Thursday, 24 November 2016

MAKALAH “ Kepemimpinan dalam Manajemen Pendidikan Islam”




MAKALAH

Kepemimpinan dalam Manajemen Pendidikan Islam”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliyah Manajemen Pendidikan Islam kepada
Dosen pengampu:  Dr. Mohammad Thoha, M.Pd.I


 








Di Susun Oleh :
KURNIA ILAHI SUFA        :  (18201501020025)
 


JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
TAHUN PELAJARAN  2016
 



KATA PENGANTAR

          Assalamualaikum wr. Wb.

Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena sebab rahmat dan nikmatnya saya dapat menyelesaikan sebuah tugas makalah Manajemen Pendidikan Islam ini, yang diberikan oleh Dr. Mohammad Thoha, M.Pd.I selaku dosen pengampu.
Sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada nabi  Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam ilmiyah sehingga kita semua bisa merasakan betapa indahnya agama islam yang penuh dengan ilmu- ilmu pengetahuan semoga kita bisa selamat dunia akhirat.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari dosen agar memenuhi tugas yang telah ditetapkan, dan juga agar setiap mahasiswa dapat terlatih dalam pembuatan makalah. Makalah ini berjudulKepemimpinan dalam Manajemen Pendidikan Islam”.
Adapun sumber sumber  dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari beberapa buku yang membahas tentang materi yang berkaitan dengan makalah ini. Kami sebagai penulis makalah ini, sangat berterimakasih kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung  untuk mengucapkannya.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitupun dengan kami yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak sekali kekurangan kekurang yang ditemukan, oleh karena itu, kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya . Kami mangharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan semoga makalah ini dapat bermanfaat .

Wassalamualaikumwr.wb.


                                   


DAFTAR ISI
 KATA PENGANTAR  ............................................................................................i
 DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
Latar Belakang........................................................................................................... 1
A.    Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
B.      Tujuan Masalah  ........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 1
A.    Pengertian Kepemimpinan............................................................................. 2
B.     Pendekatan Kepemimpinan........................................................................... 3
C.     Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif............................ 8
D.    Kepemimpinan dalam Peningkatan Kerja...................................................... 10
E.      Fungsi Kepemimpinan................................................................................... 12
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 14
A.     Kesimpulan .................................................................................................... 14
B.     Saran .............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15








BAB I
 PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kepemimpinan dalam Manajemen Berbasis Sekolah kemimpinan merupakan suatu hal yang sangat pentingke dalam manajemen berbasis sekolah. Kepemimpinan berkaitan dengan masalah kepala sekolah dalam meningkatan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Perilaku kepalasekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Perilaku instrumental merupakan tugas-tugas yang diorientasikan dan secara langsung diklarifikasi dalam peranan dan tugas-tugasPara guru, sebagai individu dan sebagai kelompok. Perilaku pemimpin yang sitif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerja sama dalam kelompok dalam rangka mewujudkan tujuan oganisasi.
B.     Rumusan Masalah

1.      Apa Pengertian Kepemimpinan?
2.      Bagaimana Pendekatan Kepemimpinan ?
3.      Bagaimana Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif ?
4.      Bagaimana Kepemimpinan dalam Peningkatan Kerja?
5.     Bagaimana Fungsi Kepemimpinan ?

C.     Tujuan Masalah

1.      Mengetahui Pengertian tentang Kepemimpinan.
2.      Mengetahui Pendekatan Tentang Kepemimpinan.
3.      Mengetahui manajemen Kepemimpinan Kepada Sekolah yang Efektif.
4.      Mengetahui Kepemimpinan dalam Peningkatan Kerja
5.      Mengetaui Fungsi Kepemimpinan
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses memengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Sebagaimana didefinisikan oleh Stoner,Freeman,Gilbert. Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan memengaruhi para anggota dalam berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Lebih jauh lagi Giffin membagi pengertia kepemimpinan menjadi dua konsep, yaitu sebagai roses dan sebagai atribut. Sebagai proses, kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses dimana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi para pegawai, bawahan atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi. Adapun dari sisi atribut kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu,pemimpin dapat didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi perilku orang lain tanpa menggunakan kekuatan,sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin mereka.[1]
Namun demikian, walaupun dari definisi kepemimpinan tersebut bertitik tolak dari pemberian pengaruh kepada orang lain untuk melaksanakan apa yang dikehendaki pemimpin untuk menuju suatu tujuan secara efektif dan efisien, namun ternyata proses inilah yang kemudian menghasilkan tingkatan-tingkatan dalam kepemimpinan. Kasali (2007), dengan mengutip Maxwell mengemukakan 5 tahap kepemimpinan yang meliputi : (1) Level 1, pemimpin karena hal hal yang bersifat legalitas semisal menjadipemimpin karena Surat Keputusan (SK); (2) level 2, pemimpinyang memimpin dengan kecintaannya, pemimpin pada level inisudah memimpin orang (3) level3, pemimpin yang lebih berorientasi pada hasil, pada prestasi kerja adalah sangat penting:(4) level4,padatingkatinipemimpin berusaha menumbuhkan pribadi-pribadi dalam organisasi untuk menjadi pemimpin; dan (5) level 5, pemimpinyang memiliki daya tarik yang luar biasa, Pada pemimpin level ini orang-orang ingin mengikutinya bukan hanya karena apa yang telah diberikan pemimpin secara personal atau manfaatnya,juga karena nilai-nilai dan simbol-simbol yang melekat pada diri orang tersebut.[2]

B.     Pendekatan Kepemimpinan

Kepemimpinan itu suatu kemampuan yang dapat dipelajari atau sudah sedia ada?Pertanyaan ini mencoba membawa kita kepada sebuah uraian mengenai beberapa pendekatan mengenai kepemimpinan, Di antara pendekatan yang telah  adalah pendekatan personal(personal traits of leadership approach), perilaku (approach), serta pendekatan kontingensi (contingency approach)
1.      Pendekatan Personal Mengenai Kepemimpinan
Pendekatan personal mengenai kepemimpinan berangkat dari sebuah pertanyaan sederhana: Siapakah pemimpin itu? Apakah menjadi pemimpin itu di ajari? Apakah yang membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin. Pendekatan personal mencoba melihat pemimpin dari sisi personal atau karakteristik figur dari seorang pemimpin.
Pemimpin dan bukan seorang pemimpin berbagai pandangan dapat kita temukan ketika barangkali kita pernah mendengar bahwa pemimpin itu harus cerdas, pintar, bersifat terbuka, memiliki kepercayaan diri dan lebih tinggi misalnya. Akan tetapipadakenyataannya kita barangkali dapat bertanya, seperti apa orang yang cerdas dan Apakah seorang yang mesti bertitel profesor atau doktor? Lalu mengapa banyak presiden yang tidak memiliki titel tersebut?Apabila bersifat terbuka adalah prasyarat seorang pemimpin, mengapa seorang Abraham Lincoln dapat menjadi seorang presidenpadahaldirinya cenderung bersifat tertutup?dan seterusnya. Pandangan bahwa pemimpin harus cerdas, tinggi, bersifat terbuka, pada kenyataannya masih menimbulkan pro dan kontra terlebih pada kenyataannya bahwa banyak pemimpin yang tidak memiliki kriteria tersebut, namun dia diakui sebagai pemimpin oleh masyarakatnya.
pemimpin efektif dan pemimpin tidak efektif. Pendekatan ini melihat bahwa karakteristik pemimpin bukan sekedar dilihat dari sisi fisik saja, tetapi juga kemampuannya untuk mencapa itujuan dari sebuah organisasi Mereka yang mampu membawa anggotanya untuk bersama sama mencapai tujuan, dikatakan  sebagai pemimpin yang efektif. Adapun sebaliknya, mereka yang tidak mampu memengaruhi anggotanya untuk bersama-sama  mencapai tujuan dikatakan sebagai pemimpin tidak efektif.  Berdasarkan hal ini, isu-isu baru kemudian muncul seperti apakah pria lebih efektif dari wanita?Apakah suku tertentu lebih efektif dari suku yang lainnya, dan lain sebagainya. Pada intinya jika kita menerima bahwa pemimpin lebih cenderung dilihat dari kemampuannya dalam pencapaian tujuan, maka pemimpin efektif sangat mungkin untuk muncul dari pria maupun wanita, suku bangsa, dan ras manapun, maupun dari kalangan mana pun, sehingga semakin jelas bagi kita bahwa ketika kita menyadari bahwa setiap individu memiliki keragamannya masing-masing.[3]
2.      Pendekatan Perilaku Mengenai Kepemimpinan

        Ketika kita menyadari bahwa dari  sisi personal atau karakteristik individu, pembedaan pemimpin bukan dan bukan pemimpin  agak sulit untuk dibedakan, maka pendekatan lain yang bisa digunakan adalah pendekatan perilaku mengenai kepemimpinan. Pada dasarnya pendekatan ini mencoba lebih memfokuskan kepada perilaku dan tindakan apa yang dilakukan oleh seorang pemimpin atau pemimpin yang efektif.
Pendekatan perilaku lebih memfokuskan kepada beberapa tindakan yang dilaknkan oleh pemimpin, seperti bagaimana mereka melakukan delegasi,bagaimana mereka berkomunikasi dengan orang-orang, serta bagaimana mereka memotivasi para pegawai, dan seterusnya. Perilaku, tidak seperti faktor personal, dapat dipelajari sehingga mereka yang mendapatkan pendidikan atau pelatihan yang memadai mengenai kepemimpinan akan mampu menjadi pemimpin yang efektif. Para teoritisi yang melakukan pendekatan perilaku mengenai kepemimpinan pada dasarnya memfokuskan pada dua aspek dari perilaku kepemimpinan, yaitu fungsi-fungsi kepemimpinan (leadership functions) dan gaya kepemimpinan(leadership styles).


3.      Pendekatan Kontingensi Mengenai Kepemimpinan
Apa yang dapat disimpulkan dari kedua pendekatan mengenai kepemimpinan di atas adalah bahwa gaya kepemimpinan sangat ditentukan oleh berbagai faktor, di antaranya latar belakang personal, pendidikan personal, pengalaman, hingga lingkungan yang dihadapinya. Kenyataan ini membawa kepada kesimpulan bahwa pada dasarnya gaya kepemimpinan bersifat situasional.
Para peneliti kemudian mulai melakukan identifikasi situasi-situasi yang mendorong suatu gaya kepemimpinan tertentu dilakukan. Pendekatan kepemimpinan yang mempertimbangkan situasi yang dihadapi inilah yang dinamakan sebagai pendekatan kontigensi dalam kepemimpinan, di mana secara sederhana pendekatan kontigensi memandang bahwa gaya manajemen atau gaya kepemimpinan yang akan memberikan kontribusi positif bagi organisasi sangat beragam  dan sangat ditentukan oleh keragaman situasi dan keadaan yang dihadapi oleh organisasi tersebut dari waktu ke waktu. Terdapat beberapa model mengenai pendekatan kontingensi ini, yaitu di antaranya model kepemimpinan situasional dari Hersey Blanchard, model LPC dari Fiedler,dan model jalan tujuan dari Evans House. Berikut ini akan diuraikan satu per satu mengenai model tersebut.[4]
a.       Model Kepemimpinan Situasional
Paul Hersey dan Kenneth H Blanchard membuat suatu model yang dinamakan sebagai model kepemimpinan situasional (situational leadership model). Menjelaskan bahwa para manajer perlu menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka sebagai respons terhadap berbagai karakter dariorang-orang yang menjad ibawahanny aseperti harapan pekerja, pengalaman, keahlian, dan kesanggupan dalam menerima tanggung jawab
b.      Model LPC
Model kepemimpinan kontingensi kedua adalah Model LPC yang diperkenalkan  oleh Fred Fiedler. Model ini menjelaskan bahwa kepemimpinan yang sebaiknya digunakan beragam dan bergatung kepada kecenderungan  situasi yang terjadi, LPC singkatan dari Least Preferred Coworker, dimana pemimpin atau manajer perlu mengidentifikasi gaya kepemimpinan manakah yang paling cocok untuk diimplementasikanyang disesuai dengan kondisi minimum pekerja yang dihadapinya.Menurut Fiedler kunci pemahaman dari pendekatan situsional adalah tingkatan kecenderungan manajer terhadap penilaian situasi pekerja yang dihadapinya. Artinya manajer perlu menilai apakah situasiyang dihadapinya memiliki kecenderungan yang mungkin didekati dengan gaya kepemimpinannya ataukah tidak.
Fiedler menyimpulkan bahwa ada 3 faktor kontingensi yang perlu dipertimbangkan dalam model LPC yang dikemukakannya, yaitu relasi pemimpin bawahan (leader member relation), struktur pekerjaan (task structure), serta peran kekuasaan (power position). Jika kepercayaan antara pimpinan dengan bawahan baik, penghargaan dari kedua belah pihak baik, dan penghargaan dari kedua belah pihak baik, dan seterusnya, maka relasi pimpinan -bawahan dikategorikan baik. Demikian pula sebaliknya, jika terdapat ketidak percayaan, tak ada penghargaan, dan seterusnya, maka relasi bawahan dikategorikan buruk dalam model LPO diatas.  Struktur Tugas atau Pekerjaan menggambarkan baik tidaknya seluruh rangkaian pekerjaan yang akan dilakukan dari mulai kejelasan tugas, prosedur, dan lain sebagainya. Jika struktur pekerjaan ini tersedia dengan lengkap dan jelas, maka dikategorikan pada tinggi, dan jika sebaliknya dikategorikan pada rendah. Peran/posisi kekuasaan menggambar peran atau posisi kekuasaan pemimpin terhadap bawahannya. Jika pemimpin memiliki peran yang kuat dalam memengaruhi dan mengarahkan bawahannya, maka faktor peran/posisi kekuasaan ini di katagorikan pada kuat, demikian pula sebaliknya, jika pemimpin kurang berperan dalam memengaruhi bawahan, kebijakan dan  keputusan diputusan oleh oranglain, maka peran/posisi kekuasaan ini dikategorikan lemah. Adapun untuk situasi  yang cukup kondusif , gaya kepemimpinan yang perlu diimplementasikan adalah gaya kepemimpinn yang lebih menekankan pada orientasi hubungan dengan orang-orang, dan jika situasi yang dihadapi adalah tidak kondusif, maka gaya kepemimpinan yang perlu diimplementasikan adalah yang berorientasi pekerjaan/tugas.[5]
c.       Model Jalan Tujuan (Path Goal Theory)
Model ini diperkenalkan oleh Martin G. Evans dan Robert House. Pendekatan Evans dan House berangkat dari asumsi dasar teorimengenai harapan ( expectancy theory). Berdasarkan asumsi ini, Evans dan House berpendapat bahwa sekalipun gaya kepemimpinan perlu disesuaikan dengan situasi yang dihadapi, apakah kecenderungan pekerja untuk berorientasi pada pekerjaan atau relasi sosial, akan tetapi faktor terpenting yang perlu diperhatikan justru bahwa pemimpin harus mampu menyediakan dan menjelaskan penghargaan apa yang akan diterima oleh para pekerja sekiranya mereka mengikuti apa yang diperintahkan atau diarahkan oleh pemimpin atau rmanajer. Manajer harus menentukan tujuan (rewards yang diharapkan pekerjaan dan jalan-jalan( Path) yang perlu dilakukan pekerja untuk meraih tujuan tersebut.Olehsebabitulah model Evans dan House dinamakan sebagai model jalan tujuan (Path Goal Theory). Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian dari model jalan tujuan ini, yaitu perilaku pemimpin (leader behavior) dan faktor situasi (situational factors).
Dalam hal perilaku pemimpin,paling tidak ada empat tipe pemimpin berdasarkan model jalan tujuan ini, yaitu :

a.       Pemimpin direktif, yaitu pemimpin yang cenderung untuk menentukan langsung apa yang harus dilakukan oleh bawahan dan apa yang seperti ini langsung memberikan arah dan panduan serta memberikan jadwal kerja yang spesifik.
b.      Pemimpin suportif, yaitu pemimpi yang cenderung bersahabat dan mudah diajak berdialog oleh siapa pun, memberikan perhatian penuh setara.
c.       Pemimpin partisipatif, yaitu pemimpin yang cenderung untuk memberikan konsultasi kepada bawahan, mengakomodasi berbagai masukan, serta melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.
d.      Pemimpin prestatif, yaitu pemimpin yang memiliki visi perubahan dan standar yang tinggi akan produktivitas, memberikan dorongan kepada bawahan untuk berprestasi dan memotivasi kemampuan bawahan dalam melakukan berbagai pekerjaan.[6]
Pada praktiknya, keempat tipe perilaku pemimpin ini bersifat situasional pula. Bagi orang-orang baru, Barangkali pendekatan direktif akan lebih sesuai untuk digunakan karena orang-orang tersebut belum mengenal organisasi, rekan kerja, serta lingkungan pekerjaannya. Setelah beberapa  lama mereka mengenal organisasinya, barangkali pendekatan lain perlu ilakukan, dari mulai suportif, Partisipatif, hingga prestatif.
d.      Vroom-Yetton-Jago(VYJ)
Model ini diperkenalkan pada tahun 1973 oleh Vicctor Vroom,Phillip Yetton, dan kemudian disempurnakan pada tahun 1988 oleh Vroom dan Arthur G. Jago. Model ini memfokuskan hanya pada tingkat partisi pasi bawahan dalam pengambilan keputusan. Model ini memiliki dasar asumsi bahwa sebuah keputusan dikatakan efektif jika keputusan tersebut memiliki dua ciri, yaitu berkualitas dan diterima.Sebuah keputusan dikatakan berkualitas sekiranya keputusan memberikan implikasi positif pada kinerja. Keputusan dikatakan diterima sekiranya keputusan tersebut diterima oleh bawahan dan bawaahan berkomitmen untuk menjalankannya.[7]
C.    Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif
Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Sehubungan dengan MBS, kepala sekolah dituntut untuk senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja. Dengan begitu, MBS bagai paradigma baru pendidikan dapat memberikan hasil yang memuaskan.[8]
 Kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam kaitannya dengan MBS adalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasi MBS di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Sehubungan dengan itu, kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam MBS dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut:
1.      Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif.
2.      dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan.
3.      mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat
sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka
mewujudkan sekolah dan pendidikan.
4.       Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan lain di sekolah;
5.       berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
6.      Bekerja dengan tim manajemen
Pidarta (1988) mengemukakan tiga macam keterampilan yang dimiliki oleh kepala sekolah untuk menyukseskan kepemimpinannya. Ketiga keterampilan tersebut adalah ketrampilan konseptual, yaitu untuk memahami dan mengoprasikan organisasi; keterampilan manusiawi, yaitu keterampilan untuk bekerja sama, memotivasi dan memimpin, serta keterampilan tehnik ialah ketrampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode, tehnik, serta perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk memiliki kemampuan, terutama keterampilan konsep, para kepala sekolah diharapkan melakukan kegiatan-kegiatan berikut: (1) senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja para guru dan pegawai sekolah lainnya; (2) melakukan observasi kegiatan menajemen secara terencana; (3) membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan; (4) memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain; (5) berpikir untuk masa yang akan datang, dan (6) merumuskan ide-ide yang dapat diuji cobakan. Selain itu,kepala sekolah harus dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif sesuai dengan situasi dan kebutuhan serta motivasi para guru dan pekerja lain.[9]


·         Kepemimpinan Kepala Sekolah

Peters dan Austin dalam Sallis (1993), memberikan pertimbangan spesifik mengenai kepemimpinan pendidikan yang diberi tema Excellence In School Leadership. Mereka berpendapat kepemimpinan pendidikan membutuhkan perspektif sebagai berikut:
a.       Visi dan simbol.Guru kepala atau kepala sekolah harus mengomunikasikan nilai-nilai institusi kepada staffnya, siswa, dan masyarakat luas.
b.       Management by walking about yang merupakan gaya kepemimpinan bagi setiapinstitusi.
c.       For The Kids (untuk anak-anak).Istilah dalam pendidikan yang berarti ekuivalen dengan dekat pada pelanggan.
d.      Autonomi, pengalaman, dan dukungan terhadap kegagalan. Pemimpin pendidikan harus mendorong inovasi diantara staffnya dan siap terhadap kegagalan yang pasti muncul dalam melakukan inovasi
e.       Menciptakan rasa 'kekeluargaan. Pemimpin perlu menciptakan suatu perasaan sebagai komunitas di antara siswa, murid, orangtua, guru, dan staff pendukung
f.        Rasa sebagai keseluruhan, ritme, keinginan kuat, intensitas, dan antusiasme[10].
D.    Kepemimpinan dalam Peningkatan Kerja
Selain pokok-pokok perhatian MBS sebagaimana diuraikan diatas, perhatian selanjutnya diberikan pada hal penting yaitu peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam kaitannya dengan pengembangan guru. Prinsip-prinsip dan praktek-praktek kepemimpinan ini hendaknya dikaitkan dengan peranan kepala sekolah dan kedudukan pimpinan lainnya yang relevan, dan peranan kepemimpinan khusus meliputi hubungan dengan staf, siswa, orang tua siswa dan orang-orang  lain di luar komuniti tempat sekolah itu berada.[11]
Sejarah pertumbuhan peradaban manusia banyak menunjukkan bukti bahwa salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan keberlangsungan organisasi adalah kuat tidaknya kepemimpinan. Kegagalan dan keberhasilan suatu organisasi banyak ditentukan oleh pemimpin karena pemimpin merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh oleh organisasi menuju tujuanyang akan dicapai.
Semakin tinggi kepemimpinan yang diduduki oleh seseorang dalam organisasi, nilai dan bobot strategik dari keputusan yang diambilnya semakin besar. Sebaliknya, semakin rendah kedudukan seseorang dalam suatu organisasi, keputusan yang diambilnya pun yang lebih operasional. Banyak hasil-hasil studi yang menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang terdapat dalam setiap organisasi merupakan factor yang berhubungan dengan produktivitas dan efektivitas organisasi.
 Dalam kaitannya dengan peranan gaya kepemimpinan dalam meningkatkan kinerja pegawai, perlu dipahami bahwa setiap pemimpin bertanggung jawab mengarahkan apa yang baik bagi pegawainya, dan dia sendiri harus berbuat baik. Pemimpin harus menjadi contoh, sabar, dan penuh pengertian. Fungsi pemimpin hendaknya diartikan sebagai motto Ki Hajar  Dewantara: Ing ngarsa sung tulada, Ing madya mangun  karsa, tut wuri handayani ( didepan menadi teladan, ditengah membina kemauan, dibelakang menjadi pendorong/ memberi daya ).
Dalam rangka pembinaan MBS, kepala sekolah, sebagai pemimpin, harus memilki berbagai kemauan diantaranya yang berkaitan dengan pembinaan disiplin pegawai dan motivasi.[12]
1.        Pembinaan Disiplin
Seorang pemimpin harus mampu menumbuhkan disiplin, terutama disiplin diri (Self-discipline). Dalam kaitan ini pemimpin harus mampu membantu pegawai mengembangkan pola dan meningkatkan standar perilakunya, serta menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin. Disiplin merupakan sesuatu yang penting untuk menanamkan rasa hormat terhadap kewenangan, menanamkan kerjasama, dan merupakan kebutuhan untuk berorganisasi, serta untuk menanamkan rasa hormat terhadap orang lain.


2.      Pembangkit motivasi
Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang datang dari dalam maupun maupun yang datang dari lingkungan. Dari berbagai faktor tersebut, motivasi merupakan suatu faktor yang cukup dominan dan dapat menggerakkan faktor-faktor lain ke arah efektivitas kerja. Dalam hal tertentu motivasi sering disamakan dengan mesin dan kemudi mobil, yang berfungsi sebagai penggerak dan pengarah.
Setiap pegawai memiliki karakteristik khusus, yang satu sama lain. Hal tersebut memerlukan perhatian dan pelayanan khusus pula dari pemimpinnya, agar mereka dapat memanfaatkanwaktu untuk meningkatkan kinerjanya. Perbedaan pegawai tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam bentuk psikisnya ,misalnya motivasi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja,perlu diupayakan untuk membangkitkan motivasi para pegawai dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi.

E.     Fungsi Kepemimpinan

Fungsi Kepemimpinan adalah fungsi yang akan mendukung tercapainya tim
yang efektif sehingga manajemen dapat dijalankan secara efektif dalam mencapai tujuan. Terdapat dua fungsi yang terkait dengan hal ini, yaitu fungsi yang terkait dengan tugas atau pekerjaan (task-relatede functions), dan fungsi yang terkait hubungan sosial atau pemeliharaan kelompok (group-maintanance functions). Fungsi yang terkait dengan tugas dan pekerjaan memfokuskan fungsi kepemimpinan dalam menjalankan berbagai pekerjaan atau tugas yang telah direncanakan dalam suatu organisasi. Dengan demikian kepemimpinan yang efektif adalah ketika pemimpin mampu memengaruhi orang-orang untuk dapat melakukan tugas-tugas yang telah dipercayakan kepada mereka. Adapun fungsi fungsi yang terkait dengan hubungan sosial atau pemeliharaan kelompok memfokuskan fungsi kepemimpinan dalam upaya untuk senantiasa memelihara kesatu di antara sesama pekerja, pengertian dengan dan sesama mereka. Dengan demikian pemimpin yang efektif adalah ketika pemimpin tersebut mampu berkomunikasi dengan dengan baik dengan tim kerja, mengajak mereka untuk senantiasa memelihara kebersamaan dan saling pengertian sehingga tim kerja yang ada senantiasa terpelihara dengan baik.[13]
Sedangkan menurutMahdi bin Ibrahim , Fungsi manajemen Pendidikan meliputi : Perencanaan,Pengorganisasian ,Pengarahan dan Pengawasan.
1.      Fungsi Perencanaan
Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai mendapat hasil yang maksimal.
2.      Fungsi Pengorganisasian
Sebuah organisasi dalam manajemen pendidikan islam akan dapat berjlan lncar dan sesuai dengan tujuan jika konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain perjalanan organisasi yaitu, kebebasan, keadilan dan musyawarah.

3.      Fungsi pengarahan
Pengarahan adalah suatu proses meberi bimbingan kepada rekan kerja sehingga mereka menjadi pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja secara efektif menuju sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
4.      Fungsi Pengawasan
Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.









BAB III
 PENUTUP
A.   Kesimpulan

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses memengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Sebagaimana didefinisikan oleh Stoner,Freeman,Gilbert. Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan memengaruhi para anggota dalam berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang –orang lain agar pekerja mencapai tujuan dan sasaran. Kepemimpinan juga bagian penting dari manajemen tetapi tidak sama dengan manajemen. Manajemen mencakup kepemimpinan tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lain seperti perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan.
B.   Saran
 Dalam penyusunan makalah ini mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan dalam penyusunannya, mohon maaf kepada dosen pengampu serta teman-teman untuk membantu merevisi agar makalah ini lebih sempurna dan sebagai proses pembelajaran menuju kesempurnaan.       










DAFTAR PUSTAKA

Trisnawati Erni & Saefullah Kurniawan, Pengantar Manajemen, Jakarta : Kencana Perdana Media Group 2005
Muhaimin, Manajemen pendidikan, Jakarta : kencana Perdana Media Group 2009
Rohiat, Manajemen Sekolah, Bandung : PT Refika Aditama 2012
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA 2003


[1] Ernie Trisnawati, Dkk, Pengantar Manajemen, Jakarta : KENCANA PRENADA MEDIA GROUP 2005, Hlm. 255
[2] Muhaimin, Manajemen Pendidikan(Aplikasinya dalam Penyusunan Pegembangan Madrasah), Jakarta : KENCANA MEDIA GROUP,Hlm.30
[3] Erni Trisnawati Dkk, Op.Cit, Hlm.258
[4] Ernie Trisnawati, Op,Cit,Hlm.264
[5] Ernie Trisnawati Dkk, Op.Cit,Hlm.269
[6] Ernie Trisnawati Dkk, Op.Cit,Hlm.269
[7] Ernie Trisnawati Dkk, Op.cit,Hlm270
[8] Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA 2003,Hlm,126
[9] Mulyasa, Op.Cit,Hlm.127
[10] Rohiat, Manajemen Sekolah(Teori Dasar dan Praktik), Bandung : PT Refika Aditama 2012, Hlm36
[11] Mulyasa, Op.Cit,Hlm116-117
[12]  Mulyasa, Op.Cit, Hlm.118
[13] Ernie Trisnawati, Op.Cit,259-260