BAB IV
DESKRIPSI, PEMBUKTIAAN HIPOTESIS, DAN
PEMBAHASAN
A.
Deskripsi
Data
1.
Gambaran
Umum Bursa Efek Indonesia
a.
Sejarah
Bursa Efek Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh
sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman
colonial belanda dan inpirasi pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal kompilasi
yang didirikan oleh pemerintah Hindia
Belanda untuk kepentingan pemerintah colonial atau VOC.
Meskipun
pasar modal sudah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan modal
tidak memungkinkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal
kefakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti dana dunia ke I
dank e II jumlah dana dari pemerintah untuk Republik Indonesia, dan berbagai
kondisi yang menyebabkan koperasi tidak dapat berjalan sebagaimana layak.
Pemerintah
Republik Indonesia mengaktifkan kembali modal pada tahun 1977, dan beberapa
tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan dengan berbagai insentif dan
dikeluarkan yang dikeluarkan pemerintah.[1]
b.
Sektor
Bursa Efek Indonesia
Semua
perusahaan public yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia atau BEI diklasifikasikan
kedalam 9 sektor BEI. Ke 9 sektor BEI tersebut didasarkan pada klasifikasi
industri yang ditetapkan oleh BEI. Sektor tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Sektor Pertanian
2)
Sekor Pertambangan
3)
Sektor Manufaktur
4)
Sektor Aneka Industri
5)
Sektor Industri Barang Konsumsi
6)
Sektor Properti, Real Estat dan Kontruksi
Bangunan
7)
Sektor Infrastruktur, Utulitas dan Transformasi
8)
Sektor Keuangan.
Objek
yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor industri barang
konsumsi.
2.
Gambaran
Umum Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi
Objek
yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2015-2017.
Sektor industri barang konsusmsi di Bursa Efek Indonesia meliputi :
a.
Sub Sektor Makanan Dan Minuman
b.
Sub Sektor Rokok
c.
Sub Sektor Farmasi
d.
Sub Sektor Kosmetik Dan Barang Keperluan Rumah
Tangga
e.
Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga
Perusahaan
dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan sebagai berikut :
a.
Perusahaan industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2015-2017.
b.
Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangannya
untuk periode yang berakhir pada 31 desember selama periode pengamatan.
c.
Data laporan keuangan perusahaan yang dapat di
analisis.
d.
Perusahaan yang dipilih merupakan perusahaan
saham syariah
Berdasarkan kriteria sampel tersebut terdapat
27 perusahaan yang dapat dipilih sebagai sampel penelitian
Berikut adalah 27 perusahaan sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
hasil perhitungan data laporan keuangan beserta grafik yang berkaitan dengan perputaran kas,
perputaran piutang, perputaran persediaan dan rasio likuiditas periode 2015-2017:
1) ADES
(Akasha Wira Internasional Tbk.)
PT Akasha Wira Internasional Tbk didirikan dengan nama PT Alfindo Putrasetia
pada tahun 1985. Nama perusahaan telah diubah beberapa kali, terakhir pada
tahun 2010, ketika nama perusahaan di ubah menjadi PT Akasha Wira Internasional
Tbk.
Perusahaan
berdomisili di Jakarta, Indonesia, dengan kantor pusat di Perkantoran
Hijau Arkadia, Jl. TB. Simatupang Kav. 88, Jakarta. Pabrik pengolahan air minum
dalam kemasan berlokasi di Jawa Barat dan Jawa Timur dan Pabrik produk kosmetik
di Pulogadung.
2) AISA
(Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk)
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk didirikan pada tanggal 26 Januari 1990 dengan
nama PT AsiaIntiselera dan muali beroperasi secara komersial pada tahun
1990. terdaftar sebagai perusahaan
public di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003. AISA adalah perusahaan food
related businesses yang saat ini memiliki dua divisi yaitu Divisi Makanan
(TPS Food) dan Divisi Beras (TPS Rice)
3) CEKA (PT
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk)
PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (dahulu PT
Cahaya Kalbar Tbk) adalah produsen minyak khusus dan lemak untuk industri
kembang gula, roti, bahan kue, minuman dan pasa grosir/eceran makanan untuk
pasar lokal dan Internasional. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial
pada tahun 1971.
4) DVLA (PT
Darya-Varia Laboratoria Tbk)
PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (Darya-Varia
atau Perseroan) adalah perusahaan farmasi yang telah lama berdiri di Indonesia,
beroperasi sejak tahun 1976. Setelah menjadi perusahaan terbuka pada tahun
1994. Perseroan mengakuisisi PT Pradja Pharin (Prafa)di tahun 1995, dan terus
mengembangkan berbagai produk Obat Resep dan Cunsummer Health. Pada Juli 2014,
Darya-Varia bergabung dengan Prafa.
5) ICBP (PT
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk)
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Beroperasi
di sektor kemasan makanan dimana perusahaan mempunyai berbagai macam produk
seperti: mie instan, produk susu, bumbu makanan, makanan ringan, dan makanan
bernutrisi dan special. ICBP pada pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 7
oktober 2010. ICBP didirikan sebagai produk konsumen bermerek (CBP) grup dari
PT Indofood Sukser Makmur, perusahaan induk yang tercatat pada bursa saham
Indonesia sejak tahun 1994.
6) INAF (PT
Indofarma Tbk)
PT Indofarma Tbk. beroperasi sebagai Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi obat obatan dan produk kesehatan.
Produk INAF dipasarkan baik domestic maupun Internasional. INAF memproduksi dan
mendistribusikan produk farmasi, termasuk produk etis dan OTC. INAF juga
memasarkan dan mendistribusikan produk-produk kesehatan. Produk etis INAF
meliputi obat-obatan generic dan obat bermerek, sedangkan produk-produk OTC
diklasifikasikan menjadi obat-obatan
herbal dan makanan kesehatan. INAF tercatat di Bursa Efek Indonesia di tahun
2001 pada papan utama. Perusahaan didirikan pada tahun 1996 dan berpusat di
Bekasi, Jawa Barat, Indonesia.
7) INDF (PT
Indofood Sukses Makmur Tbk)
PT Indofood Sukses Makmur Tbk, yang didirikan sebagai PT Panganjaya Intikusuma
pada tahun 1990, memiliki berbagai bisnis yang telah beroperasi sejak tahun
1980-an. Selama dua dekade terakhir, Indofood telah berubah secara progresif
menjad perusahaan total food solutions yang beroperasi di semua tahap produksi
makanan, mulai dari produksi bahan mentah dan pengolahannya, hingga produk
konsumen di pasar. Hari ini, ia terkenal sebagai perusahaan yang mapan dan
pemain terkemuka di setiap kategori bisnis dimana ia beroperasi.
8) KAEF (PT
Kimia Farma Tbk)
Entitas mulai beroperasi secara kmersial sejak
tahun 1817 yang pada saat itu bergerak
dalam bidang distrubusi obat dan bahan baku obat. Pada tahun 1958, pada saat
Pemerintah Indonesia menasionalisasikan semua entitas Belanda, status entitas
tersebut diubah menjadi beberapa entitas Negara. Pada tahun 1969, beberapa
entitas Negara tersebut diubah menjadi satu entitas yaitu Entitas Negara
Farmasi dan alat kesehatan Bhineka Kimia Farma disingkat PN Farmasi Kimia Farma. Pada tahun 1971,
berdasarkan peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1971 status Negara tersebut
diubah menjadi persero dengan nama PT Kimia Farma
9) KICI (PT
Kedaung Indah Can Tbk)
PT Kedaung Indah Can Tbk, didirikan dalam rangka Undang-Undang
Penanaman Modal DALAM Negeri No. 6 tahun 1968, Undang-Undang No 12 tahun 1970.
Berdasarkan akta notaries No.37 tanggal
11 Januari 1974 dari Julian Nimrod Siregar Gelar Mangaradja Namora, SH., notaries di Jakarta. Akta pendirian ini telah
disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia denga surat keputusan No.
Y.A5/239/18 tanggal 24 Juli 1975 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia No. 27 tanggal 2 April 1976, Tambahan No 237.
10) KINO (PT Kino Indonesia Tbk)
PT
Kino Indonesia Tbk (“Entitas Induk”) didirikan dengan nama PT Kinocare Era
Kosmetindo berdasarkan Akta Notaris No. 3 tanggal 8 Februari 1999 yang dibuat
di hadapan Hadi Winata, S.H. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh
Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. C-7429
HT.01.01-TH.99 tanggal 20 April 1999 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia No. 96, Tambahan No. 8015 tanggal 30 November 1999.
11) KLBF (PT Kalbe Farma Tbk)
PT Kalbe Farma Tbk, didirikan pada tahun 1966,
kalbe telah berjalan jauh dari operasi sederhana yang dimulai dari garasi untuk
menjadi perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia.
Tumbuh baik secara organic dan melalui merger
dan akuisisi, Kalbe memperluas kepentingan bisnisnya dan mengubah dirinya menjadi penyedia solusi perawatan
kesehtan terpadu melalui 4 divisi bisnisnya : divisi obat resep(23%
konstribusi), divisi kesehatan konsumen (17% distribusi), divisi nutrisi (30%
kontribusi), dan divisi dstribusi dan logistic (kontribusi 30%). Divisini
bisnis ini mengelola portofolio resep obat-obatan dan obat bebas, minuman
energy dan produk nutrisi, serta lengan distribusi yang kuat melayani lebih
dari satu juta outlet di seluruh kepulauan Indonesia yang luas.
12) LMPI (PT
Langgeng Makmur Industri Tbk)
PT Langgeng Makmur Industri Tbk. Memulai
komersialnya pada tahun 1976 dengan memproduksi peralatan rumah tangga dari
plastic. Perusahaan memperluas usahanya dengan memproduksi peralatan dapur dari
aluminium pada tahun 1980, kemudian pipa PVC pada tahun 1987 dan karung plastik
pada tahun berikunya. Pada tahun 1996, perusahaan mulai mengembangkan usahanya
dengan memproduksi alat masak aluminium dengan lapisan anti lengket yag
menawarkan produk dengan kualitas tinggi.
13) MBTO (PT
Martina Berto Tbk)
PT Martina Berto Tbk, didirikan tanggal 01 Juni
1977 dan mulai beroperasi secara komersial sejak bulan Desember 1981.
Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan
terutama meliputi bidang manufaktur da perdagangan jamu tradisional dan barang
barang kosmetik, serta perawatan kecantikan. Produk-produk Martina Berto
menggunakan merek-merek berikut ini: Sariayu, PAC, bioskos, caring colours,
cempaka, dewi sri spa, belia, Mirabella, rudi hadisuwarno, solusi dan jamu
garden. Saat ini Martina Berto juga memiliki 24 gerai Martha Tilaar Shop (dulu
bernama Putri Ayu)
14) MERK (PT Merck Tbk)
Perseroan didirikan berdasarkan UU No. 1 Tahun 1967jo. UU No. 11
Tahun 1970 mengenai Penanaman Modal Asing (“PMA”). Pendirian Perseroan
dikukuhkan dalam Akta Notaris No. 29 tertanggal 14 Oktober 1970, oleh Eliza
Pondaag, SH, Notaris dan telah mendapat persetujuan Menteri Kehakiman melalui surat
keputusan No. J.A.5/173/6 tanggal 28 Desember 1970, sebagaimana diumumkan dalam
Tambahan No. 202 pada Berita Negara No. 34 tanggal 27 April 1971.
Perseroan merupakan salah satu di antara perusahaanyang pertama
mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (kini Bursa Efek Indonesia) dan
mengumumkan statusnya sebagai perusahaan terbuka pada tahun 1981. Pada
penawaran saham perdana tersebut, dari 22.400.000 saham yang diterbitkan
Perseroan, sebesar 73,99% didominasi oleh Merck Holding GmbH yang berbasis di
Darmstadt, Jerman, sedangkan 26,01% dimiliki masyarakat lainnya.
15) MRAT (PT
Mustika Ratu Tbk)
PT Mustika Ratu Tbk, meruakan perusahaan yang
memproduksi kosmetik yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini
menghasilan berbagai macam bahan kosmetik. Perusahaan ini mengirim barang ke
lebih dari 1 Negara di Dunia. Pada
tanggal 08 April 1981 pabrik perseroan resmi dioperasikan di Ciracas, Jakarta Timur.
Awal pendirian PT Mustika Ratu pada tahun 1975, dimulai dari garasi kediaman
Ibu BRA. Mooryati Soedibyo. Tahun 1978 PT Mustika Ratu mulai menjalankan
usahanya secara komersial, yaitu dengan memproduksi jamu yang didistribusikan
di Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung dan Medan. Dalam perkembangannya
bpermintaan konsumen semakin meningkat, hingga pada tahun 1980-an PT Mustika
Ratu mulai mengembangkan berbagai kosmetik tradisional.
16) MYOR (PT
Mayora Indah Tbk)
PT Mayora Indah Tbk (Perusahaan) didirikan
dengan Akta No. 204 tanggal 17 Februari 1977 dari Poppy Savitri Parmanto, S.H.,
pengganti dari Ridwan Suselo, S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian ini
disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.
Y.A.5/5/14 tanggal 3 Januari 1978 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia No. 39 tanggal 15 Mei 1990, Tambahan No. 1716. Anggaran Dasar
Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan Akta
No. 6 tanggal 10 Juni 2015 dari Periasman Effendi, S.H., M.H., notaris di
Tangerang, mengenai penyesuaian Anggaran Dasar Perusahaan dalam rangka memenuhi
ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan Peraturan Bursa Efek Indonesia.
Akta perubahan ini telah dicatatkan ke Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia melalui Surat Penerimaan Pemberitahuan No.
AHU-3530180.AH.01.11 Tahun 2015 tanggal 7 Juli 2015.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah menjalankan usaha dalam
bidang industri, perdagangan serta agen/perwakilan. Saat ini Perusahaan
menjalankan bidang usaha industri makanan, kembang gula dan biskuit. Perusahaan
menjual produknya di pasar lokal dan luar negeri.
17) PSDN (PT
Prasidha Aneka NiagaTbk)
PT Prasidha Aneka NiagaTbk, didirikan tanggal 16 April tahun 1974 dengan nama PT Aneka Bumi Asih. oleh bapak
Oesman Soedargo, Bapak Mansjur Tandiono, almarhum Bapak Haji Mahmud Uding dan
almarhum Bapak I Gede Subratha. Berdasarkan anggaran dasar, ruang lingkup
kegiatan PSDN adalah bergerak dalam bidang pengolahan dan perdagangan hasil
bumi (karet remah, kopi bubuk dan instan serta kopi biji).
18) PYFA (PT
Pyridam Farma Tbk)
PT Pyridam Farma Tbk (“Perusahaan”) didirikan
berdasarkan Akta Notaris No. 31 tanggal 27 November 1976 dari Tan Thong Kie,
S.H., Notaris di Jakarta. Akta pendirian Perusahaan telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. YA 5/118/3 tanggal 17
Maret 1977, serta diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No.
102 tanggal 23 Desember 1977, Tambahan No. 801. Kegiatan usaha Perusahaan saat
ini meliputi produksi dan pengembangan obat-obatan (farmasi) serta perdagangan
alat-alat kesehatan.
19) ROTI (PT
Nippon Indosari Corpindo Tbk)
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (“Perusahaan”) didirikan dalam
kerangka Undang-undang Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967, yang kemudian
diubah dengan Undang-undang No. 11 tahun 1970, berdasarkan akta notaris No. 11
tanggal 8 Maret 1995 dari Benny Kristianto, S.H. Akta pendirian Perusahaan
telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No.
C2-6209HT.01.01.TH.95 tanggal 18 Mei 1995 dan diumumkan dalam Tambahan No. 9729
dari Berita Negara Republik Indonesia No. 94 tanggal 24 November 1995. Berdasarkan
Pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup usaha utama Perusahaan yang
sedang dijalankan adalah di bidang pabrikasi, penjualan dan distribusi roti.
20) SKBM (PT
Sekar Bumi Tbk)
PT Sekar Bumi Tbk, beroperasi pada bidang
produk makanan beku dengan spesialisasi pada udang dan ikan. Merek perusahaan
ternama meliputi: Finna, SKB, and Bumifood. Perusahaan terus memberikan makanan
olahan yang mewah namun bergizi. SKBM didirikan pada tahun 1973 dan berpusat di
Jakarta.
21) SKLT (PT
Sekar Laut Tbk)
PT Sekar Laut Tbk, berawal dari sebuah usaha di
bidang perdagangan produk kelautan di kota Sidoarjo, Jawa Timur pada tahun
1966. Kemudian berkembang menjadi usaha krupuk udang tradisional. Dengan
kegigihan usaha yang dirintis berkembang pesat dari industri rumah tangga
menjadi perusahaan penghasil kerupuk.
PT Sekar Laut Tbk, didirikan pada 19 juli 1976
dalam bentuk perseroan terbatas dan kemudian terdaftar resmi sebagai badan
perusahaan di departemen kehakiman pada 1 Maret 1978.
22) SQBB (PT Taisho Pharmacetual Indonesia Tbk)
PT Taisho Pharmacetual Indonesia Tbk, didirikan
tanggal 08 Juli 1970 dengan nama PT Squibb Indonesia dan mulai beroperasi
secara komersial pada tahun 1972. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang
lingkup kegiatan SQBB adalah mengembankan, mendaftarkan, memproses, memproduksi
dan menjual produk kimia, farmasi dan kesehatan. Saat
ini, kegiatan utamaTaisho adalah bergerak di bidang farmasi yaitu pabrik
obat-obatan Over-the-Counter (OTC)
(merek Counterpain dan Tempra) dan Etikal (merek Kenacort, Dramamine,
Kenalog, Myco-Z ointment, dan Mycostatin).
23) STTP (PT
Siantar Top Tbk)
PT Siantar Top Tbk, pertama kali didirikan pada
tahun 1972. Sebagai pelopor industri
makanan ringan di Jawa Timur. Pada tahun
1996 Siantar Top tercatat sebagai perusahaan public di Bursa Efek Indonesia.
Saat ini PT Siantar terus berkembang dan memperkuat posisinya sebagai perusahaan garda
terdepan yang bergerak di bidang manufaktur makanan ringan. PT Siantar Top
mulai melebarkan sayapnya, melakukan ekspansi di beberapa kawasan Asia, salah
satunya Cina. Seiring dengan berjalannya waktu, PT Siantar Top terus melakukan
pembenahan dalam segi kualitas produk hingga bisa diterima di berbagai
kalangan.
24) TCID (PT
Mandom Indonesia Tbk,)
PT Mandom Indonesia Tbk, didirian tanggal 05 November
1969 dengan nama PT Tancho Indonesia dan mulai memproduksi secara komersial
pada bulan April 1971. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup
kegiatan TCID meliput produksi dan perdagangan kosmetik, wangi-wangian , bahan
pembersih dan kemasan plastiktermasuk bahan baku, mesin dan alat produksi untuk
produksi dan kegitan usaha penunjang adalah perdagangan impor produk kosmetik,
wangi-wangian, bahan pembersih. Mandom memiliki 2 merek dagang utama yaitu
Gatsby dan Pixy. Selain itu, Mandom juga memproduksi berbagai macam produk lain
dengan merek pucelle, lucido-l, tancho, madnom, spalding, lovillea, miratone,
dan lain-lain termasuk beberapa merek yang khusus ditujukan ekspor.
25) TSPC (PT
Tempo Scan Pasific Tbk)
PT Tempo Scan Pasific Tbk dan anak perusahannya
merupakan bagian dari tempo group, sekelompok perusahaan yang memulai kegiatan
usahanya melalui pendirian PT PD Tempo pada 03 November1953 dalam bisnis
perdagangan produk farmasi. Perusahaan ini didirikan melalui proses
restrukturisasi pada tahun 1991 dan awalnya bernama PT Scanchemie yang pada
tahun 1970 memulai produksi komersial skala besar produk farmasi. Dengan waktu,
perusahaan melalui anak perusahaannya juga telah memproduksi kosmetik dan
produk konsumen sejak tahun 1977.
Pada tahun 1994 perusahaan menjadi perusahaan
terbuka dan mencatatkan 75.000.000 saham dib Bursa Efek Indonesia (BEI)
26) ULTJ (PT Ultrajaya Milk Tbk)
PT Ultrajaya Milk Tbk, merupakan perusahaan
multinasional yang memproduksi minuman yang bermarkas di Padalarang, Kab. Bnadung
Barat, Jawa Barat. Perusahaan ini awalnya merupakan industri rumah tangga yang
didirikan pada tahun 1958, kemudian menjadi suatu entitas perseroan terbatas
pada tahun 1971. Perusahaan ini merupakan pionir di bidang industri minuman
dalam kemasan di Indonesia, dan sekarang
memiliki mesin pemroses minuman tercanggih se Asia Tenggara.
27) UNVR (PT
Unilever Indonesia Tbk)
PT Unilever
Indonesia Tbk, didirikan tanggal
05 Desember 1933 dengan Lever’s Zeepfabrieken N.V dan mulai beroperasi
secara komersial tahun 1933. Induk usaha Unvlever Indonesia adalah unilever
Indonesia Holding dengan presentase
kepemilikan sebesar 84,99%, sedangkan induk usaha utama adalah Unilever N.V
Belanda.
Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang
lingkup kegiatan usaha UNVR meliputi bidang-produksi, pemasaran, dan distribusi
barang-barang konsumsi yang meliputi sabun, deterjen, margarine, makanan
berinti susu, es krim produk-produk kosmetik, minuman dengan bahan pokok teh
dan minuman sari buah.
Dan berikut hasil perhitungan beserta grafik
perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan dan likuiditas:
Tabel
3.1
Daftar
perhitungan Variabel X Laporan Keuangan PerusahaanSektor Industri Barang
Konsumsi Yang Menjadi Sampel Penelitian Selama Periode 2015-2017
Perputaran
Kas
No
|
Kode
Perusahaan
|
Periode
|
||
2015
|
2016
|
2017
|
||
1
|
ADES
|
2.52
|
26.78
|
18.86
|
2
|
AISA
|
1.47
|
14.80
|
20.60
|
3
|
CEKA
|
180.92
|
261.31
|
254.24
|
4
|
DVLA
|
3.51
|
3.65
|
3.82
|
5
|
ICBP
|
4.23
|
4.30
|
4.15
|
6
|
INAF
|
2.53
|
9.06
|
13.66
|
7
|
INDF
|
4.70
|
5.05
|
5.19
|
8
|
KAEF
|
7.96
|
10.48
|
7.48
|
9
|
KINO
|
10.15
|
6.76
|
8.69
|
10
|
KICI
|
27.41
|
34.32
|
20.58
|
11
|
KLBF
|
7.75
|
6.90
|
7.10
|
12
|
LMPI
|
54.86
|
70.14
|
82.45
|
13
|
MBTO
|
19.25
|
36.54
|
123.66
|
14
|
MERK
|
4.94
|
8.11
|
13.30
|
15
|
MRAT
|
11.84
|
11.35
|
14.59
|
16
|
MYOR
|
12.37
|
11.38
|
11.11
|
17
|
PSDN
|
29.66
|
15.06
|
19.17
|
18
|
PYFA
|
65.47
|
85.19
|
255.63
|
19
|
ROTI
|
6.42
|
4.45
|
1.99
|
20
|
SKBM
|
11.71
|
14.85
|
9.87
|
21
|
SKLT
|
99.60
|
81.51
|
70.56
|
22
|
SQBB
|
2.93
|
3.50
|
3.38
|
23
|
STTP
|
268.09
|
149.32
|
59.66
|
24
|
TCID
|
14.71
|
9.75
|
7.41
|
25
|
TSPC
|
14.71
|
9.75
|
12.36
|
26
|
ULTJ
|
6.56
|
3.95
|
2.68
|
27
|
UNVR
|
49.06
|
79.95
|
105.84
|
Gambar 1.1
Grafik Diagram Batang Perputaran Kas tahun
2015-2017
Berdasarkan grafik 1.1 diatas, rasio perputaran
kas pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2015-2017 mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Perputaran kas yang
paling tinggi dari 27 perusahaan tersebut terlihat pada tahun 2015 yaitu
perusahaan Siantar Top Tbk (STTP) sebesar 268,09 sedangkan perputaran kas
paling rendah terlihat pada tahun 2017 yaitu pada perusahaan Nippon Indosari
Corpindo Tbk (ROTI) sebesar 1,99. Adapun gambaran tentang perputaran piutang
dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini.
Tabel 3.2
Perputaran
Piutang
No
|
Kode
Perusahaan
|
Periode
|
||
2015
|
2016
|
2017
|
||
1
|
ADES
|
0.99
|
6.38
|
5.55
|
2
|
AISA
|
1.22
|
2.99
|
2.18
|
3
|
CEKA
|
18.88
|
15.17
|
14.88
|
4
|
DVLA
|
3.89
|
3.59
|
3.54
|
5
|
ICBP
|
10.74
|
9.96
|
9.38
|
6
|
INAF
|
1.09
|
8.41
|
8.24
|
7
|
INDF
|
19.55
|
18.40
|
18.29
|
8
|
KAEF
|
4.54
|
10.00
|
8.17
|
9
|
KINO
|
5.26
|
5.45
|
3.75
|
10
|
KICI
|
9.78
|
9.11
|
4.05
|
11
|
KLBF
|
7.67
|
7.77
|
7.31
|
12
|
LMPI
|
1.84
|
1.65
|
1.66
|
13
|
MBTO
|
2.17
|
2.00
|
2.42
|
14
|
MERK
|
14.77
|
6.66
|
6.45
|
15
|
MRAT
|
1.83
|
1.54
|
1.61
|
16
|
MYOR
|
6.58
|
13.36
|
16.62
|
17
|
PSDN
|
13.82
|
16.99
|
17.59
|
18
|
PYFA
|
6.24
|
6.29
|
5.86
|
19
|
ROTI
|
9.41
|
9.53
|
8.23
|
20
|
SKBM
|
13.62
|
10.42
|
10.27
|
21
|
SKLT
|
8.83
|
8.42
|
7.94
|
22
|
SQBB
|
4.24
|
4.22
|
4.21
|
23
|
STTP
|
9.27
|
8.09
|
7.72
|
24
|
TCID
|
6.15
|
6.67
|
7.55
|
25
|
TSPC
|
9.28
|
9.75
|
9.26
|
26
|
ULTJ
|
10.42
|
10.29
|
10.09
|
27
|
UNVR
|
11.89
|
11.52
|
9.78
|
Gambar 1.2
Grafik
Batang Perputaran Piutang tahun 2015-217
Berdasarkan
grafik 1.2 diatas, rasio perputaran piutang pada perusahaan sektor industri
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2017 mengalami perkembangan yang
berfluktuasi. Perputaran piutang yang paling tinggi dari 27 perusahaan tersebut
terlihat pada tahun 2015 yaitu perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
sebesar 19.55 sedangkan perputaran piutang paling rendah terlihat pada tahun
2017 yaitu pada perusahaan Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) sebesar 0,99.
Adapun gambaran tentang perputaran persediaan dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah
ini.
Tabel 4.3
Perputaran
Persediaan
No
|
Kode
Perusahaan
|
Periode
|
||
2015
|
2016
|
2017
|
||
1
|
ADES
|
0.82
|
4.39
|
3.69
|
2
|
AISA
|
0.90
|
2.67
|
2.47
|
3
|
CEKA
|
7.08
|
7.50
|
8.18
|
4
|
DVLA
|
3.10
|
3.18
|
3.29
|
5
|
ICBP
|
8.25
|
8.34
|
7.70
|
6
|
INAF
|
0.61
|
4.51
|
4.93
|
7
|
INDF
|
5.82
|
5.88
|
5.54
|
8
|
KAEF
|
4.65
|
4.61
|
3.63
|
9
|
KINO
|
4.23
|
5.54
|
4.60
|
10
|
KICI
|
1.39
|
1.44
|
1.42
|
11
|
KLBF
|
3.05
|
3.11
|
3.00
|
12
|
LMPI
|
1.80
|
1.60
|
1.51
|
13
|
MBTO
|
4.65
|
3.83
|
3.60
|
14
|
MERK
|
2.82
|
2.91
|
2.18
|
15
|
MRAT
|
2.19
|
1.68
|
1.45
|
16
|
MYOR
|
5.69
|
6.92
|
7.87
|
17
|
PSDN
|
4.44
|
4.20
|
5.75
|
18
|
PYFA
|
2.33
|
2.13
|
2.28
|
19
|
ROTI
|
24.28
|
25.30
|
23.42
|
20
|
SKBM
|
10.77
|
7.58
|
6.22
|
21
|
SKLT
|
7.31
|
7.26
|
6.41
|
22
|
SQBB
|
4.35
|
4.36
|
3.91
|
23
|
STTP
|
6.61
|
7.19
|
7.66
|
24
|
TCID
|
3.58
|
3.52
|
3.71
|
25
|
TSPC
|
4.42
|
4.36
|
4.16
|
26
|
ULTJ
|
4.14
|
4.07
|
4.23
|
27
|
UNVR
|
7.71
|
8.49
|
8.48
|
Gambar 1.3
Grafik
Batang Perputaran Persediaan 2015-2017
Berdasarkan
grafik 1.3 diatas, rasio perputaran persediaan pada perusahaan sektor industri
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2017 mengalami perkembangan yang
berfluktuasi. Perputaran persediaan yang paling tinggi dari 27 perusahaan
tersebut terlihat pada tahun 2015 yaitu perusahaan Nippon Indosari Corpindo Tbk
(ROTI) sebesar 25,30 sedangkan perputaran persediaan paling rendah terlihat
pada tahun 2017 yaitu pada perusahaan Akasha Wira Internasional Tbk (ADES)
sebesar 0,82. Adapun gambaran tentang rasio likuiditas (current ratio) dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah
ini.
Tabel
3.4
Daftar
perhitungan Rasio Likuiditas (Curren Ratio)
Laporan Keuangan Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Menjadi
Sampel Penelitian Selama Periode 2015-2017
No
|
Kode
Perusahaan
|
Periode
|
||
2015
|
2016
|
2017
|
||
1
|
ADES
|
1.36
|
1.63
|
1.20
|
2
|
AISA
|
1.62
|
2.37
|
1.16
|
3
|
CEKA
|
1.53
|
2.18
|
2.22
|
4
|
DVLA
|
3.52
|
2.85
|
2.66
|
5
|
ICBP
|
2.32
|
2.40
|
2.42
|
6
|
INAF
|
1.26
|
1.21
|
1.04
|
7
|
INDF
|
1.70
|
1.50
|
1.50
|
8
|
KAEF
|
1.93
|
1.71
|
1.54
|
9
|
KINO
|
1.61
|
1.53
|
1.65
|
10
|
KICI
|
5.74
|
5.34
|
7.29
|
11
|
KLBF
|
3.69
|
4.13
|
4.50
|
12
|
LMPI
|
1.25
|
1.50
|
1.58
|
13
|
MBTO
|
3.13
|
3.04
|
2.06
|
14
|
MERK
|
3.65
|
4.21
|
3.08
|
15
|
MRAT
|
3.70
|
3.97
|
3.59
|
16
|
MYOR
|
2.36
|
2.25
|
2.38
|
17
|
PSDN
|
1.21
|
1.05
|
1.15
|
18
|
PYFA
|
1.99
|
2.19
|
3.52
|
19
|
ROTI
|
2.05
|
2.96
|
2.25
|
20
|
SKBM
|
1.14
|
1.10
|
1.63
|
21
|
SKLT
|
1.19
|
1.31
|
1.26
|
22
|
SQBB
|
3.32
|
3.37
|
3.57
|
23
|
STTP
|
1.57
|
1.65
|
2.64
|
24
|
TCID
|
4.99
|
5.25
|
4.91
|
25
|
TSPC
|
2.53
|
2.65
|
2.52
|
26
|
ULTJ
|
3.74
|
4.84
|
4.19
|
27
|
UNVR
|
0.65
|
0.60
|
0.63
|
Gambar
1.4
Grafik Batang Likuiditas (current ratio) tahun 2015-2017
Berdasarkan
grafik 1.4 diatas, rasio likuiditas (current ratio) pada perusahaan sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2017 mengalami perkembangan yang
berfluktuasi. rasio likuiditas (current ratio) yang paling tinggi dari 27
perusahaan tersebut terlihat pada tahun 2017 yaitu perusahaan PT Kedaung
Indah Can Tbk (KICI) sebesar 7,29
sedangkan rasio likuiditas (current ratio) paling rendah terlihat pada tahun
2017 yaitu pada perusahaan Unilever Tbk
(UNVR) sebesar 0,60.
B.
Pembuktiaan
Hipotesis
1.
Uji
Asumsi Klasik
Sebelum
melakukan analisis regresi berganda dilakukan, maka diperlukan uji asumsi
klasik terlebih dahulu untuk memastikan apakah model tersebut tidak terdapat
masalah normalitas, multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas
a. Uji
Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menetukan normal
atau tidaknya distribusi data yang telah dikumpulkan. Untuk menguji suatu data
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini
menggunakan one-sample kolomogrov-smirnov. Untuk lebih jelasnya maka dapat
dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 1.5
Hasil
Uji Normalitas
Dari hasil ouput SPPS diatas, pada grafik
normal probability plot menunjukkan bahwa data (titik-titik) menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
Untuk lebih memastikan bahwa model regresi
memenuhi asumsi normalitas, maka dalam penelitian ini juga dilakukan one-sample
kolmogrov-smirniv. Berikut hasil uji one-sample kolmogrov-smirniv penelitian
ini:
Tabel
3.5
One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test
|
||
|
Unstandardized
Residual
|
|
N
|
81
|
|
Normal Parametersa,b
|
Mean
|
.0000000
|
Std. Deviation
|
1.28161157
|
|
Most Extreme Differences
|
Absolute
|
.101
|
Positive
|
.101
|
|
Negative
|
-.076
|
|
Kolmogorov-Smirnov Z
|
.908
|
|
Asymp. Sig. (2-tailed)
|
.381
|
|
a. Test distribution is Normal.
|
||
b. Calculated from data.
|
Sumber data:
Diolah dari SPSS.18
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan uji
one-sample kolmogrof smirnov diatas, diperoleh nilai kolmogrof-smirnof Z
sebesar 0,908 dengan signifikan 0.381 lebih dari 0,05 (sig > 0,05) ini
berarti data berdistribusi normal.
b. Multikolinieritas
Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen).Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen (multikolinieritas).
Tabel
3.6
Hasil
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
|
Collinearity Statistics
|
|
Tolerance
|
VIF
|
|
(Constant)
Perputaran
Kas
Perputaran
Piutang
Perputaran
Persediaan
|
.975
.857
.877
|
1.026
1.167
1.140
|
a. Dependent Variable: Likuiditas
Sumber data: Diolah dari SPSS.18
Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas,
diperoleh nilai tolerance variabel bebas Perputaran kas, perputaran piutang dan
perputaran persediaan masing-masing yaitu 0,975, 0,857 dan 0,877 dan nilai VIF
masing yaitu 1,026, 1,167 dan 1,140 hal ini menunjukkan nilai tolerance
masing-masing yaitu variabel bebas sebesar 0,975 > 0,10, 0,857 > 0,10 dan
0,877 > 0,10. Nilai VIF masing-masing yaitu 1,026 < 10, 1,167 < 10 dan
1,140 < 10, sehingga dapat disimpulkan antar variabel bebas tidak terjadi
multikolinearitas. Artinya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas.
c. Autokorelasi
Uji
autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumya).Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi.Alat ukur yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi.
Dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson
(DW test). Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
H0 = tidak adanya autokrelasi, r = 0
Ha
= ada autokorelasi, r ≠ 0
Untuk
menguji keberadaan autokorelasi dalam penelitian ini digunakan metode Durbin-Watson
test yang berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
1)
Jika d < dl, berarti terdapat autokorelasi
positif.
2)
Jika d > (4-dl), berarti terdapat
autokorelasi negative
3)
Jika du < d < (4-du), berarti tidak dapat
autorelasi
4)
Jika dl < d < du atau (4 – du), berarti
tidak dapat disimpulkan
Adapun hasil uji autokorelasi berdasarkan
program SPSS 18 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model
Summaryb
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the
Estimate
|
Durbin-Watson
|
1
|
.308a
|
.095
|
.060
|
1.30634
|
.768
|
Sumber
data: Diolah dari SPSS.18
Berdasarkan
tabel diatas menunjukkan jika nilai DW sebesar
0,768, untuk mengetahui ada tidaknya auotokorelasi, nilai DW tersebut
akan dibandingkan dengan nilai du dan dl yang diperoleh dari tabel
Durbin-Watson dengan ketentuan = 5% dimana n (sampel) = 81 serta k (jumlah
variabel bebas) = 3 adalah dl 1,5632 dan du 1,7141 karena nilai DW lebih kecil
dari nilai du. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dinyatakan terjadi
autokorelasi. Berikut hasil dari transformasi data dapat dillihat pada tabel
3.7.
Tabel
3.7
Uji
Autokorelasi setelah Transformasi
Model Summaryc,d
|
||||||
Model
|
R
|
R Squareb
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the
Estimate
|
Durbin-Watson
|
|
dimension0
|
1
|
.214a
|
.046
|
.008
|
1.20318
|
1.675
|
a.
Predictors: Lag_X3, Lag_X1, Lag_X2
|
||||||
b.
For regression through the origin (the no-intercept model), R Square
measures the proportion of the variability in the dependent variable about
the origin explained by regression. This CANNOT be compared to R Square for
models which include an intercept.
|
||||||
c.
Dependent Variable: Lag_Y
|
||||||
d.linear
regression through the origin
Tabel
3.8
Pengujian
Pengambilan Keputusan DW
|
||||||
dL
|
dU
|
4-dL
|
4-dU
|
DW
|
Keputusan
|
1,5632
|
1,7141
|
2,4368
|
2.2898
|
1,675
|
Tidak dapat disimpulkan
|
Berdasarkan ouput SPPS 18 setelah di
transformasi diatas, diketahui nilai Durbin watson sebesar 1,675. Nilai ini
terletak antara nilai dl 1,5632 dan du 1,7141 sehingga tidak ada kesimpulan
yang pasti tentang ada tidaknya gejala autokorelasi dari data tersebut. Maka
dalam mengatasi masalah autokorelasi tersebut diperlukan dengan uji run
test. Dan berikut hasil dari uji run
test
Tabel 3.9
Uji Run Test
Runs Test
|
|
|
Unstandardized
Residual
|
Test
Valuea
|
.45408
|
Cases
< Test Value
|
40
|
Cases
>= Test Value
|
40
|
Total
Cases
|
80
|
Number
of Runs
|
37
|
Z
|
-.900
|
Asymp.
Sig. (2-tailed)
|
.368
|
a.
Median
|
Sumber data: Diolah dari SPSS.18
Berikut
dasar pengambilan keputusan dalam uji run test:
1)
Jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) lebih kecil
< dari nilai 0,05 maka terdapat gejala autokorelasi
2)
Sebaliknya Jika nilai Asymp.Sig. (tailed) lebih
besar < dari nilai 0,05 maka tidak terdapat gejala autokorelasi.
Berdasarkan hasil uji run test diatas,
diketahui Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0,368 lebih besar dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala atau masalah autokorelasi.
d.
Uji heteroskedastisitas
bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut hesteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi hesteroskedastisitas
.
Deteksi ada tidaknya hesteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu grafik Scatterplot antara
SRESID dan ZPRED dimanaY adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah
residual (Y prediksi Y sesungguhnya) yang telah di Studentized berikut hasil uji
heteroskedastisitas:
Gambar
1.6
Sumber data: Diolah dari
SPSS.18
Berdasarkan gambar 1.6 tersebut dari hasil
ouput SPSS 18, garifik scatterplot memperlihatkan bahwa titik-titik pada
grafik tidak bisa membentuk pola tertentu yang jelas, dimana titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga grafik tersebut
tidak terjadi heterorskedastisitas.
2.
Uji
Analis Linear Berganda
Penelitian ini menggunakan teknik analisis
regresi linier berganda. Regresi linear yaitu regresi yang memiliki satu
variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen. Model persamaan
regresi linear berganda sebagai berrikut:
Y= α+ b1X1 + b2X2
+ b3X3 + e
Tabel
3.10
Hasil
Uji Analisis Linear Berganda
Coefficientsa
|
|||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
T
|
Sig.
|
|||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
|||||
1
|
(Constant)
|
3.176
|
.308
|
|
10.308
|
.000
|
|
Perputaran Kas
|
-.004
|
.002
|
-.163
|
-1.489
|
.141
|
||
Perputaran Piutang
|
-.032
|
.034
|
-.111
|
-.952
|
.344
|
||
Perputaran Persediaan
|
-.056
|
.036
|
-.183
|
-1.578
|
.119
|
||
a. Dependent Variable: Likuiditas
Sumber data: Diolah dari SPSS.18
|
Berdasarkan
hasil pengujian dengan metode regresi linier berganda, maka dapat disusun
sebuah persamaan sebagai berikut:
Y = 3,176 + (-0.004)X1 + (–0.032)X2
+ (-056) X3
Hasil interpretasi dari regresi tersebut adalah
sebagai berikut:
a.
α = 3,176 artinya jika semua
variabel independen (perputaran kas,
perputaran piutang dan perputaran persediaan) tidak berubah atau dianggap
konstan (bernilai 0), maka likuiditas akan bernilai sebesar 3,176.
b.
Nilai koefisien dari variabel X1
adalah negatif atau berbanding terbalik dengan variabel Y. Hal ini menunjukan bahwa
setiap kenaikan perputaran kas sebesar satu kali diprediksi akan mengalami
penuruan sebesar 0,004 terhadap likuiditas pada Perusahaan sektor industri
barang konsumsi dengan asumsi bahwa variable bebas yang lain tidak berubah.
c.
Nilai koefisien dari variabel X2
adalah negatif atau berbanding terbalik dengan variabel Y. Hal ini menunjukan
bahwa setiap kenaikan perputaran piutang sebesar satu kali diprediksi akan
mengalami penuruan sebesar 0,032 terhadapa likuiditas pada Perusahaan sektor
industri barang konsumsi dengan asumsi bahwa variable bebas yang lain tidak
berubah
d.
Nilai koefisien dari variabel X1
adalah negatif atau berbanding terbalik dengan variabel Y. Hal ini menunjukan
bahwa setiap kenaikan perputaran kas sebesar satu kali diprediksi akan mengalami
penuruan sebesar 0,004 terhadapa likuiditas pada Perusahaan sektor industri
barang konsumsi dengan asumsi bahwa variable bebas yang lain tidak berubah
3.
Uji Hipotesis
a.
Uji t
Uji-t
digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap
variabel dependen, yaitu pengaruh masing-masing variabel independen (bebas)
yang terdiri dari variabel perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran
persediaan terhadap variabel dependen
(terikat) yaitu likuiditas (current ratio)
Coefficientsa
|
||||||||||
Model
|
Unstandardized
Coefficients
|
Standardized
Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||||||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||||||
1
|
(Constant)
|
3.176
|
.308
|
|
10.308
|
.000
|
||||
Perputaran
Kas
|
-.004
|
.002
|
-.163
|
-1.489
|
.141
|
|||||
Perputaran
Piutang
|
-.032
|
.034
|
-.111
|
-.952
|
.344
|
|||||
Perputaran
Persediaan
|
-.056
|
.036
|
-.183
|
-1.578
|
.119
|
|||||
a.
Dependent Variable: Likuiditas
|
||||||||||
Sumber
data: Diolah dari SPSS.18
Berdasarkan
tabel analisis uji t diatas, pengaruh masing-masing variabel dijelaskan sebagai
berikut:
1)
Perputaran Kas
Perpututaran kas menunjukkan t hitung
sebesar -1,489 dengan nilai signifikansi 0,141 dan t tabel 1,664. Karena -1,489
< 1,664 dan nilai signifikansi 0,141 > 0,05 sehingga Ha
ditolak (H0 diterima). Hal ini menunjukkan bahwa perputaran kas
tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2)
Perputaran Piutang
Perpututaran piutang menunjukkan t hitung
sebesar -0.952 dengan nilai signifikansi 0,344 dan t tabel 1,664. Karena -0,952
< 1,664 dan nilai signifikansi 0,344 > 0,05 sehingga Ha
ditolak (H0 diterima). Hal ini menunjukkan bahwa perputaran piutang
tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3)
Perpeputaran Persediaan
Perpututaran Persediaan menunjukkan t hitung sebesar -1,578 dengan nilai signifikansi
0,119 dan t tabel 1,664. Karena -1,578 < 1,664 dan nilai
signifikansi 0,119 > 0,05 sehingga Ha ditolak (H0 diterima).
Hal ini menunjukkan bahwa perputaran persediaan
tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan
sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
b.
Uji f
Uji
F dilakukan untuk menguji apakah semua variabel independen yang diamati
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
ANOVAb
Model
|
Sum of Squares
|
Df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
1 Regression
Residual
Total
|
13.794
131.402
145.196
|
3
77
80
|
4.598
1.707
|
2.694
|
.052a
|
a. Predictors:
(Constant), Perputaran Persediaan, Perputaran Kas, Perputaran Piutang
b. Dependent
Variable: Likuiditas
Sumber data: Diolah dari SPSS.18
Pada Tabel uji - F diperoleh nilai F hitung
sebesar 2.694 dengan tingkat signifikan sebesar 0,52 sedangkan nilai F tabel
sebesar 3,11. Hal ini menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel maka Ho diterima
dan Ha ditolak, artinya perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran
persediaan secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas
pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
C.
Pembahasan
1.
Pengaruh
Perputaran Kas Terhadap Likuiditas
Berdasarkan hasil penelitian diatas mengenai
pengaruh perpututaran kas terhadap likuiditas menunjukkan thitung
sebesar -1,489 dengan nilai signifikansi 0,141 dan ttabel 1,664.
Karena -1,489 < 1,664 dan nilai signifikansi 0,141 > 0,05 sehingga Ha
ditolak (H0 diterima). Hal ini menunjukkan bahwa perputaran kas
tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perputaran kas secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Dwinta Mulyanti dan Rani Laras Supriyanti (2018) yang
menyatakan bahwa perputaran kas secara parsial tidak terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap likuiditas. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Lolyta Permata (2011) yang menyatakan bahwa perpuataran kas memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas.
2.
Pengaruh
Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas
Berdasarkan
hasil penelitian diatas mengenai pengaruh perputaran piutang terhadap
likuiditas menunjukkan thitung sebesar -0.952 dengan nilai
signifikansi 0,344 dan ttabel 1,664. Karena -0,952 < 1,664 dan
nilai signifikansi 0,344 > 0,05 sehingga Ha ditolak (H0 diterima).
Hal ini menunjukkan bahwa perputaran piutang tidak ada pengaruh yang signifikan
terhadap likuiditas pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI).
hasil
penilitian ini menunjukkan bahwa perputaran piutang secara parsial tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Eka Astuti (2014) yang menyatakan bahwa
perputaran piutang secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
likuiditas. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pungki Purnomo
Wahyu Aji dkk. yang menyatakan bawah perputaran piutang ada pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap likuiditas.
3.
Pengaruh
Perputaran Persediaan Terhadap Likuiditas
Berdasarkan
hasil penelitian di atas mengenai pengaruh antara perputaran persediaan
terhadap likuiditas yang menyatakan bahwa t hitung sebesar -1,578 dengan nilai signifikansi
0,119 dan t tabel 1,664. Karena -1,578 < 1,664 dan nilai
signifikansi 0,119 > 0,05 sehingga Ha ditolak (H0 diterima).
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap
likuiditas pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
perputaran persediaan tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas.
Hal ini sejalan dengan dengan Qahwi Romula
Siregar yang menyatakan bahwa perputaran persediaan tidak ada pengaruh yang
signifikan terhadap likuiditas. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Panngi Yuono (2015) yang menyatakan bahwa perputaran persediaan mempunyai
pengaruh dan signifikan terhadap likuiditas.
4.
Pengaruh
Perputaran Kas, Perputaran Piutang Dan
Perputaran Persediaan Terhadap Likuiditas
Berdasarkan
hasil penelitian di atas mengenai perputaran kas, perputaran piutang dan
perputaran persediaan terhadap likuiditas secara simultan diperoleh nilai F hitung sebesar
2.694 dengan tingkat signifikan sebesar 0,52 sedangkan nilai F tabel
sebesar 3,11. Hal ini menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel maka Ho diterima
dan Ha ditolak, artinya perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran
persediaan secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas
pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
[1] PT Bursa Efek
Indonesia, “Sejarah dan Milestone”, IDX, Di Akses dari http://www.idx.co.id/tentang-bei/sejarah-dan-milestone/ pada tanggal
26 November 2018
[2] Saham OK,”
Sektor BEI”, sahamok.com, di akses dari http://www.google.co.id/amp/s/www.sahamok.com/emiten/sektor-bei/amp/ pada tanggal
01 Desember 2018.