KESEPADANAN ADAPTASI
LINGUISTIK SOSIAL PADA MAHASISWA
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan
yang diampu oleh Bapak
Akh. Fakih, M.PD
Disusun Oleh:
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2017 KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
kami diberi kesempatan bekerja sama untuk menyelesaikan makalah ini. Dengan
penulisan makalah yang berjudul “kesepadanan adaptasi linguistik sosial pada mahasiswa” ini. Kami berharap dapat memberi manfaat bagi kita semua. Kami juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
pengarahan-pengarahan serta masukan dalam pembuatan makalah ini.
Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen dan teman-teman
yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca, sangatlah berguna bagi
penulis sebagai referensi tambahan agar kelak dapat melahirkan karya ilmiah
dalam bentuk makalah yang jauh lebih baik lagi kualitasnya.
Pamekasan, 15 November 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar isi ........................................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan
Masalah.................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Linguistik
Sosial Pada Mahasiswa................................... 3
B.
Kegunaan Linguistik Sosial Pada Mahasiswa.................................... 4
C.
Pelaksanaan Penelitian Linguistik Sosial (pemakaian bahasa)........... 5
D.
Masalah-Masalah Linguistik Sosial.................................................... 6
E.
Kesepadanan Adaptasi Linguistik Sosial PadaMahasiswa................ 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 10
B. Saran................................................................................................... 10
Daftar Pustaka................................................................................................
11
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahasiswa memiliki peran sangat penting terhadap masyarakat, yakni
sebagai agen perubahan, sosial kontrol, dan memperkaya diri dengan pengetahuan
baik itu dari segi penggunaan bahasa dalam berinteraksi sosial.
Pada perguruan-perguruan tinggi khususnya untuk mahasiswa dalam
memahami kesepadanan adaptasi linguistik sosial memiliki manfaat yang sangat
penting dalam mempelajari penggunaan ilmu bahasa terhadap linguistik sosial.
Dalam melakukan interaksi dengan orang lain/sosial, mahasiswa yang
dalam hal ini berasal dari latar belakang yang berbeda harus bisa beradaptasi
dengan lingkungannya, sehingga dalam melakukan interaksi dengan yang lain
perlunya ilmu bahasa yang dalam hal ini, akan mempermudah komunikasi atau menjalin
komunikasi dengan baik yang biasa disebut linguistik sosial.
Dengan menggunakan linguistik sosial, mahasiswa tidak lagi mengenal
perbedaan di lingkungannya maupun tidak mempermasalahkan latar belakang yang
berbeda. Hal ini karena bahasa yang digunakan nantinya akan sama dengan yang
lain sehingga memudahkan interaksi antar sesama.
B. Rumusan Masalah
1.
Jelaskan pengertian linguistik sosial pada mahasiswa?
2.
Jelaskan kegunaan linguistik sosial pada mahasiswa?
3.
Apa saja pelaksanaan penelitian linguistik sosial (pemakaian
bahasa)?
4.
Apa saja masalah-masalah linguistik sosial?
5.
Bagaimana kesepadanan adaptasi linguistik sosial pada mahasiswa?
C. Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui pengertian linguistik sosial pada mahasiswa
2.
Untuk mengetahui kegunaan linguistik sosial pada mahasiswa
3.
Untuk mengetahui pelaksanaan penelitian linguistik sosial
(pemakaian bahasa)
4.
Untuk mengetahui masalah-masalah linguistik sosial
5.
Untuk mengetahui kesepadanan adaptasi linguistik sosial pada
mahasiswa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Linguistik
Sosial Pada Mahasiswa
Linguistik berati “ilmu bahasa”. Kata linguistik berasal dari kata
latin lingua ‘bahasa’. Dalam bahasa-bahasa “Roman” (yaitu bahasa-bahasa yang
berasal dari bahasa latin). Dalam bahasa Indonesia “linguistik” adalah nama
bidang ilmu, dan kata sifatnya adalah “linguistik” atau “linguistik”.[1]
Linguistik sosial atau bisa disebut dengan sosiolinguistik yang
merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris
yang mempunyai kaitan sangat erat. Maka, untuk memahami apa sosiolinguistik
itu, perlu terlebih dahulu dibicarakan apa yang dimaksud dengan sosiologi dan
linguistik itu. Sosiologi adalah kajian objektif dan ilmiah mengenai manusia di
dalam masyarakat, dan mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di
masyarakat. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa,
atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. [2]
Sementara mahasiswa adalah sebutan bagi orang yang sedang menempuh
pendidikan tinggi yang terdiri atas sekolah tinggi, akademi, dan yang paling
umum adalah universitas.[3]
Dengan demikian, secara mudah dapat dikatakan bahwa linguistik
sosial pada mahasiswa merupakan bidang ilmu antardisplin yang mempelajari
bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa yang diterapkan oleh, mahasiswa
dalam melakukan interaksi soial di dalam masyarakat.
B. Kegunaan Linguistik Sosial
Pada Mahasiswa
Setiap
bidang ilmu tentu mempanyai kegunaan dalam kehiduapan praktis. Begitu juga dengan
sosiolinguistik. Kegunaan sosiolinguistik bagi kehidupan sangat banyak, sebab
bahasa sebagai alat komunikasi verbal manusia, tentunya mempunyai aturan-aturan
tertentu, diantaranya sebagai berikut:
1.
Dapat kita manfaatkan dalam berkomunikasi atau berinteraksi.
2.
Berkomunikasi dengan menunjukkan bahasa, ragam bahasa atau gaya
bahasa apa yang harus kita gunakan jika kita berbicara dengan orang tertentu.
3.
Sosiolinguistik juga akan menunjukkan bagaimana kita harus berbicara
bila kita berada di dalam masjid, di ruang perpustakaan, di taman, di pasar,
atau juga di lapangan sepak bola.
4.
Dalam pengajaran bahasa di sekolah, sosiolinguistik juga mempunyai
peran yang besar. Kajian bahasa secara internal akan menghasilkan perian-perian
bahasa secara objektif deskriptif, dalam wujud berbentuk sebuah buku tata
bahasa.
5.
Dapat menyajikan kaidah-kaidah bahasa tanpa mengaitkannya dengan
kaidah-kaidah pengguna bahasa.[4]
Dalam penggunaan
linguistik sosial pada mahasiswa juga mempunyai peran yang besar yakni; bagi
mahasiswa tentu akan sangat membantu dalam menyelesaikan masalah dan melaksanakan
tugasnya, sehingga dapat membantu dalam memahami karya sastra dengan baik.
Sebab bahasa, yang menjadi objek penelitian linguistik itu, merupakan wadah
pelahiran karya sastra. Tidak mungkin kita tidak dapat memahami karya sastra
dengan baik tanpa mempunyai pengetahuan hakikat dan struktur bahasa dengan
baik. Apalagi diingat bahwa karya sastra menggunakan ragam bahasa khusus yang
tidak sama dengan bahasa khusus.
C. Pelaksanaan Penelitian
Linguistik Sosial (pemakaian bahasa)
1.
Perihal penelitian sosiolinguistik (pemakaian bahasa)
Bidang linguistik
yang berhubungan dengan pemakaian bahasa merupakan salah satu bagian dari
bidang studi sosio-linguistik.
Sosiolinguistik
itu sendiri merupakan bidang garapan antara dua disiplin ilmu, yaitu linguistik
yang berkutat dengan masalah kebahasaan di satu sisi, dengan disiplin sosilogi
yang menaruh perhatian pada masalah sosial atau masyarakat di sisi yang lain.[5]
2.
Metode penyediaan data
a.
Penarikan sampel penelitian sosiolinguistik; Ashen (1978)
menyebutkan bahwa penelitian-penelitian sosiolinguistik yang hasilnya telah
diterbitkan ternyata menggunakan jumlah sampel dalam jumlah yang tidak besar.
b.
Penentuan kelas sosial; Gunarwan (2002), kelas sosial ditentukan
oleh ras.
c.
Metode penyediaan data; Metode simak (pengamatan/observasi), Metode
survei, dan Metode Cakap (wawancara).[6]
3.
Metode analisis data
Merupakan upaya
yang dilakukan untuk mengklasifikasi, pengelompokan data. Data itu sendiri
memiliki dua wujud; pertama, data yang berwujud angka misalnya, jumlah
penduduk sutu kota, usia, jumlah keluarga suatu rumah tangga, dan lainnya. Kedua,
data yang bukan angka misalnya, jenis kelamin, bahasa yang digunakan oleh
suatu komunitas, warna kulit, dan lainnya.[7]
4.
Metode penyajian hasil analisis data
Hasil analisis
data yang berupa temuan penelitian sebagai jawaban atas masalah yang hendak
dipecahkan, haruslah disajikan dalam bentuk teori. Dalam menyajikan hasil
temuan terdapat dua metode. Kedua metode ini adalah metode formal dan informal.
Karena pada prinsipnya, penyajian hasil analisis baik itu untuk tujuan kajian
kajian linguistik sinkronis, linguistik diakronis, maupun sosiolinguistik
adalah sama.[8]
Pemakaian bahasa
jika dikaitkan pada kalangan mahasiswa, mahasiswa dikatakan fasih ketika, mahasiswa menggunakan bahasa
informal. Ini karena kurangnya mahasiswa berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan
sehari-harinya. Bahkan didalam diri mereka timbul suatu ketidakwajaran ketika
berbahasa Indonesia yang baku. Padahal sangat wajar apabila mahasiwa selaku
penerus bangsa dapat menggunakan bahasa nasionalnya dan menunjukkan identitas
sebagai bangsa Indonesia.
D. Masalah-Masalah
Linguistik Sosial
Konferensi linguistik sosial pertama yang berlangsung di University
of California, Los Angeles, tahun 1964, telah merumuskan adanya tujuh dimensi
dalam penelitian linguistik sosial. Ketujuh dimensi yang merupakan masalah
dalam linguistik sosial itu adalah:
1.
Identitas sosial dari penutur antara lain, dapat diketahui dari
pentanyaan apa dan siapa penutur tersebut, dan bagaimana hubungannya dengan
lawan tuturnya. Maka, identitas penutur dapat berupa anggota keluarga, dapat
berupa teman karib, atasan atau bawahan. Identitas penutur itu dapat
mempengaruhi pemilihan kode dalam bertutur.
2.
Identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses
komunikasi, dapat berupa anggota keluarga, teman karib, guru, murid, dan
sebagainya. Identitas pendengar atau para pendengar juga mempengaruhi pilihan
kode dalam bertutur.[9]
3.
Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi, dapat berupa
ruang keluarga di dalam sebuah rumah tangga, di dalam masjid, di lapangan sepak
bola, di ruang kuliah, di perpusrtakaan, atau di pinggir jalan. Tempat
peristiwa tutur terjadi dapat juga mempengaruhi pilihan kode dan dan gaya dalam
bertutur.
4.
Analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial,
digunakan para penutur sehubungan dengan kedudukan mereka sebagai anggota
kelas-kelas sosial tertentu dalam masyarakat.
5.
Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku
bentuk-bentuk ujaran. Maksudnya setiap penutur tentunya mempunyai kelas sosial
tertentu di dalam masyarakat.
6.
Tingkatan variasi dan ragam linguistik, maksudnya, bahwa sehubungan
dengan heterogennya anggota suatu masyarakat tutur, adanya berbagai fungsi
sosial dan politik bahasa, serta adanya tingkatan kesempurnaan kode, maka alat
komunikasi, manusia yang disebut bahasa itu menjadi sangat bervariasi.
7.
Penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik, untuk mengatasi
masalah-masalah praktis dalam masyarakat. Misalanya masalah pengajaran,
pembakuan bahasa, penerjemahan, mengatasi konflik sosial akibat konflik bahasa,
dan sebagainya.[10]
Dalam mahasiswa
juga terdapat masalah diantaranya; kurangnya peran pendidik, dan kurangnya
kesadaran dari mahasiswanya sendiri. Jadi untuk memaksimalkan penggunaan ilmu
bahasa dikalangan mahasiswa sangat sulit dilaksanakan.[11]
E. kesepadanan Adaptasi
Linguistik Sosial Pada mahasiswa
Dalam suatu tatanan kehidupan pluralistik terdapat dua kemungkinan
wujud derajat kondisi antarkomunitas.[12]
Kedua wujud antarkomunitas tersebut pertama, mungkin kedua atau salah satu dari
komunitas itu melakukan atau saling melakukan penyesuaian satu sama lain,
kemungkinan kedua , salah satu atau kedua komunitas itu akan melakukan proses
menjauhkan dari satu sama lain yang dalam termonologi ilmu soal masing-masing
disebut proses asosiatif dan diasosiatif, proses-proses tersebut juga
melahirkan tatanan kehidupan yang cenderung ke arah harmoni dan disharmoni.
Bahasa merupakan salah satu penanda diantara beberapa penanda
komunitas (etnis) yang sangat penting, karena bahasa tempat terwadahi perubahan
(evolusi) dalam gambaran solusi politik yang terjadi pada masa lampau maupun
masa kini. Dalam hubungan itu pula, Ande Foley menyatakan bahwa secara alamiah
kontak antardua atau lebih kebudayaan (komunitas) yang berbeda akan selalu
termenifestasi dalam wujud perubahan bahasa. Dalam linguistik, proses adopsi
cir-ciri kebahasaan bahasa tertentu yang dilakukan oleh suatu komunitas tutur
disebut konvergensi linguistik. Namun selain itu, dapat saja perubahan bahasa
itu tidak terwujud konvergensi tetapi malah sebaliknya berwujud divergensi
linguistik, yaitu proses perubahan ciri-ciri bahasa dalam suatu masyarakat
tutur yang membuat ciri kebahasaannya menjadi tidak sama dengan cir-ciri bahasa
yang digunakan oleh komunitas tutur lainnya yang menjadi mintra kontak
budayanya.[13]
Kedua peristiwa kebahasaan tersebut, konvergensi dan divergensi
linguistik apabila dikaitkan dengan terminologi dalam ilmu sosial di atas, maka keduanya masing-masing dapat dipadankan
dengan proses asosiasi dan diosiasi. Selanjutnya, oleh karena asosiasi dan
disosiasi itu sendiri dapat dihubungkan dengan tatanan kehidupan harmoni dan
disharmoni, maka peristiwa kehidupan yang cenderung ke arah harmoni dan
disharmoni (konflik) dalam suatu tatanan
kehidupan majemuk dapat ditelusuri melalui kajian konvergensi dan divergensi
linguistik. Dalam pada itu, asosiasi dan diasosiasi hanya dapat berlangsung
bergantung pada ada/tidaknya perasaan kesederajatan/kesetaraan dan kesamaan
diantara dua komunitas yang melakukan kontak atau interaksi tersebut. Kesamaan
yang dimaksud disini baik karena kesamaan asal maupun karena kesamaan sejarah
yang dialami pada fase historis tertentu. Apabila kesederajatan dan kesamaan
tercipta, maka hubungan yang bersifat konvergensi (asosiatif) akan dapat
berlangsung; sebaliknya jika suasana kesederajatan dan kesamaan tidak tercipta
maka hubungan yang bersifat divergensi (disosiatif)-lah yang akan berlangsung.[14]
Berdasarkan pandangan di atas, dapat dipahami bahwa dalam ruang lingkup
mahasiswa itu sendiri kita tahu bahwa setiap mahasiswa memiliki latar belakang
yang berbeda, dan terkait penggunaan bahasa juga berbeda. jadi dibutuhkan
komunikasi yang baik dalam berinteraksi dengan sesama, dalam komunikasi
tersebut perlu adanya penggunaan bahasa yang baik dan benar, apalagi setiap
mahasiswa berasal dari suku, adat, dan daerah asal yang berbeda. Dengan adanya
kesepadanan ataupun kesetaraan diharapakan mahasiswa dapat belajar sikap
bertutur kata dalam bahasa yang baik dalam kegiatan belajar dan mengajar.
Kenyataan ini membuat adanya peningkatan dalam penyebarluasan pemakaian bahasa
Indonesia dalam fungsinya sebagai alat komunikasi antara sesama.
Selain
itu, pada saat beradaptasi di lingkungan perguruan tinggi, mahasiswa akan
memilih bahasa yang digunakan tergantung pada situasi dan kondisi yang
dihadapi. Seorang mahasiswa akan menggunakan bahasa yang nonformal pada saat
berbicara dengan teman-teman dan menggunakan bahasa formal pada saat berbicara
dengan orang tua atau orang yang dihormati.
Dengan
menguasai linguistik sosial memudahkan mahasiswa untuk berbaur dan menyesuaikan
diri dengan dosen atau sesama mahasiswa lainnya. Hal ini menjadikan pentingnya
adanya kesepadanan adaptasi linguistik sosial pada mahasiswa yang menjadi alat
beradaptasi dengan lingkungan. Sehingga pembelajaran linguistik sosial di
perguruan tinggi dianggap sangat penting untuk diajarkan kepada seluruh
mahasiswa. Dalam pembelajaran kesepadanaan adaptasi linguistik sosial ini selain
menjadi media untuk memupuk rasa memilki, rasa mencintai, dan menumbuhkan
kebanggaan untuk menggunakannya, pembelajaran ini pun dimaksudkan agar setiap
mahasiswa selalu merasa memiliki kewajiban dari tanggung jawab untuk menjaga,
membina, dan melestarikan ilmu bahasa dalam
berinteraksi sosial.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Linguistik sosial pada mahasiswa adalah bidang ilmu antardisplin yang mempelajari
bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa yang diterapkan oleh, mahasiswa
dalam melakukan interaksi soial di dalam masyarakat.
2.
Penggunaan linguistik sosial pada mahasiswa juga mempunyai peran
yang besar yakni; bagi mahasiswa tentu akan sangat membantu dalam menyelesaikan
masalah dan melaksanakan tugasnya, sehingga dapat membantu dalam memahami karya
sastra dengan baik.
3.
Pelaksanaan penelitian linguistik sosial (pemakaian bahasa); Metode
penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil data.
4.
Masalah-masalah linguistik sosial; identitas sosial dari penutur, identitas
sosial dari pendengar, lingkungan sosial tempat peristiwa, analisis sinkronik
dan diakronik, penilaian sosial yang berbeda oleh penutur, tingkatan variasi
dan ragam linguistik, dan penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik.
5.
Dengan adanya kesepadanan ataupun kesetaraan beradaptasi linguistik
sosial diharapakan, mahasiswa dapat belajar sikap bertutur kata dalam bahasa
yang baik.
B.
Saran
Makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan, membantu, dan memudahkan kita dalam memahami
dan mempelajari ilmu kebahasaan yang sebenarnya. Untuk itu kami menghimbau
untuk memahami isi makalah ini sebaik-baik mungkin sehingga dapat di
implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kami mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf yang
sebesar-besarnya kepada pembaca dan semua pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer
Abdul dan Agustina Leonie, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2004.
Hafid
Effendi Moh., Kasak-kusuk Bahasa Indonesia, Pamekasan: Pena Salsabila,
2017.
Larassati Nurani, “Penggunaan Bahasa Indonesia Di Kalangan
Mahasiswa”, diakses dari www.academia.edu/9580930/penggunaan-bahasa-di-kalangan-mahasiswa.
Mahsun,
Genolinguistik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Mahsun,
Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan tekniknya, Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2012.
[2] Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 2.
[3] “Mahasiswa-Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas”, diakses dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/mahasiswa, pada tanggal
14 November 2017 pukul 20.13.
[5] Mahsun, Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan
tekniknya (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 226.
[11] Nurani Larassati “Penggunaan Bahasa Indonesia Di Kalangan
Mahasiswa”, diakses dari www.academia.edu/9580930/penggunaan-bahasa-di-kalangan-mahasiswa,
pada tanggal 15 November 2017 pukul 20.13.
[13] Ibid.