MAKALAH
PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA AWAL,PERTENGAHAN SAMPAI
SEKARANG
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Studi Islam
Dosen
Pengampu: Ahmad Fauzi
Oleh kelompok 2
Ijah Yanti (20160703020088)
Unimatul Ainiyah (20160703020204)
Ali Said
Abrori (20160703020025)
Ilham Noer Rachman (20160703020090)
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH
JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik,
makalah yang berjudul perkembanan
islam pada masa awal, pertengahan sampai sekarang.
Ucapan terima kasih penyusun ucapkan
kepada semua pihak yang telah membantu menyiapkan, memberikan masukan, dan
menyusun makalah yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar studi
islam.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang dapat
dijadikan masukan dari pembaca sangat diharapkan guna menyempurnakan makalah
ini dalam kesempatan berikutnya.
Semoga penulisan makalah ini dapat
bermanfaat terutama bagi para pembaca.
Pamekasan,
18 maret 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah
............................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
Islam pada masa Awal ........................................... 2
B.
Perkembangan
Islam pada masa pertengahan ............................... 13
C.
Perkembangan
Islam pada masa Modern........................................ 18
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ......................................................................................... 20
B.
Saran .................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 21
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di
dalam makalah ini kita akan mempelajari perkembangan-perkembangan sejarah islam
yang terjadi pada masa terdahulu sampai sekarang. Dimana kita harus tau apa
saja yang terjadi selama pada peradaban islam dan bagaimana para
pejuang-pejuang mempertahankan agama islam sampai sekarang. Dengan itu kita
akan mudah memahami sejarah perkembangan Islam.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa saja yang terjadi pada masa awal Islam ?
2.
kemajuan apa saja yang terjadi pada masa pertengahan Islam ?
3.
siapa sajakah yang berperan penting dalam sejarah perkembangan Islam ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui apa saja yang terjadi pada masa awal islam.
2.
Untuk mengetahui kemajuan apa saja yang terjadi pada masa pertengahan
Islam
3.
Untuk mengetahui siapa saja yang berperan penting dalam sejarah
perkembangan Islam.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
islam pada masa Awal
1.
Islam pada
masa Nabi muhammad SAW
a. periode Makkah
Dalam sejarah peradaban islam, sejarah hidup Nabi
Muhammad SAW biasanya dibedakan menjadi dua, yaitu ketika Nabi Muhammad
menjalani hidupnya di Makkah dan Madinah. Pada bagian ini terlebih dahulu akan
dibahas sejarah rosul di Makkah.
Sebelum islam datang di tanah Arab, sebenarnya
masyarakat Arab bukan tidak berkeyakinan, mereka sudah memiliki keyakinan
tertentu yang di kenal dengan paganisme mereka tidak mengingkari adanya Tuhan,
tepai umumnya mereka menggunakan perantara yaitu patung-patung atau berhala
untuk menyembah tuhan mereka. Orang-orang Arab juga hidupnya suka
berpindah-pindah tempat, suka mengembara kemana-mana, suka berperang, kaum
laki-laki lebih dominan daripada perempuan. Ketika memiliki anak perempuan
mereka merasa aib dan malu, karena tidak bisa diajak berperang, maka banyak
yang mereka bunuh.
Dalam kondisi masyarakat semacam itulah Nabi
Muhammad diturunkan. Ayah Nabi Muhammad SAW bernama Abdullah bin Abdul
Muththali. Sedangkan ibunya bernama Aminah binti Wahab. Dia dilahirkan di kota Makkah
pada tanggal 20 agustus tahun 570 M. tahun ini disebut juga dengan Tahun Gajah
karena pada tahun tersebut terjadi penyerangan terhadap ka’bah yang dilakukan
oleh Raja Abrahah dari yaman[1].
Kerasulan Nabi Muhammad secara resmi ditandai
dengan turunnya wahyu yang pertama kepada Muhammad, dan Khadijah (istri beliau)adalah
orang pertama yang mengimani kenabian Muhammad SAW, atau yang pertama kali
masuk islam, ini berarti bahwa rumah tangga Nabi sudah sejak awal telah menyatu
dalam keimanan dan siap bahu membahu dalam menghadapi tantangan, sehingga
mengalami sendiri betapa beratnya perjuangan awal Nabi Muhammad sebagai Nabi.
Nabi Muhammad SAW kemudian di perintahkan oleh
Allah SWT untuk mendakwahkan islam kepada manusia. Perintah ini juga
mengisyaratkan konsep-konsep aqidah yang menafikan eksistensi tubuh-tubuh yan
di sembah oleh masyarakat Arab (Makkah) pada waktu itu. Dan selanjutnya
berganti menjadi aqidah islam, yang mengakui islam itu satu, atau ajaran
tauhid.
Untuk mendakwahkan islam itu Nabi melakukannya
dengan sembunyi-sembunyi dan sangat berhati-hati, walaupun perintah ini cukup
jelas dan tegas. Dakwah Nabi hanya ditujukan kepada orang-orang tertentu yang
diyakini dapat menerima ajakan tersebut[2].
Dalam tahap beikutnya, dakwah Nabi ditujukan
kepada anak-cucu keturunan Abdul Muthalib. Dengan demikian, sasaran dakwah
sudah lebih luas dan terbuka. Dakwah Nabi dalam mendakwahkan Islam secara
terang terangan ini kemudian mendapat reaksi dari pihak kaum musyrik Quraisy.
Reaksi tersebut pada mulanya masih bersifat bujukan dan rayuan, agar Nabi
meninggalkan tugasnya menyampaikan Islam. Namun dengan tegas Nabi menepis
bujukan tersebut dengan mengatakan: “Aku datang kepada kalian bukanlah untuk
mendapatkan harta,pangkat dan kedudukan. Allah SWT mengutus aku kepada kalian
untuk menjadi rasulnya”. Dalam posisinya sebagai Nabi, Muhammad sangat tegas
terhadap mereka[3].
Tindakan keras kaum kafir Quraisy terhadap
Rasulullah dan kaum muslimin ini berakhir pada saat Rasulullah dan umat islam
melakukan hijrah ke Madinah, yang waktu itu disebut dengan Yasrib. Peristiwa
hijrah ini terjadi pada tahun 622 M yang sekaligus menandai berakhirnya periode
Makkah di zaman Rosulullah.[4].
b. Periode Madinah
Dalam perjalan hijrah, Nabi Muhammad SAW tiba
di madinah pada tanggal 27 september 822 M bertepatan dengan Hari senin tanggal
12 rabiul awal, yang kemudian oleh khalifah Umar bin Khatab ditetapkan sebagai
tahun pertama Hijriah. Penduduk Madinah yang menyambut kedatangan Rosulullah
bersama sahabat ini mendapat julukan kaum Anshar, karena prestasi dan jasanya
yang besar terhadap islam. dan orang-orang di Makkah yang ikut bersama nabi
hijrah ke Madinah dengan predikat muhajirin, karena kesetiaan dan
pengorbanannya yang besar terhadap Ilam.
Setelah rosulullah membangun masjid sebagai
sarana untuk mempersaudarakan kaum muslimin di kota Madinah, Rosulullah juga
melakukan pembangunan sosial, ekonomi dan politik negara Madinah. Ba’iat Aqabah
yang dulu di lakukan kemudian begitu nyata yaitu dengan didukungnya Nabi
Muhammad oleh sebagian besar suku Aus dan Kazraj yang memudahkannya dalam menggalang
potensi mereka untuk di satukan menjadi suatu bangsa yang berdaulat dan membuat
perjanjian untuk saling bantu membantu antara orang muslim dan non Islam yang
di dokumentasikan dalam piagam Madinah.
Butir-butir dalam piagam Madinah tersebut
merupakan kesepakatan bersama yang merupakan sebuah konstitusi, dan konstitusi
Madinah itu merupakan konstitusi yang mendasari berdirinya negara Madinah.
Dalam periode Madinah inilah Rasulullah
benar-benar dapat membina masyarakat yang kondusif, sehingga di bawah kepemimpinan
Rasulullah, Madinah menjadi wilayah yang diperhitungkan. Ajakan masuk Islam
kepada pemimpin-pemimpin dunia melalui surat yang beliau kirimkan merupakan
langkah politis yang sangat berani. Kemampuannya dalam mempersatukan umat islam
dalam kebinekaan kabilah dan suku, serta mempersaudarakannya adalah bukti misi
risalah yang dibawanya berdimensi religious dan sosial politik. Dan satu bukti
sejarah bahwa Nabi seorang kepala negara Madinah adalah munculnya persoalan
siapakah yang pantas menggantikan Rosulullah sebagai pemimpin wilayah yang luas
itu setelah Rasulullah wafat[5].
2.
Islam pada
masa Khulafaur Rasyidin
A. Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar merupakan orang
yang pertama kali masuk Islam ketika Islam mulai didakwahkan. Baginya, tidaklah
sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW. Dikarenakan sejak
kecil ia telah mengenal keagungan Muhammad. Setelah masuk Islam, ia tidak segan
untuk menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya untuk Islam[6].
a.
Penyebaran islam pada masa Abu Bakar
Setelah pergolakan dalam negeri berhasil
dipadamkan, Khalfah Abu Bakar menghadapi kekuatan Persia dan Romawi yang setiap
saat berkeinginan menghancurkan eksistensi Islam. untuk menghadapi Persia Abu Bakar mengirim tentara
Islam di bawah pimpinan Khalid bin Walid dan Mutsanna bin Haritsah dan berhasil
merebut beberapa daerah penting Irak dari kekuasaan Persia. Adapun untuk
menghadapi Romawi, Abu bakar memilih empat panglima Islam terbaik untuk
memimpin beribu-ribu pasukan di empat front. Empat pasukan ini kemudian di
bantu oleh Khalid bin Walid yang bertempur di fron Siria. Perjuangan-perjuangan
paskan tersebut, dan ekspedisi-ekspedisi militer berikutnya untuk membebaskan
Jazirah Arab dari penguasaan bangsa Romawi dan Persia, baru tuntas pada masa
Umar bin Khaththab.
Keputusan-keputusan yang dibuat oleh Khalifah
Abu Bakar untuk membentuk beberapa
pasukan tersebut, dari segi tata negara, menujukkan bahwa ia juga memegang
jabatan panglima tertinggi tentara Islam[7].
b.
Peradaban pada masa Abu Bakar
Bentuk peradaban yang paling besar dan luar
biasa dan merupakan satu kerja besar yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu
Bakar adalah penghimpunan Al-Qur’an. Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan kepada
Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur’an dari pelapah kurma, kulit binatan,
dan dai hapalan kaum muslimin. Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk menjaga
kelestarian Al-Qur’an setelah syahidnya beberapa orang penghapal Al-Qur’an pada
perang Yamamah. Umarlah yang pertama kali mengusulkan menghimpun Al-Qur’an ini. Sejak itulah Al-Qur’an
dikumpulkan dalam satu mushaf. Inilah untuk pertama kalinya Al-Qur’an dihimpun[8].
B. Khalifah Umar bin Khaththab
a.
Ekspansi islam masa pemerintahan Khalifah Umar bin Al-Khaththab
Selama sepuluh tahun selama pemerintahan Umar
( 13 H/ 634 M- 23 H/644 M), sebagian besar ditandai oleh penaklukan-penaklukan
untuk melebarkan pengaruh Islam keluar Arab. Sejara mencatat, Umar telah
berhasil membebaskan negeri-negeri jajahan Imperium Romawi dan Persia yang di
mulai dari awal pemerintahannya, bahkan sejak pemerintahan sebelumnya.
Faktor-faktor yang melatarbelakangi timbulnya
konflik antara umat Islam dengan bangsa Romawi dan Persia yang pada akhirnya
mendorong umat Islam mengadakan penaklukan negeri Romawi dan Persia, serta
negeri-negeri jajahannya karena: pertama,
bangsa Romawi dan Persia tidak menaruh Hormat terhadap maksud baik Islam; kedua, semenjak Islam masih lemah,
Romawi dan Persia selalu berusaha menghancurkan Islam; ketiga, bangsa Romawi dan Persia sebagai negara yang subur dan terkenal
kemakmurannya, tidak berkenan menjaln hubungan perdagangan dengan negeri-negeri
Arab; keempat, bangsa Romawi dan
Persia bersikap ceroboh menghasut suku-suku badui untuk menentang pemerintahan
Islam dan mendukung musuh-musuh Islam; dan kelima,
letak geografis kekuasaan Romawi dan Persia sangat strategis untuk kepentingan
keamanan dan pertahanan Islam[9].
b.
Peradaban pada masa Khalifah Umar
Peradaban yang paling signifikan mpada masa
Umar,selain pola administratif pemerintahan, peperangan, dan sebagainya adalah
pedoman dalam peradilan. Pemikiran Khalifah Umar bin Khaththab khususnya dalam
peradilan yang masih berlaku sampai sekarang dikutip M. Fauzan, sebagai berikut
.
Naskah Asas-asas Hukum Acara
1.
Kedudukan lembaga keadilan
2.
Memahami kasus persoalan, baru memutuskannya
3.
Samakan pandangan anda kepada kedua belah pihak dan berlaku adilah
4.
Kewajiban pembuktian
5.
Lembaga damai
6.
Penundaan persidangan
7.
Kebenaran dan keadilan adalah masalah universal
8.
Kewajiban menggali hukum yang hidup dan melakukan penalaran logis
9.
Orang islam haruslah berlaku adil
10.
Larangan bersidang ketika sedang emosional[10].
C. Khalifah Utsman bin Affan
Karya besar monumental
Khalifah Utsman adalah membukukan mushaf Al-Qur’an. Pebukuan ini di dasarkan
atas alas an dan pertimbangan untuk mengakhiri perbedaan bacaan di kalangan
umat Islam yang diketahui pada saat ekspedisi militer ke Armenia dan
Azerbaijan. Pembukuan ini dilaksanakan oleh suatu kepanitiaan yang diketuai
Zaid bin Tsabit. Adapun kegiatan pebangunan daerah-daerah pemukiman, jembatan,
jalan, masjid, wismatamu, pembangunan kota-kota baru yang kemudian tumbuh
pesat. Semua jalan yang menuju ke madinah dilengkapi dengan khafilah dan
fasilitas bagi para pendatan. Masjid Nabi di Madinah diperluas, tempat persediaan
air dibangun di Madinah, di kota-kota padang pasir, dan di lading-ladang
peternakan unta dan kuda. Pembangunan berbagai saran umum ini menunjukkan bhwa
utsman sebagai Khalifah sangat memerhatikan kemaslahatan public sebagai bentuk
dari manifestasi kebudayaan sebuah masyarakat[11].
D. Khalifah Ali bin Abi Thalib
Pemerintahan Khalifah Ali
dapat dikatakan sebagai pemerintahan yang tidak stabil karena adanya
pemberontakan dari kaum muslim sendiri. Pemberontakan pertama datang dari
Thalhah dan Zubair diikuti oleh siti Aisyah yang kemudian terjadi perang Jamal.
Dikatakan demikian Karena siti Aisyah pada waktu itu menggunakan unta dalam
perang melawan Ali. Pemberontakan yan kedua datang dari Muawiyah, yang menolak
meletakan jabatan, bahkan menempatkan dirinya setingkat dengan Khalifah walaupun
ia hanya sebagai gubernur Suriah, yang berakhir dengan perang Shiffin.
Khalifah Ali telah berusaha
untuk menghindari pertumpahan darah dengan mengajukan kompromi, tetapi beliau
tidak berhasil sampai akhirnya terjadi pertempuran antara Khalifah Ali bersama
pasukannya dengan Thalhah, Zubair, dan Aisyah bersama pasukannya. Perang ini
terjadi pada tahun 36 H. Thalhah dan Zubair terbunuh ketika hendak melarikan
diri, dan Aisyah dikembalikan ke Madinah.
Setelah Khalifah
menyelesaikan pemberontakan Thalhah dan Zubair, pusat kekuasaan Islam
dipindahkan ke Kufah, sehingga Madinah tidak lagi menjadi ibukota kedaulatan
Islam dan tidak ada seorang Khalifah pun setelahnya yang menjadikan Madinah
sebagi pusat kekuasaan Islam.
Peperangan umat Islam
terjadi lagi, yaitu antara Khalifah Ali bersama pasukannya dengan Muawiyah
sebagi gubernur suriah bersama pasukannya. Perang ini terjadi karena Khalifah
Ali ingin menyelesaikan pemberontakan Muawiyah yang menolak peletakan jabatan
dan secara terbuka menentang khalfah dan tidak mengakuinya. Peperangan ini
terjadi di kota Shiffin pada tahu 37 yang hamper saja di menangkan Ali. Namun,
karena kecerdikan Muawiyah yang di motori oleh pangkima perangnya amr bin Ash,
yang mengacungkan al-Qur’an dengan tombaknya, yang mempunyai arti bahwa mereka
mengajak berdamai dengan menggunakan Al-Qur’an.
Konflik politik antara Ali
Thalib dengan Muawiyah ibn Abi Sufyan diakhiri dengan tahkim. Dalam tahkim
tersebut pihak Ali Ibn Abi Thalib dirugikan oleh pihak Muawiyah Ibn Abu Sufyan
karena kecerdikan Amr bin Ash yang mengalahkan Abu Musa Al-Asy’ari.
Dengan terjadinya berbagai
pemberontakan dan keluarnya sebagian pendukung Ali banyak pengikut Ali gugur
dan juga berkurang serta hilangnya sumber ekonomi dari Mesir karena dikuasai
oleh Muawiyah menjadikan karisma Khalifah menjadi menurun, sementara Muawiyah
semakin hari makin bertambah kekuatannya. Hal tersebut memakasa khalifah Ali
menyetujui perdamaian dengan Muawiyah.
Penyelesaian kompromis Ali
dengan Muawiyah tidak disukai oleh kaum perusuh karena hal itu membebaskan
Khalifah uuntuk memusatkan perhatiannya pada tugas menghukum mereka. Kaum
Khawarij merencanakan untuk membunuh Ali; Muawiyah dan Amar memilih seorang
Khalifah yang sehaluan dengan mereka, yang dengan bebas dipilih dari seluruh
islam. karena itu, Abdurrahman, pengikut setia kaum Khawarij, memberikan
pukulan yang hebat kepada Ali sewaktu dia akan adzan di masjid. Pukulan itu
fatal, dan Khalifah Ali wafat pada tanggal 17 Ramadhan 40 H. bertepatan dengan
tahun 661 M[12].
Dinasti Umayah (661-680)
Perintah Dinansti Umayah
dilakukan oleh Muawiyah dengan cara menolak membai’at Ali, berperang melawan
Ali, dan melakukan perdamaian (tahkim) dengan pihak Ali yang secara politik
sangat menguntungkan Muawiyah. Keberuntungan Muawiyah berikutnya adalah
keberhasilan pihak Khawarij membunuh Khalifah Ali r.a. Jabatan khalifah setelah
Ali r,a. wafat, dipegang oleh putranya, Hasan Ibn Ali selama beberapa bulan.
Akan tetapi, karena tidak didukung oleh pasukan yang kuat, sedangkan pihak
Muawiyah semakin kuat, akhirnya Muawiyah melakukan perjanjian dengan Hasan Ibn
Ali. Isi perjanjian itu adalah bahwa penggantian pemimpin akan diserahkan
kepada umat Islam setelah masa Muawiyah berakhir. Perjanjian ini di buat pada
tahun 661 M (41 M), dan tahun tersebut disebut am jama’ah karena perjanjian ini
mempersatukan umat Muawiyah dan Muawiyah mengubah sistem khalifah menjadi
kerajaan[13].
Muawiyah merupakan orang
pertama di dalam Islam yang mendirikan suatu departemen pencatatan
(diwanulkahatam). Setiap peraturan yang dikeluarkan oleh khalifah harus disalin
didalam suatu register, kemudian yang asli harus disegel dan dikirimkan ke
alamat yang dituju[14].
a.
Peradaban pada masa Umayah Timur
1.
Penyempurnaan Tulisan Al-Qur’an
Menurut salah satu riwayat, ulama pertama yang memberikan baris dan titik
pada huruf-huruf Al-Qur’an adalah Hasan Al Bashri (642-728) atas perintah Abd
Al-malik Ibn Marwan (yang menjadi Khalifah antar 685-705 M) dalam riwayat lain
dikatakan bahwa yang pertama membuat baris dan titik pada huruf-huruf Al-Qur’an
adalah Abu Al-Aswad Ad-Duwali.
2.
Penulisan Hadis
Umar Ibn Abd Al-Aziz adalah Khalifah yang memelopori penulisan (tadwin)
hadis. Beliau memerintahkan kepada Abu Bakar Ibn Muhammad Ibn Amr Ibn Hajm (120
H), gubernur madinah, untuk menuliskan hadis yang ada dalam hafalan-hafalan
penghafal hadis.
b.
Aliran-aliran keagamaan pada Masa Umayah
1.
Khawarij adalah kaum yang mendesak Ali untuk menghentikan peperangan pada
Perang Shiffin dan menjelaskan proses hukum melalui Al-Qur’an.
2.
Murji’ah, secara bahasa, murjiat berasal dari kata al-irja mengakhirkan,
al-ta’khir atau memberikan harapan (I’tha al-‘aja’).
3.
Aliran fiqh, dalam (analisis Nurcholish Masjid), dibawah pimpinan
Khalifah Muawiyah. Masa kekhalifahannya disebut Ibn Taymiyyah sebagai permulaan
masa “kerajaan rahmat” (al-mulk bi al-rahmah)[15].
c.
Pendirian Umayah di Andalusia
Andalusia adalah nama bagi semenanjung Iberia
pada zaman kejayaan Umayah. Andalusia berasal dari vandal, yang berarti negeri
bangsa Vandal; karena semenanjung Iberia pernah dikuasai oleh bangsa Vandal
sebelum terusir oleh bangsa Ghotia barat (abad ke-5 M). Umat islam mulai
menaklukkan Semenanjung Iberia pada zaman Khalifah Al-Walid Ibn Abd Al-Malik
(86-96 H./705-715M).
Ekspansi pasukan muslim ke Semenanjung Iberia
(Andalusia), gerbang daya Barat Eropa, seperti yang telah dikemukakan di depan,
merupakan serangan terakhir dan paling dramatis dari seluruh operasi militer
penting yang dijalankan oleh orang-orang Arab.serangan itu menandai puncak
ekspensi muslim ke wilayah Afrika-Eropa, seperti halnya penaklukan Turkistan
yang menandai titik terjauh ekspansi ke kawasan Mesir-Asia[16].
E. Dinasti Abbasiyah
Kekuasaan dinasti bani Abbas
atau khilifah Abbasiyah, sebagaimana disebutkan, melanjutkan kekuasaan dinasti
Bani Umayyah. Dimanakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa
dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti
Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad Ali ibn Abdullah
ibn-Abass. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari
tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M). selama dinasti ini berkuasa, pola
pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,
sosial, budaya.
Berdasarkan perubahan pola
pemerintahan dan politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan
bani Abbas menjadi lima periode:
a.
Periode pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh
Persia pertama.
b.
Periode kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh turki
pertama.
c.
Periode ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan Dinasti
Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini juga disebut masa
pengaruh Persia kedua.
d.
Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti
Bani Seljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan
masa pengaruh Turki kedua.
e.
Periode kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari
pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota
Bagdad.
Pada periode pertama,
pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para
khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan
agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran, masyarakat mencapai tingkat
tertingi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan
filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun, setelah periode in berakhir,
pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat
dan ilmu pengetahuan terus berkembang[17].
B.
Perkembangan
Islam pada Masa Pertengahan (1250-1800 M)
1.
Bangsa
Mongol dan Dinasti Ilkhan
Jatuhnya kota Baghdad pada
tahun 1258 M ketangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah di
sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban
Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat
kaya dengan Khazanah ilmu pengetahuan itu ikut lenyap dibumi hanguskan oleh
pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan[18].
Pada tahun 656 H/1258 M,
tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba disalah satu pintu
Baghdad. Khalifah Al-Mu’tashim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad
(1243-1258), betul-betul tidak mampu mrmbendung “topan” tentara Hulagu Khan[19]
.
Baghdad dan daerah-daerah
yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya diperintah oleh dinasti Ilkhan. Ilkhan
adalah gelar yang diberikan kepada Hulagu daerah yang dikuasai dinasti ini
adalah daerah yang terletak antara Asia Kecil Barat dan India, di timur, dengan
ibu kotanya Tabyiz[20]
.
Dampak kekuasaan Mongol
terhadap peradapan Islam sungguh terasa. Pastinya, dampak negatif lebih banyak
ketimbang dampak positifnya. Kehancuran tampak jelas di berbagai wilayah dari
dari seranan Mongol. Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang indah-indah dan
perpustakaan-perpustakaan yang mengoleksi banyak buku pun semakin memperburuk
situasi umat Islam.pembunuhan Umat Islam juga terjadi; bukan hanya pada masa
Hulagu Khan yan membunuh khalifah Abbasiyah dan keluarganya, melainkan juga
pembunuhan terhadap umat Islam yan tidak berdosa[21].
Setelah lebih dari satu abad
satu abad umat islam menderita dan berusaha bangkit dari kehancuran akibat
serangan bangsa Mongol di bawah Hulagu Khan, malapetaka yang tidak kalah
dahsyatnya datang kembali, yaitu serangan yang juga dari keturunan bangsa
Mongol. Berbeda dari Hulagu Khan dan keturunannya pada dinasti Ikhan, penyeran
kali ini sudah masuk Islam, tetapi sia-sia kebiadaban dan kekejaman masih
melekat kuat. Serangan itu di pimpin oleh Timur Lenk, yang berarti Timur si
Pincang[22].
2.
Dinasti
Mamalik di Mesir
Kalau ada negeri Islam yang
selamat dari kehancuran akibat serangan-serangan bangsa Mongol, baik serangan
Hulau Khan maupun Timur Lenk, maka negeri itu adalah Mesir yang ketika itu
berada dibawaah kekuasaan dinasti Mamalik. Karena, negeri ini terhindar dari
kehancuran, maka persambungan perkembangan peradaban dengan masa klasik relatif
terlihat dan beberapa diantara prestasi yang pernah di capai pada masa klasik
bertahan di Mesir. Walaupun demikian, kemajuan yang di capai oleh dinasti ini,
masih di bawah prestasi yang pernah di capai oleh umat Islam pada masa klasik[23].
Dinasti Mamalik membawa
warna baru dalam sejarah politik islam. pemerintahan dinasti ini bersifat
oligarki militer, kecuali dalam waktu yang singkat ketika Qalawun (1280-1290 M
) menerapkan pergantian sultan secara turun menurun.
Dalam bidang pemerintahan, kemenangan dinasti Mamalik atas
tentara Mongol di ‘Ayn Jalut menjadi modal besar untuk menguasai daerah-daerah
sekitarnya banyak penguasa-penguasa dinasti kecil menyatakan setia kepada kerajaan
ini untuk menjalankan pemerintahan di dalam negeri, Baybas mengangkat kelompok
militer sebagai elit politik.
Dalam bidang ekonomi,
dinasti Mamalik membuka hubungan dagang dengan Prancis dan Italia melalui
peluasan jalur perdagangan yang sudah dirintis oleh dinasti Fathimiyah di Mesir
sebelumnya. Jatuhnya Baghdad membuat Kairo sebagai jalur perdagangan antara
Asia dan Eropa, menjadi lebih penting karena Kairo menghubunkan
jalurperdagangan Laut Merah dan Laut Tengah dan Eropa. Di samping itu hasil
pertanian juga meningkat.
Di bidang Ilmu pengetahuan,
Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwa-ilmuwan asal Baghdad dari serangan tentara
Mongol. Karena itu, ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir, seperti sejarah,
kedokteran, astronomi, matematika dan ilmu agama. Dinasti Mamalik juga banyak
mengalami kemajuan dibidang arsitektur. Banyak arsitek didatangkan ke Mesir
untuk membangun sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah.
Di pihak lain, suatu
kekuatan politik baru yang besar muncul sebagai tantangan bagi Mamalik, yaitu
kerajaan Ustmani. Kerajaan inilah yang mengakhiri riwayat Mamalik di Mesir.
Dinasti Mamalik kalah melawan pasukan Utsmani dalam pertempuran menentukan di
luar kota Kairo tahun 1517[24].
3.
Kerajaan
Turki Utsmani
Perkembangan wilayah
Kerajaan Turki Utsmani yang luas berlangsung dengan cepat, yang diikuti oleh
pencapaian kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan lain yang cukup
penting, diantaranya sebagai berikut:
a.
Bidang kemiliteran dan pemerintahan
Untuk pertama kalinya, kerajaan Turki Utsmani
mulai mengorganisasi taktik, strategi tempur, dan kekuatan militer dengan baik.
Selain itu, kerajaan Turki Utsmani jua membuat struktur pemerintahan, dengan
kekuasaan tertinggi di tangan Raja, yang dibantu oleh perdana menteri yang
membawahi gubernur. Gubernur mengepalai daerah tingkat I. dibawahnya ada
beberapa bupati.
b.
Bidang ilmu pengetahuan dan budaya
Kebudayaan Kerajaan Turki Utsmani merupakan
perpaduan ragam kebudayaan, seperti Persia, Byzantium, dan Arab. Dalam bidang ilmu
pengetahuan, Kerajaan Turki Utsmani tidak begitu menonjol. Sebab, mereka lebih
focus pada kegiatan militer. Sehingga, dalam Khazamah Intelektual Islam, tidak
ada ilmuwan yang terkemuka dari kerajaan tersebut.
c.
Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai
peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolongkan
berdasarkan agama, dan kerajaan pun sangat terikat dengan syari’at, sehingga
fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku.
Masa pemerintaha Sulaiman I
(1520-1566 M) merupakan puncak kejayaan dari kerajaan Turki Utsmani. Ia
terkenal dengan sebutan Sulaiman Agung atau Sulaiman al-Qanuni. Akan tetapi, setelah
ia wafat, sedikit demi sedikit Kerajaan Turki mengalami kemunduran.
Pasca pemerintahan
Sulaiman,kondisi pemerintahan Turki Utsmani semakin kacau. Sebab terjadi banyak
pergantian pemimpin, yang hanya merebutkan jabatan, tanpa memikirkan
langkah-langkah selanjutnya yang lebih terarah kepada tegaknya kerajaan Turki
Utsmani[25].
4.
Dinasti
Safawiyah
Dinasti (kerajaan) Safawiyah
berkuasa pada tahun 1502-1722 (mengalami restorasi singkat pada tahun
1729-1736). Ragam kemajuan yang telah diraih pada massa Dinasti Safawiyah
adalah sebagai berikut:
a.
Bidang Politik dan Sosial
Keadaan politik pada masa Dinasti safawiyah mulai bangkit kembali setelah
Abbas I naik tahta pada tahun 1587-1629. Ia menata administrasi negara dengan
cara yang lebih baik. Reformasi politik yang dilakukan oleh Abbas I membuat
Kerajaan Safawiyah kuat kembali. Setelah itu, ia mulai memusatkan perhatiaannya
guna merebut kembali wilayah-wilayah kekuasaannya yang hilang.
b.
Bidang Agama
Pada masa Abbas I, kenijakan keagamaan tidak lagi seperti masa
khalifah-khalifah sebelumnya, yang senantiasa memaksakan agar Syi’ah menjadi agama negara, melainkan ia menanamkan
sikap toleransi.
c.
Bidang Ekonomi
Stabilitas politik kerajaan Safiwiyahpada masa Abbas I telah memacu
perkembangan perekonomiannya, terutama setelah Pulau Hurmuz dikuasai dan
pelabuhan Gumrun di ubah menjadi Bandar abbas. Dengan dikuasainya Bandar ini,
maka salah satu jalur dagang laut antara negara Timur dan Barat yang biasa
direbutkan oleh belanda, inggris, dan prancis, akhirnya menjadi milik Kerajaan
Safiwiyah.
d.
Bidan ilmu pengetahuan
Berkembangnya ilmu pengetahuan pada masa Kerajaan Safiwiyah terkait
dokrin mendasar bahwa kaum Syi’ah tidak boleh taklid dan pintu ijtihad
selamanya terbuka. Mereka berbeda dengan kkaum sunni yang meyakini bahwa
ijtihad telah berhenti dan orang-orang harus taklid. Sedangkan kaum Syi’ah tetap
berpendirian bahwa mujtahid tidak terputus selamanya.
e.
Bidang seni
Di bidan seni, kemajuan terlihat dari gaya arsitektur bangunan, seperti
masjid syah yang di bangun pada tahun 1603 M. adapaun untuk seni lainnya dalam
bentuk kerajinan tangan, karpet, permadani, pakaian, tenunan, mode, tembikar,
dan lain-lain[26].
Terjadinya kemunduran
pemerintahan pusat berlangsung sepeninggal Abbas I. setelah Abbas I meninggal
dunia, tidak ada seorangpun yang mempunyai visi atau kecakapan sepertinya[27].
Rezim Safawiyah memang telah
meninggalkan warisan kepada Iran modrn berupa tradisi Persia mengenai sistem
kerajaan yang agung, yaitu sebuah rezim yan di bangun berdasarkan kekuatan uymaq atau unsur kesukuan yang utama,
yang mewariskan sebuah kewenangan keagamaan syi’ah yang kohesif, monolitik,
sekaligus mandiri[28].
5.
Kerajaan
Mughal di India
Kerajaan Mughal berdiri
seperempat abad sesudah berdirinya kerajan Safawi. Jadi, di antara tiga
kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan inilah yang termuda[29].
Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai ibu kota, didirikan oleh
Zahiruddin Babur (1482-1530 M) salah satu dari cucu Timur Lenk[30]. Masing-masing dari ketiga kerajaan ini
mempunyai masa kejayaan sendiri baik di bidang ekonomi, budaya, maupun arsitektur.
a.
Kondisi Politik dan Sosial Kerajaan Mughal abad ke-17
Di masa Akbar kerajaan tidak dijalankan dengan kekerasa, ia banyak
menyatu dengan rakyat, bahkan rakyat dari berbagai agama tidak dipandangnya
sebagai orang lain dan dirinya pun dibuatnya menjadi orang hisdustan sejati.
Dalam urusan pemerintahan, dia menyusun pentadbiran secara teratur yang
jarang taranya, sehingga Inggris satu setengah abad kemudia setelah
menaklukan India, tidak dapat memilih jalan lain, hanya mmeneruskan
administrasi Sultan Akbar.
b.
Kondisi pengetahuan dan seni kerajaan Mughal Abad ke-17
Di bidang peengetahuan kebahasaan Akbar telah menjadikan tiga bahasa
sebagai bahasa nasional, yaitu bahasa Arab sebagai bahasa Agama, bahasa Turki
sebagai bahasa bangsawan dan bahasa Persia sebagai bahasa istana dan
kesusastraan. Selain itu, Akbar memodifikasi tiga bahasa tersebut di tambah
dengan bahasa Hindu dan menjadi bahasa Urdu.
Sementara karya seni yang paling menonjol adalah karya sastra gubahan
penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun bahasa india. Gedung-gedung
sejarah yang ditinggalkan periode ini adalah Tajmahal di Aqra, Benteng Merah,
Jama Masjid, istana-istana, dan gedung-gedung pemerintahan di delhi[31].
C.
Perkembangan
Islam Pada masa Modern (1800-sekarang)
periode ini merupakan zaman kebangkitan Islam.
Ekspedisi napoleon di Mesir yang berakhir tahun 1801 M, membuka mata dunia
Islam, terutama Turki dan Mesir, akan kemunduran dan kelemahan umat islam di
sampan kemajuan dan kekuatan Barat. Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berfikir
dan mencari jalan untuk mengembalikan keseimbangan kekuatan, yang telah pincang
dan membahayakan bagi Islam.
kontak islam dengan Barat sekarang sangat
berlebihan sekali dengan kontak Islam denan Barat ketika periode klasik. Pada
periode klasik, islam sangat gemilang dan Barat sedang berada dalam kegelapan.
Sedangkan pada masa modern ini, keadaan menjadi sebaliknya, Islam tampak dalam
kegelapan dan Barat tampak gemilang. Oleh karena itu, pada masa kini yang
terjadi justru sebaliknya islam yang Ingin belajar dar Barat, lantaran
kemajuan-kemajuan bangsa-bangsa barat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
serta peradaban.
Denan demikian, timbullah apa yang disebut
pemikiran dan aliran pembauan atau modernisasi dalam Islam. pemuka-pemuka Islam
mengeluarkan pemikiran-pemikiran bagaimana caranya membuat umat Islam kembali
maju sebagaimana pada periode klasik[32]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari beberapa rangkuman di atas dapat kita simpukan bahwa perjuangan-perjuangan
orang-orang pada masa terdahulu tidaklah mudah, masih banyak
pemberontak-pemberontak yang ingin meruntuh Agama Islam. meskipun begitu banyak
juga kemajuan-kemajuan yang terjadi pada masa perkembangan Islam seperti pada
bidan ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, dan sebagainya.
B.
Saran
Dalam penulisan makalah yang kami susun, kami sangat berusaha semaksimal
mungkin demi sempurnanya menyunsun makalah ini, tapi kami sangat menyadari
adanya kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Oleh sebab itu,
kritik dan saran dari dosen Pengampu, teman-teman serta para pembaca sangat
kami harapkan demi sempurnanya makalah ini dan sebagai koreksi bagi kami untuk
jadi yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aizid,Rizem. Sejarah Peradapan Islam Terlengkap. Yogyakarta: DIVA Press.
Yatim,Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008.
Supriyadi,Supriyadi. Sejarah
Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Amin,Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2010.
Fu’adi, Imam. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Teras, 2011.