Saturday, 16 March 2019

JENIS-JENIS PERUBAHAN


JENIS-JENIS PERUBAHAN

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
 Manajemen Perubahan yang diampu oleh


                                                Disusun Oleh Kelompok 2 :









PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mengutus Nabi Muhammad SAW bagi umat manusia guna menjadi lentera penerang bagi budi pekerti seluruh umat di seluruh dunia. Dengan Nabi Muhammad pula kita lebih mudah mendapatkan rahmat serta hidayahnya sehingga dengan anugerah itu kami dapat menyelesaikan tugas makalah “Jenis-jenis Perubahan” dengan mudah walupun kami sadari makalah ini penuh dengan kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Rasa terima kasih kami haturkan kepada dosen pengampu mata kuliah “Manajemen Perubahan” sehingga makalah ini dapat kami selesaikan  dengan baik, walaupun masih ada sedikit kesulitan dalam penyelesaian makalah ini. Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.


Pamekasan,13 Maret 2019

Penulis   


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A.     Latar belakang .................................................................................... 1
B.      Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C.      Tujuan Masalah ................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
A.     Perbedaan Perubahan Terencana Dan Tidak Terencana ..................... 3
B.     Tipologi Perubahan .............................................................................. 6
C.     Karakteristik Perubahan  ..................................................................... 7
D.     Tantangan Dan Hambatan Dalam Perubahan ..................................... 8
BAB II PENUTUP ......................................................................................... 13
A.     Kesimpulan ......................................................................................... 13
B.      Saran  .................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14
 BAB II
PEMBAHASAN
A.     Perubahan Terencana Dan Tidak Terencana
Pada hakikatnya kehidupan manusia dan organisasi selalu bergerak dan diliputi oleh perubahan secara berkelanjutan. Perubahan terjadi karena lingkungan internal dan eksternal. Perubahan berarti bahwa kita harus mengubah dalam cara mengerjakan atau berfikir tentang sesuatu. Perubahan tersebut dapat terjadi pada struktur organisasi, proses mekanisme kerja, SDM, dan budaya.
Perubahan dapat terjadi pada kegiatan yang bersifat rutin dan kontinu, terutama pada kegiatan yang sifatnya strategic dan tidak berulang-ulang. Perubahan terencana adalah aktivitas perubahan yang disengaja/direncanakan yang berorientasi pada tujuan. Sedangkan perubahan tidak terencana merupakan pergeseran aktivitas organisasional, karena adanya kekuatan eksternal yang berada di luar kontrol organisasi.[1]
Terdapat beberapa faktor yang merupakan kekuatan dibelakang kebutuhan akan perubahan, memisahkan antara perubahan yang terencana dan tidak terencana antara lain:
1.      Perubahan Terencana
Perubahan terencana adalah aktifitas yang dimaksudkan dan diarahkan dalam sifat dan desainnya untuk memenuhi beberapa tujuan organisasi. Antara lain dalam bidang perubahan dalam bidang produk atau jasa, perubahan dalam ukuran dan struktur organisasi, perubahan dalam sistem administrasi, dan introduksi teknologi baru.[2]
Kekuatan dalam perubahan terencana yang dihadapi organisasi oleh Greenberg dan Baron (1997:550) disebutkan sebagai berikut.
a.       Changes in products or services (perubahan dalam produk atau jasa)
Perkembangan teknologi telah mendorong tumbuhnya produk baru sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pelanggan. Disamping itu, bervariasinya perilaku komsumen memerlukan peningkatan pelayanan yang lebih memuaskan pelanggan.
b.      Changes in organizational size and structurei (perubahan dalam ukuran dan struktur organisasi)
Perubahan yang terjadi menyebabkan banyak organisasi melakukan restrukturisasi, dan biasanya diikuti dengan downsizing dan outsourcing. Restrukturisasi cenderung membentuk organisasi yang lebih datar dan berbasis tim.
c.       Changes in administrative system (perubahan dalam sistem administrasi)
Perubahan sistem administrasi dimaksudkan untuk memperbaiki efisiensi, mengubah citra perusahaan, atau untuk mendapatkan kekuasaan dalam organisasi.
d.      Introduction of new technologies (introduksi teknologi baru)
Perubahan teknologi baru berlangsung secara cepat dan memengaruhi cara bekerja orang-orang dalam organisasi. Teknologi baru diharapkan membuat organisasi semakin kompetitif.[3]
Perubahan terencana merupakan perubahan rutin, berulang-ulang, dan diprediksi dan dikendalikan. Untuk melakukan perubahan terencana dilakukan empat fase (Wibowo, 2006), yaitu sebagai berikut.
a.       Fase eksplorasi :dalam fase ini organisasi menggali dan memutuskan untuk membuat perubahan spesifik.
b.      Fase perencanaan :proses perencanaan menyangkut mengumpulkan informasi untuk mendiagnosis masalahnya, menentukan tujuan perubahan dan mendesain tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan, dan membujuk pengambil keputusan mencapai tujuan serta mendukung perubahan.
c.       Fase tindakan :implementasi perubahan menyangkut desain untuk menggerakkan organisasi menuju perubahan, menciptakan pengaturan dalam mengelola proses perubahan dan mendapat dukungan pelaksanaannya, mengevaluasi implementasi dan umpan balik untuk penyesuaian serta perbaikan.
d.      Fase integrasi :tahapan ini berkaitan dengan konsolidasi dan stabilisasi perubahan.[4]

2.      Perubahan tidak terencana
Perubahan tidak terencana adalah pergeseran data aktivitas organisasi karena adanya kekuatan yang sifatnya eksternal, diluar kontrol organisasi. Antara lain adalah pergeseran demografis pekerja, kesenjangan kinerja, peraturan pemerintah, kompetisi global, perubahan kondisi ekonomi, dan kemajuan dalam teknologi.[5]
Sementara itu, perubahan tidak terencana menurut Greenberg dan Baron (2003:593) terjadi karena adanya hal-hal berikut.
a.       Shifting employee demographics (pergeseran demografis pekerja)
Komposisi tenaga kerja mengalami perubahan dengan kecenderungan semakin beragam. Keberagaman tenaga kerja memerlukan perlakuan yang semakin beragam pula, sesuai dengan ciri kebutuhannya yang semakin berkembang.
b.      Performance gaps (kesenjangan kinerja)
Tujuan organisasi yang menjadi ukuran kinerja tidak selalu dapat dicapai. Terjadi kesenjangan antara yang diharapkan dan yang dapat dicapai. Kesenjangan yang terjadi perlu direspons dengan berbagai tindakan perubahan.
c.       Government regulation (peraturan pemerintah)
Kebijakan dan peraturan pemerintah yang baru dapat memengaruhi kelangsungan suatu bisnis. Hal yang pada waktu yang lalu diperbolehkan, suatu saat dapat dilarang. Bisnis perlu melakukan perubahan untuk menyesuaikan dengan perkembangan tersebut.
d.      Global competition (kompetisi global)
Persaingan global menuntut bisnis semakin efisien dan mampu menghasilkan produk dan jasa lebih murah. Setiap perusahaan berusaha untuk mendapatkan market share yang semakin besar.
e.       Changing economic conditions (perubahan kondisi ekonomi)
Perubahan kondisi ekonomi dapat menyebabkan usaha bisnis merugi dan menciptakan peluang terjadinya pengangguran. Perusahaan harus mampu menyusun strategi untuk bertahan dan bahkan memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri.

f.       Advances in technology (kemajuan dalam teknologi)
Kemajuan teknologi menyebabkan cara perusahaan beroperasi harus berubah. Terjadinya perubahan tersebut menuntut perusahaan mempersiapkan sumber daya manusia dapat menyerap dan mengikuti perkembangan teknologi.[6]
B.     Tipologi Perubahan
Kritner dan Kinicki (2001) mengelompokkan perubahan ke dalam tiga tipologi, yaitu:
1.      Adaptive change merupakan perubahan yang paling rendah tingkat kompleksitasnya dan ketidakpastiannya. Adaptive change menyangkut pelaksanaan perubahan yang berulang di unit organisasi yang sama, atau menirukan perubahan yang sama oleh unit kerja yang berbeda. Disini deperkenalkan kembali praktik kerja yang sudah terbiasa dilakukan.
2.      Innovative change memperkenalkan praktik baru dalam organisasi. Perubahan ini berada di tengah kontinum diukur dari klompleksitas, biaya dan ketidakpastiannya. Suatu percobaan yang menerapkan flexible work schedule oleh suatu organisasi dikualifikasikan sebagai innovative change jika melakukan modifikasi terhadap cara kerja organisasi lain. Ketidakbiasaan, dan ketidakpastian yang lebih besar membuat ketakutan terhadap innovative change.
3.      Radically innovative change merupakan jenis perubahan yang paling sulit dilaksanakan, cenderung paling menakutkan kepercayaan manajerial dan keamanan kerja pekerja. Resistensi terhadap perubahan cenderung meningkat begitu perubahan bergerak dari adaptive ke innovative dan selanjutnya dari innovative ke radically innovative change.[7]
Tipologi adalah suatu studi yang berkaitan dengan tipe dari beberapa objek yang memiliki jenis yang sama menurut dalam Kurniadi (2016) arti kata tipe sendiri berasal dari kata yunani typos yang berarti “the root of..” atau berarti akar dari. Tipologi merupakan sebuah bidang yang mengklasifikasikan, menjelaskan, sifat dasar ke dalam tipe-tipe tertentu dengan cara memilah bentuk keragaman dan kesamaan jenis. Aspek-aspek yang dapat diklasifikasikan berupa fungsi, bentuk dan gaya. Menurut Moneo (1976).
Menurut Amiuza (2006) dalam Antariksa (2010) dalam kajiannya mengatakan, tipologi merupakan suatu konsep mendeskripsikan kelompok objek berdasarkan atas kesamaan sifat-sifat dasar yang berusaha mamilah atau mengklasifikasikan bentuk keragaman dan kesamaan jenis.[8]
C.     Karakteristik Perubahan
Nilai-nilai berfungsi sebagai kriteria objek, aksi, dan kejadian-kejadian di evaluasi (Bar-Tal, 1990 dalam Lines, 2005) dan memberikan standar perbandingan dengan keyakinan. Sesuai dengan teori sikap, pembntukan sikap di dasarkan pada pertimbangan individual pada karakteristik-karakteristik objek sikap.
Di jelaskan bahwa karakteristik perubahan yang tercenmin pada kapabilitas organisasi sebagai keunggulan konpetitif organisasi dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, valensi dan kekuatan pada sikap di bentuk berdasarkan pertimbangan ataupun penilaian sebagaimana perubahan akan memengaruhi dimensi pekerjaan individu yang tergantung pada sistem persepsi para anggota.
Selain karakteristik tersebut, menurut teori sikap, sikap juga di pengaruhi oleh orang-orang dan kelompok-kelompok yang berpengaruh cukup signifikan dalam kehidupan lingkungan sosial seseorang (Wood, 2000). Sistem organisasi menguatkan interaksi antara individu-individu. Ini juga dimaksudkan bahwa anggota organisasi, khususnya pada kelompok yang sama, keanggotaan di divisi tertentu atau departemen tertentu, cukup berperan membentuk sikap. Akiabatnya, persepsi-persebsi mereka, nilai-nilai, norma-norma, dan evaluasi-evaluasi terhadap objek tertentu berpengaruh dalam membentuk sikap.[9]
Castley dan Todd (Saiyadain, 2003; 174) menunjukkan adanya tiga karakteristik perubahan, yaitu: rate atau speed of change, direction of change, diffusion of change.
Tingakat perubahan atau kecepatan perubahan yang terjadi tidak sama pada semua kondisi. Pada kondisi tertentu berlangsung lambat, pada kondisi lainnya dapat berlangsung  cepat. Misalnya, dengan perkembangan microprocessor dan personal computer, tingkat perubahan dibanyak industri meningkat secara dramatis.sementara itu, kondisi sekarang akan menentukan arah perubahan sehingga mengubah kejadian dimasa yang akan datang. Kebutuhan untuk memperkirakan penyebab perubahan secara akurat sangat penting sebagai perkiraan kecepatan perubahan.
Diffusion of change merupakan penyebaran perubahan, dan sering dinamakan sebagai domino effect. Misalnya, perubahan dalam prosedur pembelian dalam perusahaan dapat menghasilkan perubahan di beberapa departemen lainnya.[10]
D.    Tantangan dan Hambatan Dalam Perubahan
1.      Tantangan perubahan
Dalam menjalankan perubahan sering mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan. Keadaan tersebut wajar terjadi karena melakukan perubahan tidak mudah. Hal ini dikarenakan dalam menghadapi perubahan banyak sekali tantangan yang akan dihadapi. Terhadap tiga tahap tantangan utama yang akan dihadapi, yaitu tantangan dalam tahap prakarsa perubahan, tahap tantangan untuk meneruskan perubahan, dan tahap tantangan dalam merancang dan berfikir ulang.
a.       Tantangan dalam tahap prakarsa perubahan
Pada tahapan ini untuk memulai suatu perubahan akan dihadapi empat macam tantangan, yaitu adanya perasaan bahwa tidak mempunyai cukup waktu untuk menjalankan perubahan, merasakan kurangnya dukungan yang diperlukan, memandang bahwa perubahan tidak relavan dengan kepentingan bisnisnya, dan adanya kesenjangan antara nilai-nilai dengan tindakannya.
Karena tantangan pada umumnya muncul pada saat awal timbulnya gagasan, kemampuan untuk menunjukkan prakarsa tidak dapat dibangun pelan-pelan dan gradual. Kemampuan untuk mengelola waktu, dukungan bantuan, menetapkan relevansi dan konsistensi nilai-nilai dan perilaku harus dikembangkan dalam kondisi sangat tertekan.
b.      Tantangan tahap desain dan berfikir ulang
Tantangan pengaturan timbul melalui tiga proses pembatasan yang saling berhubungan dengan batas dasar. Sering tantangan timbul karena kelompok pemandu melalui perselisihan terhadap otonominya. Apabila kelompok  ini mengembangkan kemampuan pembelajaran baru, mereka mendapatkan kepercayaan diri, perasaan kekuasaannya meningkat, dan kapasitas lebih besar untuk pengaturan diri, perasaan kekuasaan meningka, dan kapasitas lebih besar untuk pengaturan diri. Mereka menjadi lebih mampu menyelesaikan konflik, lebih konsisten memfokuskan pada tujuan dan visinya, lebih peduli tentang bagaimana mereka cocok dengan sistem yang lebih besar, dan lebih mampu memberikan hasil bisnis yang diinginkan. Semua ini cenderung mengarah secara alamiah pada tindakan dengan tingkat otonomi lebih tinggi, menentukan sendiri lebih banyak arah dan penyelesaian.[11]
Tantangan dan perubahan yang akan terjadi pada tingkat global, sebagai berikut:
1)       Persaingan. Siapa yang mau bersaing akan bertahan dan berkembang, siapa yang tidak mampu bersaing akan tersingkir, kita ditantang untuk bersaing dan oleh karena itu kita harus benar-benar mampu mengembangkan nilai lebih kita. Bila kita tidakmampu bersaing dalam kuantitas, kita harus menekankan kualitas.
2)      Kecenderungan purna modernisme. Umat manusia semakin menyadari dehumanisme yang diakibatkan oleh modernisasi dan modernisme. Solidaritas kemanusiaan global semakin bertumbuh, khususnya mengenai HAM, kebebasan, demokratisasi, individualitas, keadilan, linkungan hidup dan sebagainya. Isu-isu global ini harus kita perhatikan, oleh karena ia semakin merupakan kekuatan yang tak tertahankan. Runtuhnya komunisme antara lain disebabkan oleh karena ia bertentangan dengan semangat kemanusiaan yang bersifat global itu,
3)      Akibat samping dari sikap kritis terhadap modernitas dan modernisme adalah bangkitnya kesadran identitas kelompok, primordialisme dan fundamentalisme. Keduanya sebenarnya merupakan kritik terhadap individualisme, materialisme, dan sekularisme yang berkembang dalam masyarakat modern, tetapi mengambil bentuk reaksi yang ekstrim dan amat berbahaya. Amat berbahaya, oleh karena itu bersifat menoyak luka-luka lama dan melahirkan luka-luka baru. Konflik-konflik yang bersifat primordial, apalagi keagamaan, merupakan konflik yang amat kejam dan amat sulit untuk diselesaikan. Ini juga akan kita alami, dan harus kita antisipasi. Di tingkat nasional persoalan menjadi lebih pelik oleh karena itu disamping dampak dari globalisasi tersebut, kita menghadapi persoalan-persoalan kita sendiri.[12]
2.      Hambatan perubahan
Peter M. Senge (2002:20) mengingatkan bahwa Drucker mengindentifikasi adanya tiga hambatan untuk melakukan perubahan, yaitu sebagai berikut
a.       Demografis
Perubahan memerlukan waktu yang relatif panjang, namun banyak manajer sanat tidak sabar mempertimbangkan untuk menunggu perubahan dalam 30-50 tahun. Mereka khawatir terhadap apa yang dapat terjadi dalam 30-50 hari. Ekskutif senior harus berfikir lebih panjang dari orang lain dalam organisasi.
Perkembanan demogratis jangka panjang akan memengaruhi arah perubahan organisasi. Jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan penduduk, persebaran pendduduk, jenis kelamin, anka kelahiran dan kematian akan memengaruhi kebutuhan mereka. Permintaan akan kebutuhan mereka menjadi semakin bervariasi dengan perkembangan teknologi, informasi dan citarasa mereka sebagai konsumen.
b.      Persepsi terhadap revolusi informasi
Tidak di sangsikan lagi bahwa dunia sekarang ini sudah mengalami revolusi informasi sehingga mampu menghapus batas-batas suatu negara. Apa yang terjadi di belahan dunia lain dengan mudah di ketahui dan di ikuti di belahan dunia lainnya.
Kita akan tertinggal apabila tidak mampu mengikuti jalannya revolusi tersebut. Namun, persepsi orang terhadap perkembangan informasi tersebut sangat beragam. Di satu sisi, disambut secara positif sebagai mempermudah pekerjaan dan meningkatkan kinerja individu maupun organisasi.
c.       Lingkungan dan sosial
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, manusia menggali sumber daya alam dari dalam dan permukaan bumi. Sering kali pengelolaannya tidak memerhatikan kelestarian lingkungan. Kita telah menciptakan sistem ekonomi yang paling boros dalam sejarah kehidupan manusia.
Disisi lain, kemajuan yang diperoleh dari kemajuan teknologi tidak memberikan perhatian cukup pada masalah keadilan. Terjadi peningkatan konsentrasi kekayaan dan pendapatan. Terjadi kesenjangan yang semakin besar antara yang kaya dengan yang miskin. Hal ini menimbulkan masalah sosial yang dapat meresahkan.
Oleh karena itu, pemimpin perubahan harus lebih memerhatikan masalah kelestarian lingkungan dan masalah kesenjangan sosial. Pada hakikatnya perubahan harus mampu memberikan kesejahteraan kepada masyarakat banyak.[13]
3.      Faktor-faktor yang menghambat terjadinya perubahan sosial
Dorongan terjadinya perubahan sosial senantiasa terdapat di dalam setiap kehidupan, terutama ditunjang oleh keinginan untuk perubahan. Adapun faktor penghambat atau yang menghalangi terjadinya perubahan sosial antara lain sebagai berikut.
a.       Kurangnya hubungan dengan masyarakat yang lain
Akibat kurangnya hubungan dengan masyarakat luar sehingga informasi yang dapat menunjang pembangunan pada masyarakat tidak dapat diterima denan baik.
b.      Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
Latar belakang pendidikan masyarakat yang rendah menyebabkan sempitnya pola pikir seorang individu. Akibatnya masyarakat tidak menalami kemajuan.
c.       Sikap masyarakat yang tradisional
Sikap masyarakat ini lebih memihak masa lampau karena masa tersebut merupakan masa yan penuh kemudahan menurut beberapa kelompok. Tradisi yang berlaku sebagai warisan masa lampau yang tidak dapat diubah dan harus terus dilestarikan.
d.      Adat atau kebiasaan
Adat atau keyakinan masyarakat terhadap norma-norma yang berlaku turun-temurun merupakan pegangan hidup yan harus tetap berlaku dan dijalankan.


e.       Kepentingan-kepentingan yang tertanam kuat sekali atau vested interests
Setiap masyarakat memiliki stratifikasi sosial masing-masing yang bergantung pada kedudukan seorang individu yang memiliki peranan dan pengaruh dalam masyarakat.
f.       Rasa takut akan terjadinya disentegrasi
Perubahan yang terjadi dalam kehidupan dianggap mengganggu tatanan sosial yang telah berjalan.
g.      Sikap yang tertutup
Unsur-unsur perubahan yang datangnya dari luar dianggap berbahaya.
h.      Hambatan yan bersifat idiologis
Setiap unsur perubahan yang berhubungan dengan kepercayaan atau keyakinan masyarakat akan ditolak karena dianggap berlawanan dengan ideoloi mereka.
i.        Hakikat hidup
Ada masyarakat yang memiliki keyakinan bahwa baik buruknya kehidupan ini ada yang mengatur.[14]





[1] Blogspot.com/2013/10/manajemen-perubahan.html?m=1 diakses pada tanggal 15-03-2019 jam 06.40
[3] Wibowo, Manajemen Perubahan (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), Hlm. 88-89
[4] Blogspot.com/2013/10/manajemen-perubahan.html?m=1 diakses pada tanggal 15-03-2019 jam 06.40
[6] Wibowo, Manajemen Perubahan (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), Hlm. 89-90
[7] Ibid, Hlm. 118-119
[8] Dedi setiawan, Tipologi  Perubahan Elemen Pasad Bangunan Ruko Pada Penggal Jalan Puri Indah, Jakarta Barat (Jurnal Arsitektur, Bangunan, &Lingkungan, Vol.6, No.1, 2016), Hlm. 16
[9] Erika Setyanti Kusumaputri, Komitmen Pada Perubahan Organisasi, (Yogyakarta: Deepublis, 2018), hlm. 151-152.
[10] Wibowo, Manajemen Perubahan (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), Hlm. 140-141
[11] Ibid, Hlm. 188-196
[12] Googleweblight.com/i?u=http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic%3D492%26res%3Djpz&hl=id-ID Di akses pada tanggal 15-03-2019 jam 16.40
[13] Wibowo, Manajemen Perubahan (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), Hlm. 143-145
[14] Bagja Waluya, Sosiologi menyelami fenomena sosial di masyarakat (Bandung: PT Setia Purna Inves, 2007)