JENIS-JENIS
PERUBAHAN
MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Perubahan yang diampu oleh
Disusun
Oleh Kelompok 2 :
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2019
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah mengutus Nabi Muhammad SAW bagi umat
manusia guna menjadi lentera penerang bagi budi pekerti seluruh umat di seluruh
dunia. Dengan Nabi Muhammad pula kita lebih mudah mendapatkan rahmat serta
hidayahnya sehingga dengan anugerah itu kami dapat menyelesaikan tugas makalah
“Jenis-jenis Perubahan” dengan mudah walupun kami sadari makalah ini penuh
dengan kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Rasa terima kasih kami haturkan kepada dosen pengampu mata kuliah
“Manajemen Perubahan” sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik, walaupun masih ada sedikit
kesulitan dalam penyelesaian makalah ini. Saya juga menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya sangat membutuhkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.
Pamekasan,13
Maret 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A.
Latar belakang .................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C.
Tujuan Masalah ................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
A.
Perbedaan Perubahan
Terencana Dan Tidak Terencana ..................... 3
B.
Tipologi Perubahan .............................................................................. 6
C.
Karakteristik Perubahan ..................................................................... 7
D.
Tantangan Dan Hambatan Dalam
Perubahan ..................................... 8
BAB II PENUTUP ......................................................................................... 13
A.
Kesimpulan ......................................................................................... 13
B.
Saran .................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perubahan Terencana Dan
Tidak Terencana
Pada hakikatnya kehidupan manusia dan organisasi selalu bergerak
dan diliputi oleh perubahan secara berkelanjutan. Perubahan terjadi karena
lingkungan internal dan eksternal. Perubahan berarti bahwa kita harus mengubah
dalam cara mengerjakan atau berfikir tentang sesuatu. Perubahan tersebut dapat
terjadi pada struktur organisasi, proses mekanisme kerja, SDM, dan budaya.
Perubahan dapat terjadi pada kegiatan yang bersifat rutin dan
kontinu, terutama pada kegiatan yang sifatnya strategic dan tidak berulang-ulang.
Perubahan terencana adalah aktivitas perubahan yang disengaja/direncanakan yang
berorientasi pada tujuan. Sedangkan perubahan tidak terencana merupakan
pergeseran aktivitas organisasional, karena adanya kekuatan eksternal yang
berada di luar kontrol organisasi.[1]
Terdapat
beberapa faktor yang merupakan kekuatan dibelakang kebutuhan akan perubahan,
memisahkan antara perubahan yang terencana dan tidak terencana antara lain:
1.
Perubahan Terencana
Perubahan
terencana adalah aktifitas yang dimaksudkan dan diarahkan dalam sifat dan
desainnya untuk memenuhi beberapa tujuan organisasi. Antara lain dalam bidang perubahan
dalam bidang produk atau jasa, perubahan dalam ukuran dan struktur organisasi,
perubahan dalam sistem administrasi, dan introduksi teknologi baru.[2]
Kekuatan
dalam perubahan terencana yang dihadapi organisasi oleh Greenberg dan Baron
(1997:550) disebutkan sebagai berikut.
a.
Changes in products or services (perubahan dalam produk atau jasa)
Perkembangan
teknologi telah mendorong tumbuhnya produk baru sejalan dengan meningkatnya
kebutuhan pelanggan. Disamping itu, bervariasinya perilaku komsumen memerlukan
peningkatan pelayanan yang lebih memuaskan pelanggan.
b.
Changes in organizational size and structurei (perubahan dalam ukuran dan struktur organisasi)
Perubahan
yang terjadi menyebabkan banyak organisasi melakukan restrukturisasi, dan
biasanya diikuti dengan downsizing dan outsourcing.
Restrukturisasi cenderung membentuk organisasi yang lebih datar dan berbasis
tim.
c.
Changes in administrative system (perubahan dalam sistem administrasi)
Perubahan
sistem administrasi dimaksudkan untuk memperbaiki efisiensi, mengubah citra
perusahaan, atau untuk mendapatkan kekuasaan dalam organisasi.
d.
Introduction of new technologies (introduksi teknologi baru)
Perubahan
teknologi baru berlangsung secara cepat dan memengaruhi cara bekerja
orang-orang dalam organisasi. Teknologi baru diharapkan membuat organisasi
semakin kompetitif.[3]
Perubahan terencana merupakan perubahan rutin, berulang-ulang, dan
diprediksi dan dikendalikan. Untuk melakukan perubahan terencana dilakukan
empat fase (Wibowo, 2006), yaitu sebagai berikut.
a.
Fase eksplorasi :dalam fase ini organisasi menggali dan memutuskan
untuk membuat perubahan spesifik.
b.
Fase perencanaan :proses perencanaan menyangkut mengumpulkan
informasi untuk mendiagnosis masalahnya, menentukan tujuan perubahan dan
mendesain tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan, dan membujuk pengambil
keputusan mencapai tujuan serta mendukung perubahan.
c.
Fase tindakan :implementasi perubahan menyangkut desain untuk
menggerakkan organisasi menuju perubahan, menciptakan pengaturan dalam
mengelola proses perubahan dan mendapat dukungan pelaksanaannya, mengevaluasi
implementasi dan umpan balik untuk penyesuaian serta perbaikan.
d.
Fase integrasi :tahapan ini berkaitan dengan konsolidasi dan
stabilisasi perubahan.[4]
2.
Perubahan tidak terencana
Perubahan
tidak terencana adalah pergeseran data aktivitas organisasi karena adanya
kekuatan yang sifatnya eksternal, diluar kontrol organisasi. Antara lain adalah
pergeseran demografis pekerja, kesenjangan kinerja, peraturan pemerintah,
kompetisi global, perubahan kondisi ekonomi, dan kemajuan dalam teknologi.[5]
Sementara
itu, perubahan tidak terencana menurut Greenberg dan Baron (2003:593) terjadi
karena adanya hal-hal berikut.
a.
Shifting employee demographics (pergeseran demografis pekerja)
Komposisi
tenaga kerja mengalami perubahan dengan kecenderungan semakin beragam.
Keberagaman tenaga kerja memerlukan perlakuan yang semakin beragam pula, sesuai
dengan ciri kebutuhannya yang semakin berkembang.
b.
Performance gaps
(kesenjangan kinerja)
Tujuan
organisasi yang menjadi ukuran kinerja tidak selalu dapat dicapai. Terjadi
kesenjangan antara yang diharapkan dan yang dapat dicapai. Kesenjangan yang
terjadi perlu direspons dengan berbagai tindakan perubahan.
c.
Government regulation
(peraturan pemerintah)
Kebijakan
dan peraturan pemerintah yang baru dapat memengaruhi kelangsungan suatu bisnis.
Hal yang pada waktu yang lalu diperbolehkan, suatu saat dapat dilarang. Bisnis
perlu melakukan perubahan untuk menyesuaikan dengan perkembangan tersebut.
d.
Global competition
(kompetisi global)
Persaingan
global menuntut bisnis semakin efisien dan mampu menghasilkan produk dan jasa lebih
murah. Setiap perusahaan berusaha untuk mendapatkan market share yang
semakin besar.
e.
Changing economic conditions (perubahan kondisi ekonomi)
Perubahan
kondisi ekonomi dapat menyebabkan usaha bisnis merugi dan menciptakan peluang
terjadinya pengangguran. Perusahaan harus mampu menyusun strategi untuk
bertahan dan bahkan memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri.
f.
Advances in technology
(kemajuan dalam teknologi)
Kemajuan
teknologi menyebabkan cara perusahaan beroperasi harus berubah. Terjadinya
perubahan tersebut menuntut perusahaan mempersiapkan sumber daya manusia dapat
menyerap dan mengikuti perkembangan teknologi.[6]
B.
Tipologi Perubahan
Kritner dan
Kinicki (2001) mengelompokkan perubahan ke dalam tiga tipologi, yaitu:
1.
Adaptive change
merupakan perubahan yang paling rendah tingkat kompleksitasnya dan
ketidakpastiannya. Adaptive change menyangkut pelaksanaan perubahan yang
berulang di unit organisasi yang sama, atau menirukan perubahan yang sama oleh
unit kerja yang berbeda. Disini deperkenalkan kembali praktik kerja yang sudah
terbiasa dilakukan.
2.
Innovative change memperkenalkan
praktik baru dalam organisasi. Perubahan ini berada di tengah kontinum diukur
dari klompleksitas, biaya dan ketidakpastiannya. Suatu percobaan yang
menerapkan flexible work schedule oleh suatu organisasi dikualifikasikan
sebagai innovative change jika melakukan modifikasi terhadap cara kerja
organisasi lain. Ketidakbiasaan, dan ketidakpastian yang lebih besar membuat
ketakutan terhadap innovative change.
3.
Radically innovative change merupakan jenis perubahan yang paling sulit dilaksanakan, cenderung
paling menakutkan kepercayaan manajerial dan keamanan kerja pekerja. Resistensi
terhadap perubahan cenderung meningkat begitu perubahan bergerak dari adaptive
ke innovative dan selanjutnya dari innovative ke radically
innovative change.[7]
Tipologi adalah
suatu studi yang berkaitan dengan tipe dari beberapa objek yang memiliki jenis
yang sama menurut dalam Kurniadi (2016) arti kata tipe sendiri berasal dari
kata yunani typos yang berarti “the root of..” atau berarti akar dari. Tipologi
merupakan sebuah bidang yang mengklasifikasikan, menjelaskan, sifat dasar ke
dalam tipe-tipe tertentu dengan cara memilah bentuk keragaman dan kesamaan
jenis. Aspek-aspek yang dapat diklasifikasikan berupa fungsi, bentuk dan gaya.
Menurut Moneo (1976).
Menurut Amiuza
(2006) dalam Antariksa (2010) dalam kajiannya mengatakan, tipologi merupakan
suatu konsep mendeskripsikan kelompok objek berdasarkan atas kesamaan
sifat-sifat dasar yang berusaha mamilah atau mengklasifikasikan bentuk
keragaman dan kesamaan jenis.[8]
C.
Karakteristik Perubahan
Nilai-nilai
berfungsi sebagai kriteria objek, aksi, dan kejadian-kejadian di evaluasi
(Bar-Tal, 1990 dalam Lines, 2005) dan memberikan standar perbandingan dengan
keyakinan. Sesuai dengan teori sikap, pembntukan sikap di dasarkan pada
pertimbangan individual pada karakteristik-karakteristik objek sikap.
Di jelaskan
bahwa karakteristik perubahan yang tercenmin pada kapabilitas organisasi
sebagai keunggulan konpetitif organisasi dalam memanfaatkan sumber daya yang
dimiliki, valensi dan kekuatan pada sikap di bentuk berdasarkan pertimbangan
ataupun penilaian sebagaimana perubahan akan memengaruhi dimensi pekerjaan
individu yang tergantung pada sistem persepsi para anggota.
Selain
karakteristik tersebut, menurut teori sikap, sikap juga di pengaruhi oleh
orang-orang dan kelompok-kelompok yang berpengaruh cukup signifikan dalam
kehidupan lingkungan sosial seseorang (Wood, 2000). Sistem organisasi
menguatkan interaksi antara individu-individu. Ini juga dimaksudkan bahwa
anggota organisasi, khususnya pada kelompok yang sama, keanggotaan di divisi
tertentu atau departemen tertentu, cukup berperan membentuk sikap. Akiabatnya,
persepsi-persebsi mereka, nilai-nilai, norma-norma, dan evaluasi-evaluasi
terhadap objek tertentu berpengaruh dalam membentuk sikap.[9]
Castley dan Todd
(Saiyadain, 2003; 174) menunjukkan adanya tiga karakteristik perubahan, yaitu: rate
atau speed of change, direction of change, diffusion of change.
Tingakat
perubahan atau kecepatan perubahan yang terjadi tidak sama pada semua kondisi.
Pada kondisi tertentu berlangsung lambat, pada kondisi lainnya dapat
berlangsung cepat. Misalnya, dengan
perkembangan microprocessor dan personal computer, tingkat
perubahan dibanyak industri meningkat secara dramatis.sementara itu, kondisi
sekarang akan menentukan arah perubahan sehingga mengubah kejadian dimasa yang
akan datang. Kebutuhan untuk memperkirakan penyebab perubahan secara akurat
sangat penting sebagai perkiraan kecepatan perubahan.
Diffusion of
change merupakan
penyebaran perubahan, dan sering dinamakan sebagai domino effect.
Misalnya, perubahan dalam prosedur pembelian dalam perusahaan dapat
menghasilkan perubahan di beberapa departemen lainnya.[10]
D.
Tantangan dan Hambatan Dalam Perubahan
1.
Tantangan perubahan
Dalam
menjalankan perubahan sering mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan. Keadaan
tersebut wajar terjadi karena melakukan perubahan tidak mudah. Hal ini
dikarenakan dalam menghadapi perubahan banyak sekali tantangan yang akan
dihadapi. Terhadap tiga tahap tantangan utama yang akan dihadapi, yaitu
tantangan dalam tahap prakarsa perubahan, tahap tantangan untuk meneruskan
perubahan, dan tahap tantangan dalam merancang dan berfikir ulang.
a.
Tantangan dalam tahap prakarsa perubahan
Pada
tahapan ini untuk memulai suatu perubahan akan dihadapi empat macam tantangan,
yaitu adanya perasaan bahwa tidak mempunyai cukup waktu untuk menjalankan
perubahan, merasakan kurangnya dukungan yang diperlukan, memandang bahwa
perubahan tidak relavan dengan kepentingan bisnisnya, dan adanya kesenjangan
antara nilai-nilai dengan tindakannya.
Karena
tantangan pada umumnya muncul pada saat awal timbulnya gagasan, kemampuan untuk
menunjukkan prakarsa tidak dapat dibangun pelan-pelan dan gradual. Kemampuan
untuk mengelola waktu, dukungan bantuan, menetapkan relevansi dan konsistensi
nilai-nilai dan perilaku harus dikembangkan dalam kondisi sangat tertekan.
b.
Tantangan tahap desain dan berfikir ulang
Tantangan
pengaturan timbul melalui tiga proses pembatasan yang saling berhubungan dengan
batas dasar. Sering tantangan timbul karena kelompok pemandu melalui
perselisihan terhadap otonominya. Apabila kelompok ini mengembangkan kemampuan pembelajaran
baru, mereka mendapatkan kepercayaan diri, perasaan kekuasaannya meningkat, dan
kapasitas lebih besar untuk pengaturan diri, perasaan kekuasaan meningka, dan
kapasitas lebih besar untuk pengaturan diri. Mereka menjadi lebih mampu
menyelesaikan konflik, lebih konsisten memfokuskan pada tujuan dan visinya,
lebih peduli tentang bagaimana mereka cocok dengan sistem yang lebih besar, dan
lebih mampu memberikan hasil bisnis yang diinginkan. Semua ini cenderung
mengarah secara alamiah pada tindakan dengan tingkat otonomi lebih tinggi, menentukan
sendiri lebih banyak arah dan penyelesaian.[11]
Tantangan dan
perubahan yang akan terjadi pada tingkat global, sebagai berikut:
1)
Persaingan. Siapa yang mau
bersaing akan bertahan dan berkembang, siapa yang tidak mampu bersaing akan
tersingkir, kita ditantang untuk bersaing dan oleh karena itu kita harus
benar-benar mampu mengembangkan nilai lebih kita. Bila kita tidakmampu bersaing
dalam kuantitas, kita harus menekankan kualitas.
2)
Kecenderungan purna modernisme. Umat manusia semakin menyadari
dehumanisme yang diakibatkan oleh modernisasi dan modernisme. Solidaritas
kemanusiaan global semakin bertumbuh, khususnya mengenai HAM, kebebasan,
demokratisasi, individualitas, keadilan, linkungan hidup dan sebagainya.
Isu-isu global ini harus kita perhatikan, oleh karena ia semakin merupakan
kekuatan yang tak tertahankan. Runtuhnya komunisme antara lain disebabkan oleh
karena ia bertentangan dengan semangat kemanusiaan yang bersifat global itu,
3)
Akibat samping dari sikap kritis terhadap modernitas dan modernisme
adalah bangkitnya kesadran identitas kelompok, primordialisme dan
fundamentalisme. Keduanya sebenarnya merupakan kritik terhadap individualisme,
materialisme, dan sekularisme yang berkembang dalam masyarakat modern, tetapi
mengambil bentuk reaksi yang ekstrim dan amat berbahaya. Amat berbahaya, oleh
karena itu bersifat menoyak luka-luka lama dan melahirkan luka-luka baru.
Konflik-konflik yang bersifat primordial, apalagi keagamaan, merupakan konflik
yang amat kejam dan amat sulit untuk diselesaikan. Ini juga akan kita alami,
dan harus kita antisipasi. Di tingkat nasional persoalan menjadi lebih pelik
oleh karena itu disamping dampak dari globalisasi tersebut, kita menghadapi
persoalan-persoalan kita sendiri.[12]
2.
Hambatan perubahan
Peter
M. Senge (2002:20) mengingatkan bahwa Drucker mengindentifikasi adanya tiga
hambatan untuk melakukan perubahan, yaitu sebagai berikut
a.
Demografis
Perubahan
memerlukan waktu yang relatif panjang, namun banyak manajer sanat tidak sabar
mempertimbangkan untuk menunggu perubahan dalam 30-50 tahun. Mereka khawatir
terhadap apa yang dapat terjadi dalam 30-50 hari. Ekskutif senior harus
berfikir lebih panjang dari orang lain dalam organisasi.
Perkembanan
demogratis jangka panjang akan memengaruhi arah perubahan organisasi. Jumlah
penduduk, tingkat pertumbuhan penduduk, persebaran pendduduk, jenis kelamin,
anka kelahiran dan kematian akan memengaruhi kebutuhan mereka. Permintaan akan kebutuhan
mereka menjadi semakin bervariasi dengan perkembangan teknologi, informasi dan
citarasa mereka sebagai konsumen.
b.
Persepsi terhadap revolusi informasi
Tidak
di sangsikan lagi bahwa dunia sekarang ini sudah mengalami revolusi informasi
sehingga mampu menghapus batas-batas suatu negara. Apa yang terjadi di belahan
dunia lain dengan mudah di ketahui dan di ikuti di belahan dunia lainnya.
Kita
akan tertinggal apabila tidak mampu mengikuti jalannya revolusi tersebut.
Namun, persepsi orang terhadap perkembangan informasi tersebut sangat beragam.
Di satu sisi, disambut secara positif sebagai mempermudah pekerjaan dan
meningkatkan kinerja individu maupun organisasi.
c.
Lingkungan dan sosial
Untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, manusia menggali sumber daya alam dari
dalam dan permukaan bumi. Sering kali pengelolaannya tidak memerhatikan
kelestarian lingkungan. Kita telah menciptakan sistem ekonomi yang paling boros
dalam sejarah kehidupan manusia.
Disisi
lain, kemajuan yang diperoleh dari kemajuan teknologi tidak memberikan
perhatian cukup pada masalah keadilan. Terjadi peningkatan konsentrasi kekayaan
dan pendapatan. Terjadi kesenjangan yang semakin besar antara yang kaya dengan
yang miskin. Hal ini menimbulkan masalah sosial yang dapat meresahkan.
Oleh
karena itu, pemimpin perubahan harus lebih memerhatikan masalah kelestarian
lingkungan dan masalah kesenjangan sosial. Pada hakikatnya perubahan harus
mampu memberikan kesejahteraan kepada masyarakat banyak.[13]
3.
Faktor-faktor yang menghambat terjadinya perubahan sosial
Dorongan
terjadinya perubahan sosial senantiasa terdapat di dalam setiap kehidupan,
terutama ditunjang oleh keinginan untuk perubahan. Adapun faktor penghambat
atau yang menghalangi terjadinya perubahan sosial antara lain sebagai berikut.
a.
Kurangnya hubungan dengan masyarakat yang lain
Akibat
kurangnya hubungan dengan masyarakat luar sehingga informasi yang dapat
menunjang pembangunan pada masyarakat tidak dapat diterima denan baik.
b.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
Latar
belakang pendidikan masyarakat yang rendah menyebabkan sempitnya pola pikir
seorang individu. Akibatnya masyarakat tidak menalami kemajuan.
c.
Sikap masyarakat yang tradisional
Sikap
masyarakat ini lebih memihak masa lampau karena masa tersebut merupakan masa
yan penuh kemudahan menurut beberapa kelompok. Tradisi yang berlaku sebagai
warisan masa lampau yang tidak dapat diubah dan harus terus dilestarikan.
d.
Adat atau kebiasaan
Adat
atau keyakinan masyarakat terhadap norma-norma yang berlaku turun-temurun
merupakan pegangan hidup yan harus tetap berlaku dan dijalankan.
e.
Kepentingan-kepentingan yang tertanam kuat sekali atau vested
interests
Setiap
masyarakat memiliki stratifikasi sosial masing-masing yang bergantung pada
kedudukan seorang individu yang memiliki peranan dan pengaruh dalam masyarakat.
f.
Rasa takut akan terjadinya disentegrasi
Perubahan
yang terjadi dalam kehidupan dianggap mengganggu tatanan sosial yang telah
berjalan.
g.
Sikap yang tertutup
Unsur-unsur
perubahan yang datangnya dari luar dianggap berbahaya.
h.
Hambatan yan bersifat idiologis
Setiap
unsur perubahan yang berhubungan dengan kepercayaan atau keyakinan masyarakat
akan ditolak karena dianggap berlawanan dengan ideoloi mereka.
i.
Hakikat hidup
Ada
masyarakat yang memiliki keyakinan bahwa baik buruknya kehidupan ini ada yang
mengatur.[14]
[1] Blogspot.com/2013/10/manajemen-perubahan.html?m=1 diakses pada tanggal
15-03-2019 jam 06.40
[2] https://www.google.com/search?safe=strict&client=ms-android-samsung&q=perbedaan+perubahan+terencana+dan+tidak+terencana+pdf&aqs=mobile-gws-lite
diakses pada tanggal 13-03-2019 jam 05.49
[3] Wibowo, Manajemen Perubahan (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), Hlm. 88-89
[4] Blogspot.com/2013/10/manajemen-perubahan.html?m=1 diakses pada tanggal
15-03-2019 jam 06.40
[5] https://www.google.com/search?safe=strict&client=ms-android-samsung&q=perbedaan+perubahan+terencana+dan+tidak+terencana+pdf&aqs=mobile-gws-lite
diakses pada tanggal 13-03-2019 jam 05.49
[6] Wibowo, Manajemen Perubahan (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), Hlm. 89-90
[7] Ibid, Hlm. 118-119
[8] Dedi setiawan, Tipologi
Perubahan Elemen Pasad Bangunan Ruko Pada Penggal Jalan Puri Indah, Jakarta
Barat (Jurnal Arsitektur, Bangunan, &Lingkungan, Vol.6, No.1, 2016), Hlm.
16
[9] Erika Setyanti Kusumaputri, Komitmen Pada Perubahan Organisasi, (Yogyakarta:
Deepublis, 2018), hlm. 151-152.
[10] Wibowo, Manajemen Perubahan (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), Hlm.
140-141
[11] Ibid, Hlm. 188-196
[12]
Googleweblight.com/i?u=http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic%3D492%26res%3Djpz&hl=id-ID
Di akses pada tanggal 15-03-2019 jam 16.40
[13] Wibowo, Manajemen Perubahan (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), Hlm.
143-145
[14] Bagja Waluya, Sosiologi menyelami fenomena sosial di masyarakat
(Bandung: PT Setia Purna Inves, 2007)