Sunday, 12 February 2017

Tugas Bahasa Indonesia ( Teks eksplanasi) GEMPA BUMI


Assalamualaikum, kali ini meldisa membagikan tugas yg sudah di kumpulkan oleh kelas 7

Nama Pelajaran           : Bahasa Indonesia ( Teks eksplanasi)
Kelas                           : VII � A
Kelompok                   : VI (6)

1.      Rida FM.
2.   Siti Hanifah
3.   Nabila R.D
4.   Puji AS.

PROSES TERJADINYA GEMPA BUMI

Bagaimana Gempa Bumi Terjadi?
Interior Bumi

Bumi terdiri dari beberapa lapisan pembentuk bumi, yaitu terdiri atas kerak bumi dan inti bumi. Sementara diantara keduanya terdapat Lithosfer, dimana benua dan lautan terdapat di atas lithosfer. Arus-arus konveksi dalam lapisan mantel teratas merupakan gaya-gaya utama yang mengontrol terjadinya gerakan-gerakan lempeng dan oleh karena itu merupakan latar belakang terjadinya gempa bumi (Santosa, 2008). Pada bagian dalam lithosfer terdapat cairan yang begitu panas dimana sifat panas itu merambat. Maka cairan tersebut merambat ke bagian atas lithosfer hingga mengalami pendinginan di permukaan kulit bumi yaitu di lautan maka akan membentuk kerak lautan muda yang nantinya akan menggeser kerak lautan sebelumnya kedalam benua dan mengakibatkan menunjam ke dalam mantel. Akibat daripada ituterjadilah perputaran lapisan mantel yang sangat lambat dikarenakan konveksi.

Pergerakan yang lambat akan mengakibatkan gerakan yang sangat besar antar lempengan-lempengan di bumi. Karena pada saat kedua lempeng saling bertumbukan, lempeng kulit bumi lautan akan menembus lempeng benua yang lain. Lempeng-lempeng yang menembus ke dalam mantel maka disebut sebagai zona subduksi. Komponen-komponen pada zona subduksi yaitu palung, cekung busur muka, struktur tinggian, jalur busur gunung api dan cekungan busur belakang. Ketika lempeng samudra dan lempeng samudra saling bertemu akan menghasilkan suatu rangkaian busur gunung api (volcanic arc) yang arahnya sejajar dengan palung (trench). Salah satu akibat dari tumbukan antar lempeng samudra dan lempeng benua adalah terbentuknya kepulauan Indonesia. Lempeng-lempeng tektonik yang bertemu di wilayah Indonesia meliputi lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik.  Zona subduksi adalah zona aktif gempa bumi sehingga lajur gempa bumi di Indonesia membentang sepanjang tidak kurang dari 5.600 km mulai dari Andaman sampai ke Busur Banda Timur (Nugroho, Widiantoro dan Ibrahim, 2007). Zona subduksi yang berada di wilayah Indonesia yaitu hampir seluruh bagiannya, dari sepanjang selatan pulau Sumatra hingga ke selatan Pulau Jawa, kemudian Nusa Tenggara hingga ke Maluku, yang merupakan menjadi wilayah rawan terjadi gempa bumi karena tumbukan antar  lempeng.
 

Gambar 1.36


Gambar 1.36 Komponen-komponen pada zona subduksi (lempeng samudra dan lempeng benua) : palung (trech), struktur tinggian (structural high), cekungan busur muka (forearc basin),  jalur busur gunung api (volcanic arc), dan cekungan busur belakang (backarc basin) (Noor, 2009).

Gempa Bumi

Gempa bumi dapat didefinisikan bergetarnya permukaan tanah karena pelepasan energi secara tiba-tiba akibat dari pecah/slipnya massa batuan dilapisan kerak bumi. (Widodo, 2012). Gempa bumi dapat dibedakan dari penyebabnya seperti gempa runtuhan, gempa vulkanik, gempa ledakan, dan gempa tektonik. Kajian teori ini lebih membahas gempa tektonik yaitu gempa yang disebabkan oleh gerakan lempeng tektonik. Gempa bumi dapat diukur dengan alat seismometer atau alat seismograf, alat ini dapat mencatat getaran yang ada di bumi dan ditempatkan diberbagai titik yang rawan gempa. Skala magnitudo dari gempa bumi adalah Richter yang berkisar 1-10. Skala lain yaitu MMI (Intensitas modifikasi mercalli) yang diukur berdasarkan kerusakan gempa dan memiliki skala 1-12. Penyebaran pusat gempa tektonik ini erat kaitannya dengan batas-batas lempeng.

Seismologi merupakan ilmu geofisika yang mempelajari tentang gempa bumi. Seismologi berasal dari dua kata Yunani, seismos berarti getaran dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Ilmu ini mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan gempa bumi. Secara sederhana seismologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari fenomena getaran di dalam bumi, atau ilmu mengenai gempa bumi (Sukanta, 2010). Seismologi digunakan dalam rekayasa struktural untuk membantu dalam desain bangunan tahan gempa dan prospeksi mineral daneksplorasi minyak dan gas alam (Aki, 1980; Richards,1980). Menurut BMKG, gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Gempa bumi terjadi karena patahnya atau bergesernya lempeng tektonik. Gempa bumi sangat dipengaruhi oleh pergerakan batuan dan lempeng pada sesar. Sesar adalah celah pada kerak bumi yang terletak pada perbatasan antara dua lempeng tektonik.

Proses Terjadinya Gempa Bumi

Gempa bumi yang terjadi ada banyak jenisnya, secara umum ada gempa bumi tektonik dan vulkanik, namun gempa bumi tektonik mendominasi kejadian gempa yang terjadi. Proses terjadinya gempa bumi tektonik dikelompokkan kedalam teori pergeseran sesar dan teori kekenyalan elastisitas.

Teori pergeseran sesar dimulai pada pergerakan interior bumi saat gaya konveksi mantel yang menekan kerak bumi. Karena kerak sifatnya rapuh, maka mengakibatkan pergeseran pada sesar. Dari pergeseran sesar, muncullah gempa bumi berupa aliran energi yang merambat ke permukaan. Sedangkan pada teori kekenyalan elastisitas terjadi pada saat gempa yang disebabkan oleh pergeseran atau patahan pada sesar baik itu sesar naik atau sesar turun. Patahan terjadi karena batuan mengalami tekanan terus-menerus. Apabila batuan sudah mulai jenuh, maka batuan akan patah untuk melepaskan energi dari tekanan dan tarikan tersebut. Pada saat menerima tekanan maka akan terbengkok tapi saat mendapat tarikan akan kembali seperti semula. Hal itu yang disebut dengan teori kekenyalan elatisitas.

Dinamika bumi memungkinkan terjadinya Gempa bumi. Di seluruh dunia tidak kurangdari 8000 kejadian Gempa Bumi terjadi tiap hari, dengan skala kecil yaitu kurangdari Magnitud 2 sampai skala besar dengan kekuatan sekitar Magnitud 9.5 yang secara statistik hanya terjadi satu kali dalam 20 tahun di dunia. Dari kejadian Gempa Bumi dunia, kurang lebih 10% nya terjadi di Indonesia. Dinamika bumi digambarkan dengan pergerakan lempeng-lempeng yang menyusun kerak bumi. Pergerakan lempeng samudera terjadi karena ada proses naiknyamagma ke permukaan (sea-floor spreading) secara terus menerus dari dalam kulit bumi di zona pemekaran samudera. Proses ini mendorong lempeng samudera yang mengapung pada lapisan yang bersifat padat tetapi sangat panas dan dapat mengalir secara perlahan. Pada saat lempeng samudera
menyusup ke bawah lempeng benua terjadi gesekan yang menghambat proses penyusupan (Gambar 1.37).
 
Gambar 1.37
Gambar 1.37 Pergeseran lempeng di Bumi. Magma, gunung berapi, dan gempa bumi yang dihasilkan pada zona subduksi (atas) di mana lempeng samudera padat didorong di bewah lempeng benua yang lebih ringan. Ketika benua pada dua lempeng bergerak memenuhi permukaan, gunung baru yang dihasilkan (tengah). Dalam beberapa situasi, lempeng depan dapat terganggu dan gerakan lempeng dapat berhenti. Kedua benua kemudian menjadi satu bersama-sama membentuk lempeng yang lebih besar, dan zona subduksi baru dapat dibentuk di tempat lain (bawah) (Lang, 2011).

Perlambatan gerak penyusupan tersebut menyebabkan adanya akumulasi energi di zona subduksi dan zona patahan. Akibatnya, pada zona tersebut akan terjadi tekanan, tarikan, dan geseran. Pergerakan lempeng-lempeng di dunia memungkinkan adanya interaksi antara lempeng yang satu dengan lainnya. Gempa terjadi bukan karena tumbukan dua lempeng, seperti diibaratkan dua mobil saling bertabrakan yang asalnya saling jauh kemudian bertabrakan (terjadi crash). Untuk zona subduksi, gempa terjadi karena interaksi antar dua lempeng yang saling menekan sehingga terakumulasi energi yang cukup besar. Gempa itu sendiri terjadi karena kondisi batuan pada lempeng ataupun litosfer patah.

Mengapa batuan dapat patah, mekanisme patahan yang terjadi dapat dijelaskan bahwa dikarenakan batuan tadi mengalami tekanan
ataupun tarikan secara terusmenerus, apabila elastisitas batuan sudah jenuh, maka batuan akan patah untuk melepaskan energi dari tekanan dan tarikan tersebut. Saat menerima tekanan, batuan akan terbengkokkan dan setelah melepaskan tekanannya batuan akan kembali ke bentuk semula, ini dikenal dengan �Elastic Rebound Theory�. Pelepaskan energi tekanan yang sudah tertumpuk ini terjadi selama kurun waktu tertentu (Scolz,2004). Gempa yang terjadi di zona subduksi akibat patahan pada lapisan batuan ataulithosfer ini dapat berupa gempa dangkal  (shallow earthquake), menengah (intermediate earthquake), dan dalam (deep earthquake). Berdasarkan hasil penelitian para peneliti kebumian, disimpulkan bahwa  hampir 95 persen lebih Gempa Bumi alamiah yang cukup besar terjadi di daerah batas pertemuan antar lempeng yang menyusun kerak bumi  dan di daerah patahan atau fault

Secara tahapan dapat di jelaskan seperti berikut ini:
a.    Tahap pertama dua lempeng saling bertumbukan di zona subduksi terjadi tegangan geser
b.    Tahap kedua lempeng yang berada diatas mulai mengalami tekukan sehingga terbentuk bukit di atasnya sementara itu tegangan geser terus bertambah. Pada tahap ini kecepatan gelombang seismik menurun.
c.    Tahap ketiga terjadi retakan-retakan pada batuan dan mencapai batas keseimbangan. Pada tahap ini gelombnag seismik meningkat lagi.
d.   Tahap keempat terjadilah gempa bumi akibat dari batuan yang pecah, Slip atau batuan yang terkunci menjadi terlepas dan sejumlah energi akan dilepaskan. Kemudian energi ini akan merambat ke segala arah dalam bentuk gelombang longitudinal (gelombang P) dan gelombang transversal (gelombang S) rambatan gelombang ini yang akan menghancurkan bangunan-bangunan di atasnya
e.    Tahap kelima terjadi keseimbangan baru pada saat selesai gempa bumi.

Pada saat terjadi gempa bumi, energi gempa tersebut merambat dalam bentuk gelombang seismik (Gambar 1.39). Gelombang P dan S memberikan petunjuk untuk interior bumi. Bahwa tidak ada gelombang S langsung mencapai sisi jauh menunjukkan bahwa inti bumi cair. Ukuran gelombang bayangan S memberitahu ukuran inti luar. Energi gelombang seismik akibat adanya gempa bumi merambat dengan jangkauan tertentu. Gelombang seismik sebagai bentuk rambatan energi gempa ini dapat direkam menggunakan alat yang disebut seismograf. Gambat 1.39 menunjukkan salah satu bentuk gelombang seismik pada saat gempa bumi di Meksiko.
 
Gambar 1.39
Gambar 1.39 Perambatan gelombang seismik melalui interior Bumi saat terjadi gempa bumi (Seeds, 2007).


 
Gambar 1.40

Gambar 1.40 Sebuah seismograf di utara Kanada merekam gelombang seismik dari gempa bumi di Meksiko. Getaran pertama, gelombang P, tiba 11 menit setelah gempa, tetapi gelombang S butuh waktu 20 menit untuk melakukan perjalanan (Lang, 2011).

Struktur internal bumi ditentukan oleh kecepatan yang berbeda-beda dari gelombang gempa (Gambar 1.41). Ada dua jenis gelombang yang berjalan melalui Bumi. Gelombang tersebut dikenal sebagai kompresi gelombang P (atau gelombang "dorong dan tarik") dan gelombang geser S (atau gelombang "goyang"). Gelombang P bergerak hampir dua kali lebih cepat daripada gelombang S, dan gelombang P melewati fluida inti luar, yang tidak bisa dilakukan gelombang S. Batas antara mantel dan inti ditandai dengan penurunan terjal dalam kecepatan gelombang P pada kedalaman sekitar 2.890 kilometer. Gelombang S tidak merambat melampaui batas ini. Inti luar cair dipisahkan dari inti padat pada radius 1.220 kilometer di mana gelombang P mengalami peningkatan kecepatan.