Friday, 3 November 2017

MAKALAH ASAL USUL ISTILAH, PENGERTIAN PRO DAN KONTRA TERHADAP TASAWUF


MAKALAH
ASAL USUL ISTILAH, PENGERTIAN PRO DAN KONTRA TERHADAP TASAWUF
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pendidikan Akhlak Tasawuf” yang dibina oleh Bapak MOHAMMAD SUBHAN ZAMZAMI, LC, M. TH.I




OLEH :
ERIKA PRASTIWI RAMADIANA
20170702052017




PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IQT)
JURUSAN SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PAMEKASAN
2017KATA PENGANTAR
Segala puji dilimpahkan kepada Allah swt., yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya karena tugas penyusunan makalah ini terselesaikan.
Teriring sholawat dan salam kepada Nabi Agung Muhammad saw., yang dinantikan syafa’atnya besok diyaumil qiyamah. Amin
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf  dengan  judul “Asal Usul Istilah, Pengertian Pro Dan Kontra Terhadap Tasawuf
Disadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan. Semoga  makalah ini dapat dimanfaatkan oleh para pembaca.


Pamekasan, 25 Oktober  2017


                 PenulisBAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Islam sebagaimana dijumpai dalam sejarah, ternyata tidak sesempit yang dipahami oleh masyarakata islam sendiri pada umumnya. Dalam sejarah terlihat bahwa islam yang bersumber kepada al-Quran dan as-Sunnah dapat berhubungan dengan pertumbuhan masyarakat luas. Dari persentuhan tersebut lahirlah berbagai disiplin ilmu keislaman salah satunya adalah tasawuf.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan tasawuf?
2.      Apa yang di maksud asal usul istilah tasawuf?
3.      Bagaimana pendapat para ahli tentang pro dan kontra terhadap tasyawuf?
C. Tujuan
  1. Untuk mengatahui apa yang dimaksud dengan tasawuf?
  2. Untuk mengetahui Apa yang di maksud asal usul istilah tasawuf?
  3. Untuk mengetahui bagaimana pendapat para ahli tentang pro dan kontra terhadap   tasyawuf?












BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengertian Tasawuf
Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang di hubung-hubungkan para ahli untuk menjalaskan kata tasawuf.Harun Nasution,misalnya menyebutkan lima istilah yang berkenaan dengan taswuf,yaitu al-suffa (ah al-suffa), (orang yang ikut pindah dengan Nabi Makkah ke Madina) saf (barisan),sufi (suci),sophos(bahasa yunani:hikmat),dan suf (kain wol).keseluruhan kata ini bisa-bisa saja di hubungkan dengan tasawuf.Kata ahl al-suffah (orang yang ikut pindah dengan Nabi dari mekkah ke madinah). Misalnya zmenggambarkan keadaan orang yang rela mencurahkan jiwa raganya, harta benda dan lain sebagainya hanya untuk Allah. Mereka ini rela meningalkan kampung halamannya, rumah, kekayaan dan harta benda lainnya di makkah untuk hijrah bersama nabi ke madinah. Tanpa ada unsur iman dan kecintaan pada Allah, tak mungkin mereka melakukan hal yang demikian. Selanjutnya kata saf juga menggambarkan orang yang selalu berada di barisan depan dalam beribadah kepada Allah dan melakukan amal kebajikan. Demikian pula kata sufi (suci) menggambarkan orang yang selalu memelihara dirinya dari berbuat dosa dan maksiat, dan kata suf (kain wol) menggambarkan orang yang hidup sederhana dan tidak mementingkan dunia. Dan kata sophos (bahasa yunani) menggambarkan keadaan jiwa yang senantiasa cenderung kepada kebenaran.
            Dari segi linguistik (kebahasaan) ini segera dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan yang selalu bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia.
            Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat bergantung kepada sudut pandang yang digunakan masing-masing. Selama ini ada tiga sudat pandang yang di gunakan para ahli untuk definisikan tasawuf,yaitu sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas,manusia sebagai makhluk yang harus berjuang dan manusia sebagai makhluk yang bertuhan.jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas,maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia,dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT.
            Selanjutnya jika sudut pandang yang digunakan sebagai makhluk yang harus berjuang, maka tasawuf dapat di definisikan sebagai upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.[1]

  1. Asal-usul istilah Tasawuf
a. Secara etimologi, kata tasawuf berasal dari bahasa Arab, yaitu tashawwafa, ya tashawwafu, tashawwufan. Ulama berbeda pendapat dari mana asal-usulnya. Pemikiran masing-masing pihak di latar belakangi oleh fenomena yang ada pada diri para sufi. Secara etimologi, pengertian tasawuf dapat di maknai menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut.
1. Tasawuf berasal dari istilah yang di konotasikan dengan ahl-shuffah yang berarti sekelompok orang di masa rosulullah yang banyak berdiam di serambi-serambi masjid dan mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah.mereka adalah orang-orang yang ikut pindah dalam keadaan miskin,dan tidak mempunyai apa-apa.mereka tinggal di masjid rosulullah dan duduk di atas bangku batu dengan memakai pelana sebagai bantal.pelana disebut shuffa dan kata sofa dalam bahasa-bahasa di Eropa berasal dari kata ini.
2. Tasawuf berasal dari kata shafa’yang artinya suci. Kata shafa’ ini berbentuk fi’il mabni majhul sehingga menjadi isim mulhaq dengan huruf ya’ nisbah yang berarti sebagai nama bagi orang-orang yang bersih atau suci.
3. Tasawuf berasal dari kata shaff. makna shaff  ini dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika shalat selalu berada di shaf (barisan) terdepan.
4. Ada yang menisbahkan tasawuf berasal dari bahasa yunani, yaitu shopos. istilah ini disamakan maknanya dengan kata hikmah yang berarti kebijaksanaan.
5. Tasawuf berasal dari kata shuf. artinya ialah kain yang terbuat dari bulu wol. namun, kain wol yang di pakai adalah wol kasar pada waktu itu adalah simbol kesederhanaan.
b. secara terminologi para ahli pendapat dalam merumuskan pengertiantasawuf.berikut.ini pendapat mereka.
1. Ma’ruf Al-karkhi (w.200 H)
‘’Tasawuf menekankan hal-hal yang hakiki dan mengabaikan segala apa yang ada pada makhluk.barangsiapa yang belum bersungguh-sungguh dengan kefakiran,berarti belom besungguh-sungguh dalam bertasawuf.
2. Abu Hamzah
‘’Tanda sufi yangbener adalah berpikir setelah ia kaya,merendahkan diri setelah ia  bermegah-megah dan menyebunyikan diri setelah ini terkenal.sementara itu,tanda sufi yang palsu adalah kaya setelah itu berpikir,bermegah-megah setelah iya merendahkan diri.
3.Al-Junaidi
Tasawuf ialah membersihkan hati diri yang mengganggu perasaan berjuang meninggalkan pengaruh insting,memadamkan kelemahan menjauhi seruan hawa nafsu,mendekati sifat-sifat suci kerohanian bergantung pada ilmu-ilmu hakikat.[2]

  1. Pendapat Para Ahli tentang pro dan kontra
1.  ibnu rusyd terhadap tasawuf
pada abad ke enam hijriyah,munculnya ibnu rusyd(w.595 H ) di atas cakrawala pemikiran islam dengan mengusung filsafat rasionalisme murni yang mendewa-dewakan akal dan pengaruh dengan pesona aristoteles. Duboir mengatakan: ‘’Ibnu Rusyd berpandangan bahwa Aristoteles merupakan manusia tersempurna dan pemikir teragung yang mampu menggapai kebenaran murni yang tak tersusupi kebatilan. Ibnu Rusyd hidup dengan keyakinan bahwa mazhab Aristoteles-jika dipahami secara benar-tidak bertentangan dengan pengatahuan tertinggi yang mampu dicapai manusia.
Kaum filsuf rasionalis sebelum Ibnu Rusyd dan sezamannya menerima kebenaran jalan kasys shufi untuk mencapai pengatahuan, meskipun dalam prakteknya ereka tidak menempuh jalan ini. Hanya saja, mereka lebih memilih mengikuti metode rasional sebagaimana halnya Ibnu Sina dan Ibnu Thufa’il.
            Jika memiliki karya-karya Ibnu Rusyd, tanpa bahwaia kurang begitu suka dan nyaman dengan metode yang di tempuh para filsuf rasionalis sebelum dan sezamannya.buktinya,ia sangat getol membala dan memperjuangkan rasionalisme Aristoteles.oleh karna itu ia pula mengingkari kaum sufi yang mencukupkan diri dengan ilham dari pada menyibukkan diri dengan segala bentuk pengamatan ilmiah.
            Dalam konteks ini,penulis ingin menjelaskan sikap ibnu Rusyd terhadap ilham dan memperlihatkan tingkat fanatismenya pada filsafat rasional,agar tergambar dengan jelas dihadapan kita batas-batas permusuhannya terhadap tasawuf.dengan bahasa lain,agar terlihat jelas bagi kita sampai berapa jauh penolakan dan penerimaan ibnu Rusyd terhadap tasawuf.

1.sikap ibnu Rusyd terhadap Iham
Sikap ibnu Rusyd terhadap ilham tampak dengan jelas dalam kitabnya Manahij al-Adillah, yang mendeskripsikan kasys kaum sufi sambil memaparkan argumentasi-argumentasi mereka atas kesohihan metode mereka. Ibnu Rusyd mengatakan: ‘’metode berfikir kaum sufi bukanlah netode berbasis logika penalaran, yakni yang tersusun dari premis-premis dan analogi-analogi, akan tetapi mereka mengklaim bahwa pengatahuan akan Allah dan entitas-entitas lainnya merupakan sesusatu yang dimasukkan ke dalam jiwa (an-nafs) ketika ia steril dari berbagi aksiden syahwat dan siap berfikir sesuai yang di tuntut. Untuk membenarkan hal ini, mereka beragumentasi dengan mengambil segi-segi ritelejk dari syara’ misalnya, Firman Allah dan bertaqwalah kepada Allah, niscaya Allah mengajarmu.’’(QS. al-Baqarah(2): 282). Firman lainnya: ‘’dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) kami, benar-benar akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. (QS. al-Ankabut(29): 69). Firman Allah lagi: ‘’jika kamu bertaqwa kepada Allah, kami akan memberikan kepada furqan’’ (QS. al-Anfal(8): 29). Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang dianggap bisa mendukung klaim ini.

2. Ibnu Rusyd dan Filsafat
Dalam kitab karangannya yang lain, Ibnu Rusyd membahas tentang hukum menyibukkan diri dengan filsafat rasionalisme dari sudut pandang syara’ ia mengatakan: tujuan dari pernyataan ini adalah untuk mengkaji perspektif syara’. Dengan menggunakan filsafat dan ilmu-ilmu logika mubah menurut syara’. Jika kerja filsafat tidak lebih sekedar mengamati entitas-entitas wujud semesta dan merenungkannya dari segi signifasi petunjuknya pada sang pencipta. Secara faktual, asumsi-asumsi yang dibangun Ibnu Rusyd mengenai metode kaum sufi tidak bisa diterima oleh setiap peneliti yang objektif. Ibnu Rusyd mengakhiri uraiannya dengan mengajukan kesimpulan pendapatnya dalam masalah ini bahwa mematikan syahwat merupakan syarat untuk memperoleh pengatahuan yang shahih setelah menempuh jalur penalaran nasional(logis) dan bukan satu-satunya sarana yang mengantarkan pelakunya pada pengatahuan (ma’rifat).

3. Antara Ibnu Rusyd dan al-Ghazali
Jika mengamati Ibnu Rusyd diatas, terhadap filsafat, tampaknya ia sangat bertolak belakang dengan Imam al-Ghazali sebab pihak terakhir tentang aspek penciptaannya maka semakin sempurna pola pengatahuan tentang sang pencipta.

4. Evaluasi sikap Ibnu Rusyd terhadap Filsafat
Setelah memetakan titik perselisihan antara al-Ghazali dan Ibnu Rusyd sekarang kita bisa mengevaluasi pandapat filsafat sebagai berikut:
Pertama, seruan islam untuk melakukan pengamatan dan I’tibar dalam pengertian yang shahih adalah pengamatan yang bersifat fitrah dan normal, yang bisa dilakukan kebanyakan orang, misalnya ber-istidal dengan keberadaan pengaruh atas sesuatu yang mempengaruhi.
Kedua, pendapat ibnu Rusyd mengenai kewajiban berfilsafat berdasarkan syara’yang dianologikannya pada kewajiban ber- istinbathfiqh berdasarkan syara’ sesungguhnya merupakan pendapat keliru yang bertentangan dengan spirit agama.[3]

           







































BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
    • Ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan ma’rifat menuju keabadian, saling mengingatkan anatara manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah SWT.
    • Tasawuf berasal dari kata shuf. artinya ialah kain yang terbuat dari bulu wol. namun, kain wol yang di pakai adalah wol kasar pada waktu itu adalah simbol kesederhanaan.
    • Setelah memetakan titik perselisihan antara al-Ghazali dan Ibnu Rusyd sekarang kita bisa mengevaluasi pandapat filsafat. seruan islam untuk melakukan pengamatan dan I’tibar dalam pengertian yang shahih adalah pengamatan yang bersifat fitrah dan normal, yang bisa dilakukan kebanyakan orang, misalnya ber-istidal dengan keberadaan pengaruh atas sesuatu yang mempengaruhi.

  1. Saran
Semoga dengan adanya pembahasan makalah ini, dapat menjadikan masukan dan sumber pengetahuan umum bagi kita semua dan sekaligus bermanfaat. Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya serta membutuhkan saran dan kritik yang membangun terutama dari bapak dosen pembimbing supaya kedepannya jauh lebih baik.





















DAFTAR PUSTAKA

·         Fauqi Hajjaj, Muhammad, Tasawuf Islam dan Akhlak, Jakarta: AMZAH, 2011.
·         Munir, Samsul, Ilmu Tasawuf, Jakarta: AMZAH, 2015.
·         Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2015.



[1] Abuddin nata, Akhlak Tasawuf dan karakter mulia, (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2015), hlm. 154-156
[2] Samsul Munir, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: AMZAH, 2015) hlm. 2-6
[3] Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak, (Jakarta: AMZAH, 2011) hlm. 145-153