik ataupun siswa yang kurang baik. Guru tidak boleh
membeda-bedakan dalam memberikan penguatan terhadap siswanya. Komponen-komponen
yang terdapat dalam pemberian penguatan diantaranya, 1. Penguatan verbal 2.
Penguatan nonverbal.[10]
Penguatan verbal biasanya diungkapkan atau diutarakan dengan menggunakan
kata-kata pujian, prnghargaan, persetujuan, dan sebagainya, misalnya bagus
sekali, pintar, betul, ya, seratus buat kamu!.[11]
Sedangkan penguatan nonverbal adalah penguatan yang diungkapkan melalui bahasa
isyarat. Misalnya, melalui anggukan kepala tanda setuju, gelengan kepala tanda
tidak setuju, mengernyitkan dahi, mengangkat pundak, dan lain sebagainya.[12]
Meskipun pemberian penguatan sifatnya
sederhana dalam pelaksanaannya, namun dapat pula memberikan penguatan yang
diberikan pada siswa enggan belajar, karena penguatan yang diberikan tidak
sesuai dengan yang diketahui siswa. Dalam pemberian penguatan yang penting
harus sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh siswa tersebut, pemberian
penguatan yang berlebihan akan berakibat fatal. Untuk itu guru harus
memperhatikan prinsip-prinsip dalam pemberian penguatan. Terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam memberikan penguatan itu dapat meningkatkan
motivasi pembelajaran, diantaranya sebagai berikut : 1. Kehangatan dan
keantusiasme, sikap dan gaya guru, termasuk suara, mimik, dan gerak badan, akan
menunjukkan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguatan.
Dengan demikian tidak terjadi kesan bahwa guru tidak ikhlas dalam memberikan
penguatan karena tidak disertai kehangatan dan keantusiasan. 2. Kebermaknaan,
penguatan hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa
sehingga ia mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguatan. Dengan demikian
penguatan itu bermakna baginya. Yang jelas jangan sampai terjadi sebaliknya. 3.
Menghindari penggunaan respons yang negatif, walaupun teguran dan hukuman masih
bisa digunakan, respons negatif yang diberikan guru berupa komentar, bercanda menghina, ejekan yang kasar perlu dihindari
karena akan mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan dirinya. Misalnya,
jika seorang siswa tidak dapat memberikan jawaban yang diharapkan, guru jangan
langsung menyalahkannya, tetapi bisa melontarkan pertanyaan kepada siswa lain.[13]
Melalui pemberian penguatan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa. Yang mana motivasi itu sendiri adalah
berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat
dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.
Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang
untuk berusaha mengadakan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya.[14]
Motivasi belajar adakalanya muncul dan
sejalan dengan tujuan belajar, seperti menguasai ilmu pengetahuan, memiliki
kecakapan atau kompetensi, motivasi yang seperti ini termasuk pada motivasi
intrinsik, sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi belajar yang didorong
hal lain diluar belajar, akan tetapi masih ada hubungannya dengan belajar atau
hasil belajar, seperti ingin mendapatkan ijazah, ingin diterima di sekolah
favorit, ingin di sayang prang tua dan sebagainya.
Motivasi belajar siswa bisa datang dari
diri siswa, kesadaran dan pemikiran diri siswa, dapat juga datang dari luar
seperti orang tua, gugu-guru, sekolah, teman-teman, bahkan dari masyarakat dan
media massa. Orang tua dan sekolah hendaknya menciptakan lingkungan dan
menjalin hubungan dengan peserta didik agar tercipta motivasi positif terhadap
belajar. Sebaliknya menjauhkan dengan hal-hal yang kenungkinan menimbulkan
motivasi negatif terhadap kegiatan belajar siswa. Motivasi yang datangnya dari
guru diantaranya teknik mengajar dari guru, teknik mengajar yang bervariasi
akan membangkitkan motivasi bagi siswa.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal
yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor
intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar,
harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya
penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang
menarik.[15]
Berdasarkan latarbelakang di atas, maka
penulis tertarik akan melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Penguatan Verbal Terhadap Motivasi
Belajar Siswa Di SMA Negeri 1 Galis Pamekasan Tahun pelajaran 2018-2019”.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
perlu kiranya dirumuskan dengan jelas yang akan penulis teliti.
Adapun
rumusan masalah dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:
1.
Adakah
pengaruh pemberian penguatan verbal terhadap motivasi belajar siswa di SMP
Negeri Omben Sampang tahun pelajaran 2018-2019 ?
2.
Seberapa
besar pengaruh pemberian penguatan verbal terhadap motivasi belajar siswa SMP
Negeri Omben Sampang tahun pelajaran 2018-2019 ?
C.
Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan :
1.
Ingin
mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh pemberian penguatan verbal terhadap
motivasi belajar siswa di SMP Negeri Omben Sampang tahun pelajaran 2018-2019 ?
2.
Ingin
menganalisis seberapa besar tingkat pengaruh pemberian penguatan verbal
terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri Omben Sampang tahun pelajaran
2018-2019 ?
D.
Kegunaan penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberi nilai guna pada berbagai pihak, yaitu:
1.
Bagi
peneliti, hasil penelitian ini akan menjadi tambahan pengalaman dalam ilmu
pengetahuan serta dapat membuka wacana pemikiran peneliti sehingga
tanggung jawab atas tercapainya tujuan
pendidikan serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
2.
Bagi
kepala sekolah, mampu untuk mengawasi dan memberikan dorongan kepada para
tenaga pendidik yang dipimpinnya.
3.
Bagi
guru agama islam, sebagai bahan masukan agar senantiasa melestarikan dan
mempertahankan kewibawaannya, karena walau bagaimanapun kewibawaan seorang guru
merupakan hal yang sangat penting untuk memberikan pembinaan dan bimbingan
kepada siswa.
4.
Bagi
Institut Agama Islam (IAI) Al-Khairat pamekasan, hasil penelitian ini dapat
dijadikan referensi bagi perpustakaan, sebagai sumber kajian bagi mahasiswa
yang hendak mengetahui atau bahkan meneliti dalam konteks sama, sehingga dapat
ditindak lanjuti untuk kepentingan pengembangan keilmuan pada masa-masa yang
akan datang.
E.
Asumsi Dan Hipotesis
1.
Asumsi
Menurut
winarno Surakhmad dan suharsimi Arikunto, dapat dikatakan bahwa Asumsi
diartikan sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh
penyelidik.[16]
Asumsi yang dapat peneliti kemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Penguatan
verbal dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa di SMP Negeri Omben
Sampang
b.
Motivasi
belajar dapat dipengaruhi oleh adanya pemberian penguatan diantaranya adalah
penguatan verbal
2.
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang
kebenarannya perlu dibuktikan kembali melalui penelitian. Hipotesis adalah dugaan
yang mengkin benar atau mungkin salah. Ia akan ditolak jika salah atau akan
diterima jika fakta-fakta membenarkannya.[17]
Adapun
rumusan Hipotesis yang dapat peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a.
Ada
pengaruh pemberian penguatan verbal terhadap motivasi belajar siswa di SMP
Negeri Omben Sampang tahun pelajaran.
b.
Pemberian
penguatan verbal berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa di SMP Negeri
Omben Sampang.
F.
Ruang Lingkup Penelitian
Penerapan ruang lingkup penelitian ini
dimaksudkan agar pembahasan tidak terlalu meluas dari fokus penelitian. Adapun
materi yang peneliti angkat dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk
variabel X, yaitu pemberian penguatan
verbal yang akan dibatasi pada indikator sebagai berikut:
1.
Pujian
2.
Penghargaan
3.
Dukungan
4.
Tingkah
laku
2.
Untuk
variabel Y, yaitu Motivasi belajar yang
akan dibatasi pada indikator sebagai berikut:
1.
Motivasi
Intrinsik.
2.
Motivasi
Ekstrinsik.
G.
Definisi Operasional
Dalam definisi operasional ini yang
dimaksud adalah bertujuan agar tidak terjadi kesalah fahaman mengenai maksud
dan tujuan dari judul penelitian ini,
1.
Penguatan
verbal adalah penguatan yang diungkapkan dengan kata-kata,
baik kata-kata pujian dan penghargaan atau
kata-kata koreksi.[18]
2.
Motivasi
belajar adalah suatu perubahan energi dalam pribadi seseorang yang ditandai
dengan timbulnya kegiatan belajar dan reaksi untuk mencapai tujuan belajar.[19]
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A. Tinjauan
Teoritis Tentang Penguatan Verbal
1. Pengertian
Pemberian Penguatan
Penguatan sangat diperlukan
dalam mencapai suatu tujuan, karena seorang guru harus bisa memberikan
penguatan kepada siswa supaya bisa termotivasi dalm belajar. Penguatan
merupakan segala bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang
merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru siswa, yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau umpan balik (feedback)
bagi sipenerima (siswa) atas perbuatannya suatu tindakan ataupun korelasi.[20]
Penguatan mengandung
makna tingkahlaku yang menambah kekuatan pada sesuatu yang di anggap belum
begitu kuat. Makna tersebut ditujukan kepada tingkah laku individu yang perlu
diperkuat, artinya dimantapkan, dipersering kemunculannya, tidak hilang-hilang
timbul, tidak sekali muncul sekalian banyak tenggelam. Pada proses pendidikan
yang berorientasi pengubahan tingkah laku, tujuan pertama yang hendak dicapai
melalui proses pembelajaran.
Penguatan (reinforcement) merupakan respon terhadap
suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku
tersebut. Penguatan dapat dilakukan secara verba dan nonverbal, dengan prinsip
kehangatan, keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respon yang
negatif. Penguatan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian, seperti
bagus, tepat, bapak puas dengan hasil kerja kalian. Sedangkan secara nonverbal
dapat dilakukan dengan: gerakan mendekati peserta didik, sentuhan, acungan
jempol, dan kegiatan yang
menyenangkan. Penguatan bertujuan untuk:
a.
Meningkatkan
perhatian peserta didik terhadap pembelajaran.
b.
Merangsang
dan meningkatkan motivasi belajar.
c.
Meningkatkan
kegiatan belajar, dan membina perilaku yang produktif.[21]
Penguatan verbal dapat
ditujukan kepada pribadi tertentu, kepada kelompok tertentu, dan kepada kelas
secara keseluruhan. Dalam pelaksanaannya penguatan verbal harus dilakukan
dengan segera, dan bervariasi. Sehubungan dengan itu, terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan guru dalam memberi penguatan verbal.
a.
Penguatan
harus diberikan dengan sungguh-sungguh
b.
Penguatan
yang diberikan harus memiliki makna yang sesuai dengan kompetensi yang diberi
penguatan
c.
Hindarkan
respon negatif terhadap jawaban peserta didik
d.
Penguatan
harus dilakukan segera setelah suatu kompetensi ditampilkan
e.
Penguatan
yang diberikan hendaknya bervariasi.[22]
2. Penguatan
Verbal baik Melalui Kata-kata maupun kalimat
Penguatan verbal adalah
penguatan yang diungkapkan dengan kata-kata, baik kata-kata pujian dan
penghargaan atau kata-kata koreksi. Melalui kata-kata itu siswa akan merasa
tersanjung dan berbesar hati sehingga ia akan merasa puas dan terdorong untuk
lebih aktif belajar. Misalnya, ketika diajukan sebuah pertanyaan kemudian siswa
menjawab denga tepat, maka guru memuji siswa tersebut dengan mengatakan:
“bagus!”, “tepat sekali”, “wah, hebat kamu”, dan lain sebagaimya. Demikian juga
ketika jawaban siswa kurang sempurna, guru berkata: “hampir tepat” atau
“seratus kurang lima puluh”, dan lain-lain. Apa yang diungkapkan guru
menunjukkan bahwa jawaban siswa masih perlu penyempurnaan.[23]
Penguatan verbal
biasanya diungkapkan atau diutarakan dengan menggunakan kata-kata pujian,
penghargaan, persetujuan, dan sebagainya, misalnya Bagus, Betul, Pintar, Iya.[24]
Penguatan verbal juga
dapat dikatan dalam bentuk kalimat, yang
mana hal ini juga dapat memicu motivasi belajar siswa. Kalimat tersebut bisa
berupa: pekerjaanmu baik sekali, saya
senang dengan pekerjaanmu, pekerjaanmu makin lama makin baik, contoh yang kamu
berikan tepat sekali, jawaban kamu lengkap sekali.[25]
a. Pujian
Menyatakan sesuatu yang positif tentang
seseorang, dengan tulus dan sejujurnya. Pujian itu adalah sesuatu ucapan yang
membuat orang yang mendengarnya merasa tersanjung, sehinga dapat juga memberikan
motivasi kepada orang yang dipijinya. Pujian itu penting sekali, guna untuk
menunjukkan betapa kita benar-benar menyukai apa yang dikatakan, di lakukan,
atau dicapai oleh seseorang.
Pujian membuat orang lebih baik. Dan,
kemampuan memuji adalah kemampuan yang sangat berguna untuk dikuasai. Orang
yang sering dipuji cepat atau lambat akan belajar untuk memuji orang lain.
Kalau kita sering memuji, kita akan lebih bahagia. Dan, kalau kita menjadi
orang yang lebih bahagia, kebahagiaan akan cepat menyebar seperti petir, dan
akan menjadikan dunia tempat yang lebih bahagia untuk dihuni.
Menurut sadirman pujian merupakan bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Apabila anak berhasil dalam kegiatan berlajar,
pihak keluarga perlu memberikan pujian pada anak. Positifnya pujian tersebut
dapat menjadi motivasii untuk meningkatkan prestasi jika pujian yang diberikan
kepada peserta didik tidak berlebihan.[26]
b. Penghargaan
pemberian penghargaan dapat dilakukan
dengan berbagai cara kesempataan yang ada. Pemberian penghargan itu dapat
membangkitkan siswa untuk mempelajari atau mengerjakan sesuatu. Penghargaan
(hadiah) dalam pendidikan merupakan alat pendidikan yang berupa tindakan
pendidik yang berpengaruh terhadap tingkah laku anak didik. Sedangkan alat
pendidikan sendiri adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan
untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan tertentu. Alat pendidikan merupakan
faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi tercapainya tujuan
yang diinginkan.
Pemberian penghargaan (hadiah)bukanlah
semata-mata karena hasil seorang anak malainkan dengan hasil yang telah dicapai
anak itu. Pendidikan bertujuan membentuk kata hati kemauannya lebih baik dan
lebih keras pada anak.oleh karena itu maka seorang pendidik hendaklah
menanamkan pada diri anak supaya mengerjakan berbuat lebih dan tidak
mengharapkan pujian atau penghargaan (hadiah) untuk siswa yag berprestasi.
Tujuan pemberian penghargaan (hadiah)
dalam belajar adalah bahwa setelah seseorang menerima penghargaan karena telah melakukan kegiatan belajar yang baik.
Penghargaan ini dapat menjadi kebanggaan siswa akan eksistensis dirinya, yang
nantinya meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi diri. Ada 3 penghargaan
(hadiah) yaitu hadiah berupa barang/benda, pujian (praise) dan perlakuan
istimewa. Apapun jenis penghargaan yang diberikan haruslah disesuaikan dengan
tahapan perkembangan anak.
1.
Penghargaan
berupa ucapan
Pemberian penghargaan ini
dapat dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu atau bersifat spontan saja,
yang terpenting bahwasetiap siswa yang menunjukkan suatu usaha, maka layak
dihargai. Pemberian pujian bagi siswa yang berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran, seperti kata-kata BAGUS !, BAGUS SEKALI, TERIMAKASIH DLL.
2.
Penghargaan
berupa tulisan
Hal ini dapat diakukan
setiap hari, ketika siswa mengejakan tugas atau PE. Penghargaan ini diberikan
dengan cara guru menuliskan di buku catatan atau tugas siswa, berupa kata pujian,
terutama bagi siswa yang berhasil mendapatkan nilai bagus (80-100) kalimat
pujian tersebut diantaranya “selamat kamu adalah murid baik”, “Alhamdulillah,
kau anak pintar”, pacu terus prestasimu” DLL.
3.
Penghargaan
berupa barang/benda
Berbagai benda sebenarnya
dapat dijadikan penghargaan, baik benda yang sudah ada maupun yang telah
dimodifikasi/disiapkan. Misalnya memberikan penghargaan berupa : Bintang,
terbuat dari kertas karton/asturo berukuran kecil bagi siswa yang mendapatkan
nilai tinggi (80-100) baik latihan soal, tugas maupun PR. Kalung medali
pelajaran, terbuat dari gabus yang menyerupai sebuah medali dengan menggunakan
tali warna. Medali dibuat khusus untuk setiap mata pelajaran, dan diberikan
kepada siswa setiap selesai ulanagn harian. Siswa yang mendapat nilai tertinggi
dalam ulangan harian berhak menerima medali.
Penguatan dalam bentuk pemberian
penghargaan dan pujian merupakan salah satu keterampilan mengajar yang harus
dimiliki oleh seorang guru sihingga dapat memberikan suatu dorongan kepada anak
didik dalam mengikuti pelajaran. Penguatan yang diberikan oleh guru harus dapat
tepat sasaran dan tepat waktu sehingga dapat menjadi pemicu bagi anak didik
secara keseluruhan dalam kelas, baik yang menjadi sasaran penguasa maupun bagi
teman-temannya.
c. Dukungan
Segala bentuk informasi verbal yang
bersifat saran, bantuan yang nyata maupun tingkah laku diberikan oleh
sekelompok orang yang dekat dan akrab dengan subjek didalam lingkungan
sosialnya. Atau dalam bentuk lainjuga bisa berupa kehadiran ataupun segala
sesuatu hal yang dapat memberikan keuntungan emosional yang berpengaruh pada
tingkah laku penerimanya. Contoh bentuk dukungan adalah kepedulian, keberadaan,
kesediaan, serta sikap menghargai dan menyayangi.
d. Tingkah
laku
Segala sesuatu yang dikatakan atau
dilakukan oleh seseorang berupa tindakan yang bisa diukur, diperhatikan
dan dinilai, merupakan sembarang
perbuatan yang dilakukan secara sadar ataupun tidak. Dengan kata lain, tingkah
laku manifestasi secara fisik berupa
sikap yang berdasarkan nilai-nilai tertentu. Seseorang akan menunjukkan tingkah
laku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya dan juga berjalan dengan
nilai moral yang telah diajarkan kepadanya.
Penguatan verbal diperlukan bagi tingkah
laku-tingkah laku yang baik, tingkah laku yang dapat diterima, bukan tingkah
laku yang jelek. Tingkah laku yang baik atau diterima adalah tingkah laku yang
bernilai positif dengan rujukan sebagai berikut:
1.
Harkat
dan martabat manusia (HMM), yaitu kriteria yang di dalamnya terukir hakikat
manusia dimensi kemanusiaan dan daya, yang seluruhnya normatif
2.
Nilai
dan moral, yaitu kriteria yang bersumber pada ajaran agama, adat istiadat,
ilmu, hukum, dan kebiasaan, yang diterima dan berlaku dalam kehidupan.
3.
Tugas
perkembangan dan kebutuhan perkembangan, yaitu kriteria yang hendak dipenuhi
atau dicapai peserta didik untuk menjamin kesuksesan tahap perkembangan yang
sedang berlangsung dan kesiapan tahapan perkembangan berikutnya.
4.
Kebutuhan
dasar dan kebutuhan perkembangan yaitu kriteria yang hendaknya dipenuhi untuk
menjaga kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
5.
Tujuan
pendidikan atau pembelajaran, yaitu kriteria pembelajaran untuk menjamin
kesuksesan pendidikan yang sedang dijalani peserta didik sekarang dan selanjutnya.
6.
Keuntungan
dan dampak positif, yaitu akibat atau hasil yang diperoleh melalui tingkah laku
yang dimaksud, baik bagi peserta didik yang bersangkutan maupun bagi
pihak-pihak lain yang terkait.[27]
Kriteria yang menjadi rujukan di atas
tingkah laku yang baik perlu mendapatkan apresiasi, sambutan positif, bahkan
penghargaan (Reward) yang secara
langsung diterima dan dirasakan oleh peserta didik sebagai sesuatu yang
menyenangkan. Sedangkan tingkah laku yang jelek atau tidak dapat diterima boleh
diberi penguatan, bahkan harus dikurangi dan di berantas.
3. Penguatan
Non Verbal
Penguatan non verbal
adalah penguatan yang diungkapkan melalui bahasa isyarat. Misalnya, menggunakan
anggukan kepala tanda setuju, gelengan kepala tand tidak setuju, mengernyitkan dahi,
mengangkat pundak, dan lain sebagainya. Selain, itu penguatan verbal jugak
dapat dilakukan dengan memberikan tanda-tanda tertentu, misalnya penguatan
dengan melakukan sentuhan (contact) dengan berjabat tangan atau menepuk-nepuk
pundak siswa setelah siswa memberikan respons yang bagus.[28]
B.
Tinjauan Teoritis Tentang Motivasi Belajar
1. Pengertian
Motivasi Belajar
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin
yaitu movere yang dalam bahasa
inggris berartito move adalah kata
kerja yang artinya menggerakkan. Motivasi itu sendiri daam bahasa inggris
adalah motivation yaitu sebuah kata
benda yang berarti penggerakan. Oleh sebab itu ada juga yang menyatakan bahwa “motives drive at me” atau motiflah yang
menggerakkan.[29]
Tidak jarang juga dikatakan bahwa seorang
siswa gagal dalam mata pelajaran tertentu karena kurang motivasi. Dalam
pembelajaran motivasi adlah sesuatu yang menggerakkan atau mendorong siswa
untuk belajar atau menguasai meteri pembelajaran yang sedang diikutinya.
Stanley Vance dalam danim,[30]
mengatakan bahwa pada hakekatnya motivasi adalah perasaan atau keinginan
seseorang yang berada dan bekerja pada kondisi tertentu untuk melaksanakan
tindakan-tindakan yang menguntungkan dilihat dari perspektif pribadi dan
terutama organisasi.
Robert Dubin dalam denim,[31]
juga mengartikan motivasi sebagai kekuatan kompleks yang membuat seseorang
berkeinginan memulai dan memulai kondisi kerja dalam organisasi. Motivasi oleh
peneliti diartikan sebagai setiap kekuatan yang muncul dari dalam individu
untuk mencapai keuntungan tertentu di lingkungan dunia kerja atau dipelataran
kehidupan pada umumnya.
Motivasi adalah aspek yang sangat penting
untuk pembelajarkan. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu,
membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap
proses pembelajaran. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan
siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu.[32]
Motivasi menurut Moh. Uzer Usman adalah
suatu proses untuk menggiatkan motif-motifnya menjadi perbuatan atau tingkah
laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan tertentu.[33]
Menurut Omar Hamalik, Motivasi belajar
adalah “sesuatu perubahan energi dalam seseorang yang ditandai dengan timbulnya
kegiatan belajar dan reaksi untuk mencapai tujuan belajar[34]
Menurut Soemanto, motivasi belajar adalah
kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada
individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang
ditimbulkan oleh motivasi tersebut.[35]
Kata motif dapat dikatan sebagai “Daya
penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas
tertentu demi mencapai suatu tujuan, bahkan motif diartikan sebagai suatu
kondisi intern.[36]
Dengan demikian motif diartikan sebagai daya upaya untuk mendorong melakukan
sesuatu.
Motif adalah segala sesuatu yang mendorong
seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Atau seperti yang dikatakan oleh
sartain dalam purwanto, “ Motif adalah suatu pernyataan yang komplek didalam
suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku perbuatan ke suatu tujuan atau
perangsang.[37]Menurut
Moh. Uzer Usman Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongmya untuk
melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan
kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan.[38]
Perubahan yang dilakukan manusia untuk
dapat menyesuaikan dan diakhirnya untuk mendapatkan kepuasan diri disebut
dinamika manusia. Tugas dalam memberikan motivasi anak ialah mengingat adanya
dinamika anak dan membimbing dinamika anak. Maksudnya anak yang belajar dalam membentuk dinamika manusia ini tidak
melalui pengalaman-pengalaman yang kurang baik.[39]
2. Peran
motivasi dalam belajar
Motivasi memegang perana yang sangat
penting dalam kegiatan belajar, mempengaruhi intensitas kegiatan belajar,
tetapi motivasi dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dengan belajar. Makin
tinggi tujuan belajar maka akan semakin besar pula motivasinya, dan semakin
besar motivasi belajarnya akan semakin kuat pula kegiatanbelajarnya, ketiga
komponen kegiatan atau perilaku belajar tersebut, saling berkaitan erat dan
membentuk suatu kesatuan yang disebut sebagai proses motivasi belajar, proses
motivasi belajar ini meliputi tiga tingkah yaitu:
a.
Adanya
suatu kondisi dari tenaga-tenaga pendorong belajar (desakan, motif, kebutuhan,
dan keinginan belajar) yang menimbulkan suatu ketegangan atau tenson.
b.
Berlangsungnya
kegiatan atau perilaku belajar yang diarahkan pada pencapaian tujuan belajar
akan mengendurkan atau menghilangkan ketegangan.
c.
Pencapaian
tujuan belajar dan kekurangannya atau hilangnya ketegangan.[40]
Sumber
motivasi dapat datang dari dirinya, kesadaran dan pemikiran dirinya, dapat juga
dari luar, dari orang tua, gur-guru, sekolah, teman-teman, bahkan dari
masyarakat dan media massa. Orang tua dan sekolah hendaknya menciptakan lingkungan
dan menjalin hubungan dengan peserta didik agar tercipta motivasi positiv
terhadap belajar. Sebaliknya menjauhkan dengan hal-hal yang kemungkinan
menimbulkan motivasi negative.
Motivasi
belajar adakalanya muncul dan sejalan dengan tujuan belajar, seperti menguasai
ilmu pengetahuan, memiliki kecakapan pada motivasi intrinsik, sedangkan
motivasi ekstrinsik yaitu motivasi belajar yang mendorong hal lain diluar
belajar, akan tetapi masih ada masih ada hubungannya dengan belajar atau hasil
belajar, seperti ingin mendapatkan ijazah, ingin diterima di sekolah favorit,
ingin di sayang orang tua dan sebagainya.[41]
Dalam
program bimbingan dan konseling baik motivasi positif maupun motivasi negatif
sama pentingnya. Motivasi positif dalam rangka pengembangan dan penyalurn
bakat, minat serta dalam pengertian treatment kepada siswa. Motivasi negatif
juga penrting sebab peserta didik memperlihatkan tingkah laku belajar yang
tidak produktif karena adanya motivasi negatif tertentu. Dengan demikian
motivasi negatif dibutuhkan dalam memahami latar belakang suatu masalah,
sedangkan motivasi positif diperlukan dalam pemecahan masalah.
Dibawah
ini adalah bentuk-bentuk perilaku kurang motivasi belajar antara lain:
a.
Kelesuan
dan ketidak percayaan, seperti; malas, enggan, lambat bekerja, mengulur waktu,
pekerjaan tidak selesai, kurang konsentrasi, acuh tak acuh, apatis, sikap jasmani,
yang kurang baik, perasaan pusing-pusing, mual, mengantuk dan sebagainya.
b.
Penghindaran
atau pelarian diri, seperti; absen sekolah, bolos, tidak mengikuti pelajaran,
tidak mengerjakan tugas, tidak mencata, pelupa dan sebagainya.
c.
Menentang,
seperti; kenakalan, suka mengganggu, merusak, tidak menyukai sesuatu pelajaran
atau kegiatan, mengkritik, berdalih, dan sebagainya.
d.
Kompensasi,
seperti; mencari kesibukan lain diluar pekerjaan, mengerjakan tugas lain
diwaktu belajar, mendahulukan pekerjaan yang tidak penting dan sebagainya.[42]
Oleh
sebab itu dalam rangka membangkitkan motivasi, guru harus dapat menunjukkan
pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa. Dengan demikian
siswa akan belajar bukan hanya sekedar untuk memperoleh nilai atau pujian akan
tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.
3. Tujuan
dan fungsi motivasi belajar
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan
motivasi adalah untuk menggerakkan atau mengunggah seseorang agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh
hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang manajer, tujuan motivasi
ialah untuk menggerakkan pegawai atau bawahan dalam usaha meningkatkan prestasi
kerjanya sehingga tercapai tujuan organisasi yang di pimpinnya. Bagi seorang
guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar
timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga
tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di
dalam kurikulum sekolah.
Sebagai contoh, seorang guru memberikan
pujian kepada seorang siswa yang maju ke depan kelas dan dapat mengerjakan
hitungan matematika di papan tulis. Dengan pujian itu, dalam diri anak tersebut
rasa percaya pada diri sendiri; di samping itu timbul keberaniannya sehingga ia
tidak takut dan malu lagi jika di suruh maju ke depan kelas. Untuk menghilangkan
perasaan takabur dan menimbulkan rasa kasih mengasihi di antara anak-anaknya,
seorang ayah sengaja membelikan buku lutung
kasarung untuk dibaca oleh anak-anaknya. Dengan membaca buku tersebut, yang
berisi cerita tentang kehidupan tujuh putri raja,diharapkan anak-anak dapat
menilai dan sekaligus menghayati seberapa congkak dan kejinya putri sulung
purbararang kepada adik bungsunya, purbasari, dan bagaimana sikap kakak-kakak
purbasari terhadapnya, serta bagaimana akhir cerita itu. Dengan adanya penilaian
dan penghayatan itu, selanjutnya diharapkan anak-anak tergerak hatinya untuk
meniru perbuatan-perbuatan yang baik dan membenci perbuatan dan sifat yang
buruk seperti yang diceritakan di dalam buku tersebut.
Dari kedua contoh tersebut di atas, jelas
bahwa setiap tindakan motivasi mempunyai tujuan. Makin jelas tuuan yang
diharapkan atau yang akan dicapai, makin jelas pula bagaimana tindakan motivasi
itu dilakukan. Tindakan motivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas
dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang
dimotivasi.[43]
Sedangkan fungsi motivasi sendiri diantaranya
sebagai berikut:
1.
Mendorong
manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepas energi,
motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
di kerjakan.
2.
Menentukan
arah perbuata, yakni kearah tujuan yang hendak di capai. Dengan demikian
motivasi dapat memberikan arah dan tujuan sesuai dengan rumusan tujuannya,
3.
Menyeleksi
perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus kerjakan yang
serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang bermanfaat bagi
tujuan.[44]
4. Jenis
Motivasi Belajar
Berbicara tentang macam atau jenis
motivasi ini dapat dari berbagai sudut pandang. Akan tetapi khusus untuk
motivasi belajar, para ahli membedakan motivasi belajar ke dalam dua golongan,
yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, yang mana akan dijelaskan
sebagai berikut:
a. Motivasi
Intrinsik
Motivasi intrinsik
adalah “motivasi yang berasal dari dalam diri anak sendiri”.[45]Suatu
kegiatan/aktivitas yang dimulai dan diteruskan berdasarkan oenghayatan suatu
kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Dorongan ini datang dari “hati sanubari”[46]
umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu. Atau dapat juga karena
dorongan dekat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari.
Motivasi intrinsik lebih
menekankan pada faktor dari dalam diri sendiri, motif-motif yang menjadi aktif
atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Pada motivasi
intrinsik”tidak ada sasaran tertentu, dan karenanya nampak lebih sesuai dengan
dorongan asli dan yang murni untuk memgetahui serta melakukan sesuatu
(aktivitas).[47]Sebagai
contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau
mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibaca.
Belajar yang efektif
menurut beberapa tokoh psikologi diantaranya Winkel yang dikutip oleh Rifa
Hidayah adalah “cara belajar yang teratur, tuntas, berkesinambungan dan
produktif”. Seorang pelajar yang belajarnya tidak teratur, tidak
sungguh-sungguh, asal-asalan, waktunya tidak menentu, tidak tuntas, tidak
terus-menerus dan tidak berkesinambungan, baik disekolah maupun dirumah berarti
ia tidak membiasakan diri belajar yang efektif, sehingga sasaran belajarnya
tidak tercapai. Sebaliknya jika dilakukan dengan teratur dan baik akan dapat
berperan dalam menuntut ilmu. Kebiasaan belajar merupakan bentuk dari motivasi
intrinsik.
Kebiasaan belajar yang
efektif menurut Rifa Hidayah dapat ditinjau dari tiga hal, yaitu:
1.
Memahami
kukuatan diri.
2.
Mengatur
dan menggunakan waktu secara efektif.
3.
Belajar
itu tak terbatas.
Kebiasaan
belajar yang efektif dapat dilakukan dimanapun, baik dirumah maupun
disekolah.Selain faktor kebiasaan belajar, maka kepribadian siswa juga
merupakan salah suatu motivasi intrinsik yang harus diperhartikan. Sebabitu
individu memiliki kepribadian yang sifatnya sangan individual, di mana tak ada
dua orang yang sama persis kepribadiannya.
Ada
yang memiliki kepribadian introvert (cenderung tertutp) namun ada juga yang
memiliki ektrovert. Sifat-sifat dan kepribadian yang dimiliki masing-masing
siswa akan mempengaruhi terhadap pencapaian prestasi siswa. Masing-masing siswa
juga mempunyai tingkat perbedaan tidak hanya dari segi kepribadian namun juga
terhadap perbedaan kemampuan.[48]
Moh.
Uzzer Usman mengatakan bahwa motivasi intrinsik timbul dari dalam diri individu
sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan
sendiri. Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan
ingin nebjadi berguna bagi nusa, bangsa, dan negara.oleh karena itu ia rajin
belajar tanpa ada suruhan dar orang tua.[49]
Hal-hal
yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik ini antara lain adalah:
a.
Adanya
kebutuhan, karena adanya kebutuhan dalam diri individu akan membuat individu
yang bersangkutan untuk berbuat dan berusaha.
b.
Adanya
pengetahuan tentang kemajuannya sendiri, dengan mengetahui hasil prestasinya
sendiri, apakah ada kemajuan atau tidak, maka akan mendorong individu yang
bersangkutan untuk belajar lebih giat dan tekun lagi.
c.
Adanya
espirasi atau cita-cita, dengan adanya cita-cita, makan akan mendorong
seseorang untuk belajar terus demi untuk mewujudkan citc-citanya.[50]
b. Motivasi
ekstrinsik
Motvasi ekstrinsik
adalah “motivasi atau tenaga-tenaga pendorong yang berasal dari luar dari
anak”.[51]
Motivasi ekstrinsik sebagai motivasi yang dihasilkan dari luar perbuatan itu
sendiri misalnya dorongan yang datang dari orang tua, guru, teman-teman dan
anggota masyarakat yang berupa hadiah, pujian, penghargaan maupun hukuman.
Motivasi ekstrinsik
menurut Sardiman A.M. adalah “matif-motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya perangsang dari luar”.[52]Moh.
Uzzer Usman mengatakan bahwa motivasi ekstrinsik ini timbul sebagai akibat
pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, atau paksaan dari
orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan
sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena disuruh oleh orang
tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya.[53]
Dalam belajar tidak
hanya memperhatikan kodisi internal siswa, akan tetapi juga memperhatikan berbagai
aspek lainnya seperti, aspek sosial yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat dan teman. Aspek budaya dan adat istiadat serta aspek lingkungan
fisik, misalnya kondisi rumah dan suhu udara.
Hal-hal yang dapat
menimbulkan motivasi ekstrensik adalah sebagai berikut:
1)
Ganjaran,
ganjaran dapat menjadikan pendorong bagi siswa untuk belajar lebih baik.
2)
Hukuman,
hukuman biarpun merupakan alat pendidikan yang tidak menyenangkan, namun
demikian dapat juga menjadi alat motivasi siswa, alat pendorong untuk membuat
siswa lebih giat belajar agar siswa tersebut tidak lagi memperoleh hukuman.
3)
Persaingan
atau kompetisi, dengan adanya kompetisi maka dengan sebdirinya akan menjadi
pendorong bagi siswa untuk lebih giat belajar agar tidak kalah bersaing dengan
teman-temannya.[54]
BAB
III
METODE
PENELITIAN
1.
Desain Penelitian
Pendekatan
kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sample tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hitotesis yang telah
ditetapkan. Kemudian sifat dari penelitian ini adalah penelitian korelasi (correlation research), yakni mencari
hubungan variabel yang satu dengan variabel yang lain.[55]
Oleh
karena itu penelitian ini termasuk dalam kategori kuantitatif korelasi (correlation
quantitative) maka variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini ada dua,
yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam hal ini yang termasuk
vaariabel bebas adalah pemberian penguatan dan variabel terkait adalah motivasi
belajar siswa.
Secara
keseluruhan proposal skripsi ini sub bahasannya terdiri dari beberapa bagian,
di mana isinya penulis uraikan sebagai berikut: pada bagian pertama berisi
tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi dan
hipotesis, kegunaan penelitian, ruang lingkup, penelitian dan definisi
operasional. Pada bagian kedua berisi landasan teori dengan tiga sub bahasan. Sub
bahasan yang pertama meliputi: tinjauan teoritis tentang pemberian penguatan
verbal, kedua teoritis tentang motivasi belajar siswa, pada bagian metode
penelitian berisi tentang desain penelitian, metode penentuan subjek, metode
pengumpulan data, dan metode analisis data.
2.
Sumber data
Dalam
menentukan sumber-sumber data penelitian ini, penulis menggunakan teknik
populasi dan sampel.
a.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan individu yang
menjadi sujek penelitian. Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian populasi ini
penulis kemukakan pendapat Prof. Suharsimin Arikunto yaitu, populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian.[56]
Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih
baik diambil semua sehingga penelitian menjadi populasi, jika jumlah subjeknya
lebih dari 100 dapat di ambil antara 10 % sampai 20 % atau 20 % sampai 25 %
atau lebih.[57]
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi
adalah siswa SMP Negeri 3 Omben sampang yang berjumlah 261 siswa.
b.
Sampel
Sampel adalah wakil yang merupakan dari
populasi tegasnya individu yang mewakili populasi.
Dengan adanya subjek yang lebih dari 100
maka penulis mengambil sampel sebanyak 10 % yaitu 27 siswa SMP Negeri 3 Omben Sampang. Pengambilan sampel yaitu
dengan random samping atau sampel acak. Sampel acak dilakukan dengan cara mencampur
subjek-subjek didalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan
demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk
memperoleh kesempatan (chence) dipilih menjadi sampel. Oleh karena hak subjek
sama maka penelitian terlepas dari perasaan ingin mengisti mewakan satu atau
berapa subjek untuk dijadikan sampel.[58]
3.
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan
dengan penelitian yang akan penulis teliti, untuk memperoleh data yang
diinginkan oleh peneliti, maka peneliti menggunakan aneka teknik pengumpulan
data yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, oleh karena itu baik
buruknya penelitian sebagian tergantung pada teknik-teknik pengumpulan datanya.
Dan teknik pengumpulan data merupakan cara yang di gunakan untuk memperoleh
data-data yang di perlukan dan dapat dipertanggung jawabkan hasilnya.
Dari
beberapa teknik pengumpulan data yang ada, maka penulis menggunakan metode
sebagai berikut:
a. Metode
Dokumentasi
Dokumentasi asal katanya dokumen yang
artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis.[59]
1. Metode
Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang di gunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.[60]
Dengan metode ini di harapkan tidak
merepotkan responden karena mereka bebas, jujur dan tidak malu-malu
dalammenjawab, dan bagi peneliti merupakan efiensi tersendiri karena dapat
mengetahui data yang diperlukan dengan singkat.
Jadi Angket adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang di ajukan kepada responden untuk di jawab dan di
kerjakan. Metode Angket dalam penelitian ini di jadikan sebagai metode utama
untuk memperoleh nilai r kerja yang kemudian diinterpretasi dengan r tabel.
Dalam hal ini bentuk Angket yang
penulis ajukan adalah angket tertutup dengan pilihan ganda, dalam hal ini
angket di berikan secara langsung kepada responden dan yang ingin di kunpulkan
datanya adalah siswa-siswi SMP Negeri 3 Omben Sampang.
2. Metode
interview (wawancara)
Metode ini juga sering disebut
sebagai kuesineor lisan yang artinya sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.[61]
3. Metode
Observasi
Observasi adalah suatu pengamatan
langsung meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objrk dengan
menggunakan seluruh alat indra.[62]
Metode ini penulis gunakan karena
untuk mengetahui kenyataan langsung dari lapangan sehingga dapat mengantisipasi
adanya kekaburan dalam penelitian.
Langkah-langkah pengumpulan data
jenis observasi :
a.
Mendatangi
atau hadir ke lapangan (lokasi penelitian).
b.
Mengadakan
pengamatan langsung dan mencatat atau mengumpulkan data yang sudah diperoleh.
Instrumen ini digunakan untuk memperoleh
data tentang kondisi obyektif lokasi tempat penelitian, kondisi siswa,
keberadaan, dan motivasi guru di SMP Negeri 3 Omben Sampang.
c. Metode
Analisis Data
Teknik analisis korelasi yang dipergunakan
adalah korelasi product moment yang dikemukakan oleh pearson. Teknik ini
termasuk teknik statistic parametrik yang menggunakan data interval dan ratio
dengan persyaratan tertentu. Misalnya data dipilih secara acak dan datanya
didistribusi normal. Data yang dihubungkan berpola linier dan data yang
dihubungkan mempunyai pasangan yang sama. Serta melakukan analisis dengan
menggunakan korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
∑
Jumlah dari kuadrat nilai X
∑
Jumlah dari nilai kuadrat Y
Hipotis
diterima bila nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel product moment baik
signifikansi 5% maupun 1%. Kemudian hipotesis ditolak jika r hitung lebih kecil
dari nilai r tabel product moment, baik signifikansi 5% sampai 1%.[63]
Tabel
nilai-nilai r product moment
N
|
Tarif
signif
|
|
5%
|
1%
|
|
3
|
0,997
|
0,999
|
5
|
0,878
|
0,959
|
10
|
0,632
|
0,765
|
15
|
0,514
|
0,641
|
20
|
0,444
|
0,561
|
[1] Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam
Kurikulum 2013 ( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017), 20.
[2] Rulam Ahmadi, Pengantar
Pendidikan: Asas & Filsafat Pendidikan ( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017),
51.
[3] Cahayani, ‘pengaruh pemberian penguatan verbal
terhadap motivasi belajar siswa’, lib.unnes.ac.id,2015
[4]Unila, “pengaruh
pemberian penguatan terhadap motivasi belajar siswa”, jurnal.unila.ac.id , article, pdf-225,(27 april, 2017)
[5] Hamzah, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, (PT
Bumi Aksara: Dr. H. Hamzah B. Uno, M,Pd., 2016), 21
[7] Marno dan M.Idris, Strategi, Metode, Dan Teknik Mengajar (Ar-Ruzz Media: Ar-Ruzz Media, 2014), 130
[8] Unila, “pengaruh pemberian penguatan terhadap motivasi belajar siswa”,jurnal.fkip.unila, article, pdf-225, (27
april 2017)
[9] Afid Burhanuddin, “penguatan verbal dan nonverbal pada
pembelajaran di sekolah” (https://afidburhanuddin.wordpress.com,14 juli 2017).
[10]Khoirun nisa’ dan Cahya
prasetya, “keterampilan memberikan penguatan dalam pembelajaran”, dalam (http://areknerut.wordpress.com,30Desember 2012).
[11]Moh. Uzer Usman, menjadi guru profesional,(Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1995), 81.
[12]Wina Sanjaya, strategi pembelajaran berorientasi standar
proses pendidikan,(Jakarta: kencana prenada media group, 2007),36.
[13]Moh. Uzer usman, menjadi guru profesional,(Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1995), 82
[14]Hamzah B, Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya.(jakarta:PT.
Bumi Aksara, 2008), 03.
[15]Ibid, 23.
[16] Winarno Surakhmad dan
Suharsimi Arikunto. Prosedur penelitian
(Jakarta: Renika Cipta,2006), 65.
[17] Sugiono, Statistikan untuk Penelitian.
(Bandung: Alfabeta, 2006), 55.
[18]Wina sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), 36.
[19]Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Dan Mengajar, (Bandung:
Sinar Baru, 1995), 186.
[20]Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Prefesional, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1995), 81.
[21]E. Mulyasa, menjadi guru profesional menciptakan
pembelajaran kreatif dan menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2016), 77.
[22]Ibid, 78.
[23]Winasanjaya, strategi pembelajaran berorientasi standar
proses pendidikan, (Jakarta: prenada media group, 2006), 36.
[24]Moh. Uzer usman, menjadi guru profesional,(Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1995), 81.
[25]Barnawi dan Mohammad
Arifin, etika dan profesi kependidikan, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012), 208.
[26]Abdul majid, strategi pembelajaran (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2016), 313.
[27]Prayetno, Teori Dasar Dan Praktis pendidikan, (Jakarta:PT
Gramedia widiasarana Indonesia, 2009), 137
[28]Winasanjaya, strategi pembelajaran berorientasi standar
proses pendidikan, (Jakarta: prenada media group, 2006), 36.
[29] Sardiman AM. Interaksi dan motivasi belajar,
(jakarta: Rajawali press, 2008), 80.
[30] sudarwan danim, motivasi kepemimpinan dan efektivitas
kelompok, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 15
[31] Ibid. 16
[32] Dr. Wina Sanjaya, strategi pembelajaran berorientasi standar
proses pendidikan, (Jakarta: Kencana , 2007), 133
[33] Moh. Uzer Usman, Menjagi Guru Profesional, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005), 28.
[34] Oemar Hamalik, psikologi kepemimpinan dan mengajar, (Bandung:
Sinar Baru, 1995), 186.
[35] Wasty Hamalik, psikologi Belajar dan Mengajar-Landasan
Kerja Pemimpin pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 205
[36] Sadirman, interaksi dan motivasi belajar mengajar, (Jakarta:
Rajawali Press, 2008), 72.
[37] Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung:
Rosda Karya, 1997), 60.
[38] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005), 28.
[39] Mustakim dan Abd Whid, psikologi pendidikan, (Jakarta: Renika
Cipta, 2003), 72.
[40] Nana Syaodih
Sukmadinata, pengembangan kurikulum teori
dan praktik, (Bandung: Rosdakarya, 2007), 382.
[41] Ibid, 387
[42] Ibid, 338.
[43]M. Ngalim Purwanto,psikologi pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1984), 73
[44]Sadirman MA, interaksi dan motivasi belajar mengajar, (Jakarta,
Rajawali Press, 2008), 85.
[45] Amir Daien Indrakusuma, pengantar ilmu pendidikan, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1973), 162.s
[46]M. Dalyono, psikologi pendidikan, (Jakarta: PT Asdi
Mahasatya, 2005), 57
[47] Helmut Nolker dan
Eberhard Schoenfeldt, pendidikan kejuruan: pengajaran, kurikulum,
perencanaan, Alih bahasa,:Agus setiadi, (Jakarta: PT Gramedia, 19988), 4
[48] Muhammad Fathurrohman
dan Sulistyorini, Belaja Pembelajaran,(Yogyakarta: Teras, 2012),
145
[49] Moh. Uzzer usman, menjadi guru profesional, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005), 29.
[50] Muhammad
Fathurrohman,dan Sulistyorini, belajar
pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2012), 149.
[51] Ibid.
[52]Sardiman, A.M, interaksi dan motivasi belajar mengajar, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2004), 90.
[53] Moh. Uzzer Usman, menjadi guru profesional, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005), 29.
[54] Muhammad Fathurrohman
dan Sulistyorini, belajar pembelajaran,(Yogyakarta:
Teras, 2012),149.
[55] Sumadi, mwtodologi penelitian, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1998), 102.
[56] Syharsimin Arikunto, prosedur penelitian, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), 102.
[57] Ibid. 123.
[58] Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), 111.
[59] Ibid. 149.
[60] Ibid. 145
[61] Ibid. 145.
[62] Ibid. 146.
[63] Hadaie
Efewbdy dan Abdul Muin, stratistik
pendidikan dan ekonomi, (pamekasan: Duta Media publishing, 2018), 27.