MAKALAH
KERANGKA DASAR TEORI KEILMUAN
Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
FILSAFAT ILMU
Yang di ampu oleh :
ACH. SHODIQI HAFIL, M. FILI,
Disusun
oleh:
Riskiyatul Ainiyah
18201501060045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
GURU RAUDHATUL ADHFAL
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi rabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT. yang telah melimpahkan anugerahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “KERANGKA
DASAR TEORI KEILMUAN”,
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Ilmu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya, maka dari itu saran dan
kritik maupun sumbangan pemikiran yang sifatnya membangun penulis harapkan demi
kesempurnaan isi makalah ini.
Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin ya rabbal alamin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Pamekasan, 19 Mei
2016
TTD
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar
Isi............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 2
A. Kerangka dasar
teori keilmuan................................................................................ 2
B. Dasar-dasar teori keilmuan...................................................................................... 4
C. Epistimologi
teori keilmuan..................................................................................... 6
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 8
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 8
B. Saran........................................................................................................................ 8
DAFTAR
RUJUKAN....................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Filsafat adalah induk dari segala ilmu.
Dalam perkembangannya ilmu pengetahuan membiak dengan pesat dan spesifik,
misalnya: ilmu Humaniora, Sosial, fisika, kimia, biologi, dan matematika, dan
agama, sehingga seringkali lepas dari akar filosofisnya. Filsafat mengerti apa yang seharusnya menjadi
kebutuhan sehari-hari, namun filsafat tidak mengerti bagaimana cara
pengadaaanya, karena hal ini wilayah ilmu pengetahuan yang bersifat
praktis dan teknis. Adapun ruang lingkup dari filsafat itu sendiri
adalah semua hal yang ada (bahkan yang mungkin ada). Aspeknya yang
mendasar berupa sifat hakikat dan substansinya. Sasaran penyelidikannya adalah
nilai hakiki sebuah kebenaran yang bersifat menyeluruh, abstrak dan universal.
B. Rumusan Masalah
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Filsafat adalah induk dari segala ilmu.
Dalam perkembangannya ilmu pengetahuan membiak dengan pesat dan spesifik,
misalnya: ilmu Humaniora, Sosial, fisika, kimia, biologi, dan matematika, dan
agama, sehingga seringkali lepas dari akar filosofisnya. Filsafat mengerti apa
yang seharusnya menjadi kebutuhan sehari-hari, namun filsafat tidak mengerti
bagaimana cara pengadaaanya, karena hal ini wilayah ilmu
pengetahuan yang bersifat praktis dan teknis. Adapun ruang
lingkup dari filsafat itu sendiri adalah semua hal yang ada (bahkan yang
mungkin ada). Aspeknya yang mendasar berupa sifat hakikat dan substansinya.
Sasaran penyelidikannya adalah nilai hakiki sebuah kebenaran yang bersifat
menyeluruh, abstrak dan universal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
kerangka dasar keilmua?
2. Apa saja
dasar-dasar teori keilmuan?
3. Jelaskan
apa saja pengertian epistimologi teori keilmuan?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui kerangka dasar keilmuan.
2.
Untuk mengetahui dasar-dasar teori keilmuan.
3.
Untuk mengetahui pengertian epistimologi teori
keilmuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kerangka dasar teori ke ilmuan
Filsafat adalah induk dari segala ilmu.
Dalam perkembangannya ilmu pengetahuan membiak dengan pesat dan spesifik,
misalnya: ilmu Humaniora, Sosial, fisika, kimia, biologi, dan matematika, dan
agama, sehingga seringkali lepas dari akar filosofisnya[1].
Filsafat mengerti apa yang seharusnya menjadi kebutuhan sehari-hari, namun
filsafat tidak mengerti bagaimana cara pengadaaanya, karena hal ini wilayah ilmu
pengetahuan yang bersifat praktis dan teknis[2].
Adapun ruang lingkup dari filsafat itu sendiri adalah semua hal yang ada
(bahkan yang mungkin ada). Aspeknya yang mendasar berupa sifat hakikat dan
substansinya. Sasaran penyelidikannya adalah nilai hakiki sebuah kebenaran yang
bersifat menyeluruh, abstrak dan universal.
Menurut Jaih
Mubarok, obyek filsafat ada 2: [3]
1. sesuatu
yang tampak (empiric) → melahirkan filsafat metafisika (asal-usul
alam). Bersifat spekulatif shg butuh perenungan dan penghayatan.
2. sesuatu
yang tidak nampak (abstrak) → melahirkan filsafat fisika (kealaman).
Bersifat penalaran yang teratur.
Ilmu ( Science ) adalah pengetahuan yang diperoleh dan
divalidasi dengan menyusuri daur imbas-jabar-tasdik (siklus indukto-dedukto validatif). Ilmu merupakan spesies dari genus yang
disebut pengetahuan. Pengertian
ilmu mencakup sistem, proses, produk, dan paradigmanya, (Wilardjo, 2003). Ilmu sebagai semua pengetahuan yang
terhimpun lewat metode-metode keilmuan. Tegasnya pengetahuan yang diperoleh
sebagai hasil rentetan daur-daur pengimbasan induksi), penjabaran (deduksi) dan
penyahihan verifikasi/validasi) yang terus menerus tak kunjung usai, (Kemeny, 1959).Pengetahuan yang
diatur secara sistematis dan langkah-langkah pencapainnya dipertanggungjawabkan
secara teoritis. Tidak perlu
suatu pengetahuan pun memuaskan hati atau
akal budi manusia secara tuntas. Segala hasil pengetahuan
bersifat sementara dan terbuka, bertanya sambil mencari (C.verhaak, 1995).
Filsafat pada abad modern (100-1600 m), yakni
masa pembebasan dari hegemoni gereja meliputi:
1.
Rasionalisme
Bercorak mengedepankan rasio (pikiran) untuk
mendapatkan kebenaran ilmu pengetahuan, Ideas Claires et Distinctes (ide
cemerlang pemberian Tuhan) sebagai counter efek terhadap carak filsafat
scolastik.
Ø
Rene Descartes (1596-1650) ® sebagai
bapak Rasionalisme,® metodenya
"keragu-raguan". ® semboyan cogito Ergo Sum.
Ø
Blaise Pascal (1623-1662m)
Ø
Nicole Marehrance (1678-1718m)
Ø
Spinoza (1632-1677m)
Ø
Leibniz(1646-1716m).
2.
Empiris
Bercorak mengedepankan pengalaman inderawi
untuk mendapatkan kebenaran ilmu pengetahuan.
v
Francis
Bacon(1210-1292) ® menurutnya, pengetahuan yang sejati adalah yang
diterima inderawi, yaitu melalui metode induksi.
v
Thomas
Hobbes(1588-1679) ® menurutnya, pengalaman inderawi adalah permulaan
segala pengenalan. Dan pengetahuan rasio tidak lain hanyalah penggabungan
data-data inderawi belaka.
v
John Lock(1632-1704 m)
v
David Hume(1711-1776 m)
v
George Barkeley(1665-1753)
3.
Kritisisme
Kemunculnya
merupakan upaya pendamaian antara Rasionalisme dan Empirisme.
Imanuel
Khant(1724-1804 m) Sebagai pelopor kritisisme. Menurutnya:
Pengalaman
manusia merupakan paduan/sintesa antara unsur-unsur apriori (rasio)
dengan unsur aposteriori (pengalaman). Bahwa pengetahuan
inderawi selalu ada 2 bentuk apriori yaitu "ruang dan
waktu". Kedua-duanya berakar pada struktur subjek itu sendiri.
Implikasinya, memang ada realitas, terlepas dari subjek "das ding
an sich" (benda dalam dirinya sendiri), tetapi selalu terdapat
"X" yang tak dikenal. Sementara manusia hanya mengenal
gejala-gejalanya saja, yang merupakan sintesa antara "hal-hal yang datang
dari luar dengan ruang dan waktu". Akal budi menciptakan orde (putusan2)
antara data-data inderawi (materi) dengan bentuk yang ada
dalam akal budi (apriori) atau yang disebut
"kategori".
B.
Dasar-dasar
teori keilmuan
a.
Antologi
Antologi
merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling
kuno. Awal mula alam fikiran yunani telah menunjukan munculnya perenungan
dibidang antologi. Yang tertua diantara segenap filsafat yunani yang kita kenal
adalah Thales. Atas perenungannya terhadap air merupakan substansi terdalam
yang merupakan asal mula dari segala sesuatu.
Pembahasan
tentang antologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab: “apa” yang menurut
Aristoteles merupakan The First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai
esensi benda. Untuk lebih jelasnya penulis mengemukakan pengertian dan aliran
pemikiran dalam ontologi ini. Kata ontologi berasal dari perkataan yunani: On =
being, dan logos = logic. Jadi ontology adalah The theory of being qua being (teori tentang keberadaan
sebagai keberadaan).
Ada beberapa
pendapat tentang antologi di antaranya:
·
Sementara itu, A. Dardiri dalam bukunya
Humaniora, filsafat, dan logika mengatakan, ontology adalah menyelidiki sifat
dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang berbeda dimana
entitas dari kategori-kategori yang logis dan yang berlainan
·
Sidi Gazalba dalam bukunya sistematika filsafat
mengatakan ontology mempersoalkan sifat dan nkeadaan terakhir dan kenyataan.
Karena itu ia disebut ilmu hakikat, hakikat yang bergantung pada pengetahuan.
Dalam agama ontology memikirkan tentang tuhan
·
Amsal Bahtiar dalam bukunya filsafat agama/
mengatakan berasal dari kata ontos = sesuatu yang terujud. Ontologi adalah
teori/ilmu tentang wujud, tentang hakikat yang ada. Ontologi tidak banyak
berdasar pada alam nyata, tetapi berdasar pada logika semata-mata.
Dari beberapa pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa:
ü
Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari
bahasa yunani yaitu,On\Ontos = ada, dan logos = ilmu. Jadi, ontology adalah
ilmu tentang yang ada.
ü
Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang
membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik
yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani\abstrak. [4]
b.
Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafatb ilmu yang
mempertanyakan bagaimana manusia menggunkan ilmunya. Aksiologi berasal dari
kata yunani: axion (nilai) dan logos (teori) yang berarti teori tentang nilai,[5]
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi
manusia, karna dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi
secara lebih cepat dan lebih mudah. Dan merupakan kenyataan yang tidak bisa
dipungkiri bahwa peradaban manusi sangat berhutang kepeda ilmu.
Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan
teknologi yang kemudian akan di terapkan pada masyarakat. Proses ilmu
pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang bener-bener dapat di manfaatkan oleh masyarakat, tentu
tidak terlepas dari si ilmuannya. Se orang ilmuan akan di hadapkan pada
kepentingan-kepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa
pada persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggung
jawab seorang ilmuan haruslah “ dipupuk” dan berada pada tempat yang tepat,
tanggung jawab akademis dan tanggung jawab moral.
C.
Epistimogi teori keilmuan
Cabang filsafat
membahas apa sarana dan bagimana tata cara untuk mencapai pengetahuan, dan
bagimana ukuran bagi apa yang disebut kebenaran atau kenyataan ilmiah. Perannya menyelidiki asal usul, metode-metode
dan sahnya ilmu pengetahuan.Epistimologi merupakan asas mengenai cara
"bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu
tubuh pengetahuan". Landasan epistimologi tercermin secara
operasional dalam metode ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah
merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan :
a. kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang
bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun;
b. menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka
pemikiran tersebut dan;
c. melakukan verfikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji
kebenaran pernyataan secara faktual.Secara akronim disebut dengan logico
hypotetico verficative - deducto hypothetico verificative. Kerangka
pemikiran yang logis adalah argumentasi yang bersifat rasional dalam
mengembangkan penjelasan terhadap fenomena alam. Verfikasi secara empiris
berarti evaluasi secara objektif dari satu pernyataan hipotesis terhadap
kenyataan faktual. Verfikasi ini berarti bahwa ilmu terbuka untuk kebenaran
lain, selain yang terkandung dalam hipotesis (mungkin fakta menolak hipotesis).
Demikian juga verifikasi faktual membuka diri atas kritik terhadap kerangka
pemikiran yang mendasari pengajuan hipotesis. Kebenaran ilmiah dengan
keterbukaan terhadap kebenaran baru mempunyai sifat pragmtis yang prosesnya
berulang berdasarkan cara berfikir kritis.Dalam epistimologi terdapat asas
moral yang secara implisit dan eksplisit masuk dalam logico hypotetico
verficative-deducto hypothetico verificative yaitu bahwa; "dalam proses kegiatan keilmuan
maka setiap upaya ilmiah harus ditujukan untuk menemukan kebenaran, yang
dilakukan dengan penuh kejujuran, tanpa mempunyai kepentingan langsung tertentu
dan hak hidup yang berdasarkan kekuatan argumentasi secara individual". Alirannya meliputi: Rasionalisme (Descartes dll.), empirisme (Aristoteles,
F.Bacon, TR.Hobbes, dll.), kritisisme, positivisme, fenomenologi. Rasionalisme dan empirisme menjadi aliran yang sangat dominant dan
penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan.[6]
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Filsafat adalah induk dari segala ilmu.
Dalam perkembangannya ilmu pengetahuan membiak dengan pesat dan spesifik,
misalnya: ilmu Humaniora, Sosial, fisika, kimia, biologi, dan matematika, dan
agama, sehingga seringkali lepas dari akar filosofisnya. Filsafat mengerti apa
yang seharusnya menjadi kebutuhan sehari-hari, namun filsafat tidak mengerti
bagaimana cara pengadaaanya, karena hal ini wilayah ilmu
pengetahuan yang bersifat praktis dan teknis. Adapun ruang lingkup dari
filsafat itu sendiri adalah semua hal yang ada (bahkan yang mungkin ada).
Dasar-dasar
ilmu terdiri dari dua, yaitu: antologi dan aksiologi. Antologi merupakan salah
satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Sedangkan
Aksiologi merupakan cabang filsafatb ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunkan ilmunya. Aksiologi berasal dari kata yunani: axion (nilai) dan logos
(teori) yang berarti teori tentang nilai,
Cabang filsafat membahas apa sarana dan
bagimana tata cara untuk mencapai pengetahuan, dan bagimana ukuran bagi apa
yang disebut kebenaran atau kenyataan ilmiah. Perannya menyelidiki asal usul, metode-metode dan
sahnya ilmu pengetahuan.Epistimologi merupakan
asas mengenai cara "bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan
disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan". Landasan epistimologi tercermin secara operasional
dalam metode ilmiah
B.
SARAN
Walaupun sulit
bagi kami untuk dimengerti belajar Kerangka Dasar Teori Keilmuan, tapi kami
harus tetap semangat untuk mempelajarinya, karena belajar Kerangka Dasar Teori
Keilmuan sangat penting dan banyak sekali faidahnya bagi kami.
DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta: 2013.
Jaih Mubarok,
Rekonstruksi Ilmu, Oleh Cecep Sumamo. Benang Merah Press, Bandung 2005.
Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Ar-Ruz Media
2005.
Vardiansah, Filsafat Ilmu Komunikasi, Jakarta: 2008.
[1]
Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Ar-Ruz Media 2005, hal.
18-19.
[2]
Ibid. ha.l 17-19.
[3]
Jaih Mubarok, Rekonstruksi Ilmu, Oleh Cecep Sumamo. Benang Merah Press,
Bandung 2005. Hal. 10-11.
[4]
Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta: 2013, hal. 131-134.
[5]
Vardiansah, Filsafat Ilmu Komunikasi, Jakarta: 2008, hal. 91.
[6]
Ibid. 148-150.
MAKALAH
KERANGKA DASAR TEORI KEILMUAN
Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
FILSAFAT ILMU
Yang di ampu oleh :
ACH. SHODIQI HAFIL, M. FILI,
Disusun oleh:
Riskiyatul Ainiyah
18201501060045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU RAUDHATUL ADHFAL
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi rabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan anugerahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KERANGKA DASAR TEORI KEILMUAN”, tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya, maka dari itu saran dan kritik maupun sumbangan pemikiran yang sifatnya membangun penulis harapkan demi kesempurnaan isi makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin ya rabbal alamin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Pamekasan, 19 Mei 2016
TTD
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 2
A. Kerangka dasar teori keilmuan................................................................................ 2
B. Dasar-dasar teori keilmuan...................................................................................... 4
C. Epistimologi teori keilmuan..................................................................................... 6
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 8
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 8
B. Saran........................................................................................................................ 8
DAFTAR RUJUKAN....................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat adalah induk dari segala ilmu. Dalam perkembangannya ilmu pengetahuan membiak dengan pesat dan spesifik, misalnya: ilmu Humaniora, Sosial, fisika, kimia, biologi, dan matematika, dan agama, sehingga seringkali lepas dari akar filosofisnya. Filsafat mengerti apa yang seharusnya menjadi kebutuhan sehari-hari, namun filsafat tidak mengerti bagaimana cara pengadaaanya, karena hal ini wilayah ilmu pengetahuan yang bersifat praktis dan teknis. Adapun ruang lingkup dari filsafat itu sendiri adalah semua hal yang ada (bahkan yang mungkin ada). Aspeknya yang mendasar berupa sifat hakikat dan substansinya. Sasaran penyelidikannya adalah nilai hakiki sebuah kebenaran yang bersifat menyeluruh, abstrak dan universal.
B. Rumusan Masalah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat adalah induk dari segala ilmu. Dalam perkembangannya ilmu pengetahuan membiak dengan pesat dan spesifik, misalnya: ilmu Humaniora, Sosial, fisika, kimia, biologi, dan matematika, dan agama, sehingga seringkali lepas dari akar filosofisnya. Filsafat mengerti apa yang seharusnya menjadi kebutuhan sehari-hari, namun filsafat tidak mengerti bagaimana cara pengadaaanya, karena hal ini wilayah ilmu pengetahuan yang bersifat praktis dan teknis. Adapun ruang lingkup dari filsafat itu sendiri adalah semua hal yang ada (bahkan yang mungkin ada). Aspeknya yang mendasar berupa sifat hakikat dan substansinya. Sasaran penyelidikannya adalah nilai hakiki sebuah kebenaran yang bersifat menyeluruh, abstrak dan universal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kerangka dasar keilmua?
2. Apa saja dasar-dasar teori keilmuan?
3. Jelaskan apa saja pengertian epistimologi teori keilmuan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kerangka dasar keilmuan.
2. Untuk mengetahui dasar-dasar teori keilmuan.
3. Untuk mengetahui pengertian epistimologi teori keilmuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerangka dasar teori ke ilmuan
Filsafat adalah induk dari segala ilmu. Dalam perkembangannya ilmu pengetahuan membiak dengan pesat dan spesifik, misalnya: ilmu Humaniora, Sosial, fisika, kimia, biologi, dan matematika, dan agama, sehingga seringkali lepas dari akar filosofisnya[1]. Filsafat mengerti apa yang seharusnya menjadi kebutuhan sehari-hari, namun filsafat tidak mengerti bagaimana cara pengadaaanya, karena hal ini wilayah ilmu pengetahuan yang bersifat praktis dan teknis[2]. Adapun ruang lingkup dari filsafat itu sendiri adalah semua hal yang ada (bahkan yang mungkin ada). Aspeknya yang mendasar berupa sifat hakikat dan substansinya. Sasaran penyelidikannya adalah nilai hakiki sebuah kebenaran yang bersifat menyeluruh, abstrak dan universal.
Menurut Jaih Mubarok, obyek filsafat ada 2: [3]
1. sesuatu yang tampak (empiric) → melahirkan filsafat metafisika (asal-usul alam). Bersifat spekulatif shg butuh perenungan dan penghayatan.
2. sesuatu yang tidak nampak (abstrak) → melahirkan filsafat fisika (kealaman). Bersifat penalaran yang teratur.
Ilmu ( Science ) adalah pengetahuan yang diperoleh dan divalidasi dengan menyusuri daur imbas-jabar-tasdik (siklus indukto-dedukto validatif). Ilmu merupakan spesies dari genus yang disebut pengetahuan. Pengertian ilmu mencakup sistem, proses, produk, dan paradigmanya, (Wilardjo, 2003). Ilmu sebagai semua pengetahuan yang terhimpun lewat metode-metode keilmuan. Tegasnya pengetahuan yang diperoleh sebagai hasil rentetan daur-daur pengimbasan induksi), penjabaran (deduksi) dan penyahihan verifikasi/validasi) yang terus menerus tak kunjung usai, (Kemeny, 1959).Pengetahuan yang diatur secara sistematis dan langkah-langkah pencapainnya dipertanggungjawabkan secara teoritis. Tidak perlu suatu pengetahuan pun memuaskan hati atau akal budi manusia secara tuntas. Segala hasil pengetahuan bersifat sementara dan terbuka, bertanya sambil mencari (C.verhaak, 1995).
Filsafat pada abad modern (100-1600 m), yakni masa pembebasan dari hegemoni gereja meliputi:
1. Rasionalisme
Bercorak mengedepankan rasio (pikiran) untuk mendapatkan kebenaran ilmu pengetahuan, Ideas Claires et Distinctes (ide cemerlang pemberian Tuhan) sebagai counter efek terhadap carak filsafat scolastik.
Ø Rene Descartes (1596-1650) ® sebagai bapak Rasionalisme,® metodenya "keragu-raguan". ® semboyan cogito Ergo Sum.
Ø Blaise Pascal (1623-1662m)
Ø Nicole Marehrance (1678-1718m)
Ø Spinoza (1632-1677m)
Ø Leibniz(1646-1716m).
2. Empiris
Bercorak mengedepankan pengalaman inderawi untuk mendapatkan kebenaran ilmu pengetahuan.
v Francis Bacon(1210-1292) ® menurutnya, pengetahuan yang sejati adalah yang diterima inderawi, yaitu melalui metode induksi.
v Thomas Hobbes(1588-1679) ® menurutnya, pengalaman inderawi adalah permulaan segala pengenalan. Dan pengetahuan rasio tidak lain hanyalah penggabungan data-data inderawi belaka.
v John Lock(1632-1704 m)
v David Hume(1711-1776 m)
v George Barkeley(1665-1753)
3. Kritisisme
Kemunculnya merupakan upaya pendamaian antara Rasionalisme dan Empirisme.
Imanuel Khant(1724-1804 m) Sebagai pelopor kritisisme. Menurutnya:
Pengalaman manusia merupakan paduan/sintesa antara unsur-unsur apriori (rasio) dengan unsur aposteriori (pengalaman). Bahwa pengetahuan inderawi selalu ada 2 bentuk apriori yaitu "ruang dan waktu". Kedua-duanya berakar pada struktur subjek itu sendiri. Implikasinya, memang ada realitas, terlepas dari subjek "das ding an sich" (benda dalam dirinya sendiri), tetapi selalu terdapat "X" yang tak dikenal. Sementara manusia hanya mengenal gejala-gejalanya saja, yang merupakan sintesa antara "hal-hal yang datang dari luar dengan ruang dan waktu". Akal budi menciptakan orde (putusan2) antara data-data inderawi (materi) dengan bentuk yang ada dalam akal budi (apriori) atau yang disebut "kategori".
B. Dasar-dasar teori keilmuan
a. Antologi
Antologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam fikiran yunani telah menunjukan munculnya perenungan dibidang antologi. Yang tertua diantara segenap filsafat yunani yang kita kenal adalah Thales. Atas perenungannya terhadap air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula dari segala sesuatu.
Pembahasan tentang antologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab: “apa” yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda. Untuk lebih jelasnya penulis mengemukakan pengertian dan aliran pemikiran dalam ontologi ini. Kata ontologi berasal dari perkataan yunani: On = being, dan logos = logic. Jadi ontology adalah The theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan).
Ada beberapa pendapat tentang antologi di antaranya:
· Sementara itu, A. Dardiri dalam bukunya Humaniora, filsafat, dan logika mengatakan, ontology adalah menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang berbeda dimana entitas dari kategori-kategori yang logis dan yang berlainan
· Sidi Gazalba dalam bukunya sistematika filsafat mengatakan ontology mempersoalkan sifat dan nkeadaan terakhir dan kenyataan. Karena itu ia disebut ilmu hakikat, hakikat yang bergantung pada pengetahuan. Dalam agama ontology memikirkan tentang tuhan
· Amsal Bahtiar dalam bukunya filsafat agama/ mengatakan berasal dari kata ontos = sesuatu yang terujud. Ontologi adalah teori/ilmu tentang wujud, tentang hakikat yang ada. Ontologi tidak banyak berdasar pada alam nyata, tetapi berdasar pada logika semata-mata.
Dari beberapa pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa:
ü Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa yunani yaitu,On\Ontos = ada, dan logos = ilmu. Jadi, ontology adalah ilmu tentang yang ada.
ü Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani\abstrak. [4]
b. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafatb ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunkan ilmunya. Aksiologi berasal dari kata yunani: axion (nilai) dan logos (teori) yang berarti teori tentang nilai,[5]
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karna dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Dan merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusi sangat berhutang kepeda ilmu.
Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan di terapkan pada masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang bener-bener dapat di manfaatkan oleh masyarakat, tentu tidak terlepas dari si ilmuannya. Se orang ilmuan akan di hadapkan pada kepentingan-kepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggung jawab seorang ilmuan haruslah “ dipupuk” dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab akademis dan tanggung jawab moral.
C. Epistimogi teori keilmuan
Cabang filsafat membahas apa sarana dan bagimana tata cara untuk mencapai pengetahuan, dan bagimana ukuran bagi apa yang disebut kebenaran atau kenyataan ilmiah. Perannya menyelidiki asal usul, metode-metode dan sahnya ilmu pengetahuan.Epistimologi merupakan asas mengenai cara "bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan". Landasan epistimologi tercermin secara operasional dalam metode ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan :
a. kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun;
b. menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut dan;
c. melakukan verfikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran pernyataan secara faktual.Secara akronim disebut dengan logico hypotetico verficative - deducto hypothetico verificative. Kerangka pemikiran yang logis adalah argumentasi yang bersifat rasional dalam mengembangkan penjelasan terhadap fenomena alam. Verfikasi secara empiris berarti evaluasi secara objektif dari satu pernyataan hipotesis terhadap kenyataan faktual. Verfikasi ini berarti bahwa ilmu terbuka untuk kebenaran lain, selain yang terkandung dalam hipotesis (mungkin fakta menolak hipotesis). Demikian juga verifikasi faktual membuka diri atas kritik terhadap kerangka pemikiran yang mendasari pengajuan hipotesis. Kebenaran ilmiah dengan keterbukaan terhadap kebenaran baru mempunyai sifat pragmtis yang prosesnya berulang berdasarkan cara berfikir kritis.Dalam epistimologi terdapat asas moral yang secara implisit dan eksplisit masuk dalam logico hypotetico verficative-deducto hypothetico verificative yaitu bahwa; "dalam proses kegiatan keilmuan maka setiap upaya ilmiah harus ditujukan untuk menemukan kebenaran, yang dilakukan dengan penuh kejujuran, tanpa mempunyai kepentingan langsung tertentu dan hak hidup yang berdasarkan kekuatan argumentasi secara individual". Alirannya meliputi: Rasionalisme (Descartes dll.), empirisme (Aristoteles, F.Bacon, TR.Hobbes, dll.), kritisisme, positivisme, fenomenologi. Rasionalisme dan empirisme menjadi aliran yang sangat dominant dan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan.[6]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Filsafat adalah induk dari segala ilmu. Dalam perkembangannya ilmu pengetahuan membiak dengan pesat dan spesifik, misalnya: ilmu Humaniora, Sosial, fisika, kimia, biologi, dan matematika, dan agama, sehingga seringkali lepas dari akar filosofisnya. Filsafat mengerti apa yang seharusnya menjadi kebutuhan sehari-hari, namun filsafat tidak mengerti bagaimana cara pengadaaanya, karena hal ini wilayah ilmu pengetahuan yang bersifat praktis dan teknis. Adapun ruang lingkup dari filsafat itu sendiri adalah semua hal yang ada (bahkan yang mungkin ada).
Dasar-dasar ilmu terdiri dari dua, yaitu: antologi dan aksiologi. Antologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Sedangkan Aksiologi merupakan cabang filsafatb ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunkan ilmunya. Aksiologi berasal dari kata yunani: axion (nilai) dan logos (teori) yang berarti teori tentang nilai,
Cabang filsafat membahas apa sarana dan bagimana tata cara untuk mencapai pengetahuan, dan bagimana ukuran bagi apa yang disebut kebenaran atau kenyataan ilmiah. Perannya menyelidiki asal usul, metode-metode dan sahnya ilmu pengetahuan.Epistimologi merupakan asas mengenai cara "bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan". Landasan epistimologi tercermin secara operasional dalam metode ilmiah
B. SARAN
Walaupun sulit bagi kami untuk dimengerti belajar Kerangka Dasar Teori Keilmuan, tapi kami harus tetap semangat untuk mempelajarinya, karena belajar Kerangka Dasar Teori Keilmuan sangat penting dan banyak sekali faidahnya bagi kami.
DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta: 2013.
Jaih Mubarok, Rekonstruksi Ilmu, Oleh Cecep Sumamo. Benang Merah Press, Bandung 2005.
Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Ar-Ruz Media 2005.
Vardiansah, Filsafat Ilmu Komunikasi, Jakarta: 2008.
[1] Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Ar-Ruz Media 2005, hal. 18-19.
[2] Ibid. ha.l 17-19.
[3] Jaih Mubarok, Rekonstruksi Ilmu, Oleh Cecep Sumamo. Benang Merah Press, Bandung 2005. Hal. 10-11.
[4] Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta: 2013, hal. 131-134.
[5] Vardiansah, Filsafat Ilmu Komunikasi, Jakarta: 2008, hal. 91.
[6] Ibid. 148-150.