Friday 16 December 2016

JENIS-JENIS MUTASI PESERTA DIDIK JENIS-JENIS MUTASI PESERTA DIDIK JENIS-JENIS MUTASI PESERTA DIDIK





JENIS-JENIS MUTASI PESERTA DIDIK

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Yang Diampu Oleh Bapak Abdul Aziz, M.PD.I
 









Disusun Oleh:

Imam Hanafi


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam yang telah memberikan taufiq, hidayah serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Jenis-jenis Mutasi peserta didik dengan tepat waktu.
Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad Saw, yang telah membawa risalah dari Allah terutama nabi yang telah membawa mu’jizat-Nya yang berupa Al-Qur’an, yang dengannya bisa kita peroleh petunjuk dan segala macam ilmu.
Untuk yang selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada segenap rekan-rekan kami, terutama kepada dosen kami yang telah memberi tugas dan bimbingan kepada kami, sehingga dapat tersusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah kami masih banyak terdapat kesalahan yang itu memang kelemahan dari kami, untuk itu kami mohon untuk diberikan kritik dan saran untuk kemajuan kami khususnya dan rekan-rekan umumnya.
Akhirnya kami berharap, makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.




Pamekasan, 21 September 2016
Penulis
Kelompok 8


DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Kata Pengantar............................................................................................ ii
Daftar Isi............................................,........................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang................................................................................. 1
B.     Rumusan masalah............................................................................ 1
C.     Tujuan Pembahasan......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian mutasi peserta didik....................................................... 2
B.     Jenis-jenis mutasi peserta didik....................................................... 2
C.     Sebab-sebab mutasi peserta didik.................................................... 3
D.    Cara pencegahan dan pengurangan mutasi peserta didik……..….. 4
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan..................................................................................... 8
B.     Saran............................................................................................... 8
Daftar Pustaka............................................................................................. 9

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Mutasi atau perpindahan peserta didik dan droup out seringkali membawa masalah di dunia pendidikan kita. Oleh karena ittu, keduanya haruslah ditangani dengan baik di dunia pendidikan kita. Sebab, kalau tidak ditangani, seringkali membawa keruwetan berlarut-larut. Yang ada gilirannya akan mengganggu aktivitas-aktivitas sekolah keseluruhan. Salah satu faktor dalam mutasi adalah lemahnya motivasi yang diberikan seorang pendidik kepada anak didik sehinnga mutasi tersebut terjadi pada seorang anak didik itu sendiri.
Banyak hal untuk mengatasi dan mencegah  hal tersebut terjadi pada suatu lembaga pendidikan. Dan kepada sekolah yang menjadi mutasi anak didik janganlah menerima langsung teliti atau selidiki anak itu bermutasi karena hal apa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian mutasi peserta didik?
2.      Apa saja jenis-jenis mutasi peserta didik?
3.      Apa saja sebab-sebab mutasi peserta didik?
4.      Bagaimana cara pencegahan dan pengurangan mutasi peserta didik?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui pengertian mutasi peserta didik
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis peserta didik
3.      Untuk mengetahui sebab-sebab mutasi peserta didi
4.      Bagaimana cara pe pencegahan dan pengurangan mutasi peserta didik



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Mutasi Peserta Didik
Mutasi atau perpindahan peserta didik adalah perpindahan peserta didik dari kelas satu ke kelas yang lain yang sejajar, dan atau perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah lain yang sejajar.
Mutasi ini dapat dilakukan oleh peserta didik, karena memang berhak untuk mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan yang mereka butuhkan dan yang diminati. Meskipun untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan tempat peserta didik tersebut harus diterima. Penentuan persyaratan demikian sangatlah penting, oleh karena itu kalau tidak, peserta didik akan pindah ke sekolah-sekolah favorit, sementara sekolah-sekolah yang tidak favorit akan semakin kehilangan peserta didiknya.[1]

B.     Jenis-jenis Mutasi Peserta Didik
Ada beberapa jenis mutasi peserta didik, sebagai berikut.
1.      Mutasi atau perpindahan peserta didik intern
Yang dimaksud denngan mutasi intern adalah mutasi yang dilakukan oleh peserta didik di dalam sekolahan itu sendiri. Umumnya, peserta didik demikian hanyalah pindah kelas saja, dalam suatu kelas yang tingkatanya sejajar. Mutasi intern ini, dilakukan oleh peserta didik yang sama jurusannya, atau yang berbeda jurusannya.[2]

2.      Mutasi atau perpindahan peserta didik ekstern
Yang dimaksud dengan mutasi ekstern adalah perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain dalam satu jenis, dan dalam satu tingkatan. Meskipun ada juga peserta didik yang pindah ke sekolah lain dengan jenis sekolah yang berlainan. Pada sekolah-sekolah negeri hal demikian menjadi persoalan, meskipun pada sekolah swasta, terutama yang kekurangan peserta didik, tidak pernah menjadi persoalan.[3]

C.    Sebab-sebab Mutasi Peserta Didik
Ada banyak sebab mengapa peserta didik mutasi. Rendahnya kemampuan yang dimiliki ini, mejadikan penyebab peserta didik merasa berat untuk menyelesaikan pendidikannya. sebagai berikut.

1.      Bersumber dari peserta didik
a.       Malas,
b.      Bosan dengan sekolahnya,
c.       Merasa tak cocok kepada sekola tersebut, dsb.

2.      Bersumber dari keluarga
a.       Mengikuti orangtua pindah kerja,
b.      Suruhan orangtua,
c.       Atas keluhan dari orangtua karena masalah biaya, dsb.

3.      Bersumber dari ligkungan sekolah
a.       Lingkungan sekolah tidak menarik,
b.      Fasilitas sekolah tidak lengkap,
c.       Sekolah tersebut sulit di jangkau atau terlalu jauh,
d.      Sekolah tersebut dirasakan rendahnya angka kelulusan setiap tahun atau bonafit,
e.       Pendidik atau guru sering kosong, dsb.

4.      Bersumber dari lingkungan teman sebaya
a.       Konflik atau bertengkar dengan teman,
b.      Tidak cocok dengan teman, dsb. [4]


5.      Bersumber dari lain-lainnya
a.       Sekolah sering terlanda bencana alam, seperti: banjir,
b.      Sekolah tiba-tiba ambruk karena bangunan terlalu tua perlu renovasi,
c.       Adanya peperangan yang mendadak sehingga tidak kondusif untuk belajar, dsb.[5]

D.    Cara Pencegahan dan Pengurangan Mutasi Peserta Didik
Dalam banyak hal, mutasi memang perlu di cegah, agar terdapat kesinambungan pengaturan peserta didik yang diterima sebelumnya dengan kelanjutan. Oleh karena itu, izin mutasi hendaknya diberikan jika disertai dengan alasan yang dapat diterima dan sangat baik bagi perkembangan peserta didik itu sendiri. Misalnya, mutasi peserta didik ekstern harus dikurangi. Pencegahan dan pengurangan tersebut, tentu tergantung kepada bermacam-macam sumber dan factor penyebabnya. Jika mutasi berasal dari diri peserta didik itu sendiri, maka langkah preventif yang harus dilakukan adalah mamberikan semacam jaminan kepada peserta didik, bahwa kalau dapat menyelesaikan sekolah di sekolah tersebut, peserta didik nantinya akan mempunyai prospek tertentu sebagaimana lulusan lain sekolah tersebut.[6]
Peserta didik juga perlu mendapatkan bimbingan yang baik di sekolah tersebut, agar dapat menyesuaikan dirinya dengan baik, dan dapat menyesuaikan dirinya dengan baik, dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Pada asasnya, fungsi atau peran pendidik atau guru ialah sebagai “director of learning” (direktur belajar). Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar peserta didik agar mencapai keberhasilan belajar.[7] Fenomena mutasi peseta didik ini disebabkan peserta didik mengalami kesulitan belajar. Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun mutasi belajar dan kesulitan belajar ada faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam.




1.      Faktor Intern Siswa
Faktor intern siswa yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang dating dari dalam diri siswa sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang mampuan psikofisik siswa, yakni:
a.       Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa;
b.      Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
c.       Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga). [8]

2.      Faktor Ekstern Siswa
Faktor ekstern siswa yakni hal-hal atau keadaan yang dating dari luar diri siwa. Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam.
a.       Lingkungan keluarga, contohnya: ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga;
b.      Lingkungan perkampungan, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman-teman sepermainan (peer group) yang nakal.
c.       Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajat yang berkualitas rendah.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar peserta didik. Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini adalah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidak mampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator ketidak normalan psikis, yang menimbulkan kesulitan belajar.[9]
Bagi sekolah yang akan menerima peserta didik yang akan mutasi, hendaknya juga meneliti lebih lanjut terhadap mereka, sebelum menyatakan menerima. Jangan sampai, sekolah yang sebelumnya sudah tertib dan baik, bisa berubah kacau hanya karena ada seorang murid yang baru mutasi dari sekolah lain. Untuk itulah, sekolah harus meneliti mengenai: identitas, kelakuan/kerajinan, prestasi akademiknya, jurusan atau program asalnya, dan alasan-alasan yang berangkutan mutasi.[10]
Di samping itu, peserta didik perlu bimbingan dengan baik agar merencanakan belajarnya, dan diupayakan konsisten dengan rencana yang ia buat. Kemalasan dalam mempelajari bab-bab akhir. Oleh karena itu, dorongan dan atau motivasi yang terus menerus dari sekolah, akan membantu peserta didik untuk giat belajar dan tidak malas. Ditinjau dari intensitasnya, motivasi terdiri dari berbagai jenis, sebagai berikut:
a.      Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motiv-motiv dasar, yang umumnya berasal dari segi biologis dan jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting. Sedankan insting mempunyai empat ciri, yaitu tekanan, sasaran, objek, dan sumber.

b.      Motivasi sosial/sekunder
Motivasi sosial/sekunder, sangat penting dan memegang peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Mc Clean sebagaimana dikutip Muchlis Solihin menyatakan Motivasi sekunder terdiri dari:
1)      Berprestasi dalam bekerja dan kualitas produksi tinggi
2)      Memperoleh kasih sayang
3)      Memperoleh kekuasaan.[11]
Motivasi dalam belajar salah satu faktor anak didik tidak bermutasi ke kelas atau sekolah yang lain. Sehingga meningkatkan minat dalam belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan menampakkan minat yang besar untuk belajar. Anak didik atau siswa akan tertarik dengan pelajaran-pelajaran yang diterimanya disekolah dan selalu berusaha mengulanginya kembali.[12]
Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi siswa menghadapi masalah-masalah intern. Jika siswa tidak dapat mengatasinya, maka ia tidak belajar dengan kondusif dan baik. Factor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar. Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut. Oleh karena itu, ada baiknya siswa mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar. Pada peserta didik yang bermutasi sangatlah berpengaruh pada mentalnya karena seringkali peserta didik tidak mencapai hasil belajarnya. Hasi belajar merupakan hasil dari proses belajar. [13]



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas maka dapat kami simpulkan sebagai berikut:
Mutasi atau perpindahan peserta didik adalah perpindahan peserta didik dari kelas satu ke kelas yang lain yang sejajar, dan atau perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah lain yang sejajar.
Ada beberapa jenis mutasi peserta didik, yaitu Mutasi atau perpindahan peserta didik intern dan Mutasi atau perpindahan peserta didik ekstern.
Rendahnya kemampuan yang dimiliki ini, mejadikan penyebab peserta didik merasa berat untuk menyelesaikan pendidikannya.
Pencegahan dan pengurangan tersebut, tentu tergantung kepada bermacam-macam sumber dan factor penyebabnya. Jika mutasi berasal dari diri peserta didik itu sendiri, maka langkah preventif yang harus dilakukan adalah mamberikan semacam jaminan kepada peserta didik, bahwa kalau dapat menyelesaikan sekolah di sekolah tersebut, peserta didik nantinya akan mempunyai prospek tertentu sebagaimana lulusan lain sekolah tersebut.

B.     Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masaih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangatlahdiharapkan oleh penulis guna perbaikan makalah dimasa yang akan datang.



DAFTAR PUSTAKA

Dimyati. (2013) Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Prihatin. Eka. (2011), Manajemen Peserta Didik, Bandung: Alfabeta.
Solihin, Muchlis. (2016), Psikologi Pendidikan, Surabaya: Pustaka Radja.
Syah, Muhibbin. (2014), Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.



[1] Eka Prihatin. Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 142
[2] Ibid., hlm. 143.
[3] Ibid.
[4] Ibid., hlm. 144-145.
[5] Ibid.
[6] Ibid., hlm. 146.
[7] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 110.
[8] Ibid., hlm. 170.
[9] Ibid.
[10] Eka Prihatin. Manajemen Peserta Didik., hlm. 147.
[11] Muchlis Solihin. Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Pustaka Radja, 2016), hlm. 112.
[12] Ibid., hlm. 115.
[13] Dimyati. Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2013), hlm. 238-239.



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Mutasi atau perpindahan peserta didik dan droup out seringkali membawa masalah di dunia pendidikan kita. Oleh karena ittu, keduanya haruslah ditangani dengan baik di dunia pendidikan kita. Sebab, kalau tidak ditangani, seringkali membawa keruwetan berlarut-larut. Yang ada gilirannya akan mengganggu aktivitas-aktivitas sekolah keseluruhan. Salah satu faktor dalam mutasi adalah lemahnya motivasi yang diberikan seorang pendidik kepada anak didik sehinnga mutasi tersebut terjadi pada seorang anak didik itu sendiri.
Banyak hal untuk mengatasi dan mencegah  hal tersebut terjadi pada suatu lembaga pendidikan. Dan kepada sekolah yang menjadi mutasi anak didik janganlah menerima langsung teliti atau selidiki anak itu bermutasi karena hal apa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian mutasi peserta didik?
2.      Apa saja jenis-jenis mutasi peserta didik?
3.      Apa saja sebab-sebab mutasi peserta didik?
4.      Bagaimana cara pencegahan dan pengurangan mutasi peserta didik?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui pengertian mutasi peserta didik
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis peserta didik
3.      Untuk mengetahui sebab-sebab mutasi peserta didi
4.      Bagaimana cara pe pencegahan dan pengurangan mutasi peserta didik


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Mutasi Peserta Didik
Mutasi atau perpindahan peserta didik adalah perpindahan peserta didik dari kelas satu ke kelas yang lain yang sejajar, dan atau perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah lain yang sejajar.
Mutasi ini dapat dilakukan oleh peserta didik, karena memang berhak untuk mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan yang mereka butuhkan dan yang diminati. Meskipun untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan tempat peserta didik tersebut harus diterima. Penentuan persyaratan demikian sangatlah penting, oleh karena itu kalau tidak, peserta didik akan pindah ke sekolah-sekolah favorit, sementara sekolah-sekolah yang tidak favorit akan semakin kehilangan peserta didiknya.[1]

B.     Jenis-jenis Mutasi Peserta Didik
Ada beberapa jenis mutasi peserta didik, sebagai berikut.
1.      Mutasi atau perpindahan peserta didik intern
Yang dimaksud denngan mutasi intern adalah mutasi yang dilakukan oleh peserta didik di dalam sekolahan itu sendiri. Umumnya, peserta didik demikian hanyalah pindah kelas saja, dalam suatu kelas yang tingkatanya sejajar. Mutasi intern ini, dilakukan oleh peserta didik yang sama jurusannya, atau yang berbeda jurusannya.[2]

2.      Mutasi atau perpindahan peserta didik ekstern
Yang dimaksud dengan mutasi ekstern adalah perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain dalam satu jenis, dan dalam satu tingkatan. Meskipun ada juga peserta didik yang pindah ke sekolah lain dengan jenis sekolah yang berlainan. Pada sekolah-sekolah negeri hal demikian menjadi persoalan, meskipun pada sekolah swasta, terutama yang kekurangan peserta didik, tidak pernah menjadi persoalan.[3]

C.    Sebab-sebab Mutasi Peserta Didik
Ada banyak sebab mengapa peserta didik mutasi. Rendahnya kemampuan yang dimiliki ini, mejadikan penyebab peserta didik merasa berat untuk menyelesaikan pendidikannya. sebagai berikut.

1.      Bersumber dari peserta didik
a.       Malas,
b.      Bosan dengan sekolahnya,
c.       Merasa tak cocok kepada sekola tersebut, dsb.

2.      Bersumber dari keluarga
a.       Mengikuti orangtua pindah kerja,
b.      Suruhan orangtua,
c.       Atas keluhan dari orangtua karena masalah biaya, dsb.

3.      Bersumber dari ligkungan sekolah
a.       Lingkungan sekolah tidak menarik,
b.      Fasilitas sekolah tidak lengkap,
c.       Sekolah tersebut sulit di jangkau atau terlalu jauh,
d.      Sekolah tersebut dirasakan rendahnya angka kelulusan setiap tahun atau bonafit,
e.       Pendidik atau guru sering kosong, dsb.

4.      Bersumber dari lingkungan teman sebaya
a.       Konflik atau bertengkar dengan teman,
b.      Tidak cocok dengan teman, dsb. [4]


5.      Bersumber dari lain-lainnya
a.       Sekolah sering terlanda bencana alam, seperti: banjir,
b.      Sekolah tiba-tiba ambruk karena bangunan terlalu tua perlu renovasi,
c.       Adanya peperangan yang mendadak sehingga tidak kondusif untuk belajar, dsb.[5]

D.    Cara Pencegahan dan Pengurangan Mutasi Peserta Didik
Dalam banyak hal, mutasi memang perlu di cegah, agar terdapat kesinambungan pengaturan peserta didik yang diterima sebelumnya dengan kelanjutan. Oleh karena itu, izin mutasi hendaknya diberikan jika disertai dengan alasan yang dapat diterima dan sangat baik bagi perkembangan peserta didik itu sendiri. Misalnya, mutasi peserta didik ekstern harus dikurangi. Pencegahan dan pengurangan tersebut, tentu tergantung kepada bermacam-macam sumber dan factor penyebabnya. Jika mutasi berasal dari diri peserta didik itu sendiri, maka langkah preventif yang harus dilakukan adalah mamberikan semacam jaminan kepada peserta didik, bahwa kalau dapat menyelesaikan sekolah di sekolah tersebut, peserta didik nantinya akan mempunyai prospek tertentu sebagaimana lulusan lain sekolah tersebut.[6]
Peserta didik juga perlu mendapatkan bimbingan yang baik di sekolah tersebut, agar dapat menyesuaikan dirinya dengan baik, dan dapat menyesuaikan dirinya dengan baik, dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Pada asasnya, fungsi atau peran pendidik atau guru ialah sebagai “director of learning” (direktur belajar). Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar peserta didik agar mencapai keberhasilan belajar.[7] Fenomena mutasi peseta didik ini disebabkan peserta didik mengalami kesulitan belajar. Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun mutasi belajar dan kesulitan belajar ada faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam.




1.      Faktor Intern Siswa
Faktor intern siswa yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang dating dari dalam diri siswa sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang mampuan psikofisik siswa, yakni:
a.       Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa;
b.      Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
c.       Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga). [8]

2.      Faktor Ekstern Siswa
Faktor ekstern siswa yakni hal-hal atau keadaan yang dating dari luar diri siwa. Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam.
a.       Lingkungan keluarga, contohnya: ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga;
b.      Lingkungan perkampungan, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman-teman sepermainan (peer group) yang nakal.
c.       Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajat yang berkualitas rendah.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar peserta didik. Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini adalah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidak mampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator ketidak normalan psikis, yang menimbulkan kesulitan belajar.[9]
Bagi sekolah yang akan menerima peserta didik yang akan mutasi, hendaknya juga meneliti lebih lanjut terhadap mereka, sebelum menyatakan menerima. Jangan sampai, sekolah yang sebelumnya sudah tertib dan baik, bisa berubah kacau hanya karena ada seorang murid yang baru mutasi dari sekolah lain. Untuk itulah, sekolah harus meneliti mengenai: identitas, kelakuan/kerajinan, prestasi akademiknya, jurusan atau program asalnya, dan alasan-alasan yang berangkutan mutasi.[10]
Di samping itu, peserta didik perlu bimbingan dengan baik agar merencanakan belajarnya, dan diupayakan konsisten dengan rencana yang ia buat. Kemalasan dalam mempelajari bab-bab akhir. Oleh karena itu, dorongan dan atau motivasi yang terus menerus dari sekolah, akan membantu peserta didik untuk giat belajar dan tidak malas. Ditinjau dari intensitasnya, motivasi terdiri dari berbagai jenis, sebagai berikut:
a.      Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motiv-motiv dasar, yang umumnya berasal dari segi biologis dan jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting. Sedankan insting mempunyai empat ciri, yaitu tekanan, sasaran, objek, dan sumber.

b.      Motivasi sosial/sekunder
Motivasi sosial/sekunder, sangat penting dan memegang peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Mc Clean sebagaimana dikutip Muchlis Solihin menyatakan Motivasi sekunder terdiri dari:
1)      Berprestasi dalam bekerja dan kualitas produksi tinggi
2)      Memperoleh kasih sayang
3)      Memperoleh kekuasaan.[11]
Motivasi dalam belajar salah satu faktor anak didik tidak bermutasi ke kelas atau sekolah yang lain. Sehingga meningkatkan minat dalam belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan menampakkan minat yang besar untuk belajar. Anak didik atau siswa akan tertarik dengan pelajaran-pelajaran yang diterimanya disekolah dan selalu berusaha mengulanginya kembali.[12]
Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi siswa menghadapi masalah-masalah intern. Jika siswa tidak dapat mengatasinya, maka ia tidak belajar dengan kondusif dan baik. Factor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar. Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut. Oleh karena itu, ada baiknya siswa mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar. Pada peserta didik yang bermutasi sangatlah berpengaruh pada mentalnya karena seringkali peserta didik tidak mencapai hasil belajarnya. Hasi belajar merupakan hasil dari proses belajar. [13]


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas maka dapat kami simpulkan sebagai berikut:
Mutasi atau perpindahan peserta didik adalah perpindahan peserta didik dari kelas satu ke kelas yang lain yang sejajar, dan atau perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah lain yang sejajar.
Ada beberapa jenis mutasi peserta didik, yaitu Mutasi atau perpindahan peserta didik intern dan Mutasi atau perpindahan peserta didik ekstern.
Rendahnya kemampuan yang dimiliki ini, mejadikan penyebab peserta didik merasa berat untuk menyelesaikan pendidikannya.
Pencegahan dan pengurangan tersebut, tentu tergantung kepada bermacam-macam sumber dan factor penyebabnya. Jika mutasi berasal dari diri peserta didik itu sendiri, maka langkah preventif yang harus dilakukan adalah mamberikan semacam jaminan kepada peserta didik, bahwa kalau dapat menyelesaikan sekolah di sekolah tersebut, peserta didik nantinya akan mempunyai prospek tertentu sebagaimana lulusan lain sekolah tersebut.

B.     Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masaih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangatlahdiharapkan oleh penulis guna perbaikan makalah dimasa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

Dimyati. (2013) Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Prihatin. Eka. (2011), Manajemen Peserta Didik, Bandung: Alfabeta.
Solihin, Muchlis. (2016), Psikologi Pendidikan, Surabaya: Pustaka Radja.
Syah, Muhibbin. (2014), Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.



[1] Eka Prihatin. Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 142
[2] Ibid., hlm. 143.
[3] Ibid.
[4] Ibid., hlm. 144-145.
[5] Ibid.
[6] Ibid., hlm. 146.
[7] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 110.
[8] Ibid., hlm. 170.
[9] Ibid.
[10] Eka Prihatin. Manajemen Peserta Didik., hlm. 147.
[11] Muchlis Solihin. Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Pustaka Radja, 2016), hlm. 112.
[12] Ibid., hlm. 115.
[13] Dimyati. Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2013), hlm. 238-239.

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Mutasi atau perpindahan peserta didik dan droup out seringkali membawa masalah di dunia pendidikan kita. Oleh karena ittu, keduanya haruslah ditangani dengan baik di dunia pendidikan kita. Sebab, kalau tidak ditangani, seringkali membawa keruwetan berlarut-larut. Yang ada gilirannya akan mengganggu aktivitas-aktivitas sekolah keseluruhan. Salah satu faktor dalam mutasi adalah lemahnya motivasi yang diberikan seorang pendidik kepada anak didik sehinnga mutasi tersebut terjadi pada seorang anak didik itu sendiri.
Banyak hal untuk mengatasi dan mencegah  hal tersebut terjadi pada suatu lembaga pendidikan. Dan kepada sekolah yang menjadi mutasi anak didik janganlah menerima langsung teliti atau selidiki anak itu bermutasi karena hal apa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian mutasi peserta didik?
2.      Apa saja jenis-jenis mutasi peserta didik?
3.      Apa saja sebab-sebab mutasi peserta didik?
4.      Bagaimana cara pencegahan dan pengurangan mutasi peserta didik?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui pengertian mutasi peserta didik
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis peserta didik
3.      Untuk mengetahui sebab-sebab mutasi peserta didi
4.      Bagaimana cara pe pencegahan dan pengurangan mutasi peserta didik


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Mutasi Peserta Didik
Mutasi atau perpindahan peserta didik adalah perpindahan peserta didik dari kelas satu ke kelas yang lain yang sejajar, dan atau perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah lain yang sejajar.
Mutasi ini dapat dilakukan oleh peserta didik, karena memang berhak untuk mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan yang mereka butuhkan dan yang diminati. Meskipun untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan tempat peserta didik tersebut harus diterima. Penentuan persyaratan demikian sangatlah penting, oleh karena itu kalau tidak, peserta didik akan pindah ke sekolah-sekolah favorit, sementara sekolah-sekolah yang tidak favorit akan semakin kehilangan peserta didiknya.[1]

B.     Jenis-jenis Mutasi Peserta Didik
Ada beberapa jenis mutasi peserta didik, sebagai berikut.
1.      Mutasi atau perpindahan peserta didik intern
Yang dimaksud denngan mutasi intern adalah mutasi yang dilakukan oleh peserta didik di dalam sekolahan itu sendiri. Umumnya, peserta didik demikian hanyalah pindah kelas saja, dalam suatu kelas yang tingkatanya sejajar. Mutasi intern ini, dilakukan oleh peserta didik yang sama jurusannya, atau yang berbeda jurusannya.[2]

2.      Mutasi atau perpindahan peserta didik ekstern
Yang dimaksud dengan mutasi ekstern adalah perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain dalam satu jenis, dan dalam satu tingkatan. Meskipun ada juga peserta didik yang pindah ke sekolah lain dengan jenis sekolah yang berlainan. Pada sekolah-sekolah negeri hal demikian menjadi persoalan, meskipun pada sekolah swasta, terutama yang kekurangan peserta didik, tidak pernah menjadi persoalan.[3]

C.    Sebab-sebab Mutasi Peserta Didik
Ada banyak sebab mengapa peserta didik mutasi. Rendahnya kemampuan yang dimiliki ini, mejadikan penyebab peserta didik merasa berat untuk menyelesaikan pendidikannya. sebagai berikut.

1.      Bersumber dari peserta didik
a.       Malas,
b.      Bosan dengan sekolahnya,
c.       Merasa tak cocok kepada sekola tersebut, dsb.

2.      Bersumber dari keluarga
a.       Mengikuti orangtua pindah kerja,
b.      Suruhan orangtua,
c.       Atas keluhan dari orangtua karena masalah biaya, dsb.

3.      Bersumber dari ligkungan sekolah
a.       Lingkungan sekolah tidak menarik,
b.      Fasilitas sekolah tidak lengkap,
c.       Sekolah tersebut sulit di jangkau atau terlalu jauh,
d.      Sekolah tersebut dirasakan rendahnya angka kelulusan setiap tahun atau bonafit,
e.       Pendidik atau guru sering kosong, dsb.

4.      Bersumber dari lingkungan teman sebaya
a.       Konflik atau bertengkar dengan teman,
b.      Tidak cocok dengan teman, dsb. [4]


5.      Bersumber dari lain-lainnya
a.       Sekolah sering terlanda bencana alam, seperti: banjir,
b.      Sekolah tiba-tiba ambruk karena bangunan terlalu tua perlu renovasi,
c.       Adanya peperangan yang mendadak sehingga tidak kondusif untuk belajar, dsb.[5]

D.    Cara Pencegahan dan Pengurangan Mutasi Peserta Didik
Dalam banyak hal, mutasi memang perlu di cegah, agar terdapat kesinambungan pengaturan peserta didik yang diterima sebelumnya dengan kelanjutan. Oleh karena itu, izin mutasi hendaknya diberikan jika disertai dengan alasan yang dapat diterima dan sangat baik bagi perkembangan peserta didik itu sendiri. Misalnya, mutasi peserta didik ekstern harus dikurangi. Pencegahan dan pengurangan tersebut, tentu tergantung kepada bermacam-macam sumber dan factor penyebabnya. Jika mutasi berasal dari diri peserta didik itu sendiri, maka langkah preventif yang harus dilakukan adalah mamberikan semacam jaminan kepada peserta didik, bahwa kalau dapat menyelesaikan sekolah di sekolah tersebut, peserta didik nantinya akan mempunyai prospek tertentu sebagaimana lulusan lain sekolah tersebut.[6]
Peserta didik juga perlu mendapatkan bimbingan yang baik di sekolah tersebut, agar dapat menyesuaikan dirinya dengan baik, dan dapat menyesuaikan dirinya dengan baik, dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Pada asasnya, fungsi atau peran pendidik atau guru ialah sebagai “director of learning” (direktur belajar). Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar peserta didik agar mencapai keberhasilan belajar.[7] Fenomena mutasi peseta didik ini disebabkan peserta didik mengalami kesulitan belajar. Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun mutasi belajar dan kesulitan belajar ada faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam.




1.      Faktor Intern Siswa
Faktor intern siswa yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang dating dari dalam diri siswa sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang mampuan psikofisik siswa, yakni:
a.       Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa;
b.      Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
c.       Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga). [8]

2.      Faktor Ekstern Siswa
Faktor ekstern siswa yakni hal-hal atau keadaan yang dating dari luar diri siwa. Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam.
a.       Lingkungan keluarga, contohnya: ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga;
b.      Lingkungan perkampungan, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman-teman sepermainan (peer group) yang nakal.
c.       Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajat yang berkualitas rendah.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar peserta didik. Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini adalah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidak mampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator ketidak normalan psikis, yang menimbulkan kesulitan belajar.[9]
Bagi sekolah yang akan menerima peserta didik yang akan mutasi, hendaknya juga meneliti lebih lanjut terhadap mereka, sebelum menyatakan menerima. Jangan sampai, sekolah yang sebelumnya sudah tertib dan baik, bisa berubah kacau hanya karena ada seorang murid yang baru mutasi dari sekolah lain. Untuk itulah, sekolah harus meneliti mengenai: identitas, kelakuan/kerajinan, prestasi akademiknya, jurusan atau program asalnya, dan alasan-alasan yang berangkutan mutasi.[10]
Di samping itu, peserta didik perlu bimbingan dengan baik agar merencanakan belajarnya, dan diupayakan konsisten dengan rencana yang ia buat. Kemalasan dalam mempelajari bab-bab akhir. Oleh karena itu, dorongan dan atau motivasi yang terus menerus dari sekolah, akan membantu peserta didik untuk giat belajar dan tidak malas. Ditinjau dari intensitasnya, motivasi terdiri dari berbagai jenis, sebagai berikut:
a.      Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motiv-motiv dasar, yang umumnya berasal dari segi biologis dan jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting. Sedankan insting mempunyai empat ciri, yaitu tekanan, sasaran, objek, dan sumber.

b.      Motivasi sosial/sekunder
Motivasi sosial/sekunder, sangat penting dan memegang peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Mc Clean sebagaimana dikutip Muchlis Solihin menyatakan Motivasi sekunder terdiri dari:
1)      Berprestasi dalam bekerja dan kualitas produksi tinggi
2)      Memperoleh kasih sayang
3)      Memperoleh kekuasaan.[11]
Motivasi dalam belajar salah satu faktor anak didik tidak bermutasi ke kelas atau sekolah yang lain. Sehingga meningkatkan minat dalam belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan menampakkan minat yang besar untuk belajar. Anak didik atau siswa akan tertarik dengan pelajaran-pelajaran yang diterimanya disekolah dan selalu berusaha mengulanginya kembali.[12]
Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi siswa menghadapi masalah-masalah intern. Jika siswa tidak dapat mengatasinya, maka ia tidak belajar dengan kondusif dan baik. Factor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar. Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut. Oleh karena itu, ada baiknya siswa mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar. Pada peserta didik yang bermutasi sangatlah berpengaruh pada mentalnya karena seringkali peserta didik tidak mencapai hasil belajarnya. Hasi belajar merupakan hasil dari proses belajar. [13]


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas maka dapat kami simpulkan sebagai berikut:
Mutasi atau perpindahan peserta didik adalah perpindahan peserta didik dari kelas satu ke kelas yang lain yang sejajar, dan atau perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah lain yang sejajar.
Ada beberapa jenis mutasi peserta didik, yaitu Mutasi atau perpindahan peserta didik intern dan Mutasi atau perpindahan peserta didik ekstern.
Rendahnya kemampuan yang dimiliki ini, mejadikan penyebab peserta didik merasa berat untuk menyelesaikan pendidikannya.
Pencegahan dan pengurangan tersebut, tentu tergantung kepada bermacam-macam sumber dan factor penyebabnya. Jika mutasi berasal dari diri peserta didik itu sendiri, maka langkah preventif yang harus dilakukan adalah mamberikan semacam jaminan kepada peserta didik, bahwa kalau dapat menyelesaikan sekolah di sekolah tersebut, peserta didik nantinya akan mempunyai prospek tertentu sebagaimana lulusan lain sekolah tersebut.

B.     Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masaih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangatlahdiharapkan oleh penulis guna perbaikan makalah dimasa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

Dimyati. (2013) Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Prihatin. Eka. (2011), Manajemen Peserta Didik, Bandung: Alfabeta.
Solihin, Muchlis. (2016), Psikologi Pendidikan, Surabaya: Pustaka Radja.
Syah, Muhibbin. (2014), Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.



[1] Eka Prihatin. Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 142
[2] Ibid., hlm. 143.
[3] Ibid.
[4] Ibid., hlm. 144-145.
[5] Ibid.
[6] Ibid., hlm. 146.
[7] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 110.
[8] Ibid., hlm. 170.
[9] Ibid.
[10] Eka Prihatin. Manajemen Peserta Didik., hlm. 147.
[11] Muchlis Solihin. Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Pustaka Radja, 2016), hlm. 112.
[12] Ibid., hlm. 115.
[13] Dimyati. Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2013), hlm. 238-239.



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Mutasi atau perpindahan peserta didik dan droup out seringkali membawa masalah di dunia pendidikan kita. Oleh karena ittu, keduanya haruslah ditangani dengan baik di dunia pendidikan kita. Sebab, kalau tidak ditangani, seringkali membawa keruwetan berlarut-larut. Yang ada gilirannya akan mengganggu aktivitas-aktivitas sekolah keseluruhan. Salah satu faktor dalam mutasi adalah lemahnya motivasi yang diberikan seorang pendidik kepada anak didik sehinnga mutasi tersebut terjadi pada seorang anak didik itu sendiri.
Banyak hal untuk mengatasi dan mencegah  hal tersebut terjadi pada suatu lembaga pendidikan. Dan kepada sekolah yang menjadi mutasi anak didik janganlah menerima langsung teliti atau selidiki anak itu bermutasi karena hal apa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian mutasi peserta didik?
2.      Apa saja jenis-jenis mutasi peserta didik?
3.      Apa saja sebab-sebab mutasi peserta didik?
4.      Bagaimana cara pencegahan dan pengurangan mutasi peserta didik?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui pengertian mutasi peserta didik
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis peserta didik
3.      Untuk mengetahui sebab-sebab mutasi peserta didi
4.      Bagaimana cara pe pencegahan dan pengurangan mutasi peserta didik


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Mutasi Peserta Didik
Mutasi atau perpindahan peserta didik adalah perpindahan peserta didik dari kelas satu ke kelas yang lain yang sejajar, dan atau perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah lain yang sejajar.
Mutasi ini dapat dilakukan oleh peserta didik, karena memang berhak untuk mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan yang mereka butuhkan dan yang diminati. Meskipun untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan tempat peserta didik tersebut harus diterima. Penentuan persyaratan demikian sangatlah penting, oleh karena itu kalau tidak, peserta didik akan pindah ke sekolah-sekolah favorit, sementara sekolah-sekolah yang tidak favorit akan semakin kehilangan peserta didiknya.[1]

B.     Jenis-jenis Mutasi Peserta Didik
Ada beberapa jenis mutasi peserta didik, sebagai berikut.
1.      Mutasi atau perpindahan peserta didik intern
Yang dimaksud denngan mutasi intern adalah mutasi yang dilakukan oleh peserta didik di dalam sekolahan itu sendiri. Umumnya, peserta didik demikian hanyalah pindah kelas saja, dalam suatu kelas yang tingkatanya sejajar. Mutasi intern ini, dilakukan oleh peserta didik yang sama jurusannya, atau yang berbeda jurusannya.[2]

2.      Mutasi atau perpindahan peserta didik ekstern
Yang dimaksud dengan mutasi ekstern adalah perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain dalam satu jenis, dan dalam satu tingkatan. Meskipun ada juga peserta didik yang pindah ke sekolah lain dengan jenis sekolah yang berlainan. Pada sekolah-sekolah negeri hal demikian menjadi persoalan, meskipun pada sekolah swasta, terutama yang kekurangan peserta didik, tidak pernah menjadi persoalan.[3]

C.    Sebab-sebab Mutasi Peserta Didik
Ada banyak sebab mengapa peserta didik mutasi. Rendahnya kemampuan yang dimiliki ini, mejadikan penyebab peserta didik merasa berat untuk menyelesaikan pendidikannya. sebagai berikut.

1.      Bersumber dari peserta didik
a.       Malas,
b.      Bosan dengan sekolahnya,
c.       Merasa tak cocok kepada sekola tersebut, dsb.

2.      Bersumber dari keluarga
a.       Mengikuti orangtua pindah kerja,
b.      Suruhan orangtua,
c.       Atas keluhan dari orangtua karena masalah biaya, dsb.

3.      Bersumber dari ligkungan sekolah
a.       Lingkungan sekolah tidak menarik,
b.      Fasilitas sekolah tidak lengkap,
c.       Sekolah tersebut sulit di jangkau atau terlalu jauh,
d.      Sekolah tersebut dirasakan rendahnya angka kelulusan setiap tahun atau bonafit,
e.       Pendidik atau guru sering kosong, dsb.

4.      Bersumber dari lingkungan teman sebaya
a.       Konflik atau bertengkar dengan teman,
b.      Tidak cocok dengan teman, dsb. [4]


5.      Bersumber dari lain-lainnya
a.       Sekolah sering terlanda bencana alam, seperti: banjir,
b.      Sekolah tiba-tiba ambruk karena bangunan terlalu tua perlu renovasi,
c.       Adanya peperangan yang mendadak sehingga tidak kondusif untuk belajar, dsb.[5]

D.    Cara Pencegahan dan Pengurangan Mutasi Peserta Didik
Dalam banyak hal, mutasi memang perlu di cegah, agar terdapat kesinambungan pengaturan peserta didik yang diterima sebelumnya dengan kelanjutan. Oleh karena itu, izin mutasi hendaknya diberikan jika disertai dengan alasan yang dapat diterima dan sangat baik bagi perkembangan peserta didik itu sendiri. Misalnya, mutasi peserta didik ekstern harus dikurangi. Pencegahan dan pengurangan tersebut, tentu tergantung kepada bermacam-macam sumber dan factor penyebabnya. Jika mutasi berasal dari diri peserta didik itu sendiri, maka langkah preventif yang harus dilakukan adalah mamberikan semacam jaminan kepada peserta didik, bahwa kalau dapat menyelesaikan sekolah di sekolah tersebut, peserta didik nantinya akan mempunyai prospek tertentu sebagaimana lulusan lain sekolah tersebut.[6]
Peserta didik juga perlu mendapatkan bimbingan yang baik di sekolah tersebut, agar dapat menyesuaikan dirinya dengan baik, dan dapat menyesuaikan dirinya dengan baik, dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Pada asasnya, fungsi atau peran pendidik atau guru ialah sebagai “director of learning” (direktur belajar). Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar peserta didik agar mencapai keberhasilan belajar.[7] Fenomena mutasi peseta didik ini disebabkan peserta didik mengalami kesulitan belajar. Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun mutasi belajar dan kesulitan belajar ada faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam.




1.      Faktor Intern Siswa
Faktor intern siswa yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang dating dari dalam diri siswa sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang mampuan psikofisik siswa, yakni:
a.       Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa;
b.      Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
c.       Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga). [8]

2.      Faktor Ekstern Siswa
Faktor ekstern siswa yakni hal-hal atau keadaan yang dating dari luar diri siwa. Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam.
a.       Lingkungan keluarga, contohnya: ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga;
b.      Lingkungan perkampungan, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman-teman sepermainan (peer group) yang nakal.
c.       Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajat yang berkualitas rendah.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar peserta didik. Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini adalah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidak mampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator ketidak normalan psikis, yang menimbulkan kesulitan belajar.[9]
Bagi sekolah yang akan menerima peserta didik yang akan mutasi, hendaknya juga meneliti lebih lanjut terhadap mereka, sebelum menyatakan menerima. Jangan sampai, sekolah yang sebelumnya sudah tertib dan baik, bisa berubah kacau hanya karena ada seorang murid yang baru mutasi dari sekolah lain. Untuk itulah, sekolah harus meneliti mengenai: identitas, kelakuan/kerajinan, prestasi akademiknya, jurusan atau program asalnya, dan alasan-alasan yang berangkutan mutasi.[10]
Di samping itu, peserta didik perlu bimbingan dengan baik agar merencanakan belajarnya, dan diupayakan konsisten dengan rencana yang ia buat. Kemalasan dalam mempelajari bab-bab akhir. Oleh karena itu, dorongan dan atau motivasi yang terus menerus dari sekolah, akan membantu peserta didik untuk giat belajar dan tidak malas. Ditinjau dari intensitasnya, motivasi terdiri dari berbagai jenis, sebagai berikut:
a.      Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motiv-motiv dasar, yang umumnya berasal dari segi biologis dan jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting. Sedankan insting mempunyai empat ciri, yaitu tekanan, sasaran, objek, dan sumber.

b.      Motivasi sosial/sekunder
Motivasi sosial/sekunder, sangat penting dan memegang peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Mc Clean sebagaimana dikutip Muchlis Solihin menyatakan Motivasi sekunder terdiri dari:
1)      Berprestasi dalam bekerja dan kualitas produksi tinggi
2)      Memperoleh kasih sayang
3)      Memperoleh kekuasaan.[11]
Motivasi dalam belajar salah satu faktor anak didik tidak bermutasi ke kelas atau sekolah yang lain. Sehingga meningkatkan minat dalam belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan menampakkan minat yang besar untuk belajar. Anak didik atau siswa akan tertarik dengan pelajaran-pelajaran yang diterimanya disekolah dan selalu berusaha mengulanginya kembali.[12]
Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi siswa menghadapi masalah-masalah intern. Jika siswa tidak dapat mengatasinya, maka ia tidak belajar dengan kondusif dan baik. Factor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar. Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut. Oleh karena itu, ada baiknya siswa mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar. Pada peserta didik yang bermutasi sangatlah berpengaruh pada mentalnya karena seringkali peserta didik tidak mencapai hasil belajarnya. Hasi belajar merupakan hasil dari proses belajar. [13]


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas maka dapat kami simpulkan sebagai berikut:
Mutasi atau perpindahan peserta didik adalah perpindahan peserta didik dari kelas satu ke kelas yang lain yang sejajar, dan atau perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah lain yang sejajar.
Ada beberapa jenis mutasi peserta didik, yaitu Mutasi atau perpindahan peserta didik intern dan Mutasi atau perpindahan peserta didik ekstern.
Rendahnya kemampuan yang dimiliki ini, mejadikan penyebab peserta didik merasa berat untuk menyelesaikan pendidikannya.
Pencegahan dan pengurangan tersebut, tentu tergantung kepada bermacam-macam sumber dan factor penyebabnya. Jika mutasi berasal dari diri peserta didik itu sendiri, maka langkah preventif yang harus dilakukan adalah mamberikan semacam jaminan kepada peserta didik, bahwa kalau dapat menyelesaikan sekolah di sekolah tersebut, peserta didik nantinya akan mempunyai prospek tertentu sebagaimana lulusan lain sekolah tersebut.

B.     Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masaih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangatlahdiharapkan oleh penulis guna perbaikan makalah dimasa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

Dimyati. (2013) Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Prihatin. Eka. (2011), Manajemen Peserta Didik, Bandung: Alfabeta.
Solihin, Muchlis. (2016), Psikologi Pendidikan, Surabaya: Pustaka Radja.
Syah, Muhibbin. (2014), Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.



[1] Eka Prihatin. Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 142
[2] Ibid., hlm. 143.
[3] Ibid.
[4] Ibid., hlm. 144-145.
[5] Ibid.
[6] Ibid., hlm. 146.
[7] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 110.
[8] Ibid., hlm. 170.
[9] Ibid.
[10] Eka Prihatin. Manajemen Peserta Didik., hlm. 147.
[11] Muchlis Solihin. Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Pustaka Radja, 2016), hlm. 112.
[12] Ibid., hlm. 115.
[13] Dimyati. Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2013), hlm. 238-239.
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Mutasi atau perpindahan peserta didik dan droup out seringkali membawa masalah di dunia pendidikan kita. Oleh karena ittu, keduanya haruslah ditangani dengan baik di dunia pendidikan kita. Sebab, kalau tidak ditangani, seringkali membawa keruwetan berlarut-larut. Yang ada gilirannya akan mengganggu aktivitas-aktivitas sekolah keseluruhan. Salah satu faktor dalam mutasi adalah lemahnya motivasi yang diberikan seorang pendidik kepada anak didik sehinnga mutasi tersebut terjadi pada seorang anak didik itu sendiri.
Banyak hal untuk mengatasi dan mencegah  hal tersebut terjadi pada suatu lembaga pendidikan. Dan kepada sekolah yang menjadi mutasi anak didik janganlah menerima langsung teliti atau selidiki anak itu bermutasi karena hal apa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian mutasi peserta didik?
2.      Apa saja jenis-jenis mutasi peserta didik?
3.      Apa saja sebab-sebab mutasi peserta didik?
4.      Bagaimana cara pencegahan dan pengurangan mutasi peserta didik?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui pengertian mutasi peserta didik
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis peserta didik
3.      Untuk mengetahui sebab-sebab mutasi peserta didi
4.      Bagaimana cara pe pencegahan dan pengurangan mutasi peserta didik


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Mutasi Peserta Didik
Mutasi atau perpindahan peserta didik adalah perpindahan peserta didik dari kelas satu ke kelas yang lain yang sejajar, dan atau perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah lain yang sejajar.
Mutasi ini dapat dilakukan oleh peserta didik, karena memang berhak untuk mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan yang mereka butuhkan dan yang diminati. Meskipun untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan tempat peserta didik tersebut harus diterima. Penentuan persyaratan demikian sangatlah penting, oleh karena itu kalau tidak, peserta didik akan pindah ke sekolah-sekolah favorit, sementara sekolah-sekolah yang tidak favorit akan semakin kehilangan peserta didiknya.[1]

B.     Jenis-jenis Mutasi Peserta Didik
Ada beberapa jenis mutasi peserta didik, sebagai berikut.
1.      Mutasi atau perpindahan peserta didik intern
Yang dimaksud denngan mutasi intern adalah mutasi yang dilakukan oleh peserta didik di dalam sekolahan itu sendiri. Umumnya, peserta didik demikian hanyalah pindah kelas saja, dalam suatu kelas yang tingkatanya sejajar. Mutasi intern ini, dilakukan oleh peserta didik yang sama jurusannya, atau yang berbeda jurusannya.[2]

2.      Mutasi atau perpindahan peserta didik ekstern
Yang dimaksud dengan mutasi ekstern adalah perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain dalam satu jenis, dan dalam satu tingkatan. Meskipun ada juga peserta didik yang pindah ke sekolah lain dengan jenis sekolah yang berlainan. Pada sekolah-sekolah negeri hal demikian menjadi persoalan, meskipun pada sekolah swasta, terutama yang kekurangan peserta didik, tidak pernah menjadi persoalan.[3]

C.    Sebab-sebab Mutasi Peserta Didik
Ada banyak sebab mengapa peserta didik mutasi. Rendahnya kemampuan yang dimiliki ini, mejadikan penyebab peserta didik merasa berat untuk menyelesaikan pendidikannya. sebagai berikut.

1.      Bersumber dari peserta didik
a.       Malas,
b.      Bosan dengan sekolahnya,
c.       Merasa tak cocok kepada sekola tersebut, dsb.

2.      Bersumber dari keluarga
a.       Mengikuti orangtua pindah kerja,
b.      Suruhan orangtua,
c.       Atas keluhan dari orangtua karena masalah biaya, dsb.

3.      Bersumber dari ligkungan sekolah
a.       Lingkungan sekolah tidak menarik,
b.      Fasilitas sekolah tidak lengkap,
c.       Sekolah tersebut sulit di jangkau atau terlalu jauh,
d.      Sekolah tersebut dirasakan rendahnya angka kelulusan setiap tahun atau bonafit,
e.       Pendidik atau guru sering kosong, dsb.

4.      Bersumber dari lingkungan teman sebaya
a.       Konflik atau bertengkar dengan teman,
b.      Tidak cocok dengan teman, dsb. [4]


5.      Bersumber dari lain-lainnya
a.       Sekolah sering terlanda bencana alam, seperti: banjir,
b.      Sekolah tiba-tiba ambruk karena bangunan terlalu tua perlu renovasi,
c.       Adanya peperangan yang mendadak sehingga tidak kondusif untuk belajar, dsb.[5]

D.    Cara Pencegahan dan Pengurangan Mutasi Peserta Didik
Dalam banyak hal, mutasi memang perlu di cegah, agar terdapat kesinambungan pengaturan peserta didik yang diterima sebelumnya dengan kelanjutan. Oleh karena itu, izin mutasi hendaknya diberikan jika disertai dengan alasan yang dapat diterima dan sangat baik bagi perkembangan peserta didik itu sendiri. Misalnya, mutasi peserta didik ekstern harus dikurangi. Pencegahan dan pengurangan tersebut, tentu tergantung kepada bermacam-macam sumber dan factor penyebabnya. Jika mutasi berasal dari diri peserta didik itu sendiri, maka langkah preventif yang harus dilakukan adalah mamberikan semacam jaminan kepada peserta didik, bahwa kalau dapat menyelesaikan sekolah di sekolah tersebut, peserta didik nantinya akan mempunyai prospek tertentu sebagaimana lulusan lain sekolah tersebut.[6]
Peserta didik juga perlu mendapatkan bimbingan yang baik di sekolah tersebut, agar dapat menyesuaikan dirinya dengan baik, dan dapat menyesuaikan dirinya dengan baik, dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Pada asasnya, fungsi atau peran pendidik atau guru ialah sebagai “director of learning” (direktur belajar). Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar peserta didik agar mencapai keberhasilan belajar.[7] Fenomena mutasi peseta didik ini disebabkan peserta didik mengalami kesulitan belajar. Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun mutasi belajar dan kesulitan belajar ada faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam.




1.      Faktor Intern Siswa
Faktor intern siswa yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang dating dari dalam diri siswa sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang mampuan psikofisik siswa, yakni:
a.       Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa;
b.      Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
c.       Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga). [8]

2.      Faktor Ekstern Siswa
Faktor ekstern siswa yakni hal-hal atau keadaan yang dating dari luar diri siwa. Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam.
a.       Lingkungan keluarga, contohnya: ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga;
b.      Lingkungan perkampungan, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman-teman sepermainan (peer group) yang nakal.
c.       Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajat yang berkualitas rendah.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar peserta didik. Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini adalah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidak mampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator ketidak normalan psikis, yang menimbulkan kesulitan belajar.[9]
Bagi sekolah yang akan menerima peserta didik yang akan mutasi, hendaknya juga meneliti lebih lanjut terhadap mereka, sebelum menyatakan menerima. Jangan sampai, sekolah yang sebelumnya sudah tertib dan baik, bisa berubah kacau hanya karena ada seorang murid yang baru mutasi dari sekolah lain. Untuk itulah, sekolah harus meneliti mengenai: identitas, kelakuan/kerajinan, prestasi akademiknya, jurusan atau program asalnya, dan alasan-alasan yang berangkutan mutasi.[10]
Di samping itu, peserta didik perlu bimbingan dengan baik agar merencanakan belajarnya, dan diupayakan konsisten dengan rencana yang ia buat. Kemalasan dalam mempelajari bab-bab akhir. Oleh karena itu, dorongan dan atau motivasi yang terus menerus dari sekolah, akan membantu peserta didik untuk giat belajar dan tidak malas. Ditinjau dari intensitasnya, motivasi terdiri dari berbagai jenis, sebagai berikut:
a.      Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motiv-motiv dasar, yang umumnya berasal dari segi biologis dan jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting. Sedankan insting mempunyai empat ciri, yaitu tekanan, sasaran, objek, dan sumber.

b.      Motivasi sosial/sekunder
Motivasi sosial/sekunder, sangat penting dan memegang peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Mc Clean sebagaimana dikutip Muchlis Solihin menyatakan Motivasi sekunder terdiri dari:
1)      Berprestasi dalam bekerja dan kualitas produksi tinggi
2)      Memperoleh kasih sayang
3)      Memperoleh kekuasaan.[11]
Motivasi dalam belajar salah satu faktor anak didik tidak bermutasi ke kelas atau sekolah yang lain. Sehingga meningkatkan minat dalam belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan menampakkan minat yang besar untuk belajar. Anak didik atau siswa akan tertarik dengan pelajaran-pelajaran yang diterimanya disekolah dan selalu berusaha mengulanginya kembali.[12]
Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi siswa menghadapi masalah-masalah intern. Jika siswa tidak dapat mengatasinya, maka ia tidak belajar dengan kondusif dan baik. Factor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar. Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut. Oleh karena itu, ada baiknya siswa mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar. Pada peserta didik yang bermutasi sangatlah berpengaruh pada mentalnya karena seringkali peserta didik tidak mencapai hasil belajarnya. Hasi belajar merupakan hasil dari proses belajar. [13]


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas maka dapat kami simpulkan sebagai berikut:
Mutasi atau perpindahan peserta didik adalah perpindahan peserta didik dari kelas satu ke kelas yang lain yang sejajar, dan atau perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah lain yang sejajar.
Ada beberapa jenis mutasi peserta didik, yaitu Mutasi atau perpindahan peserta didik intern dan Mutasi atau perpindahan peserta didik ekstern.
Rendahnya kemampuan yang dimiliki ini, mejadikan penyebab peserta didik merasa berat untuk menyelesaikan pendidikannya.
Pencegahan dan pengurangan tersebut, tentu tergantung kepada bermacam-macam sumber dan factor penyebabnya. Jika mutasi berasal dari diri peserta didik itu sendiri, maka langkah preventif yang harus dilakukan adalah mamberikan semacam jaminan kepada peserta didik, bahwa kalau dapat menyelesaikan sekolah di sekolah tersebut, peserta didik nantinya akan mempunyai prospek tertentu sebagaimana lulusan lain sekolah tersebut.

B.     Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masaih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangatlahdiharapkan oleh penulis guna perbaikan makalah dimasa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

Dimyati. (2013) Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Prihatin. Eka. (2011), Manajemen Peserta Didik, Bandung: Alfabeta.
Solihin, Muchlis. (2016), Psikologi Pendidikan, Surabaya: Pustaka Radja.
Syah, Muhibbin. (2014), Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.



[1] Eka Prihatin. Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 142
[2] Ibid., hlm. 143.
[3] Ibid.
[4] Ibid., hlm. 144-145.
[5] Ibid.
[6] Ibid., hlm. 146.
[7] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 110.
[8] Ibid., hlm. 170.
[9] Ibid.
[10] Eka Prihatin. Manajemen Peserta Didik., hlm. 147.
[11] Muchlis Solihin. Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Pustaka Radja, 2016), hlm. 112.
[12] Ibid., hlm. 115.
[13] Dimyati. Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2013), hlm. 238-239.



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Mutasi atau perpindahan peserta didik dan droup out seringkali membawa masalah di dunia pendidikan kita. Oleh karena ittu, keduanya haruslah ditangani dengan baik di dunia pendidikan kita. Sebab, kalau tidak ditangani, seringkali membawa keruwetan berlarut-larut. Yang ada gilirannya akan mengganggu aktivitas-aktivitas sekolah keseluruhan. Salah satu faktor dalam mutasi adalah lemahnya motivasi yang diberikan seorang pendidik kepada anak didik sehinnga mutasi tersebut terjadi pada seorang anak didik itu sendiri.
Banyak hal untuk mengatasi dan mencegah  hal tersebut terjadi pada suatu lembaga pendidikan. Dan kepada sekolah yang menjadi mutasi anak didik janganlah menerima langsung teliti atau selidiki anak itu bermutasi karena hal apa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian mutasi peserta didik?
2.      Apa saja jenis-jenis mutasi peserta didik?
3.      Apa saja sebab-sebab mutasi peserta didik?
4.      Bagaimana cara pencegahan dan pengurangan mutasi peserta didik?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui pengertian mutasi peserta didik
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis peserta didik
3.      Untuk mengetahui sebab-sebab mutasi peserta didi
4.      Bagaimana cara pe pencegahan dan pengurangan mutasi peserta didik


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Mutasi Peserta Didik
Mutasi atau perpindahan peserta didik adalah perpindahan peserta didik dari kelas satu ke kelas yang lain yang sejajar, dan atau perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah lain yang sejajar.
Mutasi ini dapat dilakukan oleh peserta didik, karena memang berhak untuk mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan yang mereka butuhkan dan yang diminati. Meskipun untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan tempat peserta didik tersebut harus diterima. Penentuan persyaratan demikian sangatlah penting, oleh karena itu kalau tidak, peserta didik akan pindah ke sekolah-sekolah favorit, sementara sekolah-sekolah yang tidak favorit akan semakin kehilangan peserta didiknya.[1]

B.     Jenis-jenis Mutasi Peserta Didik
Ada beberapa jenis mutasi peserta didik, sebagai berikut.
1.      Mutasi atau perpindahan peserta didik intern
Yang dimaksud denngan mutasi intern adalah mutasi yang dilakukan oleh peserta didik di dalam sekolahan itu sendiri. Umumnya, peserta didik demikian hanyalah pindah kelas saja, dalam suatu kelas yang tingkatanya sejajar. Mutasi intern ini, dilakukan oleh peserta didik yang sama jurusannya, atau yang berbeda jurusannya.[2]

2.      Mutasi atau perpindahan peserta didik ekstern
Yang dimaksud dengan mutasi ekstern adalah perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain dalam satu jenis, dan dalam satu tingkatan. Meskipun ada juga peserta didik yang pindah ke sekolah lain dengan jenis sekolah yang berlainan. Pada sekolah-sekolah negeri hal demikian menjadi persoalan, meskipun pada sekolah swasta, terutama yang kekurangan peserta didik, tidak pernah menjadi persoalan.[3]

C.    Sebab-sebab Mutasi Peserta Didik
Ada banyak sebab mengapa peserta didik mutasi. Rendahnya kemampuan yang dimiliki ini, mejadikan penyebab peserta didik merasa berat untuk menyelesaikan pendidikannya. sebagai berikut.

1.      Bersumber dari peserta didik
a.       Malas,
b.      Bosan dengan sekolahnya,
c.       Merasa tak cocok kepada sekola tersebut, dsb.

2.      Bersumber dari keluarga
a.       Mengikuti orangtua pindah kerja,
b.      Suruhan orangtua,
c.       Atas keluhan dari orangtua karena masalah biaya, dsb.

3.      Bersumber dari ligkungan sekolah
a.       Lingkungan sekolah tidak menarik,
b.      Fasilitas sekolah tidak lengkap,
c.       Sekolah tersebut sulit di jangkau atau terlalu jauh,
d.      Sekolah tersebut dirasakan rendahnya angka kelulusan setiap tahun atau bonafit,
e.       Pendidik atau guru sering kosong, dsb.

4.      Bersumber dari lingkungan teman sebaya
a.       Konflik atau bertengkar dengan teman,
b.      Tidak cocok dengan teman, dsb. [4]


5.      Bersumber dari lain-lainnya
a.       Sekolah sering terlanda bencana alam, seperti: banjir,
b.      Sekolah tiba-tiba ambruk karena bangunan terlalu tua perlu renovasi,
c.       Adanya peperangan yang mendadak sehingga tidak kondusif untuk belajar, dsb.[5]

D.    Cara Pencegahan dan Pengurangan Mutasi Peserta Didik
Dalam banyak hal, mutasi memang perlu di cegah, agar terdapat kesinambungan pengaturan peserta didik yang diterima sebelumnya dengan kelanjutan. Oleh karena itu, izin mutasi hendaknya diberikan jika disertai dengan alasan yang dapat diterima dan sangat baik bagi perkembangan peserta didik itu sendiri. Misalnya, mutasi peserta didik ekstern harus dikurangi. Pencegahan dan pengurangan tersebut, tentu tergantung kepada bermacam-macam sumber dan factor penyebabnya. Jika mutasi berasal dari diri peserta didik itu sendiri, maka langkah preventif yang harus dilakukan adalah mamberikan semacam jaminan kepada peserta didik, bahwa kalau dapat menyelesaikan sekolah di sekolah tersebut, peserta didik nantinya akan mempunyai prospek tertentu sebagaimana lulusan lain sekolah tersebut.[6]
Peserta didik juga perlu mendapatkan bimbingan yang baik di sekolah tersebut, agar dapat menyesuaikan dirinya dengan baik, dan dapat menyesuaikan dirinya dengan baik, dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Pada asasnya, fungsi atau peran pendidik atau guru ialah sebagai “director of learning” (direktur belajar). Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar peserta didik agar mencapai keberhasilan belajar.[7] Fenomena mutasi peseta didik ini disebabkan peserta didik mengalami kesulitan belajar. Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun mutasi belajar dan kesulitan belajar ada faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam.




1.      Faktor Intern Siswa
Faktor intern siswa yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang dating dari dalam diri siswa sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang mampuan psikofisik siswa, yakni:
a.       Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa;
b.      Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
c.       Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga). [8]

2.      Faktor Ekstern Siswa
Faktor ekstern siswa yakni hal-hal atau keadaan yang dating dari luar diri siwa. Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam.
a.       Lingkungan keluarga, contohnya: ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga;
b.      Lingkungan perkampungan, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman-teman sepermainan (peer group) yang nakal.
c.       Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajat yang berkualitas rendah.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar peserta didik. Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini adalah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidak mampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator ketidak normalan psikis, yang menimbulkan kesulitan belajar.[9]
Bagi sekolah yang akan menerima peserta didik yang akan mutasi, hendaknya juga meneliti lebih lanjut terhadap mereka, sebelum menyatakan menerima. Jangan sampai, sekolah yang sebelumnya sudah tertib dan baik, bisa berubah kacau hanya karena ada seorang murid yang baru mutasi dari sekolah lain. Untuk itulah, sekolah harus meneliti mengenai: identitas, kelakuan/kerajinan, prestasi akademiknya, jurusan atau program asalnya, dan alasan-alasan yang berangkutan mutasi.[10]
Di samping itu, peserta didik perlu bimbingan dengan baik agar merencanakan belajarnya, dan diupayakan konsisten dengan rencana yang ia buat. Kemalasan dalam mempelajari bab-bab akhir. Oleh karena itu, dorongan dan atau motivasi yang terus menerus dari sekolah, akan membantu peserta didik untuk giat belajar dan tidak malas. Ditinjau dari intensitasnya, motivasi terdiri dari berbagai jenis, sebagai berikut:
a.      Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motiv-motiv dasar, yang umumnya berasal dari segi biologis dan jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting. Sedankan insting mempunyai empat ciri, yaitu tekanan, sasaran, objek, dan sumber.

b.      Motivasi sosial/sekunder
Motivasi sosial/sekunder, sangat penting dan memegang peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Mc Clean sebagaimana dikutip Muchlis Solihin menyatakan Motivasi sekunder terdiri dari:
1)      Berprestasi dalam bekerja dan kualitas produksi tinggi
2)      Memperoleh kasih sayang
3)      Memperoleh kekuasaan.[11]
Motivasi dalam belajar salah satu faktor anak didik tidak bermutasi ke kelas atau sekolah yang lain. Sehingga meningkatkan minat dalam belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan menampakkan minat yang besar untuk belajar. Anak didik atau siswa akan tertarik dengan pelajaran-pelajaran yang diterimanya disekolah dan selalu berusaha mengulanginya kembali.[12]
Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi siswa menghadapi masalah-masalah intern. Jika siswa tidak dapat mengatasinya, maka ia tidak belajar dengan kondusif dan baik. Factor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar. Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut. Oleh karena itu, ada baiknya siswa mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar. Pada peserta didik yang bermutasi sangatlah berpengaruh pada mentalnya karena seringkali peserta didik tidak mencapai hasil belajarnya. Hasi belajar merupakan hasil dari proses belajar. [13]


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas maka dapat kami simpulkan sebagai berikut:
Mutasi atau perpindahan peserta didik adalah perpindahan peserta didik dari kelas satu ke kelas yang lain yang sejajar, dan atau perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah lain yang sejajar.
Ada beberapa jenis mutasi peserta didik, yaitu Mutasi atau perpindahan peserta didik intern dan Mutasi atau perpindahan peserta didik ekstern.
Rendahnya kemampuan yang dimiliki ini, mejadikan penyebab peserta didik merasa berat untuk menyelesaikan pendidikannya.
Pencegahan dan pengurangan tersebut, tentu tergantung kepada bermacam-macam sumber dan factor penyebabnya. Jika mutasi berasal dari diri peserta didik itu sendiri, maka langkah preventif yang harus dilakukan adalah mamberikan semacam jaminan kepada peserta didik, bahwa kalau dapat menyelesaikan sekolah di sekolah tersebut, peserta didik nantinya akan mempunyai prospek tertentu sebagaimana lulusan lain sekolah tersebut.

B.     Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masaih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangatlahdiharapkan oleh penulis guna perbaikan makalah dimasa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

Dimyati. (2013) Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Prihatin. Eka. (2011), Manajemen Peserta Didik, Bandung: Alfabeta.
Solihin, Muchlis. (2016), Psikologi Pendidikan, Surabaya: Pustaka Radja.
Syah, Muhibbin. (2014), Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.



[1] Eka Prihatin. Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 142
[2] Ibid., hlm. 143.
[3] Ibid.
[4] Ibid., hlm. 144-145.
[5] Ibid.
[6] Ibid., hlm. 146.
[7] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 110.
[8] Ibid., hlm. 170.
[9] Ibid.
[10] Eka Prihatin. Manajemen Peserta Didik., hlm. 147.
[11] Muchlis Solihin. Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Pustaka Radja, 2016), hlm. 112.
[12] Ibid., hlm. 115.
[13] Dimyati. Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2013), hlm. 238-239.