Thursday, 1 December 2016

Makalah Pengertian, Asal-Usul, Pro dan Kontra terhadap Tasawuf



Makalah

Pengertian, Asal-Usul, Pro dan Kontra terhadap Tasawuf
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu Mohammad Subhan Zamzami Lc, M. TH.I




Disusun Oleh:

Imam Hanafi

                               PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridha-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam waktu yang singkat. Maksud dari makalah  ini adalah untuk memberikan sebuah informasi kepada pembaca mengenai tema yang diberikan oleh dosen pengampu Mohammad Subhan agar pembaca mengetahui pengertian, asal-usul dan pro-kontra terhadap tasawuf. Dalam pembuatan makalah ini kami mendapat bantuan dan masukan dari berbagai pihak terutama Bapak Mohammad Subhan selaku dosen pengampu pada matakuliah akhlak tasawuf dan juga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang dibuat ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari berbagai pihak terutama pembaca agar penulisan makalah ini dapat lebih sempurna lagi. Akhir kata semoga penulisan makalah  ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekaligus bagi kami sendiri.



Pamekasan, 19 September 2016


Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B.  Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C.  Tujuan Penulisan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.  Pengertian Tasawuf................................................................................................. 3
B.  Asal-Usul Tasawuf.................................................................................................. 5
C.  Pro dan Kontra Terhadap Tasawuf.......................................................................... 5
BAB III PENUTUP
A.  Kesimpulan.............................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Tasawuf adalah salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan dimensi atau aspek spritual Islam. Spritual ini dapat mengambil beraneka ragam di dalamnya. Tasawuf lebih menekankan aspek rohaninya ketimbang aspek jasmaninya dalam kaitannya dengan kehidupan, ia lebih menekankan kehidupan akhirat ketimbang kehidupan dunia yang fana, sedangkan dalam kaitannya dengan pemahaman keagamaan, ia lebih menekankan aspek esoterik ketimbang eksoterik, lebih mekankan penafsiran batini ketimbang penafsiran lahiriah.
Di dalam makalah ini akan dijabarkan secara terperinci mengenai pengertian tasawuf, asal-usul tasawuf dan tokoh-tokoh yang pro dan kontra terhadap tasawuf.
B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian Tasawuf?
2.    Bagaimanakah Asal-Usul Tasawuf?
3.    Siapakah Tokoh yang Pro dan Kontra terhadap Tasawuf?
C.  Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui pengertian Tasawuf.
2.    Untuk mengetahui Asal-Usul Tasawuf.
3.    Untuk mengetahui Tokoh yang Pro dan Kontra terhadap Tasawuf.



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Tasawuf
Secara etimologi, pengertian tasawuf dapat dimaknai menjadi beberapa macam, diantaranya:
Tasawuf  berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan ahl ash-shuffah yang berarti sekelompok orang di masa Rasulullah yang banyak berdiam di serambi-serambi masjid dan mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT. Mereka adalah orang-orang yang ikut pindah dengan Rasulullah dari mekkah ke Madinah, kehilangan harta, berada dalam keadaan miskin, dan tidak mempunyai apa-apa. Mereka tinggal di masjid Rasulullah dan duduk di atas bangku batu dengan memakai pelana sebagai bantal. Pelana disebut shuffah dan kata sofa dalam bahasa-bahasa di Eropa berasal dari kata ini.[1]
Tasawuf berasal dari kata shafâ’ yang artinya suci. Kata shafâ’ ini berbentuk fi’il mabni majhul sehingga menjadi isim mulhaq dengan huruf ya’ nisbah yang berarti sebagai nama bagi orang-orang yang bersih dan suci. Jadi, mereka itu menyucikan dirinya dihadapan Tuhan melalui latihan yang berat dan lama.[2]
Tasawuf berasal dari kata shaff. Makna shaff ini dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika shalat selalu berada di shaf terdepan. Sebagaimana halnya shaf pertama mendapat kemuliaan dan pahala, maka orang-orang penganut tasawuf ini dimuliakan dan diberi pahala oleh Allah SWT.[3]
Tasawuf berasal dari kata shȗf artinya kain yang terbuat dari bulu wol. Namun, kain wol yang dipakai adalah wol kasar, bukan wol harus sebagaimana kain wol sekarang. Memakai wol kasar pada waktu itu adalah simbol kesederhanaan. Lawannya adalah memakai sutra. Kain itu dipakai oleh orang-orang mewah kalangan pemerintahan yang hidupnya mewah. Para penganut tasawuf ini hidupnya sederhana, tetapi berhati mulia, menjauhi pakaian sutra, dan memakai wol kasar.[4]
Secara terminologi, para sufi berbeda dalam mengartikan tasawuf di antaranya:
Menurut Ma’ruf Al-karkhi (w. 200H) Tasawuf menekankan hal-hal yang hakiki dan mengabaikan segala apa yang ada pada makhluk. Barang siapa yang belum bersunguh-sungguh dengan kefakiran, berarti belum bersungguh-sungguh dalam bertasawuf.[5]
Abu Hamzah tanda sufi yang benar adalah berfikir setelah ia kaya, merendahkan diri setelah ia bermegah-megah, dan menyembunyikan diri setelah ia terkenal. Sementara itu, tanda sufi yang palsu adalah kaya setelah ia berpikir, bermegah-megah setelah ia merendahkan diri, dan tersohor setelah ia bersembunyi.[6]
Al-junaidi, Tasawuf  ialah membersihkan hati dari hal yang menganggu perasaan, berjuang menanggalakan pengaruh insting, kelemahan menjauhi seruan hawa nafsu, mendekati sifat sifat suci kerohanian lebih kekal, menaburkan nasihat kepada semua manusia, memgang teguh janji dengan Allah dalam hal hakikat, serta mengikuti contoh Rasulullah dalam hal syariat.[7]
Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa tasawuf adalah cara menikmati hidup yang mengutamakan akhirat dibandingkan duniawi.



B.  Asal-Usul Istilah
Tasawuf muncul pada zaman Rasulullah SAW, ajaran beliau ditanamkan kepada seluruh sahabat beliau dengan melalui pengajaran dan pembinaan yang disertai dengan contoh dari beliau.[8]
Para sahabat Rasulullah SAW memberika penanaman, pembentukan dan pengalaman akhlak dengan materi, yang dipraktekkan oleh Rasulullah SAW. Disamping mempraktekkan akhlak Rasul, para sahabat juga memberikan pembelajaran akhlak yang terpuji kepada para tabiin.[9]
Sebagai sebuah gerakan tasawuf dimulai pada masa tabiin, yaitu ketika umat Islam berada dalam kekhalifahan Bani Umayyah. Ketika itu terdapat seorang tabiin yang bernama Hasan al-Bashri (wafat 120 H), yang melakukan gerakan asketisme.[10]
Istilah tasawuf pertama kali diperkenalkan oleh seorang tokoh yang bernama Abu Hisyam, seorang zahid dari Syiria, dan mendirikan lembaga Sufi yang dinamakan taqiyah (sejenis padepokan Sufi).[11]
Sejak abad pertengahan, ketika tasawuf ditulis oleh para kaum Sufi yang banyak menelorkan tulisan-tulisan yang sangat berharga dan memperkaya khazanah pemikiran ummat Islam.[12]
Namun sebagian beranggapan tasawuf berasal dari pengaruh Hindu, Persia, dan Nasrani, pemikiran filsafat Yunani dan ajaran Neo Platonisme.[13]
Meskipun banyak yang beranggapan tasawuf berasal dari pengaruh dari Persia dll, tetapi diyakini bahwa asal-usul tasawuf adalah  berasal dari ajaran agama Islam sendiri dengan alquran dan hadis.
C.     Pro dan Kontra terhadap Tasawuf
Sebagai sistem kegamaan yang utuh islam memberikan tempat kepada dua jenis penghayatan sekaligus, yaitu eksoteris (dzahiri) dan esoteris (bathini). Tasawuf merupakan salah satu aspek esoteris islam sekaligus perwujudan ihsan yang menyadari adanya komunikasi langsung dengan Tuhan. Esensi ajaran ini sebenarnya telah ada sejak masa Rasulullah SAW. Meskipun demikian, tasawuf merupakan hasil kebudayaan sebagaimana ilmu keislaman lainnya seperti ilmu fiqih dan ilmu tauhid. Oleh karena itu, tasawuf tidak lepas dari berbagai kritik.[14]
1.   Tokoh-Tokoh Pro Tasawuf
a.       Al Ghazali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ta’us ath-Thusi Asy-Syafi’I Al-Ghazali. Secara singkat dipanggil Al-Ghazali atau Abu Hamid Al-Ghazali, Ia dipanggil Al-Ghazali karena dilahirkan dikampung ghazlah, suatu kota di Khurasan, iran, pada tahun 450 H/1058 M, tiga tahun setelah kaum saljuk mengambil alih kekuasaan di Baghdad.[15]
Ayah Al-Ghazali adalah seorang miskin pemintal kain wol yang taat, saat menyenangi ulama, dan sering aktif menhadiri majelis-majelis pengajian. Ketika menjelang wafatnya, ayahnya menitipkan Al-Ghazali dan adiknya yang bernama Ahmad kepada seorang sufi.
Di dalam tasawufnya, Al-Ghazali memilih tasawuf sunni yang berdasarkan Al-Quran dan sunnah Nabi ditambah dengan doktrin ahlussunnah wal jamaah. Dari paham tasawufnya itu, ia menjauhkan semua kecenderungannya agnostis yang memengaruhi para filosof islam, sakte isma’iliyyah, aliran Syi’ah, Ikhwan Ash-shafa dan lain-lainnya. Ia menjauhkan tasawufnya dari paham ketuhanan Aristoteles, seperti emanasi dan penyatuan, sehingga dapat dikatakan bahwa tasawuf Al-Ghazali benar-benar bercorak Islam.[16]
Menurut Al-Ghazali, jalan menuju tasawuf baru dapat dicapai dengan mematahkan hambatan-hambatan jiwa, serta membersihkan diri dari moral yang tercela sehingga kalbu dapat lepas dari segala sesuatu yang selain Allah dan berhias dengan selalu mengingat Allah.[17]
Oleh karena itu, Al-Ghazali mempunyai jasa besar dalam dunia Islam. Dialah orang yang mampu memadukan antara ketiga keilmuan islam, yakni tasawuf, fiqh dan ilmu kalam, yang sebelumnya terjadi ketegangan diantara ketiganya. Al-Ghazali menjadikan tasawuf sebagai sarana untuk berolah rasa dan berolah jiwa, sehingga sampai kepada makrifat yang membantu menciptakan.[18]
b.      Abu Yazid Al Busthami
Ajaran tasawuf yang terpenting dari Abu Yazid adalah fana dan baqa. Dari segi bahasa, fana berasal dari kata faniya yang berarti musnah atau lenyap, dalam istilah tasawuf, fana diartikan sebagai keadaan moral yang luhur.[19]
Fana ialah hilangnya semua keinginan hawa nafsu seseorang tidak ada pamrih dari segala perbuatan manusia, sehingga ia kehilangan segala perasaannya dan dapat membedakan sesuatu secara sadar dan ia telah menghilangkan semua kepentingan ketika berbuat sesuatu. Percapaian Abu yazid ke tahap fana dicapai setelah meninggalkan segala keinginan selain keinginan kepada Allah.
Yang perlu dicatat bahwa Al-Sulami dalam tabaqat al-shufiyah, Al-thusi dalam al-Luma’, telah membahas ungkapan-ungkapan Abu Yazid yang ternyata sejalan dengan Al-Quran dan sunnah, serta berpendapat bahwa tasawuf yang diajarkannya seiring dengan kedua sumber ajaran islam tersebut.[20]
2.      Tokoh-Tokoh Kontra Tasawuf
Berikut ini beberapa kritikus persepsi bahwa tasawuf bersumber dari luar islam sebagai berikut:
a.       Syaikh Ihsan Ilahi Dhahir
Jika kita memperhatikan dengan teliti tentang tasawuf dan pendapat para sufi, maka kita akan melihat dengan jelas perbedaannya dengan Al Qur’an dan sunnah. Kita juga tidak melihat adanya bibit-bibit tasawuf didalam perjalanan hidup Nabi SAW dan para sahabat. Mereka itu manusia pilihan Allah, namun kita dapat melihat bahwa tasawuf diambil dari kependetaan Nasrani, brahmana Hindu, ibadah Yahudi dan zuhud Agama Budha.[21]
b.      Syaikh Abdur Rahim Al-Wakil
Sesungguhnya Tasawuf itu makar yang paling hina. Setan telah membuatnya untuk memerangi Allah SWT dan Rasulullah serta menipu para hamba-Nya. Sesungguhnya tasawuf adalah topeng kaum majusi agar terlihat seperti orang yang rabbani (taat kepada tuhan), bahkan juga topeng semua musuh Islam. Apabila diteliti, maka akan ditemui ajaran hindu, Budha, Zoroaster, yahudi, Nasrani, Pagan, dan Platonisme.
c.       Syaikh Al-Fauzan
Jelaskah bahwa tasawuf adalah ajaran dari luar yang menyusup kedalam islam. Hal itu tampak dari kebiasaan-kebiasaan yang dinisbahkan kepadanya. Tasawuf adalah ajaran yang asing didalam islam dan jauh dari petunjuk Allah SWT.
Kritikan-kritikan para tokoh yang menganggap bahwa tasawuf bukan berasal dari islam sesungguhnya telah sejak lama muncul. Istilah tasawuf baru muncul pada abad ke II Hijriah, Artinya Istilah tasawuf baru muncul pada masa setelah kehidupan beliau.
Menurut Ibnu Al Jauzi dab Ibnu Khuldun, secara garis besar kehidupan kerohanian dalam islam terbagi menjadi dua, yaitu zuhud dan tasawuf, Diakui keduannya merupakan istilah baru, sebab belum ada pada zaman Rasulullah SAW dan tidak terdapat dalam Al-Quran, kecuali kata zuhud yang disebut dalam surah Yunus (12) ayat 20.[22]
Akan tetapi sumber-sumber tasawuf, jika dikatakan tidak bersumber dari ajaran islam, yaitu Al-Quran dan hadis, maka sesungguhnya pendapat ini tidaklah cukup beralasan, mengingat bahwa banyak sekali sumber-sumber tasawuf yang berasal dari ayat-ayat Al-Quran maupun hadis yang menjadi sumber atau dasar dari tasawuf.[23]
Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa sebenarnya tasawuf itu bersumber dari ajaran islam itu sendiri, Nabi muhammad dan para sahabatnya pun telah mempraktikannya. Hal ini dapat dilihat dari asas-asasnya yang banyak berlandaskan Al-Quran dan sunnah. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri juga bahwa setelah berkembang menjadi aliran pemikiran, tasawuf mendapat berbagai pengaruh, seperti budaya Yunani, Hindu dan Persia.[24]






















BAB II
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Tasawuf  berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan ahl ash-shuffah yang berarti sekelompok orang di masa Rasulullah yang banyak berdiam di serambi-serambi masjid dan mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT.
2.      Tasawuf muncul pada zaman Rasulullah SAW, ajaran beliau ditanamkan kepada seluruh sahabat beliau dengan melalui pengajaran dan pembinaan yang disertai dengan contoh dari beliau. Para sahabat Rosulullah SAW memberika penanaman, pembentukan dan pengalaman akhlak dengan materi, yang dipraktekkan oleh Rasulullah SAW.
3.      Tokoh-tokoh yang pro diantarannya; Al-Ghazali dan Abu Yazid Al-Basthami, sedangkan tokoh-tokoh yang kontra terhadap tasawuf diantaranya; Syaikh Ihsan Ilahi Dhahir, Syaikh Abdul Rahim Al-Wakil, dan Syaikh Al-Fauzan.
B.     Saran
Dengan adanya penjelasan diatas, maka diharapkan mengetahui apa itu tasawuf, asal-usulnya serta pro dan kontra terhadap tasawuf. Meskipun apa yang saya tulis ,masih sangat jauh dari kesempurnaan maka dari itu diharapkan untuk tetap memotivasi saya dengan berupa saran dan kritik pembangun. 



DAFTAR PUSTAKA
Munir Samsul Amin, Ilmu Tasawuf, Jakarta: AMZAH, 2015.
Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, Jakarta: ERLANGGA, 2006.
Solihon, Ilmu Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia, 2011.       
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia, 2011.
M. Muchlis Sholichin, Ilmu Akhlak dan Tasawuf, Pamekasan: STAIN Pamekasan Press, 2009.



[1] Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: AMZAH, 2015), hlm 3.
[2] Ibid, hlm 3.
[3] Ibid, hlm 3.
[4] Ibid, hlm 4.
[5] Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, (Jakarta: ERLANGGA, 2006), hlm 7.
[6] Ibid, hlm 7.
[7] Ibid, hlm 7.             
[8] Ibid, hlm 88.
[9] M. Muchlis Sholichin, Ilmu Akhlak dan Tasawuf, (Pamekasan: STAIN Pamekasan Press, 2009) hlm 123.
[10] Ibid, hlm 123.
[11] Ibid, hlm 124.
[12] Ibid, hlm 124.
[13] Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: AMZAH, 2015), hlm 39.
[14] Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: AMZAH, 2015), hlm 138.
[15] Solihon, Ilmu Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hlm 135.
[16] Ibid, hlm 136.          
[17] Ibid, hlm 137.
[18] Solihon, Ilmu Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hlm 141.
[19] Ibid, hlm 159.
[20] Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: AMZAH, 2015), hlm 150.
[21] Solihon, Ilmu Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hlm 382.
[22] Ibid, hlm 383.
[23] Ibid, hlm 384.
[24] Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia,2011) hlm 230.