Thursday, 21 March 2019

Pengaruh Pemberian Penguatan Verbal Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMA Negeri 1 Galis Pamekasan Tahun pelajaran 2018-2019


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam membangun peradaban bangsa. Pendidikan adalah satu-satunya aset untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas[1]. Tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi bawaan manusia agar dapat berkembang secara optimal dan mampu melakukan tugas dan kewajiban sebagai kholifah di bumi, sedangkan fungsi pendidikan adalah sebagai instrumen penting yang diperlukan untuk membantu proses menumbuh-kembangkan potensi, bakat, minat peserta didik secara efektif guna mencapai tujuan pendidikan yang di harapkan.[2]
Proses keberlangsungan di sekolah sangat bergantung pada guru. Guru sebagai pendidik harus menyajikan suatu pembelajaran yang berkualitas untuk mengembangkan potensi peserta didiknya. Guru sebagai pengajar maupun pedidik memiliki peran besar terhadap siswa dan keberlangsungan belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Uno (2006: 168) yaitu guru harus menguasai keterampilan dalam mengajar agar dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada peningkatan kualitas lulusan sekolah dan diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian guru dapat mengoptimalkan perannya di kelas dengan menguasai keterampilan mengajar.[3]
Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan formal, tetapi juga bisa juga dimasjid, dirumah, dan sebagainya.
Rendahmya kualitas pendidikan itu merupakan indikasi perlunya tenaga guru yang memiliki keterampilan dan profesional, untuk itu seseorang yang berkeinginan menjadi seseorang guru harus mempersiapkan dirinya dengan keterampilan dasar guru. Dengan pemilikan keterampilan guru dapat mengoptimalkan peranannya dikelas.[4]
Belajar merupakan suatu penekanan yang diperoleh berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar menunjukkan suatu proses perubahaan perilaku atau pribadi seseorang. Berdasarkan praktik dan pengalaman tertentu. Dalam hal ini, belajar perlu dibedakan dengan konsep yang berhubungan dengan berfikir, berperilaku, perkembangan, dan perubahan.[5] Seorang guru yang baik akan menerapkan metode yang positif bagi siswanya sehingga mereka bersemangat untuk belajar dan merasa dihargai, mau bekerja giat, mengikuti peraturan, terus tinggal dan menyelesaikan pendidikannya serta mempelajari nilai-nilai positif dan keterampilan hidup. Keterampilan mengajar bagi seorang guru sebagai penunjang untuk keberhasilan dia didalam proses belajar mengajar.[6]
Dalam proses belajar mengajar ini siswa yang berprestasi akan mempertahankan prestasinya manakala guru memberikan penghargaan atas prestasi tersebut.  Bahkan dengan penghargaan yang diberikan guru, Timbul motivasi kuat untuk meningkatkan prestasi yang telah di capai. Hal ini berlaku pula sebaliknya, yang berprestasi tanpa penghargaan dapat mengurangi motivasi.  Apakah yang dimaksud dengan penguatan ? Penguatan adalah  respons positif yang dilakukan guru  atas perilaku positif yang telah dicapai siswa dalam proses belajarnya, dengan tujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut. Atau  penguatan dapat diartikan pula sebagai respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.[7] Melalui pemberian penguatan yang diberikan guru, maka siswa akan merasa terdorong untuk memberikan respon yang dianggap tidak bermanfaat. Penguatan juga berguna untuk mendorong siswa memperbaiki tingkah lakunya dan meningkatkan kerjanya.[8]Pemberian penguatan kepada siswa dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Salah satu pemberian penguatan yang sangat berpengaruh yaitu pemberian penguatan verbal . dalam pembelajaran terkadang guru kurang menyadari rendahnya motivasi belajar siswa salah satunya dipengaruhi oleh pemberian penguatan verbal, sehingga perlu diketahui seberapa besar pengaruh pemberian penguatan verbal terhadap motivasi belajar siswa. Tujuan dari pemberian penguatan yang dilakukan guru adalah untuk meningkatkan perhatian dan motivasi siswa saat pembelajaran. Keterampilan memberi penguatan dapat berupa penguatan verbal dan nonverbal. Penguatan verbal dapat diungkapkan melalui kata-kata dan melalui kalimat. Sedangkan penguatan nonverbal dapat diungkapkan dengan gerakan isyarat, pendekatan, dan sentuhan. Agar memberikan pengaruh yang efektif, semua bentuk penguatan harus diberikan dengan memperhatikan siapa sasarannya dan bagaimanan teknik pelaksanaannya.[9]
Keterampilan memberikan penguatan verbal merupakan keterampilan yang harus dikuasi oleh guru karena penguatan yang diberikan kepada siswa akan membangkitkan semangat dalam melakukan kegiatan pembelajaran, karena melalui pemberian penguatan verbal tersebut siswa juga akan berkopetensi dengan siswa yang lain agar dapat menjadi yang terbaik dan mendapatkan pujian yang menyenangkan dari guru. Semangat siswa yang tinggi akan meningkatkan daya tangkap ilmu sehingga nantinya tujuan yang ingin dicapai oleh guru dapat diraih dengan baik. Penguatan harus dilakukan secara merata kepada siswa yang baik ataupun siswa yang kurang baik. Guru tidak boleh membeda-bedakan dalam memberikan penguatan terhadap siswanya. Komponen-komponen yang terdapat dalam pemberian penguatan diantaranya, 1. Penguatan verbal 2. Penguatan nonverbal.[10] Penguatan verbal biasanya diungkapkan atau diutarakan dengan menggunakan kata-kata pujian, prnghargaan, persetujuan, dan sebagainya, misalnya bagus sekali, pintar, betul, ya, seratus buat kamu!.[11] Sedangkan penguatan nonverbal adalah penguatan yang diungkapkan melalui bahasa isyarat. Misalnya, melalui anggukan kepala tanda setuju, gelengan kepala tanda tidak setuju, mengernyitkan dahi, mengangkat pundak, dan lain sebagainya.[12]
Meskipun pemberian penguatan sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya, namun dapat pula memberikan penguatan yang diberikan pada siswa enggan belajar, karena penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan yang diketahui siswa. Dalam pemberian penguatan yang penting harus sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh siswa tersebut, pemberian penguatan yang berlebihan akan berakibat fatal. Untuk itu guru harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam pemberian penguatan. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan penguatan itu dapat meningkatkan motivasi pembelajaran, diantaranya sebagai berikut : 1. Kehangatan dan keantusiasme, sikap dan gaya guru, termasuk suara, mimik, dan gerak badan, akan menunjukkan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguatan. Dengan demikian tidak terjadi kesan bahwa guru tidak ikhlas dalam memberikan penguatan karena tidak disertai kehangatan dan keantusiasan. 2. Kebermaknaan, penguatan hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa sehingga ia mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguatan. Dengan demikian penguatan itu bermakna baginya. Yang jelas jangan sampai terjadi sebaliknya. 3. Menghindari penggunaan respons yang negatif, walaupun teguran dan hukuman masih bisa digunakan, respons negatif yang diberikan guru berupa komentar, bercanda  menghina, ejekan yang kasar perlu dihindari karena akan mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan dirinya. Misalnya, jika seorang siswa tidak dapat memberikan jawaban yang diharapkan, guru jangan langsung menyalahkannya, tetapi bisa melontarkan pertanyaan kepada siswa lain.[13]
Melalui pemberian penguatan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Yang mana motivasi itu sendiri adalah berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.[14]
Motivasi belajar adakalanya muncul dan sejalan dengan tujuan belajar, seperti menguasai ilmu pengetahuan, memiliki kecakapan atau kompetensi, motivasi yang seperti ini termasuk pada motivasi intrinsik, sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi belajar yang didorong hal lain diluar belajar, akan tetapi masih ada hubungannya dengan belajar atau hasil belajar, seperti ingin mendapatkan ijazah, ingin diterima di sekolah favorit, ingin di sayang prang tua dan sebagainya.
Motivasi belajar siswa bisa datang dari diri siswa, kesadaran dan pemikiran diri siswa, dapat juga datang dari luar seperti orang tua, gugu-guru, sekolah, teman-teman, bahkan dari masyarakat dan media massa. Orang tua dan sekolah hendaknya menciptakan lingkungan dan menjalin hubungan dengan peserta didik agar tercipta motivasi positif terhadap belajar. Sebaliknya menjauhkan dengan hal-hal yang kenungkinan menimbulkan motivasi negatif terhadap kegiatan belajar siswa. Motivasi yang datangnya dari guru diantaranya teknik mengajar dari guru, teknik mengajar yang bervariasi akan membangkitkan motivasi bagi siswa.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.[15]
Berdasarkan latarbelakang di atas, maka penulis tertarik  akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Penguatan Verbal Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMA Negeri 1 Galis Pamekasan Tahun pelajaran 2018-2019”.


B.       Rumusan masalah
     Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu kiranya dirumuskan dengan jelas yang akan penulis teliti.
Adapun rumusan masalah dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:
1.      Adakah pengaruh pemberian penguatan verbal terhadap motivasi belajar siswa di SMP Negeri Omben Sampang tahun pelajaran 2018-2019 ?
2.      Seberapa besar pengaruh pemberian penguatan verbal terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri Omben Sampang tahun pelajaran 2018-2019 ?
C.      Tujuan Penelitian
     Adapun tujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan :
1.      Ingin mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh pemberian penguatan verbal terhadap motivasi belajar siswa di SMP Negeri Omben Sampang tahun pelajaran 2018-2019 ?
2.      Ingin menganalisis seberapa besar tingkat pengaruh pemberian penguatan verbal terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri Omben Sampang tahun pelajaran 2018-2019 ?
D.      Kegunaan penelitian
     Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi nilai guna pada berbagai pihak, yaitu:
1.      Bagi peneliti, hasil penelitian ini akan menjadi tambahan pengalaman dalam ilmu pengetahuan serta dapat membuka wacana pemikiran peneliti sehingga tanggung  jawab atas tercapainya tujuan pendidikan serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
2.      Bagi kepala sekolah, mampu untuk mengawasi dan memberikan dorongan kepada para tenaga pendidik yang dipimpinnya.
3.      Bagi guru agama islam, sebagai bahan masukan agar senantiasa melestarikan dan mempertahankan kewibawaannya, karena walau bagaimanapun kewibawaan seorang guru merupakan hal yang sangat penting untuk memberikan pembinaan dan bimbingan kepada siswa.
4.      Bagi Institut Agama Islam (IAI) Al-Khairat pamekasan, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi perpustakaan, sebagai sumber kajian bagi mahasiswa yang hendak mengetahui atau bahkan meneliti dalam konteks sama, sehingga dapat ditindak lanjuti untuk kepentingan pengembangan keilmuan pada masa-masa yang akan datang.
E.       Asumsi Dan Hipotesis
1.    Asumsi
                        Menurut winarno Surakhmad dan suharsimi Arikunto, dapat dikatakan bahwa Asumsi diartikan sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh penyelidik.[16] Asumsi yang dapat peneliti kemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.       Penguatan verbal dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa di SMP Negeri Omben Sampang
b.      Motivasi belajar dapat dipengaruhi oleh adanya pemberian penguatan diantaranya adalah penguatan verbal
2.    Hipotesis
      Hipotesis adalah jawaban sementara yang kebenarannya perlu dibuktikan kembali melalui penelitian. Hipotesis adalah dugaan yang mengkin benar atau mungkin salah. Ia akan ditolak jika salah atau akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya.[17]
                        Adapun rumusan Hipotesis yang dapat peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.       Ada pengaruh pemberian penguatan verbal terhadap motivasi belajar siswa di SMP Negeri Omben Sampang tahun pelajaran.
b.      Pemberian penguatan verbal berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa di SMP Negeri Omben Sampang.
F.       Ruang Lingkup Penelitian
     Penerapan ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan agar pembahasan tidak terlalu meluas dari fokus penelitian. Adapun materi yang peneliti angkat dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk variabel  X, yaitu pemberian penguatan verbal yang akan dibatasi pada indikator sebagai berikut:
1.    Pujian
2.    Penghargaan
3.    Dukungan
4.    Tingkah laku
2.    Untuk variabel  Y, yaitu Motivasi belajar yang akan dibatasi pada indikator sebagai berikut:
1.      Motivasi Intrinsik.
2.      Motivasi Ekstrinsik.
G.      Definisi Operasional
     Dalam definisi operasional ini yang dimaksud adalah bertujuan agar tidak terjadi kesalah fahaman mengenai maksud dan tujuan dari judul penelitian ini,
1.    Penguatan verbal adalah penguatan yang diungkapkan dengan kata-kata,
  baik kata-kata pujian dan penghargaan atau kata-kata koreksi.[18]
2.    Motivasi belajar adalah suatu perubahan energi dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya kegiatan belajar dan reaksi untuk mencapai tujuan belajar.[19]









BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Tinjauan Teoritis Tentang Penguatan Verbal
1.    Pengertian Pemberian Penguatan
                        Penguatan sangat diperlukan dalam mencapai suatu tujuan, karena seorang guru harus bisa memberikan penguatan kepada siswa supaya bisa termotivasi dalm belajar. Penguatan merupakan segala bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi sipenerima (siswa) atas perbuatannya suatu tindakan ataupun korelasi.[20]
                        Penguatan mengandung makna tingkahlaku yang menambah kekuatan pada sesuatu yang di anggap belum begitu kuat. Makna tersebut ditujukan kepada tingkah laku individu yang perlu diperkuat, artinya dimantapkan, dipersering kemunculannya, tidak hilang-hilang timbul, tidak sekali muncul sekalian banyak tenggelam. Pada proses pendidikan yang berorientasi pengubahan tingkah laku, tujuan pertama yang hendak dicapai melalui proses pembelajaran.
                        Penguatan (reinforcement) merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat dilakukan secara verba dan nonverbal, dengan prinsip kehangatan, keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respon yang negatif. Penguatan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian, seperti bagus, tepat, bapak puas dengan hasil kerja kalian. Sedangkan secara nonverbal dapat dilakukan dengan: gerakan mendekati peserta didik, sentuhan, acungan jempol,       dan kegiatan yang menyenangkan. Penguatan bertujuan untuk:
a.       Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran.
b.      Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.
c.       Meningkatkan kegiatan belajar, dan membina perilaku yang produktif.[21]
                        Penguatan verbal dapat ditujukan kepada pribadi tertentu, kepada kelompok tertentu, dan kepada kelas secara keseluruhan. Dalam pelaksanaannya penguatan verbal harus dilakukan dengan segera, dan bervariasi. Sehubungan dengan itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam memberi penguatan verbal.
a.       Penguatan harus diberikan dengan sungguh-sungguh
b.      Penguatan yang diberikan harus memiliki makna yang sesuai dengan kompetensi yang diberi penguatan
c.       Hindarkan respon negatif terhadap jawaban peserta didik
d.      Penguatan harus dilakukan segera setelah suatu kompetensi ditampilkan
e.       Penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi.[22]

2.    Penguatan Verbal baik Melalui Kata-kata maupun kalimat
                        Penguatan verbal adalah penguatan yang diungkapkan dengan kata-kata, baik kata-kata pujian dan penghargaan atau kata-kata koreksi. Melalui kata-kata itu siswa akan merasa tersanjung dan berbesar hati sehingga ia akan merasa puas dan terdorong untuk lebih aktif belajar. Misalnya, ketika diajukan sebuah pertanyaan kemudian siswa menjawab denga tepat, maka guru memuji siswa tersebut dengan mengatakan: “bagus!”, “tepat sekali”, “wah, hebat kamu”, dan lain sebagaimya. Demikian juga ketika jawaban siswa kurang sempurna, guru berkata: “hampir tepat” atau “seratus kurang lima puluh”, dan lain-lain. Apa yang diungkapkan guru menunjukkan bahwa jawaban siswa masih perlu penyempurnaan.[23]
                        Penguatan verbal biasanya diungkapkan atau diutarakan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan, dan sebagainya, misalnya Bagus, Betul, Pintar, Iya.[24]
                        Penguatan verbal juga dapat dikatan  dalam bentuk kalimat, yang mana hal ini juga dapat memicu motivasi belajar siswa. Kalimat tersebut bisa berupa: pekerjaanmu baik sekali, saya senang dengan pekerjaanmu, pekerjaanmu makin lama makin baik, contoh yang kamu berikan tepat sekali, jawaban kamu lengkap sekali.[25]


a.      Pujian
      Menyatakan sesuatu yang positif tentang seseorang, dengan tulus dan sejujurnya. Pujian itu adalah sesuatu ucapan yang membuat orang yang mendengarnya merasa tersanjung, sehinga dapat juga memberikan motivasi kepada orang yang dipijinya. Pujian itu penting sekali, guna untuk menunjukkan betapa kita benar-benar menyukai apa yang dikatakan, di lakukan, atau dicapai oleh seseorang.
      Pujian membuat orang lebih baik. Dan, kemampuan memuji adalah kemampuan yang sangat berguna untuk dikuasai. Orang yang sering dipuji cepat atau lambat akan belajar untuk memuji orang lain. Kalau kita sering memuji, kita akan lebih bahagia. Dan, kalau kita menjadi orang yang lebih bahagia, kebahagiaan akan cepat menyebar seperti petir, dan akan menjadikan dunia tempat yang lebih bahagia untuk dihuni.
      Menurut sadirman pujian merupakan bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Apabila anak berhasil dalam kegiatan berlajar, pihak keluarga perlu memberikan pujian pada anak. Positifnya pujian tersebut dapat menjadi motivasii untuk meningkatkan prestasi jika pujian yang diberikan kepada peserta didik tidak berlebihan.[26]
b.      Penghargaan
      pemberian penghargaan dapat dilakukan dengan berbagai cara kesempataan yang ada. Pemberian penghargan itu dapat membangkitkan siswa untuk mempelajari atau mengerjakan sesuatu. Penghargaan (hadiah) dalam pendidikan merupakan alat pendidikan yang berupa tindakan pendidik yang berpengaruh terhadap tingkah laku anak didik. Sedangkan alat pendidikan sendiri adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi tercapainya tujuan yang diinginkan.
      Pemberian penghargaan (hadiah)bukanlah semata-mata karena hasil seorang anak malainkan dengan hasil yang telah dicapai anak itu. Pendidikan bertujuan membentuk kata hati kemauannya lebih baik dan lebih keras pada anak.oleh karena itu maka seorang pendidik hendaklah menanamkan pada diri anak supaya mengerjakan berbuat lebih dan tidak mengharapkan pujian atau penghargaan (hadiah) untuk siswa yag berprestasi.
      Tujuan pemberian penghargaan (hadiah) dalam belajar adalah bahwa setelah seseorang menerima penghargaan karena  telah melakukan kegiatan belajar yang baik. Penghargaan ini dapat menjadi kebanggaan siswa akan eksistensis dirinya, yang nantinya meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi diri. Ada 3 penghargaan (hadiah) yaitu hadiah berupa barang/benda, pujian (praise) dan perlakuan istimewa. Apapun jenis penghargaan yang diberikan haruslah disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak.

1.      Penghargaan berupa ucapan
                        Pemberian penghargaan ini dapat dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu atau bersifat spontan saja, yang terpenting bahwasetiap siswa yang menunjukkan suatu usaha, maka layak dihargai. Pemberian pujian bagi siswa yang berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, seperti kata-kata BAGUS !, BAGUS SEKALI, TERIMAKASIH DLL.
2.      Penghargaan berupa tulisan
                        Hal ini dapat diakukan setiap hari, ketika siswa mengejakan tugas atau PE. Penghargaan ini diberikan dengan cara guru menuliskan di buku catatan atau tugas siswa, berupa kata pujian, terutama bagi siswa yang berhasil mendapatkan nilai bagus (80-100) kalimat pujian tersebut diantaranya “selamat kamu adalah murid baik”, “Alhamdulillah, kau anak pintar”, pacu terus prestasimu” DLL.
3.      Penghargaan berupa barang/benda
                        Berbagai benda sebenarnya dapat dijadikan penghargaan, baik benda yang sudah ada maupun yang telah dimodifikasi/disiapkan. Misalnya memberikan penghargaan berupa : Bintang, terbuat dari kertas karton/asturo berukuran kecil bagi siswa yang mendapatkan nilai tinggi (80-100) baik latihan soal, tugas maupun PR. Kalung medali pelajaran, terbuat dari gabus yang menyerupai sebuah medali dengan menggunakan tali warna. Medali dibuat khusus untuk setiap mata pelajaran, dan diberikan kepada siswa setiap selesai ulanagn harian. Siswa yang mendapat nilai tertinggi dalam ulangan harian berhak menerima medali.
      Penguatan dalam bentuk pemberian penghargaan dan pujian merupakan salah satu keterampilan mengajar yang harus dimiliki oleh seorang guru sihingga dapat memberikan suatu dorongan kepada anak didik dalam mengikuti pelajaran. Penguatan yang diberikan oleh guru harus dapat tepat sasaran dan tepat waktu sehingga dapat menjadi pemicu bagi anak didik secara keseluruhan dalam kelas, baik yang menjadi sasaran penguasa maupun bagi teman-temannya.
c.       Dukungan
      Segala bentuk informasi verbal yang bersifat saran, bantuan yang nyata maupun tingkah laku diberikan oleh sekelompok orang yang dekat dan akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya. Atau dalam bentuk lainjuga bisa berupa kehadiran ataupun segala sesuatu hal yang dapat memberikan keuntungan emosional yang berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Contoh bentuk dukungan adalah kepedulian, keberadaan, kesediaan, serta sikap menghargai dan menyayangi.
d.      Tingkah laku
      Segala sesuatu yang dikatakan atau dilakukan oleh seseorang berupa tindakan yang bisa diukur, diperhatikan dan  dinilai, merupakan sembarang perbuatan yang dilakukan secara sadar ataupun tidak. Dengan kata lain, tingkah laku manifestasi secara fisik  berupa sikap yang berdasarkan nilai-nilai tertentu. Seseorang akan menunjukkan tingkah laku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya dan juga berjalan dengan nilai moral yang telah diajarkan kepadanya.
      Penguatan verbal diperlukan bagi tingkah laku-tingkah laku yang baik, tingkah laku yang dapat diterima, bukan tingkah laku yang jelek. Tingkah laku yang baik atau diterima adalah tingkah laku yang bernilai positif dengan rujukan sebagai berikut:
1.    Harkat dan martabat manusia (HMM), yaitu kriteria yang di dalamnya terukir hakikat manusia dimensi kemanusiaan dan daya, yang seluruhnya normatif
2.    Nilai dan moral, yaitu kriteria yang bersumber pada ajaran agama, adat istiadat, ilmu, hukum, dan kebiasaan, yang diterima dan berlaku dalam kehidupan.
3.    Tugas perkembangan dan kebutuhan perkembangan, yaitu kriteria yang hendak dipenuhi atau dicapai peserta didik untuk menjamin kesuksesan tahap perkembangan yang sedang berlangsung dan kesiapan tahapan perkembangan berikutnya.
4.    Kebutuhan dasar dan kebutuhan perkembangan yaitu kriteria yang hendaknya dipenuhi untuk menjaga kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
5.    Tujuan pendidikan atau pembelajaran, yaitu kriteria pembelajaran untuk menjamin kesuksesan pendidikan yang sedang dijalani peserta didik sekarang dan selanjutnya.
6.    Keuntungan dan dampak positif, yaitu akibat atau hasil yang diperoleh melalui tingkah laku yang dimaksud, baik bagi peserta didik yang bersangkutan maupun bagi pihak-pihak lain yang terkait.[27]
     Kriteria yang menjadi rujukan di atas tingkah laku yang baik perlu mendapatkan apresiasi, sambutan positif, bahkan penghargaan (Reward) yang secara langsung diterima dan dirasakan oleh peserta didik sebagai sesuatu yang menyenangkan. Sedangkan tingkah laku yang jelek atau tidak dapat diterima boleh diberi penguatan, bahkan harus dikurangi dan di berantas.
3.      Penguatan Non Verbal
                        Penguatan non verbal adalah penguatan yang diungkapkan melalui bahasa isyarat. Misalnya, menggunakan anggukan kepala tanda setuju, gelengan kepala tand tidak setuju, mengernyitkan dahi, mengangkat pundak, dan lain sebagainya. Selain, itu penguatan verbal jugak dapat dilakukan dengan memberikan tanda-tanda tertentu, misalnya penguatan dengan melakukan sentuhan (contact) dengan berjabat tangan atau menepuk-nepuk pundak siswa setelah siswa memberikan respons yang bagus.[28]
B.     Tinjauan Teoritis Tentang Motivasi Belajar
1.      Pengertian Motivasi Belajar
      Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang dalam bahasa inggris berartito move adalah kata kerja yang artinya menggerakkan. Motivasi itu sendiri daam bahasa inggris adalah motivation yaitu sebuah kata benda yang berarti penggerakan. Oleh sebab itu ada juga yang menyatakan bahwa “motives drive at me” atau motiflah yang menggerakkan.[29]
      Tidak jarang juga dikatakan bahwa seorang siswa gagal dalam mata pelajaran tertentu karena kurang motivasi. Dalam pembelajaran motivasi adlah sesuatu yang menggerakkan atau mendorong siswa untuk belajar atau menguasai meteri pembelajaran yang sedang diikutinya.
      Stanley Vance dalam danim,[30] mengatakan bahwa pada hakekatnya motivasi adalah perasaan atau keinginan seseorang yang berada dan bekerja pada kondisi tertentu untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang menguntungkan dilihat dari perspektif pribadi dan terutama organisasi.
      Robert Dubin dalam denim,[31] juga mengartikan motivasi sebagai kekuatan kompleks yang membuat seseorang berkeinginan memulai dan memulai kondisi kerja dalam organisasi. Motivasi oleh peneliti diartikan sebagai setiap kekuatan yang muncul dari dalam individu untuk mencapai keuntungan tertentu di lingkungan dunia kerja atau dipelataran kehidupan pada umumnya.
      Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk pembelajarkan. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswa memiliki  kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses pembelajaran. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu.[32]
      Motivasi menurut Moh. Uzer Usman adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motifnya menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan tertentu.[33]
      Menurut Omar Hamalik, Motivasi belajar adalah “sesuatu perubahan energi dalam seseorang yang ditandai dengan timbulnya kegiatan belajar dan reaksi untuk mencapai tujuan belajar[34]
      Menurut Soemanto, motivasi belajar adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut.[35]
      Kata motif dapat dikatan sebagai “Daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan, bahkan motif diartikan sebagai suatu kondisi intern.[36] Dengan demikian motif diartikan sebagai daya upaya untuk mendorong melakukan sesuatu.
      Motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Atau seperti yang dikatakan oleh sartain dalam purwanto, “ Motif adalah suatu pernyataan yang komplek didalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.[37]Menurut Moh. Uzer Usman Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongmya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan.[38]
      Perubahan yang dilakukan manusia untuk dapat menyesuaikan dan diakhirnya untuk mendapatkan kepuasan diri disebut dinamika manusia. Tugas dalam memberikan motivasi anak ialah mengingat adanya dinamika anak dan membimbing dinamika anak. Maksudnya anak yang belajar  dalam membentuk dinamika manusia ini tidak melalui pengalaman-pengalaman yang kurang baik.[39]
2.      Peran motivasi dalam belajar
      Motivasi memegang perana yang sangat penting dalam kegiatan belajar, mempengaruhi intensitas kegiatan belajar, tetapi motivasi dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dengan belajar. Makin tinggi tujuan belajar maka akan semakin besar pula motivasinya, dan semakin besar motivasi belajarnya akan semakin kuat pula kegiatanbelajarnya, ketiga komponen kegiatan atau perilaku belajar tersebut, saling berkaitan erat dan membentuk suatu kesatuan yang disebut sebagai proses motivasi belajar, proses motivasi belajar ini meliputi tiga tingkah yaitu:
a.       Adanya suatu kondisi dari tenaga-tenaga pendorong belajar (desakan, motif, kebutuhan, dan keinginan belajar) yang menimbulkan suatu ketegangan atau tenson.
b.      Berlangsungnya kegiatan atau perilaku belajar yang diarahkan pada pencapaian tujuan belajar akan mengendurkan atau menghilangkan ketegangan.
c.       Pencapaian tujuan belajar dan kekurangannya atau hilangnya ketegangan.[40]
                        Sumber motivasi dapat datang dari dirinya, kesadaran dan pemikiran dirinya, dapat juga dari luar, dari orang tua, gur-guru, sekolah, teman-teman, bahkan dari masyarakat dan media massa. Orang tua dan sekolah hendaknya menciptakan lingkungan dan menjalin hubungan dengan peserta didik agar tercipta motivasi positiv terhadap belajar. Sebaliknya menjauhkan dengan hal-hal yang kemungkinan menimbulkan motivasi negative.
                        Motivasi belajar adakalanya muncul dan sejalan dengan tujuan belajar, seperti menguasai ilmu pengetahuan, memiliki kecakapan pada motivasi intrinsik, sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi belajar yang mendorong hal lain diluar belajar, akan tetapi masih ada masih ada hubungannya dengan belajar atau hasil belajar, seperti ingin mendapatkan ijazah, ingin diterima di sekolah favorit, ingin di sayang orang tua dan sebagainya.[41]
                        Dalam program bimbingan dan konseling baik motivasi positif maupun motivasi negatif sama pentingnya. Motivasi positif dalam rangka pengembangan dan penyalurn bakat, minat serta dalam pengertian treatment kepada siswa. Motivasi negatif juga penrting sebab peserta didik memperlihatkan tingkah laku belajar yang tidak produktif karena adanya motivasi negatif tertentu. Dengan demikian motivasi negatif dibutuhkan dalam memahami latar belakang suatu masalah, sedangkan motivasi positif diperlukan dalam pemecahan masalah.
                        Dibawah ini adalah bentuk-bentuk perilaku kurang motivasi belajar antara lain:
a.       Kelesuan dan ketidak percayaan, seperti; malas, enggan, lambat bekerja, mengulur waktu, pekerjaan tidak selesai, kurang konsentrasi, acuh tak acuh, apatis, sikap jasmani, yang kurang baik, perasaan pusing-pusing, mual, mengantuk dan sebagainya.
b.      Penghindaran atau pelarian diri, seperti; absen sekolah, bolos, tidak mengikuti pelajaran, tidak mengerjakan tugas, tidak mencata, pelupa dan sebagainya.
c.       Menentang, seperti; kenakalan, suka mengganggu, merusak, tidak menyukai sesuatu pelajaran atau kegiatan, mengkritik, berdalih, dan sebagainya.
d.      Kompensasi, seperti; mencari kesibukan lain diluar pekerjaan, mengerjakan tugas lain diwaktu belajar, mendahulukan pekerjaan yang tidak penting dan sebagainya.[42]
                        Oleh sebab itu dalam rangka membangkitkan motivasi, guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa. Dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekedar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.

3.      Tujuan dan fungsi motivasi belajar
      Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau mengunggah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang manajer, tujuan motivasi ialah untuk menggerakkan pegawai atau bawahan dalam usaha meningkatkan prestasi kerjanya sehingga tercapai tujuan organisasi yang di pimpinnya. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah.
      Sebagai contoh, seorang guru memberikan pujian kepada seorang siswa yang maju ke depan kelas dan dapat mengerjakan hitungan matematika di papan tulis. Dengan pujian itu, dalam diri anak tersebut rasa percaya pada diri sendiri; di samping itu timbul keberaniannya sehingga ia tidak takut dan malu lagi jika di suruh maju ke depan kelas. Untuk menghilangkan perasaan takabur dan menimbulkan rasa kasih mengasihi di antara anak-anaknya, seorang ayah sengaja membelikan buku lutung kasarung untuk dibaca oleh anak-anaknya. Dengan membaca buku tersebut, yang berisi cerita tentang kehidupan tujuh putri raja,diharapkan anak-anak dapat menilai dan sekaligus menghayati seberapa congkak dan kejinya putri sulung purbararang kepada adik bungsunya, purbasari, dan bagaimana sikap kakak-kakak purbasari terhadapnya, serta bagaimana akhir cerita itu. Dengan adanya penilaian dan penghayatan itu, selanjutnya diharapkan anak-anak tergerak hatinya untuk meniru perbuatan-perbuatan yang baik dan membenci perbuatan dan sifat yang buruk seperti yang diceritakan di dalam buku tersebut.
      Dari kedua contoh tersebut di atas, jelas bahwa setiap tindakan motivasi mempunyai tujuan. Makin jelas tuuan yang diharapkan atau yang akan dicapai, makin jelas pula bagaimana tindakan motivasi itu dilakukan. Tindakan motivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi.[43]
      Sedangkan fungsi motivasi sendiri diantaranya sebagai berikut:
1.      Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepas energi, motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan di kerjakan.
2.      Menentukan arah perbuata, yakni kearah tujuan yang hendak di capai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan tujuan sesuai dengan rumusan tujuannya,
3.      Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus kerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang bermanfaat bagi tujuan.[44]

4.      Jenis Motivasi Belajar
      Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dari berbagai sudut pandang. Akan tetapi khusus untuk motivasi belajar, para ahli membedakan motivasi belajar ke dalam dua golongan, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, yang mana akan dijelaskan sebagai berikut:
a.      Motivasi Intrinsik
                        Motivasi intrinsik adalah “motivasi yang berasal dari dalam diri anak sendiri”.[45]Suatu kegiatan/aktivitas yang dimulai dan diteruskan berdasarkan oenghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Dorongan ini datang dari “hati sanubari”[46] umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu. Atau dapat juga karena dorongan dekat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari.
                        Motivasi intrinsik lebih menekankan pada faktor dari dalam diri sendiri, motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Pada motivasi intrinsik”tidak ada sasaran tertentu, dan karenanya nampak lebih sesuai dengan dorongan asli dan yang murni untuk memgetahui serta melakukan sesuatu (aktivitas).[47]Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibaca.
                        Belajar yang efektif menurut beberapa tokoh psikologi diantaranya Winkel yang dikutip oleh Rifa Hidayah adalah “cara belajar yang teratur, tuntas, berkesinambungan dan produktif”. Seorang pelajar yang belajarnya tidak teratur, tidak sungguh-sungguh, asal-asalan, waktunya tidak menentu, tidak tuntas, tidak terus-menerus dan tidak berkesinambungan, baik disekolah maupun dirumah berarti ia tidak membiasakan diri belajar yang efektif, sehingga sasaran belajarnya tidak tercapai. Sebaliknya jika dilakukan dengan teratur dan baik akan dapat berperan dalam menuntut ilmu. Kebiasaan belajar merupakan bentuk dari motivasi intrinsik.
                        Kebiasaan belajar yang efektif menurut Rifa Hidayah dapat ditinjau dari tiga hal, yaitu:
1.      Memahami kukuatan diri.
2.      Mengatur dan menggunakan waktu secara efektif.
3.      Belajar itu tak terbatas.
                        Kebiasaan belajar yang efektif dapat dilakukan dimanapun, baik dirumah maupun disekolah.Selain faktor kebiasaan belajar, maka kepribadian siswa juga merupakan salah suatu motivasi intrinsik yang harus diperhartikan. Sebabitu individu memiliki kepribadian yang sifatnya sangan individual, di mana tak ada dua orang yang sama persis kepribadiannya.
                        Ada yang memiliki kepribadian introvert (cenderung tertutp) namun ada juga yang memiliki ektrovert. Sifat-sifat dan kepribadian yang dimiliki masing-masing siswa akan mempengaruhi terhadap pencapaian prestasi siswa. Masing-masing siswa juga mempunyai tingkat perbedaan tidak hanya dari segi kepribadian namun juga terhadap perbedaan kemampuan.[48]
                        Moh. Uzzer Usman mengatakan bahwa motivasi intrinsik timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin nebjadi berguna bagi nusa, bangsa, dan negara.oleh karena itu ia rajin belajar tanpa ada suruhan dar orang tua.[49]
                        Hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik ini antara lain adalah:
a.       Adanya kebutuhan, karena adanya kebutuhan dalam diri individu akan membuat individu yang bersangkutan untuk berbuat dan berusaha.
b.      Adanya pengetahuan tentang kemajuannya sendiri, dengan mengetahui hasil prestasinya sendiri, apakah ada kemajuan atau tidak, maka akan mendorong individu yang bersangkutan untuk belajar lebih giat dan tekun lagi.
c.       Adanya espirasi atau cita-cita, dengan adanya cita-cita, makan akan mendorong seseorang untuk belajar terus demi untuk mewujudkan citc-citanya.[50]
b.      Motivasi ekstrinsik
                        Motvasi ekstrinsik adalah “motivasi atau tenaga-tenaga pendorong yang berasal dari luar dari anak”.[51] Motivasi ekstrinsik sebagai motivasi yang dihasilkan dari luar perbuatan itu sendiri misalnya dorongan yang datang dari orang tua, guru, teman-teman dan anggota masyarakat yang berupa hadiah, pujian, penghargaan maupun hukuman.
                        Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman A.M. adalah “matif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar”.[52]Moh. Uzzer Usman mengatakan bahwa motivasi ekstrinsik ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya.[53]
                        Dalam belajar tidak hanya memperhatikan kodisi internal siswa, akan tetapi juga memperhatikan berbagai aspek lainnya seperti, aspek sosial yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan teman. Aspek budaya dan adat istiadat serta aspek lingkungan fisik, misalnya kondisi rumah dan suhu udara.
                        Hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi ekstrensik adalah sebagai berikut:
1)      Ganjaran, ganjaran dapat menjadikan pendorong bagi siswa untuk belajar lebih baik.
2)      Hukuman, hukuman biarpun merupakan alat pendidikan yang tidak menyenangkan, namun demikian dapat juga menjadi alat motivasi siswa, alat pendorong untuk membuat siswa lebih giat belajar agar siswa tersebut tidak lagi memperoleh hukuman.
3)      Persaingan atau kompetisi, dengan adanya kompetisi maka dengan sebdirinya akan menjadi pendorong bagi siswa untuk lebih giat belajar agar tidak kalah bersaing dengan teman-temannya.[54]














BAB III
METODE PENELITIAN

1.      Desain Penelitian
            Pendekatan kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sample tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hitotesis yang telah ditetapkan. Kemudian sifat dari penelitian ini adalah penelitian korelasi (correlation research), yakni mencari hubungan variabel yang satu dengan variabel yang lain.[55]
            Oleh karena itu penelitian ini termasuk dalam kategori kuantitatif korelasi (correlation quantitative) maka variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam hal ini yang termasuk vaariabel bebas adalah pemberian penguatan dan variabel terkait adalah motivasi belajar siswa.
            Secara keseluruhan proposal skripsi ini sub bahasannya terdiri dari beberapa bagian, di mana isinya penulis uraikan sebagai berikut: pada bagian pertama berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi dan hipotesis, kegunaan penelitian, ruang lingkup, penelitian dan definisi operasional. Pada bagian kedua berisi landasan teori dengan tiga sub bahasan. Sub bahasan yang pertama meliputi: tinjauan teoritis tentang pemberian penguatan verbal, kedua teoritis tentang motivasi belajar siswa, pada bagian metode penelitian berisi tentang desain penelitian, metode penentuan subjek, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.
2.      Sumber data
            Dalam menentukan sumber-sumber data penelitian ini, penulis menggunakan teknik populasi dan sampel.
a.       Populasi
      Populasi adalah keseluruhan individu yang menjadi sujek penelitian. Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian populasi ini penulis kemukakan pendapat Prof. Suharsimin Arikunto yaitu, populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.[56]
      Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitian menjadi populasi, jika jumlah subjeknya lebih dari 100 dapat di ambil antara 10 % sampai 20 % atau 20 % sampai 25 % atau lebih.[57]
      Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa SMP Negeri 3 Omben sampang yang berjumlah 261 siswa.
b.      Sampel
      Sampel adalah wakil yang merupakan dari populasi tegasnya individu yang mewakili populasi.
      Dengan adanya subjek yang lebih dari 100 maka penulis mengambil sampel sebanyak 10 % yaitu 27 siswa SMP Negeri 3  Omben Sampang. Pengambilan sampel yaitu dengan random samping atau sampel acak. Sampel acak dilakukan dengan cara mencampur subjek-subjek didalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chence) dipilih menjadi sampel. Oleh karena hak subjek sama maka penelitian terlepas dari perasaan ingin mengisti mewakan satu atau berapa subjek untuk dijadikan sampel.[58]
3.      Pengumpulan Data
            Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan dengan penelitian yang akan penulis teliti, untuk memperoleh data yang diinginkan oleh peneliti, maka peneliti menggunakan aneka teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, oleh karena itu baik buruknya penelitian sebagian tergantung pada teknik-teknik pengumpulan datanya. Dan teknik pengumpulan data merupakan cara yang di gunakan untuk memperoleh data-data yang di perlukan dan dapat dipertanggung jawabkan hasilnya.
            Dari beberapa teknik pengumpulan data yang ada, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut:
a.      Metode Dokumentasi
      Dokumentasi asal katanya dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-benda tertulis.[59]
1.      Metode Angket
            Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang di gunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.[60]
            Dengan metode ini di harapkan tidak merepotkan responden karena mereka bebas, jujur dan tidak malu-malu dalammenjawab, dan bagi peneliti merupakan efiensi tersendiri karena dapat mengetahui data yang diperlukan dengan singkat.
            Jadi Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang di ajukan kepada responden untuk di jawab dan di kerjakan. Metode Angket dalam penelitian ini di jadikan sebagai metode utama untuk memperoleh nilai r kerja yang kemudian diinterpretasi dengan r tabel.
            Dalam hal ini bentuk Angket yang penulis ajukan adalah angket tertutup dengan pilihan ganda, dalam hal ini angket di berikan secara langsung kepada responden dan yang ingin di kunpulkan datanya adalah siswa-siswi SMP Negeri 3 Omben Sampang.
2.      Metode interview (wawancara)
            Metode ini juga sering disebut sebagai kuesineor lisan yang artinya sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.[61]
3.      Metode Observasi
            Observasi adalah suatu pengamatan langsung meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objrk dengan menggunakan seluruh alat indra.[62]
            Metode ini penulis gunakan karena untuk mengetahui kenyataan langsung dari lapangan sehingga dapat mengantisipasi adanya kekaburan dalam penelitian.
            Langkah-langkah pengumpulan data jenis observasi :
a.       Mendatangi atau hadir ke lapangan (lokasi penelitian).
b.      Mengadakan pengamatan langsung dan mencatat atau mengumpulkan data yang sudah diperoleh.
Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi obyektif lokasi tempat penelitian, kondisi siswa, keberadaan, dan motivasi guru di SMP Negeri 3 Omben Sampang.
c.       Metode Analisis Data
      Teknik analisis korelasi yang dipergunakan adalah korelasi product moment yang dikemukakan oleh pearson. Teknik ini termasuk teknik statistic parametrik yang menggunakan data interval dan ratio dengan persyaratan tertentu. Misalnya data dipilih secara acak dan datanya didistribusi normal. Data yang dihubungkan berpola linier dan data yang dihubungkan mempunyai pasangan yang sama. Serta melakukan analisis dengan menggunakan korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:


                                  Keterangan:
                                  Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
                                  Jumlah perkalian antara variabel X dan Y
                                  ∑ Jumlah dari kuadrat nilai X
                                  ∑ Jumlah dari nilai kuadrat Y
                                  Jumlah nilai X kemudian dikuadratkan
                                  Jumlah nilai Y kemudian dikuadratkan
                                    Hipotis diterima bila nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel product moment baik signifikansi 5% maupun 1%. Kemudian hipotesis ditolak jika r hitung lebih kecil dari nilai r tabel product moment, baik signifikansi 5% sampai 1%.[63]


Tabel nilai-nilai r product moment

N
  Tarif signif                     
5%
1%
3
0,997
0,999
5
0,878
0,959
10
0,632
0,765
15
0,514
0,641
20
0,444
0,561
                                 





[1] Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 ( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017), 20.
[2] Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan: Asas & Filsafat Pendidikan ( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017), 51.
[3] Cahayani, ‘pengaruh pemberian penguatan verbal terhadap motivasi belajar siswa’, lib.unnes.ac.id,2015
[4]Unila, “pengaruh pemberian penguatan terhadap motivasi belajar siswa”, jurnal.unila.ac.id , article, pdf-225,(27 april, 2017)
[5] Hamzah, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, (PT Bumi Aksara: Dr. H. Hamzah B. Uno, M,Pd., 2016), 21
[6] Abdul majid, Srategi Pembelajaran, (PT Remaja Rosdakarya: Abdul Majid, M.pd., 2016). 306
[7] Marno dan M.Idris, Strategi, Metode, Dan Teknik Mengajar  (Ar-Ruzz Media: Ar-Ruzz Media, 2014), 130
[8] Unila, “pengaruh pemberian penguatan terhadap motivasi belajar siswa”,jurnal.fkip.unila, article, pdf-225, (27 april 2017)
[9] Afid Burhanuddin, “penguatan verbal dan nonverbal pada pembelajaran di sekolah” (https://afidburhanuddin.wordpress.com,14 juli 2017).
[10]Khoirun nisa’ dan Cahya prasetya, “keterampilan memberikan penguatan dalam pembelajaran”, dalam (http://areknerut.wordpress.com,30Desember 2012).
[11]Moh. Uzer Usman, menjadi guru profesional,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), 81.
[12]Wina Sanjaya, strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan,(Jakarta: kencana prenada media group, 2007),36.
[13]Moh. Uzer usman, menjadi guru profesional,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), 82
[14]Hamzah B, Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya.(jakarta:PT. Bumi Aksara, 2008), 03.
[15]Ibid, 23.
[16] Winarno Surakhmad dan Suharsimi Arikunto. Prosedur penelitian (Jakarta: Renika Cipta,2006), 65.
[17] Sugiono, Statistikan untuk Penelitian. (Bandung:  Alfabeta, 2006), 55.
[18]Wina sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), 36.
[19]Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1995), 186.
[20]Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Prefesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), 81.
[21]E. Mulyasa, menjadi guru profesional menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), 77.
[22]Ibid, 78.
[23]Winasanjaya,  strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan, (Jakarta: prenada media group, 2006), 36.
[24]Moh. Uzer usman, menjadi guru profesional,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), 81.
[25]Barnawi dan Mohammad Arifin, etika dan profesi kependidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 208.
[26]Abdul majid, strategi pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), 313.
[27]Prayetno, Teori Dasar Dan Praktis pendidikan, (Jakarta:PT Gramedia widiasarana Indonesia, 2009), 137
[28]Winasanjaya,  strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan, (Jakarta: prenada media group, 2006), 36.
[29] Sardiman AM. Interaksi dan motivasi belajar, (jakarta: Rajawali press, 2008), 80.
[30] sudarwan danim, motivasi kepemimpinan dan efektivitas kelompok, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 15
[31] Ibid. 16
[32] Dr. Wina Sanjaya, strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan, (Jakarta: Kencana , 2007), 133
[33] Moh. Uzer Usman,  Menjagi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 28.
[34] Oemar Hamalik, psikologi kepemimpinan dan mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1995), 186.
[35] Wasty Hamalik, psikologi Belajar dan Mengajar-Landasan Kerja Pemimpin pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 205
[36] Sadirman, interaksi dan motivasi belajar mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), 72.
[37] Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 1997), 60.
[38] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 28.
[39] Mustakim dan Abd Whid, psikologi pendidikan, (Jakarta: Renika Cipta, 2003), 72.
[40] Nana Syaodih Sukmadinata, pengembangan kurikulum teori dan praktik, (Bandung: Rosdakarya, 2007), 382.
[41] Ibid, 387
[42] Ibid, 338.
[43]M. Ngalim Purwanto,psikologi pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1984), 73
[44]Sadirman MA, interaksi dan motivasi belajar mengajar, (Jakarta, Rajawali Press, 2008), 85.
[45] Amir Daien Indrakusuma, pengantar ilmu pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), 162.s
[46]M. Dalyono, psikologi pendidikan, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2005), 57
[47] Helmut Nolker dan Eberhard Schoenfeldt,  pendidikan kejuruan: pengajaran, kurikulum, perencanaan, Alih bahasa,:Agus setiadi, (Jakarta: PT Gramedia, 19988), 4
[48] Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belaja  Pembelajaran,(Yogyakarta: Teras, 2012), 145
[49] Moh. Uzzer usman, menjadi guru profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), 29.
[50] Muhammad Fathurrohman,dan Sulistyorini, belajar pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2012), 149.
[51] Ibid.
[52]Sardiman, A.M, interaksi dan motivasi belajar mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), 90.
[53] Moh. Uzzer Usman, menjadi guru profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), 29.
[54] Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, belajar pembelajaran,(Yogyakarta: Teras, 2012),149.
[55] Sumadi, mwtodologi penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), 102.
[56] Syharsimin Arikunto, prosedur penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 102.
[57] Ibid. 123.
[58] Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 111.
[59] Ibid. 149.
[60] Ibid. 145
[61] Ibid. 145.
[62] Ibid. 146.
[63] Hadaie Efewbdy dan Abdul Muin, stratistik pendidikan dan ekonomi, (pamekasan: Duta Media publishing, 2018), 27.