Sunday, 19 March 2017

MAKALAH PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA AWAL,PERTENGAHAN SAMPAI SEKARANG





MAKALAH
PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA AWAL,PERTENGAHAN SAMPAI SEKARANG

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Studi Islam
Dosen Pengampu: Ahmad Fauzi




    Oleh kelompok 2
Ijah Yanti (20160703020088)
           Unimatul Ainiyah (20160703020204)
      Ali Said Abrori (20160703020025)
               Ilham Noer Rachman (20160703020090)


PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH
JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
 2017




KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat  Allah Swt.  yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, makalah  yang  berjudul perkembanan islam pada masa awal, pertengahan sampai sekarang.
Ucapan terima kasih penyusun ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu menyiapkan, memberikan masukan, dan menyusun makalah yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar studi islam.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang dapat dijadikan masukan dari pembaca sangat diharapkan guna menyempurnakan makalah ini dalam kesempatan berikutnya.
Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi para pembaca.

Pamekasan, 18 maret 2017
                                                                                                     

         Penyusun






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR  ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang    ................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah   ............................................................................... 1
C.    Tujuan     ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Perkembangan Islam pada masa Awal ........................................... 2
B.     Perkembangan Islam pada masa pertengahan ............................... 13
C.    Perkembangan Islam pada masa Modern........................................ 18
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ......................................................................................... 20
B.     Saran  .................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 21



 BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
         Di dalam makalah ini kita akan mempelajari perkembangan-perkembangan sejarah islam yang terjadi pada masa terdahulu sampai sekarang. Dimana kita harus tau apa saja yang terjadi selama pada peradaban islam dan bagaimana para pejuang-pejuang mempertahankan agama islam sampai sekarang. Dengan itu kita akan mudah memahami sejarah perkembangan Islam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja yang terjadi pada masa awal Islam ?
2.      kemajuan apa saja yang terjadi pada masa pertengahan Islam ?
3.      siapa sajakah yang berperan penting dalam sejarah perkembangan Islam ?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa saja yang terjadi pada masa awal islam.
2.      Untuk mengetahui kemajuan apa saja yang terjadi pada masa pertengahan Islam
3.      Untuk mengetahui siapa saja yang berperan penting dalam sejarah perkembangan Islam.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Perkembangan islam pada masa Awal
1.      Islam pada masa Nabi muhammad SAW
a.      periode Makkah
Dalam sejarah peradaban islam, sejarah hidup Nabi Muhammad SAW biasanya dibedakan menjadi dua, yaitu ketika Nabi Muhammad menjalani hidupnya di Makkah dan Madinah. Pada bagian ini terlebih dahulu akan dibahas sejarah rosul di Makkah.
Sebelum islam datang di tanah Arab, sebenarnya masyarakat Arab bukan tidak berkeyakinan, mereka sudah memiliki keyakinan tertentu yang di kenal dengan paganisme mereka tidak mengingkari adanya Tuhan, tepai umumnya mereka menggunakan perantara yaitu patung-patung atau berhala untuk menyembah tuhan mereka. Orang-orang Arab juga hidupnya suka berpindah-pindah tempat, suka mengembara kemana-mana, suka berperang, kaum laki-laki lebih dominan daripada perempuan. Ketika memiliki anak perempuan mereka merasa aib dan malu, karena tidak bisa diajak berperang, maka banyak yang mereka bunuh.
Dalam kondisi masyarakat semacam itulah Nabi Muhammad diturunkan. Ayah Nabi Muhammad SAW bernama Abdullah bin Abdul Muththali. Sedangkan ibunya bernama Aminah binti Wahab. Dia dilahirkan di kota Makkah pada tanggal 20 agustus tahun 570 M. tahun ini disebut juga dengan Tahun Gajah karena pada tahun tersebut terjadi penyerangan terhadap ka’bah yang dilakukan oleh Raja Abrahah dari yaman[1].
Kerasulan Nabi Muhammad secara resmi ditandai dengan turunnya wahyu yang pertama kepada Muhammad, dan Khadijah (istri beliau)adalah orang pertama yang mengimani kenabian Muhammad SAW, atau yang pertama kali masuk islam, ini berarti bahwa rumah tangga Nabi sudah sejak awal telah menyatu dalam keimanan dan siap bahu membahu dalam menghadapi tantangan, sehingga mengalami sendiri betapa beratnya perjuangan awal Nabi Muhammad sebagai Nabi.
Nabi Muhammad SAW kemudian di perintahkan oleh Allah SWT untuk mendakwahkan islam kepada manusia. Perintah ini juga mengisyaratkan konsep-konsep aqidah yang menafikan eksistensi tubuh-tubuh yan di sembah oleh masyarakat Arab (Makkah) pada waktu itu. Dan selanjutnya berganti menjadi aqidah islam, yang mengakui islam itu satu, atau ajaran tauhid.
Untuk mendakwahkan islam itu Nabi melakukannya dengan sembunyi-sembunyi dan sangat berhati-hati, walaupun perintah ini cukup jelas dan tegas. Dakwah Nabi hanya ditujukan kepada orang-orang tertentu yang diyakini dapat menerima ajakan tersebut[2].
Dalam tahap beikutnya, dakwah Nabi ditujukan kepada anak-cucu keturunan Abdul Muthalib. Dengan demikian, sasaran dakwah sudah lebih luas dan terbuka. Dakwah Nabi dalam mendakwahkan Islam secara terang terangan ini kemudian mendapat reaksi dari pihak kaum musyrik Quraisy. Reaksi tersebut pada mulanya masih bersifat bujukan dan rayuan, agar Nabi meninggalkan tugasnya menyampaikan Islam. Namun dengan tegas Nabi menepis bujukan tersebut dengan mengatakan: “Aku datang kepada kalian bukanlah untuk mendapatkan harta,pangkat dan kedudukan. Allah SWT mengutus aku kepada kalian untuk menjadi rasulnya”. Dalam posisinya sebagai Nabi, Muhammad sangat tegas terhadap mereka[3].
Tindakan keras kaum kafir Quraisy terhadap Rasulullah dan kaum muslimin ini berakhir pada saat Rasulullah dan umat islam melakukan hijrah ke Madinah, yang waktu itu disebut dengan Yasrib. Peristiwa hijrah ini terjadi pada tahun 622 M yang sekaligus menandai berakhirnya periode Makkah di zaman Rosulullah.[4].
b.      Periode Madinah
Dalam perjalan hijrah, Nabi Muhammad SAW tiba di madinah pada tanggal 27 september 822 M bertepatan dengan Hari senin tanggal 12 rabiul awal, yang kemudian oleh khalifah Umar bin Khatab ditetapkan sebagai tahun pertama Hijriah. Penduduk Madinah yang menyambut kedatangan Rosulullah bersama sahabat ini mendapat julukan kaum Anshar, karena prestasi dan jasanya yang besar terhadap islam. dan orang-orang di Makkah yang ikut bersama nabi hijrah ke Madinah dengan predikat muhajirin, karena kesetiaan dan pengorbanannya yang besar terhadap Ilam.
Setelah rosulullah membangun masjid sebagai sarana untuk mempersaudarakan kaum muslimin di kota Madinah, Rosulullah juga melakukan pembangunan sosial, ekonomi dan politik negara Madinah. Ba’iat Aqabah yang dulu di lakukan kemudian begitu nyata yaitu dengan didukungnya Nabi Muhammad oleh sebagian besar suku Aus dan Kazraj yang memudahkannya dalam menggalang potensi mereka untuk di satukan menjadi suatu bangsa yang berdaulat dan membuat perjanjian untuk saling bantu membantu antara orang muslim dan non Islam yang di dokumentasikan dalam piagam Madinah.
Butir-butir dalam piagam Madinah tersebut merupakan kesepakatan bersama yang merupakan sebuah konstitusi, dan konstitusi Madinah itu merupakan konstitusi yang mendasari berdirinya negara Madinah.
Dalam periode Madinah inilah Rasulullah benar-benar dapat membina masyarakat yang kondusif, sehingga di bawah kepemimpinan Rasulullah, Madinah menjadi wilayah yang diperhitungkan. Ajakan masuk Islam kepada pemimpin-pemimpin dunia melalui surat yang beliau kirimkan merupakan langkah politis yang sangat berani. Kemampuannya dalam mempersatukan umat islam dalam kebinekaan kabilah dan suku, serta mempersaudarakannya adalah bukti misi risalah yang dibawanya berdimensi religious dan sosial politik. Dan satu bukti sejarah bahwa Nabi seorang kepala negara Madinah adalah munculnya persoalan siapakah yang pantas menggantikan Rosulullah sebagai pemimpin wilayah yang luas itu setelah Rasulullah wafat[5].

2.      Islam pada masa Khulafaur Rasyidin
A.    Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali masuk Islam ketika Islam mulai didakwahkan. Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW. Dikarenakan sejak kecil ia telah mengenal keagungan Muhammad. Setelah masuk Islam, ia tidak segan untuk menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya untuk Islam[6].
a.       Penyebaran islam pada masa Abu Bakar
Setelah pergolakan dalam negeri berhasil dipadamkan, Khalfah Abu Bakar menghadapi kekuatan Persia dan Romawi yang setiap saat berkeinginan menghancurkan eksistensi Islam. untuk  menghadapi Persia Abu Bakar mengirim tentara Islam di bawah pimpinan Khalid bin Walid dan Mutsanna bin Haritsah dan berhasil merebut beberapa daerah penting Irak dari kekuasaan Persia. Adapun untuk menghadapi Romawi, Abu bakar memilih empat panglima Islam terbaik untuk memimpin beribu-ribu pasukan di empat front. Empat pasukan ini kemudian di bantu oleh Khalid bin Walid yang bertempur di fron Siria. Perjuangan-perjuangan paskan tersebut, dan ekspedisi-ekspedisi militer berikutnya untuk membebaskan Jazirah Arab dari penguasaan bangsa Romawi dan Persia, baru tuntas pada masa Umar bin Khaththab.
Keputusan-keputusan yang dibuat oleh Khalifah Abu Bakar  untuk membentuk beberapa pasukan tersebut, dari segi tata negara, menujukkan bahwa ia juga memegang jabatan panglima tertinggi tentara Islam[7].

b.      Peradaban pada masa Abu Bakar
Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja besar yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Qur’an. Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur’an dari pelapah kurma, kulit binatan, dan dai hapalan kaum muslimin. Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an setelah syahidnya beberapa orang penghapal Al-Qur’an pada perang Yamamah. Umarlah yang pertama kali mengusulkan menghimpun  Al-Qur’an ini. Sejak itulah Al-Qur’an dikumpulkan dalam satu mushaf. Inilah untuk pertama kalinya Al-Qur’an dihimpun[8].
B.     Khalifah Umar bin Khaththab
a.       Ekspansi islam masa pemerintahan Khalifah Umar bin Al-Khaththab
Selama sepuluh tahun selama pemerintahan Umar ( 13 H/ 634 M- 23 H/644 M), sebagian besar ditandai oleh penaklukan-penaklukan untuk melebarkan pengaruh Islam keluar Arab. Sejara mencatat, Umar telah berhasil membebaskan negeri-negeri jajahan Imperium Romawi dan Persia yang di mulai dari awal pemerintahannya, bahkan sejak pemerintahan sebelumnya.
Faktor-faktor yang melatarbelakangi timbulnya konflik antara umat Islam dengan bangsa Romawi dan Persia yang pada akhirnya mendorong umat Islam mengadakan penaklukan negeri Romawi dan Persia, serta negeri-negeri jajahannya karena: pertama, bangsa Romawi dan Persia tidak menaruh Hormat terhadap maksud baik Islam; kedua, semenjak Islam masih lemah, Romawi dan Persia selalu berusaha menghancurkan Islam; ketiga, bangsa Romawi dan Persia sebagai negara yang subur dan terkenal kemakmurannya, tidak berkenan menjaln hubungan perdagangan dengan negeri-negeri Arab; keempat, bangsa Romawi dan Persia bersikap ceroboh menghasut suku-suku badui untuk menentang pemerintahan Islam dan mendukung musuh-musuh Islam; dan kelima, letak geografis kekuasaan Romawi dan Persia sangat strategis untuk kepentingan keamanan dan pertahanan Islam[9].
b.      Peradaban pada masa Khalifah Umar
Peradaban yang paling signifikan mpada masa Umar,selain pola administratif pemerintahan, peperangan, dan sebagainya adalah pedoman dalam peradilan. Pemikiran Khalifah Umar bin Khaththab khususnya dalam peradilan yang masih berlaku sampai sekarang dikutip M. Fauzan, sebagai berikut .
Naskah Asas-asas Hukum Acara
1.      Kedudukan lembaga keadilan
2.      Memahami kasus persoalan, baru memutuskannya
3.      Samakan pandangan anda kepada kedua belah pihak dan berlaku adilah
4.      Kewajiban pembuktian
5.      Lembaga damai
6.      Penundaan persidangan
7.      Kebenaran dan keadilan adalah masalah universal
8.      Kewajiban menggali hukum yang hidup dan melakukan penalaran logis
9.      Orang islam haruslah berlaku adil
10.  Larangan bersidang ketika sedang emosional[10].

C.    Khalifah Utsman bin Affan
Karya besar monumental Khalifah Utsman adalah membukukan mushaf Al-Qur’an. Pebukuan ini di dasarkan atas alas an dan pertimbangan untuk mengakhiri perbedaan bacaan di kalangan umat Islam yang diketahui pada saat ekspedisi militer ke Armenia dan Azerbaijan. Pembukuan ini dilaksanakan oleh suatu kepanitiaan yang diketuai Zaid bin Tsabit. Adapun kegiatan pebangunan daerah-daerah pemukiman, jembatan, jalan, masjid, wismatamu, pembangunan kota-kota baru yang kemudian tumbuh pesat. Semua jalan yang menuju ke madinah dilengkapi dengan khafilah dan fasilitas bagi para pendatan. Masjid Nabi di Madinah diperluas, tempat persediaan air dibangun di Madinah, di kota-kota padang pasir, dan di lading-ladang peternakan unta dan kuda. Pembangunan berbagai saran umum ini menunjukkan bhwa utsman sebagai Khalifah sangat memerhatikan kemaslahatan public sebagai bentuk dari manifestasi kebudayaan sebuah masyarakat[11].
D.    Khalifah Ali bin Abi Thalib
Pemerintahan Khalifah Ali dapat dikatakan sebagai pemerintahan yang tidak stabil karena adanya pemberontakan dari kaum muslim sendiri. Pemberontakan pertama datang dari Thalhah dan Zubair diikuti oleh siti Aisyah yang kemudian terjadi perang Jamal. Dikatakan demikian Karena siti Aisyah pada waktu itu menggunakan unta dalam perang melawan Ali. Pemberontakan yan kedua datang dari Muawiyah, yang menolak meletakan jabatan, bahkan menempatkan dirinya setingkat dengan Khalifah walaupun ia hanya sebagai gubernur Suriah, yang berakhir dengan perang Shiffin.
Khalifah Ali telah berusaha untuk menghindari pertumpahan darah dengan mengajukan kompromi, tetapi beliau tidak berhasil sampai akhirnya terjadi pertempuran antara Khalifah Ali bersama pasukannya dengan Thalhah, Zubair, dan Aisyah bersama pasukannya. Perang ini terjadi pada tahun 36 H. Thalhah dan Zubair terbunuh ketika hendak melarikan diri, dan Aisyah dikembalikan ke Madinah.
Setelah Khalifah menyelesaikan pemberontakan Thalhah dan Zubair, pusat kekuasaan Islam dipindahkan ke Kufah, sehingga Madinah tidak lagi menjadi ibukota kedaulatan Islam dan tidak ada seorang Khalifah pun setelahnya yang menjadikan Madinah sebagi pusat kekuasaan Islam.
Peperangan umat Islam terjadi lagi, yaitu antara Khalifah Ali bersama pasukannya dengan Muawiyah sebagi gubernur suriah bersama pasukannya. Perang ini terjadi karena Khalifah Ali ingin menyelesaikan pemberontakan Muawiyah yang menolak peletakan jabatan dan secara terbuka menentang khalfah dan tidak mengakuinya. Peperangan ini terjadi di kota Shiffin pada tahu 37 yang hamper saja di menangkan Ali. Namun, karena kecerdikan Muawiyah yang di motori oleh pangkima perangnya amr bin Ash, yang mengacungkan al-Qur’an dengan tombaknya, yang mempunyai arti bahwa mereka mengajak berdamai dengan menggunakan Al-Qur’an.
Konflik politik antara Ali Thalib dengan Muawiyah ibn Abi Sufyan diakhiri dengan tahkim. Dalam tahkim tersebut pihak Ali Ibn Abi Thalib dirugikan oleh pihak Muawiyah Ibn Abu Sufyan karena kecerdikan Amr bin Ash yang mengalahkan Abu Musa Al-Asy’ari.
Dengan terjadinya berbagai pemberontakan dan keluarnya sebagian pendukung Ali banyak pengikut Ali gugur dan juga berkurang serta hilangnya sumber ekonomi dari Mesir karena dikuasai oleh Muawiyah menjadikan karisma Khalifah menjadi menurun, sementara Muawiyah semakin hari makin bertambah kekuatannya. Hal tersebut memakasa khalifah Ali menyetujui perdamaian dengan Muawiyah.
Penyelesaian kompromis Ali dengan Muawiyah tidak disukai oleh kaum perusuh karena hal itu membebaskan Khalifah uuntuk memusatkan perhatiannya pada tugas menghukum mereka. Kaum Khawarij merencanakan untuk membunuh Ali; Muawiyah dan Amar memilih seorang Khalifah yang sehaluan dengan mereka, yang dengan bebas dipilih dari seluruh islam. karena itu, Abdurrahman, pengikut setia kaum Khawarij, memberikan pukulan yang hebat kepada Ali sewaktu dia akan adzan di masjid. Pukulan itu fatal, dan Khalifah Ali wafat pada tanggal 17 Ramadhan 40 H. bertepatan dengan tahun 661 M[12].
Dinasti Umayah (661-680)
Perintah Dinansti Umayah dilakukan oleh Muawiyah dengan cara menolak membai’at Ali, berperang melawan Ali, dan melakukan perdamaian (tahkim) dengan pihak Ali yang secara politik sangat menguntungkan Muawiyah. Keberuntungan Muawiyah berikutnya adalah keberhasilan pihak Khawarij membunuh Khalifah Ali r.a. Jabatan khalifah setelah Ali r,a. wafat, dipegang oleh putranya, Hasan Ibn Ali selama beberapa bulan. Akan tetapi, karena tidak didukung oleh pasukan yang kuat, sedangkan pihak Muawiyah semakin kuat, akhirnya Muawiyah melakukan perjanjian dengan Hasan Ibn Ali. Isi perjanjian itu adalah bahwa penggantian pemimpin akan diserahkan kepada umat Islam setelah masa Muawiyah berakhir. Perjanjian ini di buat pada tahun 661 M (41 M), dan tahun tersebut disebut am jama’ah karena perjanjian ini mempersatukan umat Muawiyah dan Muawiyah mengubah sistem khalifah menjadi kerajaan[13].
Muawiyah merupakan orang pertama di dalam Islam yang mendirikan suatu departemen pencatatan (diwanulkahatam). Setiap peraturan yang dikeluarkan oleh khalifah harus disalin didalam suatu register, kemudian yang asli harus disegel dan dikirimkan ke alamat yang dituju[14].
a.       Peradaban pada masa Umayah Timur
1.      Penyempurnaan Tulisan Al-Qur’an
Menurut salah satu riwayat, ulama pertama yang memberikan baris dan titik pada huruf-huruf Al-Qur’an adalah Hasan Al Bashri (642-728) atas perintah Abd Al-malik Ibn Marwan (yang menjadi Khalifah antar 685-705 M) dalam riwayat lain dikatakan bahwa yang pertama membuat baris dan titik pada huruf-huruf Al-Qur’an adalah Abu Al-Aswad Ad-Duwali.
2.      Penulisan Hadis
Umar Ibn Abd Al-Aziz adalah Khalifah yang memelopori penulisan (tadwin) hadis. Beliau memerintahkan kepada Abu Bakar Ibn Muhammad Ibn Amr Ibn Hajm (120 H), gubernur madinah, untuk menuliskan hadis yang ada dalam hafalan-hafalan penghafal hadis.
b.      Aliran-aliran keagamaan pada Masa Umayah
1.      Khawarij adalah kaum yang mendesak Ali untuk menghentikan peperangan pada Perang Shiffin dan menjelaskan proses hukum melalui Al-Qur’an.
2.      Murji’ah, secara bahasa, murjiat berasal dari kata al-irja mengakhirkan, al-ta’khir atau memberikan harapan (I’tha al-‘aja’).
3.      Aliran fiqh, dalam (analisis Nurcholish Masjid), dibawah pimpinan Khalifah Muawiyah. Masa kekhalifahannya disebut Ibn Taymiyyah sebagai permulaan masa “kerajaan rahmat” (al-mulk bi al-rahmah)[15].
c.       Pendirian Umayah di Andalusia
Andalusia adalah nama bagi semenanjung Iberia pada zaman kejayaan Umayah. Andalusia berasal dari vandal, yang berarti negeri bangsa Vandal; karena semenanjung Iberia pernah dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum terusir oleh bangsa Ghotia barat (abad ke-5 M). Umat islam mulai menaklukkan Semenanjung Iberia pada zaman Khalifah Al-Walid Ibn Abd Al-Malik (86-96 H./705-715M).
Ekspansi pasukan muslim ke Semenanjung Iberia (Andalusia), gerbang daya Barat Eropa, seperti yang telah dikemukakan di depan, merupakan serangan terakhir dan paling dramatis dari seluruh operasi militer penting yang dijalankan oleh orang-orang Arab.serangan itu menandai puncak ekspensi muslim ke wilayah Afrika-Eropa, seperti halnya penaklukan Turkistan yang menandai titik terjauh ekspansi ke kawasan Mesir-Asia[16].
E.     Dinasti Abbasiyah
Kekuasaan dinasti bani Abbas atau khilifah Abbasiyah, sebagaimana disebutkan, melanjutkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah. Dimanakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad Ali ibn Abdullah ibn-Abass. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M). selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, budaya.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan bani Abbas menjadi lima periode:
a.       Periode pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
b.      Periode kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh turki pertama.
c.       Periode ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan Dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini juga disebut masa pengaruh Persia kedua.
d.      Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
e.       Periode kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.
Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran, masyarakat mencapai tingkat tertingi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun, setelah periode in berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang[17].







B.     Perkembangan Islam pada Masa Pertengahan (1250-1800 M)
1.      Bangsa Mongol dan Dinasti Ilkhan
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ketangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan Khazanah ilmu pengetahuan itu ikut lenyap dibumi hanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan[18].
Pada tahun 656 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba disalah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Mu’tashim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243-1258), betul-betul tidak mampu mrmbendung “topan” tentara Hulagu Khan[19] .
Baghdad dan daerah-daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya diperintah oleh dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan kepada Hulagu daerah yang dikuasai dinasti ini adalah daerah yang terletak antara Asia Kecil Barat dan India, di timur, dengan ibu kotanya Tabyiz[20] .
Dampak kekuasaan Mongol terhadap peradapan Islam sungguh terasa. Pastinya, dampak negatif lebih banyak ketimbang dampak positifnya. Kehancuran tampak jelas di berbagai wilayah dari dari seranan Mongol. Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang indah-indah dan perpustakaan-perpustakaan yang mengoleksi banyak buku pun semakin memperburuk situasi umat Islam.pembunuhan Umat Islam juga terjadi; bukan hanya pada masa Hulagu Khan yan membunuh khalifah Abbasiyah dan keluarganya, melainkan juga pembunuhan terhadap umat Islam yan tidak berdosa[21].
Setelah lebih dari satu abad satu abad umat islam menderita dan berusaha bangkit dari kehancuran akibat serangan bangsa Mongol di bawah Hulagu Khan, malapetaka yang tidak kalah dahsyatnya datang kembali, yaitu serangan yang juga dari keturunan bangsa Mongol. Berbeda dari Hulagu Khan dan keturunannya pada dinasti Ikhan, penyeran kali ini sudah masuk Islam, tetapi sia-sia kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Serangan itu di pimpin oleh Timur Lenk, yang berarti Timur si Pincang[22].
2.      Dinasti Mamalik di Mesir
Kalau ada negeri Islam yang selamat dari kehancuran akibat serangan-serangan bangsa Mongol, baik serangan Hulau Khan maupun Timur Lenk, maka negeri itu adalah Mesir yang ketika itu berada dibawaah kekuasaan dinasti Mamalik. Karena, negeri ini terhindar dari kehancuran, maka persambungan perkembangan peradaban dengan masa klasik relatif terlihat dan beberapa diantara prestasi yang pernah di capai pada masa klasik bertahan di Mesir. Walaupun demikian, kemajuan yang di capai oleh dinasti ini, masih di bawah prestasi yang pernah di capai oleh umat Islam pada masa klasik[23].
Dinasti Mamalik membawa warna baru dalam sejarah politik islam. pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki militer, kecuali dalam waktu yang singkat ketika Qalawun (1280-1290 M ) menerapkan pergantian sultan secara turun menurun.
Dalam bidang  pemerintahan, kemenangan dinasti Mamalik atas tentara Mongol di ‘Ayn Jalut menjadi modal besar untuk menguasai daerah-daerah sekitarnya banyak penguasa-penguasa dinasti kecil menyatakan setia kepada kerajaan ini untuk menjalankan pemerintahan di dalam negeri, Baybas mengangkat kelompok militer sebagai elit politik.
Dalam bidang ekonomi, dinasti Mamalik membuka hubungan dagang dengan Prancis dan Italia melalui peluasan jalur perdagangan yang sudah dirintis oleh dinasti Fathimiyah di Mesir sebelumnya. Jatuhnya Baghdad membuat Kairo sebagai jalur perdagangan antara Asia dan Eropa, menjadi lebih penting karena Kairo menghubunkan jalurperdagangan Laut Merah dan Laut Tengah dan Eropa. Di samping itu hasil pertanian juga meningkat.
Di bidang Ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwa-ilmuwan asal Baghdad dari serangan tentara Mongol. Karena itu, ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir, seperti sejarah, kedokteran, astronomi, matematika dan ilmu agama. Dinasti Mamalik juga banyak mengalami kemajuan dibidang arsitektur. Banyak arsitek didatangkan ke Mesir untuk membangun sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah.
Di pihak lain, suatu kekuatan politik baru yang besar muncul sebagai tantangan bagi Mamalik, yaitu kerajaan Ustmani. Kerajaan inilah yang mengakhiri riwayat Mamalik di Mesir. Dinasti Mamalik kalah melawan pasukan Utsmani dalam pertempuran menentukan di luar kota Kairo tahun 1517[24].
3.      Kerajaan Turki Utsmani
Perkembangan wilayah Kerajaan Turki Utsmani yang luas berlangsung dengan cepat, yang diikuti oleh pencapaian kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan lain yang cukup penting, diantaranya sebagai berikut:
a.       Bidang kemiliteran dan pemerintahan
Untuk pertama kalinya, kerajaan Turki Utsmani mulai mengorganisasi taktik, strategi tempur, dan kekuatan militer dengan baik. Selain itu, kerajaan Turki Utsmani jua membuat struktur pemerintahan, dengan kekuasaan tertinggi di tangan Raja, yang dibantu oleh perdana menteri yang membawahi gubernur. Gubernur mengepalai daerah tingkat I. dibawahnya ada beberapa bupati.
b.      Bidang ilmu pengetahuan dan budaya
Kebudayaan Kerajaan Turki Utsmani merupakan perpaduan ragam kebudayaan, seperti Persia, Byzantium, dan Arab. Dalam bidang ilmu pengetahuan, Kerajaan Turki Utsmani tidak begitu menonjol. Sebab, mereka lebih focus pada kegiatan militer. Sehingga, dalam Khazamah Intelektual Islam, tidak ada ilmuwan yang terkemuka dari kerajaan tersebut.

c.       Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan pun sangat terikat dengan syari’at, sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku.

Masa pemerintaha Sulaiman I (1520-1566 M) merupakan puncak kejayaan dari kerajaan Turki Utsmani. Ia terkenal dengan sebutan Sulaiman Agung atau Sulaiman al-Qanuni. Akan tetapi, setelah ia wafat, sedikit demi sedikit Kerajaan Turki mengalami kemunduran.
Pasca pemerintahan Sulaiman,kondisi pemerintahan Turki Utsmani semakin kacau. Sebab terjadi banyak pergantian pemimpin, yang hanya merebutkan jabatan, tanpa memikirkan langkah-langkah selanjutnya yang lebih terarah kepada tegaknya kerajaan Turki Utsmani[25].

4.      Dinasti Safawiyah
Dinasti (kerajaan) Safawiyah berkuasa pada tahun 1502-1722 (mengalami restorasi singkat pada tahun 1729-1736). Ragam kemajuan yang telah diraih pada massa Dinasti Safawiyah adalah sebagai berikut:
a.       Bidang Politik dan Sosial
Keadaan politik pada masa Dinasti safawiyah mulai bangkit kembali setelah Abbas I naik tahta pada tahun 1587-1629. Ia menata administrasi negara dengan cara yang lebih baik. Reformasi politik yang dilakukan oleh Abbas I membuat Kerajaan Safawiyah kuat kembali. Setelah itu, ia mulai memusatkan perhatiaannya guna merebut kembali wilayah-wilayah kekuasaannya yang hilang.
b.      Bidang Agama
Pada masa Abbas I, kenijakan keagamaan tidak lagi seperti masa khalifah-khalifah sebelumnya, yang senantiasa memaksakan agar Syi’ah  menjadi agama negara, melainkan ia menanamkan sikap toleransi.
c.       Bidang Ekonomi
Stabilitas politik kerajaan Safiwiyahpada masa Abbas I telah memacu perkembangan perekonomiannya, terutama setelah Pulau Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun di ubah menjadi Bandar abbas. Dengan dikuasainya Bandar ini, maka salah satu jalur dagang laut antara negara Timur dan Barat yang biasa direbutkan oleh belanda, inggris, dan prancis, akhirnya menjadi milik Kerajaan Safiwiyah.
d.      Bidan ilmu pengetahuan
Berkembangnya ilmu pengetahuan pada masa Kerajaan Safiwiyah terkait dokrin mendasar bahwa kaum Syi’ah tidak boleh taklid dan pintu ijtihad selamanya terbuka. Mereka berbeda dengan kkaum sunni yang meyakini bahwa ijtihad telah berhenti dan orang-orang harus taklid. Sedangkan kaum Syi’ah tetap berpendirian bahwa mujtahid tidak terputus selamanya.
e.       Bidang seni
Di bidan seni, kemajuan terlihat dari gaya arsitektur bangunan, seperti masjid syah yang di bangun pada tahun 1603 M. adapaun untuk seni lainnya dalam bentuk kerajinan tangan, karpet, permadani, pakaian, tenunan, mode, tembikar, dan lain-lain[26].
Terjadinya kemunduran pemerintahan pusat berlangsung sepeninggal Abbas I. setelah Abbas I meninggal dunia, tidak ada seorangpun yang mempunyai visi atau kecakapan sepertinya[27].
Rezim Safawiyah memang telah meninggalkan warisan kepada Iran modrn berupa tradisi Persia mengenai sistem kerajaan yang agung, yaitu sebuah rezim yan di bangun berdasarkan kekuatan uymaq atau unsur kesukuan yang utama, yang mewariskan sebuah kewenangan keagamaan syi’ah yang kohesif, monolitik, sekaligus mandiri[28].




5.      Kerajaan Mughal di India
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajan Safawi. Jadi, di antara tiga kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan inilah yang termuda[29]. Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai ibu kota, didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M) salah satu dari cucu Timur Lenk[30].  Masing-masing dari ketiga kerajaan ini mempunyai masa kejayaan sendiri baik di bidang ekonomi, budaya, maupun arsitektur.
a.       Kondisi Politik dan Sosial Kerajaan Mughal abad ke-17
Di masa Akbar kerajaan tidak dijalankan dengan kekerasa, ia banyak menyatu dengan rakyat, bahkan rakyat dari berbagai agama tidak dipandangnya sebagai orang lain dan dirinya pun dibuatnya menjadi orang hisdustan sejati. Dalam urusan pemerintahan, dia menyusun pentadbiran secara teratur  yang  jarang taranya, sehingga Inggris satu setengah abad kemudia setelah menaklukan India, tidak dapat memilih jalan lain, hanya mmeneruskan administrasi Sultan Akbar.
b.      Kondisi pengetahuan dan seni kerajaan Mughal Abad ke-17
Di bidang peengetahuan kebahasaan Akbar telah menjadikan tiga bahasa sebagai bahasa nasional, yaitu bahasa Arab sebagai bahasa Agama, bahasa Turki sebagai bahasa bangsawan dan bahasa Persia sebagai bahasa istana dan kesusastraan. Selain itu, Akbar memodifikasi tiga bahasa tersebut di tambah dengan bahasa Hindu dan menjadi bahasa Urdu.
Sementara karya seni yang paling menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun bahasa india. Gedung-gedung sejarah yang ditinggalkan periode ini adalah Tajmahal di Aqra, Benteng Merah, Jama Masjid, istana-istana, dan gedung-gedung pemerintahan di delhi[31].
C.    Perkembangan Islam Pada masa Modern (1800-sekarang)
periode ini merupakan zaman kebangkitan Islam. Ekspedisi napoleon di Mesir yang berakhir tahun 1801 M, membuka mata dunia Islam, terutama Turki dan Mesir, akan kemunduran dan kelemahan umat islam di sampan kemajuan dan kekuatan Barat. Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berfikir dan mencari jalan untuk mengembalikan keseimbangan kekuatan, yang telah pincang dan membahayakan bagi Islam.
kontak islam dengan Barat sekarang sangat berlebihan sekali dengan kontak Islam denan Barat ketika periode klasik. Pada periode klasik, islam sangat gemilang dan Barat sedang berada dalam kegelapan. Sedangkan pada masa modern ini, keadaan menjadi sebaliknya, Islam tampak dalam kegelapan dan Barat tampak gemilang. Oleh karena itu, pada masa kini yang terjadi justru sebaliknya islam yang Ingin belajar dar Barat, lantaran kemajuan-kemajuan bangsa-bangsa barat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta peradaban.
Denan demikian, timbullah apa yang disebut pemikiran dan aliran pembauan atau modernisasi dalam Islam. pemuka-pemuka Islam mengeluarkan pemikiran-pemikiran bagaimana caranya membuat umat Islam kembali maju sebagaimana pada periode klasik[32]












BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari beberapa rangkuman di atas dapat kita simpukan bahwa perjuangan-perjuangan orang-orang pada masa terdahulu tidaklah mudah, masih banyak pemberontak-pemberontak yang ingin meruntuh Agama Islam. meskipun begitu banyak juga kemajuan-kemajuan yang terjadi pada masa perkembangan Islam seperti pada bidan ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, dan sebagainya.
B.     Saran
Dalam penulisan makalah yang kami susun, kami sangat berusaha semaksimal mungkin demi sempurnanya menyunsun makalah ini, tapi kami sangat menyadari adanya kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari dosen Pengampu, teman-teman serta para pembaca sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini dan sebagai koreksi bagi kami untuk jadi yang lebih baik.















DAFTAR PUSTAKA

Aizid,Rizem. Sejarah Peradapan Islam Terlengkap. Yogyakarta: DIVA Press.
Yatim,Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008.
Supriyadi,Supriyadi.  Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Amin,Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2010.
Fu’adi, Imam. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Teras, 2011.




[1] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm.1-2.
[2] Ibid. 6.
[3] Ibid. 8.
[4] Ibid. 11.
[5] Ibid. 14-17.
[6] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm.67.
[7] Ibid. 71-72.
[8] Ibid. 73
[9] Ibid. 80-81.
[10] Ibid. 82-84.
[11] Ibid. 92-93.
[12] Ibid. 96-101
[13] Ibid. 103-104.
[14] Ibid . 105.
[15] Ibid. 109-111.
[16] Ibid.113-114.
[17] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm.49-50.
[18] Ibid. 111.
[19] Ibid. 114.
[20] Ibid, 115.
[21] Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap (Yogyakarta: DIVA Press, 2015), hlm.370-371.
[22] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008 ), hlm.117-118.
[23] Ibid. 123-124.
[24] Ibid. 126-128.
[25] Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap (Yogyakarta: DIVA Press, 2015), hlm.340-344.
[26] Ibid. 329-332.
[27] Ibid. 333.
[28] Ibid. 335.
[29] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm.145.
[30] Ibid. 147.
[31] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm.261-263
[32] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hlm.45-46.