Friday 6 October 2017

efinisi sillogisme , unsur-unsur dalam sillogisme dan macam-macam sillogisme


BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Sejak manusia dilahirkan pada dasarnya sudah sepantasnya untuk dilatih berfikir dengan jelas, tajam, terang rumusannya, hal itu juga supaya lebih tangkas dan kreatif. Dengan demikian kita sebagai generasi penerus bangsa perlu belajar berfikir jernih dan jelas. Hal yang penting juga adalah belajar membuat deduksi yang berani dengan salah satu cara untuk memahaminya butuh sillogisme. Hal ini diperlukan karena mengajarkan kita untuk dapat melihat konsekuensi dari sesuatu pendirian atau pernyataan yang apabila ditelaah lebih lanjut.
Mungkin hal itu bisa terjadi karena tidak mau menghargai kebenaran dari sesuatu tradisi atau tidak dapat menilai kegunaannya yang besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau, ada juga sebagian orag yang mengatakan atau menggap percuma dengan belajar tentang sillogisme, tetapi mungkin juga anggapan itu didasarkan pada kenyataan bahwa biasanya dalam proses penulisan atau pemikiran hanya sedikit orang saja yang dapat mengungkapkan pikirannya dalam betuk sillogisme, oleh karena itu kami akan menjelaskan silogisme itu seperti apa,  karena bentuk sillogismelah setiap langkah dari proses tersebut menjadi terbuka.
B.       RUMUSAN MASALAH
1.        Apa definisi sillogisme?
2.        Apa saja unsur-unsur dalam sillogisme?
3.        Apa saja macam-macam sillogisme?
C.      TUJUAN PENULISAN
1.        Untuk mengetahui dan memahami definisi sillogisme.
2.        Untuk mengetahui dan memahami unsur-unsur dalam sillogisme.
3.        Untuk mengetahui dan memahami macam-macam sillogisme.








BAB II
PEMBAHASAN
A.      Definisi Silogisme
Sillogisme berasal dari bahasa yunani syllogismos, artinya penggabungan dalam konteks penalaran. Istilah penggabungan ini menunjukan bahwa proposisi yang berfungsi sebagai premis lebih dari satu atau bisa disebut sillogisme memiliki dua premis dan satu kesimpulan.[1]
Bisa dikatakan sillogisme adalah suatu pengambilan kesimpulan dari dua macam keputusan (yang mengandung unsur yang sama yang salah satunya harus universal) suatu keputusan yang ke tiga yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang mendahuluinya.
Dengan kata lain silogisme adalah pola berfikir yang disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Sillogisme merupakan penjelasan deduksi yang sempurna. Disebut sempurna karena:
1.        Apabila pemikiran deduktif kita susun dalam bentuk silogisme esimpulannya akan segera terlihat.
2.        Dalam silogisme proposisi diatur sedemikian rupa sehingga hubungannya segera jelas.[2]
Silogisme juga disebut penyimpulan tidak langsung, dimana dari dua keputusan disimpulkan satu keputusan yang baru. Keputusan yang baru itu berhubungan erat sekali dengan premis-premisnya. [3]
Contoh:
Semua makhluk mempunyai mata. (premis mayor)
Si kacang adalah seorang makhluk. (premis minor)
Jadi, si kacang mempunyai mata (kesimpulan).

B.     Unsur-unsur Sillogisme
Bagian Sillogisme dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.        Minor  Term : Kata yang menjadi subjek dalam kesimpulan. Premis minor artinya pangkal pikiran yang mengandung minor term nantinya akan muncul menjadi subjek dalam konklusi.
Contoh: sikacong adalah seorang makhluk.
2.        Mayor Term : Kata yang menjadi predikat dalam kesimpulan. Mayor artinya besar, premis mayor artinya pangkal pikir yang mengandung term mayor dari sillogisme itu dimana nantinya akan muncul menjadi predikat dalam konklusi.
Contoh: semua makhlik mempunyai mata.
3.        Middle Term : Kata yang terdapat pada premis mayor dan premis minor. namun tidak dalam kesimpulan dan term ini yang menjadi alasan  untuk menyetujui predikat dengan subjek atau tidak menyetujuinya.[4]

Contoh keseluruhan:
Ahmad adalah manusia
Semua manusia mati
Jadi, ahmad mati
Ahmad : minor term
Manusia : middle term
Mati : mayor term

C.      Macam-Macam Sillogisme
Macam-macam sillogisme ada dua, yaitu:
1.        Silogisme Kategoris
Silogisme Kategoris adalah sillogisme  yang  premis-premis dan kesimpulannya berupa keputusan kategoris. Demi lahirnya konklusi maka mayor term harus universal, sedangkan minor term harus partikular. [5]
Contoh:
Semua binatang buas adalah pemakan daging.
Semua kucing adalah binatang buas.
Jadi semua kucing adalah pemakan daging.
Silogisme kategoris dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a.        Silogisme Kategoris Standar
Silogisme Kategoris Standar adalah argumen yang terdiri dari tiga proposisi kategoris standar yang susunannya sama sehingga hanya ada tiga term yang terdapat pada rangkaian proposisi tersebut.
Contoh:
Setiap buruh adalah manusia pekerja.
Setiap kuli bangunan adalah buruh.
Jadi, setiap kuli bangunan adalah manusia pekerja.
b.         Silogisme Kategoris Menyimpang
Silogisme Kategoris Menyimpang adalah silogisme terdiri dari proposisi-proposisi yang tidak terstandar. Ada beberapa penyebab: yang pertama term predikat dari salah satu premis berupa kata sifat atau kata kerja dan bukan kata benda. Yang kedua salah satu proposisi dalam silogisme tidak dinyatakan secara eksplisit. Bentuk silogisme seperti ini disebut dengan entimena (bentuk silogisme dimana salah satu premisnya atau kesilmpulannya tidak dinyatakan).
Contoh:
Para pekerja yang akan dipecat semuanya adalah pekerja malas.
Kamu adalah pekerja rajin.
Jadi, kamu tidak usah takut dipecat.

2.        Silogisme Hipotetis
Sillogisme Hipotetis  adalah silogisme yang menggunakan proposisi hipotetis. Sedangkan premis minornya proposisi kategorik yang menetapkan atau mengungkari term atecedent atau term konsekuen.[6] Sebenarnya Sillogisme hipotetik tidak memiliki premis mayor maupun premis minor karena kita ketahui premis mayor itu mengandung term predikat pada konklusi. Sedangkan premis minor itu mengandung term subjek pada konklusi.
Pada sillogisme hipotetik term konklusi adalah term yang kesemuanya dikandung oleh premis mayornya, mungkin bagian antecedent dan mungkin pula bagian konsekuensinya tergantung oleh bagian yang diakui atau dipungkiri oleh premis minornya.
Silogisme ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a.         Silogisme Hipotetis Konditional, yaitu bentuk silogisme ini ditandai dengan ungkapan: ‘Jika...., maka....,’ premis mayornya berupa proposisi konditional. Prinsip silogisme hipotetis kondisional berbunyi: pengakuan terhadap antecedens berarti pengakuan terhadap konsekuens. Pengingkaran terhadap konsekuens berarti pengingkaran terhadap antecedens.
Contoh : jika hujan maka jalanan basah.
b.        Silogisme Hipotetis Konjungtif, bentuk silogisme ini memiliki dua alternatif yang ditandai dengan ungkapan: ‘sekaligus...dan...’. prinsip sillogisme hipotetis konjungtif berbunyi: jika alternatif yang satu benar maka yang lainnya salah. Kalau yang satunya salah maka, yang lainnya belum pasti bisa benar bisa salah.
Contoh: Pak Boli tidak bisa berada di Jakarta dan Surabaya sekaligus.
c.         Silogisme Hipotetis Disyungtif, bentuk silogisme ini ditandai dengan ungkapan :’ atau..., atau...’. silogisme ini mengandung dua kemungkinan, tidak lebih dan tidak kurang. Keduanya tidak bisa sama-sama benar dan tidak bisa sama-sama salah.  Yang satu benar, yang lainnya salah. Yang satu salah yang lainnya benar. [7]
Contoh : atau bupati atau sekretarisnya yang akan menghadiri pertemuan itu.









BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.        Sillogisme adalah suatu cara untuk melahirkan deduksi. Sillogisme mengajarkan pada kita merumuskan, menggolongkan pikiran sehingga kita dapat melihat hubungannya dengan mudah, dengan demikian kita belajar berfikir tertib, jelas, tajam.
2.        Adapun unsur dari sillogisme ada tiga unsur yaitu, Minor  Term : Kata yang menjadi subjek dalam kesimpulan.  Mayor Term : Kata yang menjadi predikat dalam kesimpulan.  Middle Term : Kata yang terdapat pada premis mayor dan premis minor.
3.        Bembagian silogisme secara garis besar dibagi dua yaitu, pertama. Silogisme kategoris adalah silogisme  yang  premis-premis dan kesimpulannya berupa keputusan kategoris. Kedua, Sillogisme hipotetis  adalah silogisme yang menggunakan proposisi hipotetis.

B.       Saran-Saran
1.        Pembaca dapat menelaah lebih lanjut tentang ilmu logika tentang definisi sillogisme.
2.        Pembaca dapat menelaah lebih lanjut tentang ilmu logika tentang unsur-unsur yang terdapat dalam sillogisme.
3.        Pembaca dapat menelaah lebih lanjut tentang ilmu logika tentang macam-macam sillogisme.





[1] F. Warsito Djoko,  Logika, (Jakarta Barat: Indeks, 2011), hlm. 43.
[2] Ainurrahman Hidayat, Ilmu Logika Pergulatan Teknik-Teknik Berfikir Logis dengan Kesesatan Berfikir, (Surabaya: Pena Salsabila, 2013), hlm. 116.
[3] Alex Lanur Ofm, Logika Selayang Pandang, (Yogyakarta: Kanisius, 1983), hlm. 41.
[4] Rusydi kholil, Logika, (Pamekasan:  Logis, 2013), hlm. 20.
[5] F. Warsito Djoko,  LOGIKA, (Jakarta Barat: Indeks, 2011), hlm. 31.
[6] Benyamin Molan, Logika Ilmu Dan Seni Berpikir Praktis, (Jakarta: Indeks, 2012), hlm. 168
[7] F. Warsito Djoko,  Logika, (Jakarta Barat: Indeks, 2011), hlm.46-62.