ALIRAN-ALIRAN DALAM PENDIDIKAN
Sejauh manakah kemungkinan yang dapat dicapai oleh pendidikan pada diri seseorang tidak dapat dinyatakan dengan jelas. Kita hanya mungkin membicarakan tentang kemungkinan-kemungkinan pendidikan secara umum, yang berusaha memberi jawab terhadap pertanyaan : Apakah manusia mungkin atau tidak mungkin menerima pengaruh yang bersifat mendidik? Apakah kita sebagai pendidik mempunyai peluang untuk menanamkan didikan? Dapatkah kita dengan segala alat pendidikan yang kita miliki mencapai suatu hasil pendidikan? Apakah pendidikan berpengaruh terhadap perkembangan manusia? Para ahli telah berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Mereka mengemukakan berbagai pendapat yang bebeda-beda berdasarkan penelitian yang mereka lakukan. Sehingga dikenal ada beberapa aliran klasik dalam pendidikan.
1. Aliran Nativisme
Nativisme dipelopori oleh Schopenhauer. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir. Pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannya. Menurut kaum nativisme itu, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Sifat-sifat dan pembawaan orang tua dan nenek moyang mengalir sepanjang perkembangan dan membentuk kemandirian seseorang sehingga kecil kemungkinannya dapat diubah melaui pendidikan. Psikolog Austria, H. Rohracher mengemukakan : ��. Manusia hanyalah produk dari hukum proses alamiyah yang berlangsung sebelumnya yang bukan buah dari pekerjaannya dan bukan pula menurut keinginannya�. L. Szondi menambahkan lebih lanjut bahwa dorongan maupun tingkah laku sosial dan intelektual ditentukan sepenuhnya oleh faktor-faktor yang diturunkan (warisan) sebagai �nasib� yang menentukan seseorang. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan sama sekali tidak mempunyai kekuatan. Pendidikan hanyalah semata-mata mengubah lapis permukaan dari kepribadian anak didik. Manfaat yang dapat diberikan oleh pendidikan tidak lebih dari sekedar memoles lapis permukaan peradaban dan tingkah laku sosial. Dalam ilmu pendidikan, hal ini disebut pesimisme pedagogis.
2. Aliran Empirisme
Aliran Empirisme dipelopori oleh John Locke. Berlawanan dengan kaum nativisme, aliran empirisme berpendapat bahwa perkembangan anak menjadi manusia dewasa ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia dapat dididik menjadi apa saja (ke arah yang baik maupun ke arah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidiknya. John Locke mengumpamakan jiwa seseorang anak sebagai sehelai kertas putih yang belum bertulis. Kertas itu dapat kita tulisi sekehendak hati kita. Dengan ini Locke hendak mengatakan baahwa perkembangan jiwa anak semata mata bergantung kepada pendidikan.
3. Aliran Konvergensi
Aliran ini dipelopori oleh seorang ahli ilmu jiwa bangsa Jerman, bernama william Stern. Ia berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan sebetulnya merupakan dua garis konvergensi (garis mengumpul). Pembawan dan lingkungan saling menghampiri. Kedua-duanya sangat penting dan menentukan perkembangan manusia.
Pembawaan, kecakapan dan kepandaian orang tidak sama, akan tetapi lingkungan itu berpengaruh pada kadar atau batas perkembangan sifat-sifat pembawaan. Dalam aliran yang menganut hukum konvergensi masih terdapat perbedaan pendapat, ada yang lebih menekankan kepada pengaruh pembawaan daripada pengaruh lingkungan, dan dipihak lain lebih menekankan pada pengaruh lingkungan atau pendidikan.
4. Aliran Naturalisme
Nature artinya alam atau apa yang dibawa sejak lahir. Hampir senada dengan aliran nativisme, maka aliran naturalisme berpendapat bahwa pada hakikatnya semua anak (manusia) sejak dilahirkan adalah baik. Bagaimana hasil perkembangannya kemudian sangat ditntukan oleh pendidikan yang diterimanya atau yang mempengaruhinya. Jika pengaruh itu baik, akan menjadi baiklah ia, akan tetapi jika pengaruh itu jelek, akan jelek pula hasilnya. Seperti dikatakan oleh tokoh aliran ini, yaitu J.J. Rousseau, �Semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang pencipta, tatapi semua menjadi rusak ditangan manusia�. Oleh karena itu sebagai pendidik ia mengajukan �pendidikan alam�, artinya anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri manurut alamnya, manusia atau masyarakat jangan banyak mencampurinya.
Sedangkan untuk aliran-aliran modern seperti progessivisme, essensialime, perennialisme behaviourisme, konstruktivisme dan aliran-aliran yang terbaru harap dipelajari sendiri.