MAKALAH
ASAL USUL ISTILAH, PENGERTIAN PRO DAN
KONTRA TERHADAP TASAWUF
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pendidikan Akhlak Tasawuf” yang dibina oleh
Bapak MOHAMMAD SUBHAN ZAMZAMI, LC, M. TH.I
OLEH :
ERIKA PRASTIWI RAMADIANA
20170702052017
PRODI ILMU AL-QUR’AN
DAN TAFSIR (IQT)
JURUSAN
SYARI’AH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PAMEKASAN
2017KATA
PENGANTAR
Segala puji dilimpahkan kepada Allah swt.,
yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya karena tugas penyusunan makalah ini
terselesaikan.
Teriring sholawat dan salam kepada Nabi Agung
Muhammad saw., yang dinantikan syafa’atnya besok diyaumil qiyamah. Amin
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Akhlak Tasawuf
dengan judul “Asal Usul Istilah,
Pengertian Pro Dan Kontra Terhadap Tasawuf “
Disadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik yang konstruktif
sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan
oleh para pembaca.
Pamekasan,
25
Oktober 2017
PenulisBAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Islam sebagaimana dijumpai dalam sejarah,
ternyata tidak sesempit yang dipahami oleh masyarakata islam sendiri pada
umumnya. Dalam sejarah terlihat bahwa islam yang bersumber kepada al-Quran dan
as-Sunnah dapat berhubungan dengan pertumbuhan masyarakat luas. Dari
persentuhan tersebut lahirlah berbagai disiplin ilmu keislaman salah satunya
adalah tasawuf.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan tasawuf?
2.
Apa yang di maksud asal usul istilah tasawuf?
3.
Bagaimana pendapat para ahli tentang pro dan
kontra terhadap tasyawuf?
C. Tujuan
- Untuk mengatahui apa yang
dimaksud dengan tasawuf?
- Untuk mengetahui Apa yang
di maksud asal usul istilah tasawuf?
- Untuk
mengetahui bagaimana pendapat para ahli tentang pro dan kontra
terhadap tasyawuf?
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Tasawuf
Dari
segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang di hubung-hubungkan para
ahli untuk menjalaskan kata tasawuf.Harun Nasution,misalnya menyebutkan lima
istilah yang berkenaan dengan taswuf,yaitu al-suffa (ah al-suffa), (orang yang
ikut pindah dengan Nabi Makkah ke Madina) saf (barisan),sufi
(suci),sophos(bahasa yunani:hikmat),dan suf (kain wol).keseluruhan kata ini
bisa-bisa saja di hubungkan dengan tasawuf.Kata ahl al-suffah (orang yang ikut
pindah dengan Nabi dari mekkah ke madinah). Misalnya zmenggambarkan keadaan
orang yang rela mencurahkan jiwa raganya, harta benda dan lain sebagainya hanya
untuk Allah. Mereka ini rela meningalkan kampung halamannya, rumah, kekayaan
dan harta benda lainnya di makkah untuk hijrah bersama nabi ke madinah. Tanpa
ada unsur iman dan kecintaan pada Allah, tak mungkin mereka melakukan hal yang
demikian. Selanjutnya kata saf juga menggambarkan orang yang selalu berada di
barisan depan dalam beribadah kepada Allah dan melakukan amal kebajikan.
Demikian pula kata sufi (suci) menggambarkan orang yang selalu memelihara
dirinya dari berbuat dosa dan maksiat, dan kata suf (kain wol) menggambarkan
orang yang hidup sederhana dan tidak mementingkan dunia. Dan kata sophos
(bahasa yunani) menggambarkan keadaan jiwa yang senantiasa cenderung kepada
kebenaran.
Dari segi linguistik (kebahasaan) ini segera dapat
dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian
diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan yang selalu
bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak
yang mulia.
Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat
para ahli amat bergantung kepada sudut pandang yang digunakan masing-masing.
Selama ini ada tiga sudat pandang yang di gunakan para ahli untuk definisikan
tasawuf,yaitu sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas,manusia sebagai
makhluk yang harus berjuang dan manusia sebagai makhluk yang bertuhan.jika
dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas,maka tasawuf
dapat didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan
pengaruh kehidupan dunia,dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT.
Selanjutnya jika sudut pandang yang digunakan sebagai
makhluk yang harus berjuang, maka tasawuf dapat di definisikan sebagai upaya
memperindah diri dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah SWT.[1]
- Asal-usul istilah Tasawuf
a. Secara
etimologi, kata tasawuf berasal dari bahasa Arab, yaitu tashawwafa, ya tashawwafu,
tashawwufan. Ulama berbeda pendapat dari mana asal-usulnya. Pemikiran
masing-masing pihak di latar belakangi oleh fenomena yang ada pada diri para
sufi. Secara etimologi, pengertian tasawuf dapat di maknai menjadi beberapa
macam, yaitu sebagai berikut.
1. Tasawuf
berasal dari istilah yang di konotasikan dengan ahl-shuffah yang berarti
sekelompok orang di masa rosulullah yang banyak berdiam di serambi-serambi masjid
dan mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah.mereka adalah
orang-orang yang ikut pindah dalam keadaan miskin,dan tidak mempunyai
apa-apa.mereka tinggal di masjid rosulullah dan duduk di atas bangku batu
dengan memakai pelana sebagai bantal.pelana disebut shuffa dan kata sofa
dalam bahasa-bahasa di Eropa berasal
dari kata ini.
2. Tasawuf
berasal dari kata shafa’yang artinya
suci. Kata shafa’ ini berbentuk fi’il mabni majhul sehingga menjadi isim
mulhaq dengan huruf ya’ nisbah yang
berarti sebagai nama bagi orang-orang yang bersih atau suci.
3. Tasawuf
berasal dari kata shaff. makna shaff ini dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika
shalat selalu berada di shaf (barisan) terdepan.
4. Ada yang menisbahkan
tasawuf berasal dari bahasa yunani, yaitu shopos.
istilah ini disamakan maknanya dengan kata hikmah yang berarti kebijaksanaan.
5. Tasawuf
berasal dari kata shuf. artinya ialah
kain yang terbuat dari bulu wol. namun, kain wol yang di pakai adalah wol kasar
pada waktu itu adalah simbol kesederhanaan.
b. secara
terminologi para ahli pendapat dalam merumuskan pengertiantasawuf.berikut.ini
pendapat mereka.
1. Ma’ruf Al-karkhi (w.200 H)
‘’Tasawuf menekankan
hal-hal yang hakiki dan mengabaikan segala apa yang ada pada
makhluk.barangsiapa yang belum bersungguh-sungguh dengan kefakiran,berarti
belom besungguh-sungguh dalam bertasawuf.
2. Abu Hamzah
‘’Tanda sufi yangbener
adalah berpikir setelah ia kaya,merendahkan diri setelah ia bermegah-megah dan menyebunyikan diri setelah
ini terkenal.sementara itu,tanda sufi yang palsu adalah kaya setelah itu
berpikir,bermegah-megah setelah iya merendahkan diri.
3.Al-Junaidi
Tasawuf
ialah membersihkan hati diri yang mengganggu perasaan berjuang meninggalkan
pengaruh insting,memadamkan kelemahan menjauhi seruan hawa nafsu,mendekati
sifat-sifat suci kerohanian bergantung pada ilmu-ilmu hakikat.[2]
- Pendapat Para Ahli tentang pro
dan kontra
1. ibnu rusyd terhadap tasawuf
pada
abad ke enam hijriyah,munculnya ibnu rusyd(w.595 H ) di atas cakrawala
pemikiran islam dengan mengusung filsafat rasionalisme murni yang
mendewa-dewakan akal dan pengaruh dengan pesona aristoteles. Duboir mengatakan:
‘’Ibnu Rusyd berpandangan bahwa Aristoteles merupakan manusia tersempurna dan
pemikir teragung yang mampu menggapai kebenaran murni yang tak tersusupi
kebatilan. Ibnu Rusyd hidup dengan keyakinan bahwa mazhab Aristoteles-jika
dipahami secara benar-tidak bertentangan dengan pengatahuan tertinggi yang
mampu dicapai manusia.
Kaum filsuf rasionalis
sebelum Ibnu Rusyd dan sezamannya menerima kebenaran jalan kasys shufi untuk mencapai
pengatahuan, meskipun dalam prakteknya ereka tidak menempuh jalan ini. Hanya
saja, mereka lebih memilih mengikuti metode rasional sebagaimana halnya Ibnu
Sina dan Ibnu Thufa’il.
Jika memiliki karya-karya Ibnu Rusyd, tanpa bahwaia
kurang begitu suka dan nyaman dengan metode yang di tempuh para filsuf
rasionalis sebelum dan sezamannya.buktinya,ia sangat getol membala dan
memperjuangkan rasionalisme Aristoteles.oleh karna itu ia pula mengingkari kaum
sufi yang mencukupkan diri dengan ilham
dari pada menyibukkan diri dengan segala bentuk pengamatan ilmiah.
Dalam konteks ini,penulis ingin menjelaskan sikap ibnu
Rusyd terhadap ilham dan
memperlihatkan tingkat fanatismenya pada filsafat rasional,agar tergambar
dengan jelas dihadapan kita batas-batas permusuhannya terhadap tasawuf.dengan
bahasa lain,agar terlihat jelas bagi kita sampai berapa jauh penolakan dan
penerimaan ibnu Rusyd terhadap tasawuf.
1.sikap ibnu Rusyd
terhadap Iham
Sikap
ibnu Rusyd terhadap ilham tampak
dengan jelas dalam kitabnya Manahij al-Adillah, yang mendeskripsikan kasys kaum sufi sambil memaparkan
argumentasi-argumentasi mereka atas kesohihan metode mereka. Ibnu Rusyd
mengatakan: ‘’metode berfikir kaum sufi bukanlah netode berbasis logika
penalaran, yakni yang tersusun dari premis-premis dan analogi-analogi, akan
tetapi mereka mengklaim bahwa pengatahuan akan Allah dan entitas-entitas
lainnya merupakan sesusatu yang dimasukkan ke dalam jiwa (an-nafs) ketika ia steril dari berbagi aksiden syahwat dan siap
berfikir sesuai yang di tuntut. Untuk membenarkan hal ini, mereka beragumentasi
dengan mengambil segi-segi ritelejk dari syara’ misalnya, Firman Allah dan
bertaqwalah kepada Allah, niscaya Allah mengajarmu.’’(QS. al-Baqarah(2): 282).
Firman lainnya: ‘’dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) kami,
benar-benar akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. (QS. al-Ankabut(29):
69). Firman Allah lagi: ‘’jika kamu bertaqwa kepada Allah, kami akan memberikan
kepada furqan’’ (QS. al-Anfal(8): 29). Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang
dianggap bisa mendukung klaim ini.
2. Ibnu Rusyd dan Filsafat
Dalam
kitab karangannya yang lain, Ibnu Rusyd membahas tentang hukum menyibukkan diri
dengan filsafat rasionalisme dari sudut pandang syara’ ia mengatakan: tujuan
dari pernyataan ini adalah untuk mengkaji perspektif syara’. Dengan menggunakan
filsafat dan ilmu-ilmu logika mubah menurut syara’. Jika kerja filsafat tidak
lebih sekedar mengamati entitas-entitas wujud semesta dan merenungkannya dari
segi signifasi petunjuknya pada sang pencipta. Secara faktual, asumsi-asumsi
yang dibangun Ibnu Rusyd mengenai metode kaum sufi tidak bisa diterima oleh
setiap peneliti yang objektif. Ibnu Rusyd mengakhiri uraiannya dengan
mengajukan kesimpulan pendapatnya dalam masalah ini bahwa mematikan syahwat
merupakan syarat untuk memperoleh pengatahuan yang shahih setelah menempuh
jalur penalaran nasional(logis) dan bukan satu-satunya sarana yang mengantarkan
pelakunya pada pengatahuan (ma’rifat).
3. Antara Ibnu Rusyd dan al-Ghazali
Jika
mengamati Ibnu Rusyd diatas, terhadap filsafat, tampaknya ia sangat bertolak
belakang dengan Imam al-Ghazali sebab pihak terakhir tentang aspek
penciptaannya maka semakin sempurna pola pengatahuan tentang sang pencipta.
4. Evaluasi sikap Ibnu Rusyd terhadap Filsafat
Setelah
memetakan titik perselisihan antara al-Ghazali dan Ibnu Rusyd sekarang kita
bisa mengevaluasi pandapat filsafat sebagai berikut:
Pertama, seruan islam untuk melakukan pengamatan dan
I’tibar dalam pengertian yang shahih adalah pengamatan yang bersifat fitrah dan
normal, yang bisa dilakukan kebanyakan orang, misalnya ber-istidal dengan
keberadaan pengaruh atas sesuatu yang mempengaruhi.
Kedua, pendapat ibnu Rusyd mengenai kewajiban
berfilsafat berdasarkan syara’yang dianologikannya pada kewajiban ber- istinbathfiqh berdasarkan syara’
sesungguhnya merupakan pendapat keliru yang bertentangan dengan spirit agama.[3]
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
- Ilmu tasawuf adalah ilmu yang
mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu,
mencari jalan kesucian dengan ma’rifat menuju keabadian, saling
mengingatkan anatara manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah SWT.
- Tasawuf berasal dari kata shuf. artinya ialah kain yang
terbuat dari bulu wol. namun, kain wol yang di pakai adalah wol kasar
pada waktu itu adalah simbol kesederhanaan.
- Setelah memetakan titik
perselisihan antara al-Ghazali dan Ibnu Rusyd sekarang kita bisa
mengevaluasi pandapat filsafat. seruan islam untuk melakukan pengamatan
dan I’tibar dalam pengertian yang shahih adalah pengamatan yang bersifat
fitrah dan normal, yang bisa dilakukan kebanyakan orang, misalnya
ber-istidal dengan keberadaan pengaruh atas sesuatu yang mempengaruhi.
- Saran
Semoga dengan adanya pembahasan
makalah ini, dapat menjadikan masukan dan sumber pengetahuan umum bagi kita
semua dan sekaligus bermanfaat. Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya serta
membutuhkan saran dan kritik yang membangun terutama dari bapak dosen
pembimbing supaya kedepannya jauh lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
·
Fauqi Hajjaj, Muhammad, Tasawuf Islam dan Akhlak, Jakarta :
AMZAH, 2011.
·
Munir, Samsul, Ilmu Tasawuf, Jakarta :
AMZAH, 2015.
·
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf dan Karakter
Mulia, Jakarta :
PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2015.