Wednesday 13 March 2019

Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang Dan Perputaran Persediaan Terhadap Tingkat Likuiditas Pada PerusahanIndustri barang konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2017


BAB IV
DESKRIPSI, PEMBUKTIAAN HIPOTESIS, DAN PEMBAHASAN
A.       Deskripsi Data
1.    Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
a.      Sejarah Bursa Efek Indonesia
               Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman colonial belanda dan inpirasi pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal kompilasi yang didirikan oleh pemerintah  Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah colonial atau VOC.
              Meskipun pasar modal sudah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan modal tidak memungkinkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal kefakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti dana dunia ke I dank e II jumlah dana dari pemerintah untuk Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan koperasi tidak dapat berjalan sebagaimana layak.
              Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan dengan berbagai insentif dan dikeluarkan yang dikeluarkan pemerintah.[1]
b.      Sektor Bursa Efek Indonesia
      Semua perusahaan public yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia atau BEI diklasifikasikan kedalam 9 sektor BEI. Ke 9 sektor BEI tersebut didasarkan pada klasifikasi industri yang ditetapkan oleh BEI. Sektor tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Sektor Pertanian
2)      Sekor Pertambangan
3)      Sektor Manufaktur
4)      Sektor Aneka Industri
5)      Sektor Industri Barang Konsumsi
6)      Sektor Properti, Real Estat dan Kontruksi Bangunan
7)      Sektor Infrastruktur, Utulitas dan Transformasi
8)      Sektor Keuangan.
9)      Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi.[2]
          Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor industri barang konsumsi.
2.      Gambaran Umum Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi
           Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2015-2017. Sektor industri barang konsusmsi di Bursa Efek Indonesia meliputi :
a.       Sub Sektor Makanan Dan Minuman
b.      Sub Sektor Rokok
c.       Sub Sektor Farmasi
d.      Sub Sektor Kosmetik Dan Barang Keperluan Rumah Tangga
e.       Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga
                   Perusahaan dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebagai berikut :
a.       Perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2015-2017.
b.      Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangannya untuk periode yang berakhir pada 31 desember selama periode pengamatan.
c.       Data laporan keuangan perusahaan yang dapat di analisis.
d.      Perusahaan yang dipilih merupakan perusahaan saham syariah
Berdasarkan kriteria sampel tersebut terdapat 27 perusahaan yang dapat dipilih sebagai sampel penelitian
Berikut adalah 27  perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia  dan  hasil perhitungan data laporan keuangan  beserta grafik  yang berkaitan dengan perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan dan rasio likuiditas periode 2015-2017:
1)      ADES (Akasha Wira Internasional Tbk.)
PT Akasha Wira Internasional Tbk  didirikan dengan nama PT Alfindo Putrasetia pada tahun 1985. Nama perusahaan telah diubah beberapa kali, terakhir pada tahun 2010, ketika nama perusahaan di ubah menjadi PT Akasha Wira Internasional Tbk.
Perusahaan  berdomisili di Jakarta, Indonesia, dengan kantor pusat di Perkantoran Hijau Arkadia, Jl. TB. Simatupang Kav. 88, Jakarta. Pabrik pengolahan air minum dalam kemasan berlokasi di Jawa Barat dan Jawa Timur dan Pabrik produk kosmetik di Pulogadung.
2)      AISA (Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk)
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk  didirikan pada tanggal 26 Januari 1990 dengan nama PT AsiaIntiselera dan muali beroperasi secara komersial pada tahun 1990.  terdaftar sebagai perusahaan public di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003. AISA adalah perusahaan food related businesses yang saat ini memiliki dua divisi yaitu Divisi Makanan (TPS Food) dan Divisi Beras (TPS Rice)
3)      CEKA (PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk)
PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (dahulu PT Cahaya Kalbar Tbk) adalah produsen minyak khusus dan lemak untuk industri kembang gula, roti, bahan kue, minuman dan pasa grosir/eceran makanan untuk pasar lokal dan Internasional. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1971.
4)      DVLA (PT Darya-Varia Laboratoria Tbk)
PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (Darya-Varia atau Perseroan) adalah perusahaan farmasi yang telah lama berdiri di Indonesia, beroperasi sejak tahun 1976. Setelah menjadi perusahaan terbuka pada tahun 1994. Perseroan mengakuisisi PT Pradja Pharin (Prafa)di tahun 1995, dan terus mengembangkan berbagai produk Obat Resep dan Cunsummer Health. Pada Juli 2014, Darya-Varia bergabung dengan Prafa.
5)      ICBP (PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk)
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Beroperasi di sektor kemasan makanan dimana perusahaan mempunyai berbagai macam produk seperti: mie instan, produk susu, bumbu makanan, makanan ringan, dan makanan bernutrisi dan special. ICBP pada pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 7 oktober 2010. ICBP didirikan sebagai produk konsumen bermerek (CBP) grup dari PT Indofood Sukser Makmur, perusahaan induk yang tercatat pada bursa saham Indonesia sejak tahun 1994.
6)      INAF (PT Indofarma Tbk)
PT Indofarma Tbk. beroperasi sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi obat obatan dan produk kesehatan. Produk INAF dipasarkan baik domestic maupun Internasional. INAF memproduksi dan mendistribusikan produk farmasi, termasuk produk etis dan OTC. INAF juga memasarkan dan mendistribusikan produk-produk kesehatan. Produk etis INAF meliputi obat-obatan generic dan obat bermerek, sedangkan produk-produk OTC diklasifikasikan  menjadi obat-obatan herbal dan makanan kesehatan. INAF tercatat di Bursa Efek Indonesia di tahun 2001 pada papan utama. Perusahaan didirikan pada tahun 1996 dan berpusat di Bekasi, Jawa Barat, Indonesia.


7)      INDF (PT Indofood Sukses Makmur Tbk)
PT Indofood Sukses Makmur Tbk, yang  didirikan sebagai PT Panganjaya Intikusuma pada tahun 1990, memiliki berbagai bisnis yang telah beroperasi sejak tahun 1980-an. Selama dua dekade terakhir, Indofood telah berubah secara progresif menjad perusahaan total food solutions yang beroperasi di semua tahap produksi makanan, mulai dari produksi bahan mentah dan pengolahannya, hingga produk konsumen di pasar. Hari ini, ia terkenal sebagai perusahaan yang mapan dan pemain terkemuka di setiap kategori bisnis dimana ia beroperasi.
8)      KAEF (PT Kimia Farma Tbk)
Entitas mulai beroperasi secara kmersial sejak tahun 1817 yang  pada saat itu bergerak dalam bidang distrubusi obat dan bahan baku obat. Pada tahun 1958, pada saat Pemerintah Indonesia menasionalisasikan semua entitas Belanda, status entitas tersebut diubah menjadi beberapa entitas Negara. Pada tahun 1969, beberapa entitas Negara tersebut diubah menjadi satu entitas yaitu Entitas Negara Farmasi dan alat kesehatan Bhineka Kimia Farma disingkat PN  Farmasi Kimia Farma. Pada tahun 1971, berdasarkan peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1971 status Negara tersebut diubah menjadi persero dengan nama PT Kimia Farma
9)      KICI (PT Kedaung Indah  Can Tbk)
PT Kedaung Indah  Can Tbk, didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal DALAM Negeri No. 6 tahun 1968, Undang-Undang No 12 tahun 1970. Berdasarkan  akta notaries No.37 tanggal 11 Januari 1974 dari Julian Nimrod Siregar Gelar Mangaradja Namora, SH.,  notaries di Jakarta. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia denga surat keputusan No. Y.A5/239/18 tanggal 24 Juli 1975 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 27 tanggal 2 April 1976, Tambahan No 237.
10)    KINO (PT Kino Indonesia Tbk)
PT Kino Indonesia Tbk (“Entitas Induk”) didirikan dengan nama PT Kinocare Era Kosmetindo berdasarkan Akta Notaris No. 3 tanggal 8 Februari 1999 yang dibuat di hadapan Hadi Winata, S.H. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. C-7429 HT.01.01-TH.99 tanggal 20 April 1999 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 96, Tambahan No. 8015 tanggal 30 November 1999.
11)   KLBF (PT Kalbe Farma Tbk)
PT Kalbe Farma Tbk, didirikan pada tahun 1966, kalbe telah berjalan jauh dari operasi sederhana yang dimulai dari garasi untuk menjadi perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia.
Tumbuh baik secara organic dan melalui merger dan akuisisi, Kalbe memperluas kepentingan bisnisnya dan mengubah  dirinya menjadi penyedia solusi perawatan kesehtan terpadu melalui 4 divisi bisnisnya : divisi obat resep(23% konstribusi), divisi kesehatan konsumen (17% distribusi), divisi nutrisi (30% kontribusi), dan divisi dstribusi dan logistic (kontribusi 30%). Divisini bisnis ini mengelola portofolio resep obat-obatan dan obat bebas, minuman energy dan produk nutrisi, serta lengan distribusi yang kuat melayani lebih dari satu juta outlet di seluruh kepulauan Indonesia yang luas. 
12)  LMPI (PT Langgeng Makmur Industri Tbk)
PT Langgeng Makmur Industri Tbk. Memulai komersialnya pada tahun 1976 dengan memproduksi peralatan rumah tangga dari plastic. Perusahaan memperluas usahanya dengan memproduksi peralatan dapur dari aluminium pada tahun 1980, kemudian pipa PVC pada tahun 1987 dan karung plastik pada tahun berikunya. Pada tahun 1996, perusahaan mulai mengembangkan usahanya dengan memproduksi alat masak aluminium dengan lapisan anti lengket yag menawarkan produk dengan kualitas tinggi.
13)  MBTO (PT Martina Berto Tbk)
PT Martina Berto Tbk, didirikan tanggal 01 Juni 1977 dan mulai beroperasi secara komersial sejak bulan Desember 1981. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama meliputi bidang manufaktur da perdagangan jamu tradisional dan barang barang kosmetik, serta perawatan kecantikan. Produk-produk Martina Berto menggunakan merek-merek berikut ini: Sariayu, PAC, bioskos, caring colours, cempaka, dewi sri spa, belia, Mirabella, rudi hadisuwarno, solusi dan jamu garden. Saat ini Martina Berto juga memiliki 24 gerai Martha Tilaar Shop (dulu bernama Putri Ayu)  
14)  MERK  (PT Merck Tbk)
Perseroan didirikan berdasarkan UU No. 1 Tahun 1967jo. UU No. 11 Tahun 1970 mengenai Penanaman Modal Asing (“PMA”). Pendirian Perseroan dikukuhkan dalam Akta Notaris No. 29 tertanggal 14 Oktober 1970, oleh Eliza Pondaag, SH, Notaris dan telah mendapat persetujuan Menteri Kehakiman melalui surat keputusan No. J.A.5/173/6 tanggal 28 Desember 1970, sebagaimana diumumkan dalam Tambahan No. 202 pada Berita Negara No. 34 tanggal 27 April 1971.
Perseroan merupakan salah satu di antara perusahaanyang pertama mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (kini Bursa Efek Indonesia) dan mengumumkan statusnya sebagai perusahaan terbuka pada tahun 1981. Pada penawaran saham perdana tersebut, dari 22.400.000 saham yang diterbitkan Perseroan, sebesar 73,99% didominasi oleh Merck Holding GmbH yang berbasis di Darmstadt, Jerman, sedangkan 26,01% dimiliki masyarakat lainnya.
15)  MRAT (PT Mustika Ratu Tbk)
PT Mustika Ratu Tbk, meruakan perusahaan yang memproduksi kosmetik yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini menghasilan berbagai macam bahan kosmetik. Perusahaan ini mengirim barang ke lebih dari 1  Negara di Dunia. Pada tanggal 08 April 1981 pabrik perseroan resmi dioperasikan  di Ciracas, Jakarta Timur.
Awal pendirian PT Mustika Ratu  pada tahun 1975, dimulai dari garasi kediaman Ibu BRA. Mooryati Soedibyo. Tahun 1978 PT Mustika Ratu mulai menjalankan usahanya secara komersial, yaitu dengan memproduksi jamu yang didistribusikan di Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung dan Medan. Dalam perkembangannya bpermintaan konsumen semakin meningkat, hingga pada tahun 1980-an PT Mustika Ratu mulai mengembangkan berbagai kosmetik tradisional.
16)  MYOR (PT Mayora Indah Tbk)
PT Mayora Indah Tbk (Perusahaan) didirikan dengan Akta No. 204 tanggal 17 Februari 1977 dari Poppy Savitri Parmanto, S.H., pengganti dari Ridwan Suselo, S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/5/14 tanggal 3 Januari 1978 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 39 tanggal 15 Mei 1990, Tambahan No. 1716. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan Akta No. 6 tanggal 10 Juni 2015 dari Periasman Effendi, S.H., M.H., notaris di Tangerang, mengenai penyesuaian Anggaran Dasar Perusahaan dalam rangka memenuhi ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan Peraturan Bursa Efek Indonesia. Akta perubahan ini telah dicatatkan ke Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Penerimaan Pemberitahuan No. AHU-3530180.AH.01.11 Tahun 2015 tanggal 7 Juli 2015.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah menjalankan usaha dalam bidang industri, perdagangan serta agen/perwakilan. Saat ini Perusahaan menjalankan bidang usaha industri makanan, kembang gula dan biskuit. Perusahaan menjual produknya di pasar lokal dan luar negeri.

17)  PSDN (PT Prasidha Aneka NiagaTbk)
PT Prasidha Aneka NiagaTbk,  didirikan  tanggal 16 April tahun  1974 dengan nama PT Aneka Bumi Asih. oleh bapak Oesman Soedargo, Bapak Mansjur Tandiono, almarhum Bapak Haji Mahmud Uding dan almarhum Bapak I Gede Subratha. Berdasarkan anggaran dasar, ruang lingkup kegiatan PSDN adalah bergerak dalam bidang pengolahan dan perdagangan hasil bumi (karet remah, kopi bubuk dan instan serta kopi biji).
18)  PYFA (PT Pyridam Farma Tbk)
PT Pyridam Farma Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan Akta Notaris No. 31 tanggal 27 November 1976 dari Tan Thong Kie, S.H., Notaris di Jakarta. Akta pendirian Perusahaan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. YA 5/118/3 tanggal 17 Maret 1977, serta diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 102 tanggal 23 Desember 1977, Tambahan No. 801. Kegiatan usaha Perusahaan saat ini meliputi produksi dan pengembangan obat-obatan (farmasi) serta perdagangan alat-alat kesehatan.
19)  ROTI (PT Nippon Indosari Corpindo Tbk)
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (“Perusahaan”) didirikan dalam kerangka Undang-undang Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967, yang kemudian diubah dengan Undang-undang No. 11 tahun 1970, berdasarkan akta notaris No. 11 tanggal 8 Maret 1995 dari Benny Kristianto, S.H. Akta pendirian Perusahaan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. C2-6209HT.01.01.TH.95 tanggal 18 Mei 1995 dan diumumkan dalam Tambahan No. 9729 dari Berita Negara Republik Indonesia No. 94 tanggal 24 November 1995. Berdasarkan Pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup usaha utama Perusahaan yang sedang dijalankan adalah di bidang pabrikasi, penjualan dan distribusi roti.
20)  SKBM (PT Sekar Bumi Tbk)
PT Sekar Bumi Tbk, beroperasi pada bidang produk makanan beku dengan spesialisasi pada udang dan ikan. Merek perusahaan ternama meliputi: Finna, SKB, and Bumifood. Perusahaan terus memberikan makanan olahan yang mewah namun bergizi. SKBM didirikan pada tahun 1973 dan berpusat di Jakarta.
21)  SKLT (PT Sekar Laut Tbk)
PT Sekar Laut Tbk, berawal dari sebuah usaha di bidang perdagangan produk kelautan di kota Sidoarjo, Jawa Timur pada tahun 1966. Kemudian berkembang menjadi usaha krupuk udang tradisional. Dengan kegigihan usaha yang dirintis berkembang pesat dari industri rumah tangga menjadi perusahaan penghasil kerupuk.
PT Sekar Laut Tbk, didirikan pada 19 juli 1976 dalam bentuk perseroan terbatas dan kemudian terdaftar resmi sebagai badan perusahaan di departemen kehakiman pada 1 Maret 1978.
22)   SQBB (PT Taisho Pharmacetual Indonesia Tbk)
PT Taisho Pharmacetual Indonesia Tbk, didirikan tanggal 08 Juli 1970 dengan nama PT Squibb Indonesia dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1972. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan SQBB adalah mengembankan, mendaftarkan, memproses, memproduksi dan menjual produk kimia, farmasi dan kesehatan.  Saat  ini, kegiatan utamaTaisho adalah bergerak di bidang farmasi yaitu pabrik obat-obatan Over-the-Counter (OTC)  (merek Counterpain dan Tempra) dan Etikal (merek Kenacort, Dramamine, Kenalog, Myco-Z ointment, dan Mycostatin).
23)  STTP (PT Siantar Top Tbk)
PT Siantar Top Tbk, pertama kali didirikan pada tahun 1972. Sebagai pelopor  industri makanan  ringan di Jawa Timur. Pada tahun 1996 Siantar Top tercatat sebagai perusahaan public di Bursa Efek Indonesia.
Saat ini PT Siantar  terus berkembang dan  memperkuat posisinya sebagai perusahaan garda terdepan yang bergerak di bidang manufaktur makanan ringan. PT Siantar Top mulai melebarkan sayapnya, melakukan ekspansi di beberapa kawasan Asia, salah satunya Cina. Seiring dengan berjalannya waktu, PT Siantar Top terus melakukan pembenahan dalam segi kualitas produk hingga bisa diterima di berbagai kalangan.
24)  TCID (PT Mandom Indonesia Tbk,)
PT Mandom Indonesia Tbk, didirian tanggal 05 November 1969 dengan nama PT Tancho Indonesia dan mulai memproduksi secara komersial pada bulan April 1971. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan TCID meliput produksi dan perdagangan kosmetik, wangi-wangian , bahan pembersih dan kemasan plastiktermasuk bahan baku, mesin dan alat produksi untuk produksi dan kegitan usaha penunjang adalah perdagangan impor produk kosmetik, wangi-wangian, bahan pembersih. Mandom memiliki 2 merek dagang utama yaitu Gatsby dan Pixy. Selain itu, Mandom juga memproduksi berbagai macam produk lain dengan merek pucelle, lucido-l, tancho, madnom, spalding, lovillea, miratone, dan lain-lain termasuk beberapa merek yang khusus ditujukan ekspor.
25)  TSPC (PT Tempo Scan Pasific Tbk)
PT Tempo Scan Pasific Tbk dan anak perusahannya merupakan bagian dari tempo group, sekelompok perusahaan yang memulai kegiatan usahanya melalui pendirian PT PD Tempo pada 03 November1953 dalam bisnis perdagangan produk farmasi. Perusahaan ini didirikan melalui proses restrukturisasi pada tahun 1991 dan awalnya bernama PT Scanchemie yang pada tahun 1970 memulai produksi komersial skala besar produk farmasi. Dengan waktu, perusahaan melalui anak perusahaannya juga telah memproduksi kosmetik dan produk konsumen sejak tahun 1977.
Pada tahun 1994 perusahaan menjadi perusahaan terbuka dan mencatatkan 75.000.000 saham dib Bursa Efek Indonesia (BEI)
26)  ULTJ  (PT Ultrajaya Milk Tbk)
PT Ultrajaya Milk Tbk, merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi minuman yang bermarkas di Padalarang, Kab. Bnadung Barat, Jawa Barat. Perusahaan ini awalnya merupakan industri rumah tangga yang didirikan pada tahun 1958, kemudian menjadi suatu entitas perseroan terbatas pada tahun 1971. Perusahaan ini merupakan pionir di bidang industri minuman dalam kemasan di  Indonesia, dan sekarang memiliki mesin pemroses minuman tercanggih se Asia Tenggara.
27)  UNVR (PT Unilever  Indonesia Tbk)
PT Unilever  Indonesia Tbk, didirikan tanggal  05 Desember 1933 dengan Lever’s Zeepfabrieken N.V dan mulai beroperasi secara komersial tahun 1933. Induk usaha Unvlever Indonesia adalah unilever Indonesia Holding  dengan presentase kepemilikan sebesar 84,99%, sedangkan induk usaha utama adalah Unilever N.V Belanda.
Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha UNVR meliputi bidang-produksi, pemasaran, dan distribusi barang-barang konsumsi yang meliputi sabun, deterjen, margarine, makanan berinti susu, es krim produk-produk kosmetik, minuman dengan bahan pokok teh dan minuman sari buah.
Dan berikut hasil perhitungan beserta grafik perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan dan likuiditas:
Tabel 3.1
Daftar perhitungan Variabel X Laporan Keuangan PerusahaanSektor Industri Barang Konsumsi Yang Menjadi Sampel Penelitian Selama Periode 2015-2017

Perputaran Kas
No
Kode Perusahaan
Periode
2015
2016
2017
1
ADES
2.52
26.78
18.86
2
AISA
1.47
14.80
20.60
3
CEKA
180.92
261.31
254.24
4
DVLA
3.51
3.65
3.82
5
ICBP
4.23
4.30
4.15
6
INAF
2.53
9.06
13.66
7
INDF
4.70
5.05
5.19
8
KAEF
7.96
10.48
7.48
9
KINO
10.15   
6.76
8.69
10
KICI
27.41
34.32
20.58
11
KLBF
7.75
6.90
7.10
12
LMPI
54.86
70.14
82.45
13
MBTO
19.25
36.54
123.66
14
MERK
4.94
8.11
13.30
15
MRAT
11.84
11.35
14.59
16
MYOR
12.37
11.38
11.11
17
PSDN
29.66
15.06
19.17
18
PYFA
65.47
85.19
255.63
19
ROTI
6.42
4.45
1.99
20
SKBM
11.71
14.85
9.87
21
SKLT
99.60
81.51
70.56
22
SQBB
2.93
3.50
3.38
23
STTP
268.09
149.32
59.66
24
TCID
14.71
9.75
7.41
25
TSPC
14.71
9.75
12.36
26
ULTJ
6.56
3.95
2.68
27
UNVR
49.06
79.95
105.84

Gambar 1.1
Grafik Diagram Batang Perputaran Kas tahun 2015-2017









Berdasarkan grafik 1.1 diatas, rasio perputaran kas pada perusahaan sektor industri barang konsumsi  yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2017 mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Perputaran kas yang paling tinggi dari 27 perusahaan tersebut terlihat pada tahun 2015 yaitu perusahaan Siantar Top Tbk (STTP) sebesar 268,09 sedangkan perputaran kas paling rendah terlihat pada tahun 2017 yaitu pada perusahaan Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) sebesar 1,99. Adapun gambaran tentang perputaran piutang dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini.
Tabel 3.2
Perputaran Piutang
No
Kode Perusahaan
Periode
2015
2016
2017
1
ADES
0.99
6.38
5.55
2
AISA
1.22
2.99
2.18
3
CEKA
18.88
15.17
14.88
4
DVLA
3.89
3.59
3.54
5
ICBP
10.74
9.96
9.38
6
INAF
1.09
8.41
8.24
7
INDF
19.55
18.40
18.29
8
KAEF
4.54
10.00
8.17
9
KINO
5.26
5.45
3.75
10
KICI
9.78
9.11
4.05
11
KLBF
7.67
7.77
7.31
12
LMPI
1.84
1.65
1.66
13
MBTO
2.17
2.00
2.42
14
MERK
14.77
6.66
6.45
15
MRAT
1.83
1.54
1.61
16
MYOR
6.58
13.36
16.62
17
PSDN
13.82
16.99
17.59
18
PYFA
6.24
6.29
5.86
19
ROTI
9.41
9.53
8.23
20
SKBM
13.62
10.42
10.27
21
SKLT
8.83
8.42
7.94
22
SQBB
4.24
4.22
4.21
23
STTP
9.27
8.09
7.72
24
TCID
6.15
6.67
7.55
25
TSPC
9.28
9.75
9.26
26
ULTJ
10.42
10.29
10.09
27
UNVR
11.89
11.52
9.78

Gambar 1.2
Grafik Batang Perputaran Piutang tahun 2015-217








Berdasarkan grafik 1.2 diatas, rasio perputaran piutang pada perusahaan sektor industri barang konsumsi  yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2017 mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Perputaran piutang yang paling tinggi dari 27 perusahaan tersebut terlihat pada tahun 2015 yaitu perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) sebesar 19.55 sedangkan perputaran piutang paling rendah terlihat pada tahun 2017 yaitu pada perusahaan Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) sebesar 0,99. Adapun gambaran tentang perputaran persediaan  dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini.



Tabel 4.3
Perputaran Persediaan
No
Kode Perusahaan
Periode
2015
2016
2017
1
ADES
0.82
4.39
3.69
2
AISA
0.90
2.67
2.47
3
CEKA
 7.08
7.50
8.18
4
DVLA
3.10
3.18
3.29
5
ICBP
8.25
8.34
7.70
6
INAF
0.61
4.51
4.93
7
INDF
5.82
5.88
5.54
8
KAEF
4.65
4.61
3.63
9
KINO
4.23
5.54
4.60
10
KICI
1.39
1.44
1.42
11
KLBF
3.05
3.11
3.00
12
LMPI
1.80
1.60
1.51
13
MBTO
4.65
3.83
3.60
14
MERK
2.82
2.91
2.18
15
MRAT
2.19
1.68
1.45
16
MYOR
5.69
6.92
7.87
17
PSDN
4.44
4.20
5.75
18
PYFA
2.33
2.13
2.28
19
ROTI
24.28
25.30
23.42
20
SKBM
10.77
7.58
6.22
21
SKLT
7.31
7.26
6.41
22
SQBB
4.35
4.36
3.91
23
STTP
6.61
7.19
7.66
24
TCID
3.58
3.52
3.71
25
TSPC
4.42
4.36
4.16
26
ULTJ
4.14
4.07
4.23
27
UNVR
7.71
8.49
8.48













Gambar 1.3
Grafik Batang Perputaran Persediaan  2015-2017











Berdasarkan grafik 1.3 diatas, rasio perputaran persediaan pada perusahaan sektor industri barang konsumsi  yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2017 mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Perputaran persediaan yang paling tinggi dari 27 perusahaan tersebut terlihat pada tahun 2015 yaitu perusahaan Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) sebesar 25,30 sedangkan perputaran persediaan paling rendah terlihat pada tahun 2017 yaitu pada perusahaan Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) sebesar 0,82. Adapun gambaran tentang rasio likuiditas (current ratio)  dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini.




Tabel 3.4
Daftar perhitungan Rasio Likuiditas (Curren Ratio)  Laporan Keuangan Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Menjadi Sampel Penelitian Selama Periode 2015-2017
No
Kode Perusahaan
Periode
2015
2016
2017
1
ADES
1.36
1.63
1.20
2
AISA
1.62
2.37
1.16
3
CEKA
1.53
2.18
2.22
4
DVLA
3.52
2.85
2.66
5
ICBP
2.32
2.40
2.42
6
INAF
1.26
1.21
1.04
7
INDF
1.70
1.50
1.50
8
KAEF
1.93
1.71
1.54
9
KINO
1.61
1.53
1.65
10
KICI
5.74
5.34
7.29
11
KLBF
3.69
4.13
4.50
12
LMPI
1.25
1.50
1.58
13
MBTO
3.13
3.04
2.06
14
MERK
3.65
4.21
3.08
15
MRAT
3.70
3.97
3.59
16
MYOR
2.36
2.25
2.38
17
PSDN
1.21
1.05
1.15
18
PYFA
1.99
2.19
3.52
19
ROTI
2.05
2.96
2.25
20
SKBM
1.14
1.10
1.63
21
SKLT
1.19
1.31
1.26
22
SQBB
3.32
3.37
3.57
23
STTP
1.57
1.65
2.64
24
TCID
4.99
5.25
4.91
25
TSPC
2.53
2.65
2.52
26
ULTJ
3.74
4.84
4.19
27
UNVR
0.65
0.60
0.63





Gambar 1.4
Grafik Batang Likuiditas (current ratio) tahun 2015-2017






Berdasarkan grafik 1.4 diatas, rasio likuiditas (current ratio) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi  yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2017 mengalami perkembangan yang berfluktuasi. rasio likuiditas (current ratio) yang paling tinggi dari 27 perusahaan tersebut terlihat pada tahun 2017 yaitu perusahaan PT Kedaung Indah  Can Tbk (KICI) sebesar 7,29 sedangkan rasio likuiditas (current ratio) paling rendah terlihat pada tahun 2017 yaitu pada perusahaan Unilever  Tbk (UNVR) sebesar 0,60.
B.            Pembuktiaan Hipotesis
1.      Uji Asumsi Klasik
      Sebelum melakukan analisis regresi berganda dilakukan, maka diperlukan uji asumsi klasik terlebih dahulu untuk memastikan apakah model tersebut tidak terdapat masalah normalitas, multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas
a.      Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menetukan normal atau tidaknya distribusi data yang telah dikumpulkan. Untuk menguji suatu data berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan one-sample kolomogrov-smirnov. Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 1.5
Hasil Uji Normalitas











Dari hasil ouput SPPS diatas, pada grafik normal probability plot menunjukkan bahwa data (titik-titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Untuk lebih memastikan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas, maka dalam penelitian ini juga dilakukan one-sample kolmogrov-smirniv. Berikut hasil uji one-sample kolmogrov-smirniv penelitian ini:
Tabel 3.5
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual
N
81
Normal Parametersa,b
Mean
.0000000
Std. Deviation
1.28161157
Most Extreme Differences
Absolute
.101
Positive
.101
Negative
-.076
Kolmogorov-Smirnov Z
.908
Asymp. Sig. (2-tailed)
.381
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
            Sumber data: Diolah dari SPSS.18
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan uji one-sample kolmogrof smirnov diatas, diperoleh nilai kolmogrof-smirnof Z sebesar 0,908 dengan signifikan 0.381 lebih dari 0,05 (sig > 0,05) ini berarti data berdistribusi normal.
b.      Multikolinieritas
Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (multikolinieritas).
Tabel 3.6
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa

Model
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
(Constant)
Perputaran Kas
Perputaran Piutang
Perputaran Persediaan
.975
.857
.877
1.026
1.167
1.140









a. Dependent Variable: Likuiditas
Sumber data: Diolah dari SPSS.18
Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas, diperoleh nilai tolerance variabel bebas Perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan masing-masing yaitu 0,975, 0,857 dan 0,877 dan nilai VIF masing yaitu 1,026, 1,167 dan 1,140 hal ini menunjukkan nilai tolerance masing-masing yaitu variabel bebas sebesar 0,975 > 0,10, 0,857 > 0,10 dan 0,877 > 0,10. Nilai VIF masing-masing yaitu 1,026 < 10, 1,167 < 10 dan 1,140 < 10, sehingga dapat disimpulkan antar variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas. Artinya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas.
c.      Autokorelasi
            Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumya).Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.Alat ukur yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi.
Dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
H0 = tidak adanya autokrelasi, r = 0
 Ha = ada autokorelasi, r ≠ 0
            Untuk menguji keberadaan autokorelasi dalam penelitian ini digunakan metode Durbin-Watson test yang berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
1)    Jika d < dl, berarti terdapat autokorelasi positif.
2)    Jika d > (4-dl), berarti terdapat autokorelasi negative
3)    Jika du < d < (4-du), berarti tidak dapat autorelasi
4)    Jika dl < d < du atau (4 – du), berarti tidak dapat disimpulkan        
Adapun hasil uji autokorelasi berdasarkan program SPSS 18 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1
.308a
.095
.060
1.30634
.768
Sumber data: Diolah dari SPSS.18
            Berdasarkan tabel diatas menunjukkan jika nilai DW sebesar  0,768, untuk mengetahui ada tidaknya auotokorelasi, nilai DW tersebut akan dibandingkan dengan nilai du dan dl yang diperoleh dari tabel Durbin-Watson dengan ketentuan = 5% dimana n (sampel) = 81 serta k (jumlah variabel bebas) = 3 adalah dl 1,5632 dan du 1,7141 karena nilai DW lebih kecil dari nilai du. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dinyatakan terjadi autokorelasi. Berikut hasil dari transformasi data dapat dillihat pada tabel 3.7.
Tabel 3.7
Uji Autokorelasi setelah Transformasi
Model Summaryc,d
Model
R
R Squareb
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
dimension0
1
.214a
.046
.008
1.20318
1.675
a. Predictors: Lag_X3, Lag_X1, Lag_X2
b. For regression through the origin (the no-intercept model), R Square measures the proportion of the variability in the dependent variable about the origin explained by regression. This CANNOT be compared to R Square for models which include an intercept.
c. Dependent Variable: Lag_Y
 d.linear regression through the origin

Tabel 3.8
Pengujian Pengambilan Keputusan DW




dL
dU
4-dL
4-dU
DW
Keputusan
1,5632
1,7141
2,4368
2.2898
1,675
Tidak dapat disimpulkan

Berdasarkan ouput SPPS 18 setelah di transformasi diatas, diketahui nilai Durbin watson sebesar 1,675. Nilai ini terletak antara nilai dl 1,5632 dan du 1,7141 sehingga tidak ada kesimpulan yang pasti tentang ada tidaknya gejala autokorelasi dari data tersebut. Maka dalam mengatasi masalah autokorelasi tersebut diperlukan dengan uji run test.  Dan berikut hasil dari uji run test
Tabel 3.9
Uji Run Test
Runs Test

Unstandardized Residual
Test Valuea
.45408
Cases < Test Value
40
Cases >= Test Value
40
Total Cases
80
Number of Runs
37
Z
-.900
Asymp. Sig. (2-tailed)
.368
a. Median






                       
Sumber data: Diolah dari SPSS.18
  Berikut dasar pengambilan keputusan dalam uji run test:
1)      Jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) lebih kecil < dari nilai 0,05 maka terdapat gejala autokorelasi
2)      Sebaliknya Jika nilai Asymp.Sig. (tailed) lebih besar < dari nilai 0,05 maka tidak terdapat gejala autokorelasi.
Berdasarkan hasil uji run test diatas, diketahui Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0,368 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala atau masalah autokorelasi.
d.     Uji heteroskedastisitas
      bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut hesteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi hesteroskedastisitas .
      Deteksi ada tidaknya hesteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimanaY adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi Y sesungguhnya) yang telah di Studentized berikut hasil uji heteroskedastisitas:
Gambar 1.6
Hasil Uji Heteroskedastisitas







                  
                   Sumber data: Diolah dari SPSS.18
Berdasarkan gambar 1.6 tersebut dari hasil ouput SPSS 18, garifik scatterplot memperlihatkan bahwa titik-titik pada grafik tidak bisa membentuk pola tertentu yang jelas, dimana titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga grafik tersebut tidak terjadi heterorskedastisitas.
2.      Uji Analis Linear Berganda
Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Regresi linear yaitu regresi yang memiliki satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen. Model persamaan regresi linear berganda sebagai berrikut:
Y= α+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Tabel 3.10
Hasil Uji Analisis Linear Berganda
                                                         Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T
Sig.

B
Std. Error
Beta

1
(Constant)
3.176
.308

10.308
.000

Perputaran Kas
-.004
.002
-.163
-1.489
.141

Perputaran Piutang
-.032
.034
-.111
-.952
.344

Perputaran Persediaan
-.056
.036
-.183
-1.578
.119

a.       Dependent Variable: Likuiditas
Sumber data: Diolah dari SPSS.18
Berdasarkan hasil pengujian dengan metode regresi linier berganda, maka dapat disusun sebuah persamaan sebagai berikut:
Y = 3,176 + (-0.004)X1 + (–0.032)X2 + (-056) X3
Hasil interpretasi dari regresi tersebut adalah sebagai berikut:
a.       α = 3,176 artinya jika semua variabel independen (perputaran  kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan) tidak berubah atau dianggap konstan (bernilai 0), maka likuiditas akan bernilai sebesar 3,176.
b.      Nilai koefisien dari variabel X1 adalah negatif atau berbanding terbalik dengan variabel Y. Hal ini menunjukan bahwa setiap kenaikan perputaran kas sebesar satu kali diprediksi akan mengalami penuruan sebesar 0,004 terhadap likuiditas pada Perusahaan sektor industri barang konsumsi dengan asumsi bahwa variable bebas yang lain tidak berubah.
c.       Nilai koefisien dari variabel X2 adalah negatif atau berbanding terbalik dengan variabel Y. Hal ini menunjukan bahwa setiap kenaikan perputaran piutang sebesar satu kali diprediksi akan mengalami penuruan sebesar 0,032 terhadapa likuiditas pada Perusahaan sektor industri barang konsumsi dengan asumsi bahwa variable bebas yang lain tidak berubah
d.      Nilai koefisien dari variabel X1 adalah negatif atau berbanding terbalik dengan variabel Y. Hal ini menunjukan bahwa setiap kenaikan perputaran kas sebesar satu kali diprediksi akan mengalami penuruan sebesar 0,004 terhadapa likuiditas pada Perusahaan sektor industri barang konsumsi dengan asumsi bahwa variable bebas yang lain tidak berubah

3.      Uji Hipotesis
a.      Uji t
       Uji-t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, yaitu pengaruh masing-masing variabel independen (bebas) yang terdiri dari variabel perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan  terhadap variabel dependen (terikat) yaitu likuiditas (current ratio)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.

B
Std. Error
Beta

1
(Constant)
3.176
.308

10.308
.000

Perputaran Kas
-.004
.002
-.163
-1.489
.141

Perputaran Piutang
-.032
.034
-.111
-.952
.344

Perputaran Persediaan
-.056
.036
-.183
-1.578
.119

a. Dependent Variable: Likuiditas
Sumber data: Diolah dari SPSS.18
            Berdasarkan tabel analisis uji t diatas, pengaruh masing-masing variabel dijelaskan sebagai berikut:
1)    Perputaran Kas
Perpututaran kas menunjukkan t hitung sebesar -1,489 dengan nilai signifikansi 0,141 dan t tabel 1,664. Karena -1,489 < 1,664 dan nilai signifikansi 0,141 > 0,05 sehingga Ha ditolak (H0 diterima). Hal ini menunjukkan bahwa perputaran kas tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2)      Perputaran Piutang
Perpututaran piutang menunjukkan t hitung sebesar -0.952 dengan nilai signifikansi 0,344 dan t tabel 1,664. Karena -0,952 < 1,664 dan nilai signifikansi 0,344 > 0,05 sehingga Ha ditolak (H0 diterima). Hal ini menunjukkan bahwa perputaran piutang tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3)      Perpeputaran Persediaan
Perpututaran Persediaan menunjukkan t hitung  sebesar -1,578 dengan nilai signifikansi 0,119 dan t tabel 1,664. Karena -1,578 < 1,664 dan nilai signifikansi 0,119 > 0,05 sehingga Ha ditolak (H0 diterima). Hal ini menunjukkan bahwa perputaran persediaan  tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
b.      Uji f
         Uji F dilakukan untuk menguji apakah semua variabel independen yang diamati berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen



ANOVAb
Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
1          Regression
            Residual
            Total
13.794
131.402
145.196
3
77
80
4.598
1.707
2.694
.052a

a. Predictors: (Constant), Perputaran Persediaan, Perputaran Kas, Perputaran Piutang
b. Dependent Variable: Likuiditas
Sumber data: Diolah dari SPSS.18
Pada Tabel  uji - F diperoleh nilai F hitung sebesar 2.694 dengan tingkat signifikan sebesar 0,52 sedangkan nilai F tabel sebesar 3,11. Hal ini menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
C.    Pembahasan
1.      Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Likuiditas
Berdasarkan hasil penelitian diatas mengenai pengaruh perpututaran kas terhadap likuiditas menunjukkan thitung sebesar -1,489 dengan nilai signifikansi 0,141 dan ttabel 1,664. Karena -1,489 < 1,664 dan nilai signifikansi 0,141 > 0,05 sehingga Ha ditolak (H0 diterima). Hal ini menunjukkan bahwa perputaran kas tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa  perputaran kas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwinta Mulyanti dan Rani Laras Supriyanti (2018) yang menyatakan bahwa perputaran kas secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lolyta Permata (2011) yang menyatakan bahwa perpuataran kas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas.
2.      Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas
        Berdasarkan hasil penelitian diatas mengenai pengaruh perputaran piutang terhadap likuiditas menunjukkan thitung sebesar -0.952 dengan nilai signifikansi 0,344 dan ttabel 1,664. Karena -0,952 < 1,664 dan nilai signifikansi 0,344 > 0,05 sehingga Ha ditolak (H0 diterima). Hal ini menunjukkan bahwa perputaran piutang tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
        hasil penilitian ini menunjukkan bahwa perputaran piutang secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eka Astuti (2014) yang menyatakan bahwa perputaran piutang secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pungki Purnomo Wahyu Aji dkk. yang menyatakan bawah perputaran piutang ada pengaruh yang positif dan signifikan terhadap likuiditas.
3.      Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Likuiditas
  Berdasarkan hasil penelitian di atas mengenai pengaruh antara perputaran persediaan terhadap likuiditas yang menyatakan bahwa t hitung  sebesar -1,578 dengan nilai signifikansi 0,119 dan t tabel 1,664. Karena -1,578 < 1,664 dan nilai signifikansi 0,119 > 0,05 sehingga Ha ditolak (H0 diterima). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perputaran persediaan tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas. Hal ini sejalan dengan dengan Qahwi  Romula Siregar yang menyatakan bahwa perputaran persediaan tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Panngi Yuono (2015) yang menyatakan bahwa perputaran persediaan mempunyai pengaruh dan signifikan terhadap likuiditas.
4.      Pengaruh Perputaran Kas,  Perputaran Piutang Dan Perputaran Persediaan Terhadap Likuiditas
        Berdasarkan hasil penelitian di atas mengenai perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap likuiditas secara simultan  diperoleh nilai F hitung sebesar 2.694 dengan tingkat signifikan sebesar 0,52 sedangkan nilai F tabel sebesar 3,11. Hal ini menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.




[1] PT Bursa Efek Indonesia, “Sejarah dan Milestone”, IDX, Di Akses dari http://www.idx.co.id/tentang-bei/sejarah-dan-milestone/ pada tanggal 26 November 2018
[2] Saham OK,” Sektor BEI”, sahamok.com, di akses dari http://www.google.co.id/amp/s/www.sahamok.com/emiten/sektor-bei/amp/ pada tanggal 01 Desember 2018.