Saturday, 16 March 2019

Pengertian Logika


BAB 2
                PEMBAHASAN
A. Pengertian Logika
Secara etimologi, logika berasal dari perkataan yunani yaitu logike (kata sifat) dan logos (kata benda), yang berarti “ pikiran atau perkataan sebagai pernyataan dari pikiran, alasan atau uraian “. Dengan demikian, logika merupakan pekerjaan akal pikiran manusia dalam bernalar untuk menghasilkan kebenaran atau penyimpulan yang benar. Sebagai ilmu, disebut logica scientia yang berarti ilmu logika, namun sekarang ini hanya lazim disebut dengan logika saja. Jadi, logika adalah suatu ilmu pengetahuan tentang prinsip- prinsip dan norma- norma penyimpulan yang dipandang dari aspek yang benar (Sahih). Ada yang berpendapat bahwa logika adalah ilmu dalam lingkungan filsafat yang membahas prinsip- prinsip dan hukum- hukum penalaran yang tepat. Ada juga yang menandaskan bahwa logika adalah ilmu pengetahuan (science) tetapi sekaligus merupakan kecakapan atau keterampilan yang merupakan seni ( art ) untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Dalam hal ini, ilmu mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui, sedangkan kecakapan atau keterampilan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan. Selain itu, ada juga ahli yang berpendapat bahwa logika adalah teknik atau metode untuk meneliti ketepatan berpikir. Jadi logika tidak terlihat selaku ilmu, tetapi hanyalah merupakan metode. Ada pula yang mengatakan bahwa logika adalah ilmu yang mempersoalkan prinsip- prinsip dan aturan- aturan penalaran yang sahih (valid).
William Alston, mendefinisikan logika sebagai logic is the study of inference, more precisely the attempt to devise criteria for separating valid from invalid inferences (logika adalah studi tentang penyimpulan, secara lebih cermat usaha untuk menetapkan ukuran- ukuran guna memisahkan penyimpulan yang sah dan yang tidak sah).
Sheldon Lachman, mengemukakan : logic is the systematic discipline concerned with the organization and development of the formal rules, the normative prosedures and the criteria of valid inference (logika adalah cabang ilmuyang sistematis mengenai penyusunan dan pengembangan dari aturan formal, prosedur normatif, dan ukuran- ukuran bagi penyimpulan yang sah).[1]

Jan Hendrik Rapar, (1996:10) “logika adalah cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, mengembangkan, dan membahas asas- asas, aturan- aturan formal, prosedur- prosedur serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional”.
Ir. Poedjawijatna, logika adalah filsafat budi (manusia) yang mempelajari teknik berpikir untuk mengetahui bagaimana manusia berpikir dengan semestinya.
Hasbullah Bakry, logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur penelitian hukum-hukum akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai kebenaran.
Berdasar dari pengertian logika yang diuraikan diatas, dapat dikatakan bahwa logika merupakan cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal, prosedur-prosedur, serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi pencapaian kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara nasional.
B. Pengertian Bahasa
Bahasa secara umum adalah semua sarana berupa isyarat-isyarat, bunyi-bunyi, dan ujaran-ujaran untuk mempertukarkan perasaan dan pemikiran dan bahasa adalah sebagai alat komunikasi untuk kita mengungkapkan pikiran kita guna memperoleh pengetahuan yang benar. Bahasa yang baik dan benar dalam praktek kehidupan sehari- hari hanya dapat tercipta apabila ada kebiasaan atau kemampuan dasar dari setiap orang untuk berpikir logis. Sebaliknya, suatu kemampuan berpikir logis tanpa kemampuan bahasa yang baik, maka ia tidak akan dapat menyampaikan isi pikiran kepada orang lain. Dalam pengertia istilah, bahasa memiliki beberapa arti, diantaranya:
 Bahasa menurut Bussman (2006:627) adalah sarana untuk
1. Mengekspresikan atau mengemukakan pemikiran, konsep, pengetahuan dan informasi dengan tepat
2. Mentrasmisikan pengalaman dan pengetahuan.[2]
Menurut Kridalaksana (2008: 24), bahasa adalah
1. sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri, dan
2. alat komunikasi verbal.
Gorys Keraf (1994: 1) memberikan pengertian bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa juga mencakup dua bidang, yaitu bunyi vokal dan arti atau makna.
Fungsi Bahasa
Ø  Bahasa sebagai sarana komunikasi
Ø  Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi
Ø  Bahasa sebagai sarana kontrol sosial
Ø  Bahasa sebagai sarana mmahami diri
Ø  Bahasa sebagai sarana ekspresi diri
Ø  Bahasa sebagai sarana memahami orang lain
Ø  Bahasa sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar
Ø  Bahasa sebagai berpikir logis
Ø  Bahasa membangunkan kecerdasan
Ø  Bahasa mengembangkan kecerdasan ganda
Ø  Bahasa membangun karakter
Ø  Bahasa mengembangkan profesi
Ø  Bahasa sarana menciptakan kreatifitas baru
C. Hubungan Logika dengan Bahasa
Persoaolan bahasa dan logika muncul ketika terjadi perdebatan tentang kata dan makna antara Abu Sa’id al-syirafi (893-979M) dengan Abu Bisyr Matta (870-940 M). Menurut al-syirafi yang ahli bahasa, kata muncul lebih dahulu dari pada makna, dan setiap bahasa lebih merupakan cerminan dari budaya masyarakat masing-masing. Sebaliknya, menurut Abu Bisyr Matta, makna ada lebih dahulu dibanding kata, begitu pula logika muncul lebih dahulu dari pada bahasa. Makna dan logika inilah yang menentukan kata dan bahasa, bukan sebaliknya.[3]
Konsep Matta tersebut diperkuat al-Farabi, bahwa konsepsi intelektual pada dasarnya diambil dari objek-objek eksternal yang ditangkap oleh indera. Prinsip kerjanya adalah :
1. adanya objek- objek eksternal : material maupun non material
2. terjadinya gambaran atau persepsi dalam pikiran,
3. pengungkapan atas gambaran yang ada dalam pikiran tersebut lewat bahasa atau makna. Artinya, kata atau bahasa tidak lain adalah copian dari susunan makna yang ada dalam pikiran tidak lain adalah copian dari benda-benda yang ada dialam semesta.
Dengan demikian, makna atau logika lebih dahulu dan lebih fundamental di banding bahasa, dan wilayah kerja logika berada dalam tataran pemikiran bukan pada kata-kata atau bahasa. Bila dalam pikiran seseorang telah terbentuk konsep-konsep kebenaran, maka secara simultan akan muncul kebenaran lain yang sebelumnya tidak dikenal. Artinya, yang menggiring seseorang untuk mengetahui sesuatu yang tidak diketahui adalah konsep yang tersusun dalam pikiran, bukan lafat-lafat atau kata yang tersusun dalam lisan. Seandainya kata-kata itu sendiri dapat disusun dalam pikiran sedemikian rupa sehingga dapat melahirkan sesuatu yang lain, maka yang lahir pasti lafat-lafat yang baru.
Dengan konsep sepserti itu sekaligus menunjukkan bahwa sumber pengetahuan burhani adalah rasio, bukan teks atau intuisi. Rasio inilah yang, dengan dalil-dalil logika, memeberikan penilaian da keputusan terhadap informasi-informasi yang masuk lewat indera, yang dikenal dengan istilah tasawur dan tashdiq. Tasawur adalah proses pembentukan konsep berdasarkan data-data dari indera, sedang tashdiq adalah proses pembuktian terhadap kebenaran konsep tersebut.
Hubungan Logika dengan Bahasa
Hubungan ini dapat dijelaskan bahwa hasil yang diperoleh dari mempergunakan suatu teknik (logika), akan tergantung dari baik-buruknya alat bahasa yang digunakan. Penggunaan bahasa sebagai alat logika harus memperhatikan perbedaan antara bahasa sebagai alat logika dan bahasa sebagai alat kesusasteraan.
·         Bahasa dalam logika
Bahasa merupakan alat berpikir yang apabila dikuasai dan digunakan dengan tepat, maka akan dapat membantu kita mmperoleh kecakapan berpikir, berlogika dengan tepat.
·         Tugas dan objek logika
Tugas logika juga memberikan penerangan bagaimana seharusnya orang berpikir (Poedjawiyatna, 1978:2). Sedang objek penyelidikan logika adalah manusia itu sendiri. Tujuan mempelajari logika adalah memecahkan masalah atau mencari jawab permasalahannya yang dapat dirumuskan: bagaimana seharusnya manusia dapat berpikir dengan baik dan benar.
·         Logika dan Bahasa
Pengetahuan sebagai hasil proses tau manusia baru tampak nyata apabila dikatakan. Artinya, diungkapkan dalam bentuk kata atau bahasa. Dalam ilmu pengetahuan, bahasa harus mampu mengungkapkan maksud sipenutur dengan setepat-tepatnya. Bahasa ilmu pengetahuan harus logis. Ilmu berarti pengetahuan, sebagai hasil proses berpikir harus mengikuti aturan-aturan, yaitu logika.
·         Kaitan erat logika dan Bahasa
1. ada dua aspek penting dalam pemikiran, yaitu aspek kegiatan mental (bahwa penalaran itu berlangsung dalam batin) dan aspek ekspressi verbal (bahasa untuk menyatakan isi pemikiran).
2. melalui bahasa, kita dapat mengkomunikasikan penalaran kita, dan dengan demikian dapat diuji tepat atau tidaknya.
3. penalaranyang baik menuntut kemampuan penggunaan bahasa yang baik pula.[4]








[1]David matsumoto, pengantar psikologi budaya, (yogyakarta:pustaka pelajar.2004). hal 5
[2] Ibid. Hal 6
[3] Prof. Dr. H. M. Amin Abdullah. Wacana baru filsafat islam.(yogyakarta:Pustaka pelajar.2004). hal 222-223
[4] Ibid. Hal 224