Makalah
Pengertian, Asal-Usul, Pro dan Kontra terhadap Tasawuf
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Akhlak Tasawuf
Dosen
Pengampu Mohammad Subhan Zamzami Lc,
M. TH.I
Disusun Oleh:
Imam Hanafi
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji
syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridha-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam waktu yang singkat.
Maksud dari makalah ini adalah untuk
memberikan sebuah informasi kepada pembaca mengenai tema yang diberikan oleh dosen
pengampu Mohammad Subhan agar pembaca mengetahui pengertian,
asal-usul dan pro-kontra terhadap tasawuf. Dalam pembuatan makalah ini kami
mendapat bantuan dan masukan dari berbagai pihak terutama Bapak Mohammad Subhan selaku dosen pengampu pada matakuliah akhlak
tasawuf dan juga kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa
makalah yang dibuat ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan saran serta kritik yang
membangun dari berbagai pihak terutama pembaca agar penulisan makalah ini dapat
lebih sempurna lagi. Akhir kata semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekaligus bagi kami sendiri.
Pamekasan, 19 September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tasawuf................................................................................................. 3
B.
Asal-Usul
Tasawuf.................................................................................................. 5
C. Pro dan Kontra Terhadap Tasawuf.......................................................................... 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tasawuf
adalah salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan dimensi atau aspek spritual
Islam. Spritual ini dapat mengambil beraneka ragam di dalamnya. Tasawuf lebih
menekankan aspek rohaninya ketimbang aspek jasmaninya dalam kaitannya dengan
kehidupan, ia lebih menekankan kehidupan akhirat ketimbang kehidupan dunia yang
fana, sedangkan dalam kaitannya dengan pemahaman keagamaan, ia lebih menekankan
aspek esoterik ketimbang eksoterik, lebih mekankan penafsiran batini ketimbang
penafsiran lahiriah.
Di dalam makalah ini akan dijabarkan secara terperinci
mengenai pengertian tasawuf, asal-usul tasawuf dan tokoh-tokoh yang pro dan
kontra terhadap tasawuf.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian Tasawuf?
2. Bagaimanakah Asal-Usul Tasawuf?
3. Siapakah Tokoh yang Pro dan Kontra terhadap Tasawuf?
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian Tasawuf.
2. Untuk
mengetahui Asal-Usul Tasawuf.
3. Untuk
mengetahui Tokoh yang Pro dan Kontra
terhadap Tasawuf.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tasawuf
Secara etimologi,
pengertian tasawuf dapat dimaknai menjadi beberapa macam, diantaranya:
Tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan
dengan ahl ash-shuffah yang berarti
sekelompok orang di masa Rasulullah yang banyak berdiam di serambi-serambi
masjid dan mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT. Mereka
adalah orang-orang yang ikut pindah dengan Rasulullah dari mekkah ke Madinah,
kehilangan harta, berada dalam keadaan miskin, dan tidak mempunyai apa-apa.
Mereka tinggal di masjid Rasulullah dan duduk di atas bangku batu dengan
memakai pelana sebagai bantal. Pelana disebut shuffah dan kata sofa dalam
bahasa-bahasa di Eropa berasal dari kata ini.[1]
Tasawuf berasal dari
kata shafâ’ yang artinya suci. Kata shafâ’ ini berbentuk fi’il mabni majhul sehingga menjadi isim mulhaq dengan huruf ya’ nisbah yang berarti sebagai nama
bagi orang-orang yang bersih dan suci. Jadi, mereka itu menyucikan dirinya
dihadapan Tuhan melalui latihan yang berat dan lama.[2]
Tasawuf berasal dari
kata shaff. Makna shaff ini dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika shalat selalu
berada di shaf terdepan. Sebagaimana halnya shaf pertama mendapat kemuliaan dan
pahala, maka orang-orang penganut tasawuf ini dimuliakan dan diberi pahala oleh
Allah SWT.[3]
Tasawuf berasal dari
kata shȗf artinya kain yang terbuat
dari bulu wol. Namun, kain wol yang dipakai adalah wol kasar, bukan wol harus
sebagaimana kain wol sekarang. Memakai wol kasar pada waktu itu adalah simbol
kesederhanaan. Lawannya adalah memakai sutra. Kain itu dipakai oleh orang-orang
mewah kalangan pemerintahan yang hidupnya mewah. Para penganut tasawuf ini
hidupnya sederhana, tetapi berhati mulia, menjauhi pakaian sutra, dan memakai
wol kasar.[4]
Secara terminologi, para sufi berbeda dalam mengartikan tasawuf di antaranya:
Menurut
Ma’ruf
Al-karkhi (w. 200H) Tasawuf
menekankan hal-hal yang hakiki dan mengabaikan segala apa yang ada pada
makhluk. Barang siapa yang belum bersunguh-sungguh dengan kefakiran, berarti
belum bersungguh-sungguh dalam bertasawuf.[5]
Abu Hamzah tanda sufi yang benar adalah
berfikir setelah ia kaya, merendahkan diri setelah ia bermegah-megah, dan
menyembunyikan diri setelah ia terkenal. Sementara itu, tanda sufi yang palsu
adalah kaya setelah ia berpikir, bermegah-megah setelah ia merendahkan diri,
dan tersohor setelah ia bersembunyi.[6]
Al-junaidi, Tasawuf ialah membersihkan hati dari hal yang
menganggu perasaan, berjuang menanggalakan pengaruh insting, kelemahan menjauhi
seruan hawa nafsu, mendekati sifat sifat suci kerohanian lebih kekal,
menaburkan nasihat kepada semua manusia, memgang teguh janji dengan Allah dalam
hal hakikat, serta mengikuti contoh Rasulullah dalam hal syariat.[7]
Dari
definisi di atas dapat diartikan bahwa tasawuf adalah cara menikmati hidup yang
mengutamakan akhirat dibandingkan duniawi.
B.
Asal-Usul Istilah
Tasawuf muncul pada zaman Rasulullah SAW, ajaran
beliau ditanamkan kepada seluruh sahabat beliau dengan melalui pengajaran dan
pembinaan yang disertai dengan contoh dari beliau.[8]
Para sahabat Rasulullah SAW memberika penanaman, pembentukan dan pengalaman
akhlak dengan materi, yang dipraktekkan oleh Rasulullah SAW. Disamping
mempraktekkan akhlak Rasul, para sahabat juga memberikan pembelajaran akhlak
yang terpuji kepada para tabiin.[9]
Sebagai sebuah gerakan tasawuf dimulai pada masa tabiin, yaitu ketika umat Islam berada
dalam kekhalifahan Bani Umayyah. Ketika itu terdapat seorang tabiin yang bernama Hasan al-Bashri
(wafat 120 H), yang melakukan gerakan asketisme.[10]
Istilah tasawuf pertama kali diperkenalkan oleh
seorang tokoh
yang bernama Abu Hisyam, seorang zahid dari Syiria, dan mendirikan lembaga Sufi
yang dinamakan taqiyah (sejenis
padepokan Sufi).[11]
Sejak abad pertengahan, ketika tasawuf ditulis oleh
para kaum Sufi yang banyak menelorkan tulisan-tulisan yang sangat berharga dan
memperkaya khazanah pemikiran ummat Islam.[12]
Namun sebagian beranggapan tasawuf berasal dari pengaruh
Hindu, Persia, dan Nasrani, pemikiran filsafat Yunani dan ajaran Neo
Platonisme.[13]
Meskipun banyak yang beranggapan tasawuf berasal dari
pengaruh dari Persia dll, tetapi diyakini bahwa asal-usul tasawuf adalah berasal dari ajaran agama Islam sendiri dengan
alquran dan hadis.
C. Pro dan Kontra terhadap Tasawuf
Sebagai sistem kegamaan yang
utuh islam memberikan tempat kepada dua jenis penghayatan sekaligus, yaitu
eksoteris (dzahiri) dan esoteris (bathini). Tasawuf merupakan salah satu aspek
esoteris islam sekaligus perwujudan ihsan yang menyadari adanya komunikasi
langsung dengan Tuhan. Esensi ajaran ini sebenarnya telah ada sejak masa
Rasulullah SAW. Meskipun demikian, tasawuf merupakan hasil kebudayaan
sebagaimana ilmu keislaman lainnya seperti ilmu fiqih dan ilmu tauhid. Oleh
karena itu, tasawuf tidak lepas dari berbagai kritik.[14]
1.
Tokoh-Tokoh Pro Tasawuf
a.
Al Ghazali
Nama lengkapnya adalah Abu
Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ta’us ath-Thusi Asy-Syafi’I
Al-Ghazali. Secara singkat dipanggil Al-Ghazali atau Abu Hamid Al-Ghazali, Ia
dipanggil Al-Ghazali karena dilahirkan dikampung ghazlah, suatu kota di
Khurasan, iran, pada tahun 450 H/1058 M, tiga tahun setelah kaum saljuk
mengambil alih kekuasaan di Baghdad.[15]
Ayah Al-Ghazali adalah
seorang miskin pemintal kain wol yang taat, saat menyenangi ulama, dan sering
aktif menhadiri majelis-majelis pengajian. Ketika menjelang wafatnya, ayahnya
menitipkan Al-Ghazali dan adiknya yang bernama Ahmad kepada seorang sufi.
Di dalam tasawufnya,
Al-Ghazali memilih tasawuf sunni yang berdasarkan Al-Quran dan sunnah Nabi
ditambah dengan doktrin ahlussunnah wal jamaah. Dari paham tasawufnya
itu, ia menjauhkan semua kecenderungannya agnostis yang memengaruhi para
filosof islam, sakte isma’iliyyah, aliran Syi’ah, Ikhwan Ash-shafa dan
lain-lainnya. Ia menjauhkan tasawufnya dari paham ketuhanan Aristoteles,
seperti emanasi dan penyatuan, sehingga dapat dikatakan bahwa tasawuf
Al-Ghazali benar-benar bercorak Islam.[16]
Menurut Al-Ghazali, jalan
menuju tasawuf baru dapat dicapai dengan mematahkan hambatan-hambatan jiwa,
serta membersihkan diri dari moral yang tercela sehingga kalbu dapat lepas dari
segala sesuatu yang selain Allah dan berhias dengan selalu mengingat Allah.[17]
Oleh karena itu, Al-Ghazali
mempunyai jasa besar dalam dunia Islam. Dialah orang yang mampu memadukan
antara ketiga keilmuan islam, yakni tasawuf, fiqh dan ilmu kalam, yang
sebelumnya terjadi ketegangan diantara ketiganya. Al-Ghazali menjadikan tasawuf
sebagai sarana untuk berolah rasa dan berolah jiwa, sehingga sampai kepada
makrifat yang membantu menciptakan.[18]
b.
Abu Yazid Al Busthami
Ajaran tasawuf yang terpenting dari
Abu Yazid adalah fana dan baqa. Dari segi bahasa, fana berasal dari kata faniya
yang berarti musnah atau lenyap, dalam istilah tasawuf, fana diartikan sebagai
keadaan moral yang luhur.[19]
Fana ialah hilangnya semua keinginan
hawa nafsu seseorang tidak ada pamrih dari segala perbuatan manusia, sehingga
ia kehilangan segala perasaannya dan dapat membedakan sesuatu secara sadar dan
ia telah menghilangkan semua kepentingan ketika berbuat sesuatu. Percapaian Abu
yazid ke tahap fana dicapai setelah meninggalkan segala keinginan selain
keinginan kepada Allah.
Yang perlu dicatat bahwa Al-Sulami dalam tabaqat
al-shufiyah, Al-thusi dalam al-Luma’, telah membahas ungkapan-ungkapan Abu
Yazid yang ternyata sejalan dengan Al-Quran dan sunnah, serta berpendapat bahwa
tasawuf yang diajarkannya seiring dengan kedua sumber ajaran islam tersebut.[20]
2.
Tokoh-Tokoh Kontra Tasawuf
Berikut ini beberapa
kritikus persepsi bahwa tasawuf bersumber dari luar islam sebagai berikut:
a.
Syaikh Ihsan Ilahi Dhahir
Jika kita memperhatikan dengan teliti tentang
tasawuf dan pendapat para sufi, maka kita akan melihat dengan jelas
perbedaannya dengan Al Qur’an dan sunnah. Kita juga tidak melihat adanya
bibit-bibit tasawuf didalam perjalanan hidup Nabi SAW dan para sahabat. Mereka
itu manusia pilihan Allah, namun kita dapat melihat bahwa tasawuf diambil dari
kependetaan Nasrani, brahmana Hindu, ibadah Yahudi dan zuhud Agama Budha.[21]
b.
Syaikh Abdur Rahim Al-Wakil
Sesungguhnya Tasawuf itu makar yang paling hina.
Setan telah membuatnya untuk memerangi Allah SWT dan Rasulullah serta menipu
para hamba-Nya. Sesungguhnya tasawuf adalah topeng kaum majusi agar terlihat
seperti orang yang rabbani (taat
kepada tuhan), bahkan juga topeng semua musuh Islam. Apabila diteliti, maka
akan ditemui ajaran hindu, Budha, Zoroaster, yahudi, Nasrani, Pagan, dan
Platonisme.
c.
Syaikh Al-Fauzan
Jelaskah bahwa tasawuf adalah ajaran dari luar yang
menyusup kedalam islam. Hal itu tampak dari kebiasaan-kebiasaan yang
dinisbahkan kepadanya. Tasawuf adalah ajaran yang asing didalam islam dan jauh
dari petunjuk Allah SWT.
Kritikan-kritikan para tokoh yang menganggap bahwa
tasawuf bukan berasal dari islam sesungguhnya telah sejak lama muncul. Istilah
tasawuf baru muncul pada abad ke II Hijriah, Artinya Istilah tasawuf baru
muncul pada masa setelah kehidupan beliau.
Menurut Ibnu Al Jauzi dab
Ibnu Khuldun, secara garis besar kehidupan kerohanian dalam islam terbagi
menjadi dua, yaitu zuhud dan tasawuf, Diakui keduannya merupakan istilah baru,
sebab belum ada pada zaman Rasulullah SAW dan tidak terdapat dalam Al-Quran,
kecuali kata zuhud yang disebut dalam surah Yunus (12) ayat 20.[22]
Akan tetapi sumber-sumber
tasawuf, jika dikatakan tidak bersumber dari ajaran islam, yaitu Al-Quran dan
hadis, maka sesungguhnya pendapat ini tidaklah cukup beralasan, mengingat bahwa
banyak sekali sumber-sumber tasawuf yang berasal dari ayat-ayat Al-Quran maupun
hadis yang menjadi sumber atau dasar dari tasawuf.[23]
Dengan demikian, dapatlah
disimpulkan bahwa sebenarnya tasawuf itu bersumber dari ajaran islam itu
sendiri, Nabi muhammad dan para sahabatnya pun telah mempraktikannya. Hal ini
dapat dilihat dari asas-asasnya yang banyak berlandaskan Al-Quran dan sunnah.
Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri juga bahwa setelah berkembang menjadi
aliran pemikiran, tasawuf mendapat berbagai pengaruh, seperti budaya Yunani,
Hindu dan Persia.[24]
BAB
II
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan
dengan ahl ash-shuffah yang berarti
sekelompok orang di masa Rasulullah yang banyak berdiam di serambi-serambi
masjid dan mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT.
2. Tasawuf muncul pada zaman Rasulullah SAW, ajaran
beliau ditanamkan kepada seluruh sahabat beliau dengan melalui pengajaran dan
pembinaan yang disertai dengan contoh dari beliau. Para sahabat Rosulullah SAW
memberika penanaman, pembentukan dan pengalaman akhlak dengan materi, yang
dipraktekkan oleh Rasulullah SAW.
3. Tokoh-tokoh
yang pro diantarannya; Al-Ghazali dan Abu Yazid Al-Basthami, sedangkan
tokoh-tokoh yang kontra terhadap tasawuf diantaranya; Syaikh Ihsan Ilahi
Dhahir, Syaikh Abdul Rahim Al-Wakil, dan Syaikh Al-Fauzan.
B.
Saran
Dengan
adanya penjelasan diatas, maka diharapkan mengetahui apa itu tasawuf, asal-usulnya serta pro dan kontra
terhadap tasawuf. Meskipun apa yang saya tulis ,masih
sangat jauh dari kesempurnaan maka dari itu diharapkan untuk tetap memotivasi saya
dengan berupa saran dan kritik pembangun.
DAFTAR
PUSTAKA
Munir Samsul Amin, Ilmu Tasawuf, Jakarta: AMZAH, 2015.
Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, Jakarta:
ERLANGGA, 2006.
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka
Setia, 2011.
M. Muchlis Sholichin, Ilmu Akhlak dan Tasawuf, Pamekasan: STAIN Pamekasan Press, 2009.
[9] M. Muchlis Sholichin, Ilmu Akhlak dan Tasawuf, (Pamekasan:
STAIN Pamekasan Press, 2009) hlm 123.