MAKALAH
TAKHRIJ HADIS
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kritik Hadis
DosenPengampu:
MOHAMMAD SUBHAN
ZAMZI,Lc.,M.TH,I
OLEH:
MUSRIFAH
NIM: 20160702050022
PROGRAM
STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR
JURUSAN
SYARIAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PAMEKASANKATA PENGANTAR
Dengan Talaffudzh
alhamdulillah, segala puja dan puji syukur semoga tetap terpanjatkan ke
Haribaan Allah SWT. Tuhan yang telah memberikan rahmat serta ma’unahnya
terhadap penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini meski dalam
keadaan tidak sempurna,yang bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kritik
Hadis mengenai Metode Takhrij Hadis.
Salawat serta
salam semoga tetap tercurah limpahkan kepad junjungan Nabi Muhammad SAW. dengan
harapan semoga kita mendapatkan Syafa’atnya kelak di hari kiamat. Amien.
Selanjutnya,
dengan terselesaikannya makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh penulis, maka tidak lain harapannya adalah
adanya kritik konstruktif dari pihak pembaca manapun sehingga kesempurnaan
tulisan ini terwujud dan akan menjadi bermaafaat bagi para pembaca sekalian.
Pamekasan,13
November 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................
i
DAFTAR
ISI..................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN..............................................................................
1
A. Latar Belakang.....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah.................................................................................
1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................
2
A. Pengertian Takhrij Hadis...................................................................... 2
B. Sejarah Takhrih Hadis.......................................................................... 2-3
C. Metode Takhrij Hadis........................................................................... 3-6
BAB III PENUTUP.......................................................................................
8
A.
Kesimpulam..........................................................................................
8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Hadis Rasululloh Saw merupakan sumber
ajaran Islam setelah Alquran. Hadis bukan saja ungkapan-ungkapan, pesan-pesan
serta tindakan-tindakan yang lahir dari seorang Nabi dan Rasul, tetapi juga
sebagai penjelas terhadap isi kandungan Al-quran yang masih bersifat universal
dan global.
Penggunaan hadis yang tidak jelas
asal-usulnya dalam rangka menjelaskan atau menafsirkan ayat-ayat Al quran akan
melahirkan ketetapan-ketetapan hukum yang keliru, yang sudah pasti akan membawa
dampak negatif ke dalam kehidupan umat, karena besar kemungkinan ketetapan
hukum itu tidak sesuai dengan kehendak Allah yang sebenarnya.
Sebagai tindakan antisipatif, ulama telah berhasil
menghimpun dan menyusun berbagai macam bentuk
kitab-kitab hadis dan berusaha menemukan menemukan hadis-hadis yang
murni berasal dari Rasul. Kitab hadis yang bermacam-macam itu disebut dengan
takhrij hadis. Melalui takhrij ini akan ditemukan hadis dalam berbagai macam
tingkat kualitas dan bentuknya, sesuai dengan kebutuhan.[1]
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa yang
dimaksud takhrij?
2.
Bagaimana
sejarah takhrij?
3.
Bagaimana
metode dan contoh takhrij?
C.
TUJUAN
PENULISAN
1.
Untuk
mengetahui pengertian takhrij.
2.
Untuk
mengetahui sejarah takhrij.
3.
Untuk
mengetahui metode dan contoh takhrij.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Takhrij
Kata takhrij menurut bahasa dapat digunakan
untuk beberapa arti, yaitu mengeluarkan (istinbath), melatih/meneliti (tadrib),
menghadapkan (taujih).[2]
Takhrij secara Istilah adalah petunjuk jalan ke
tempat atau letak hadis pada sumber-sumbernya yang orisinal yang sanadnya
kemudian menjelaskan martabatnya jika diperlukan.[3]
Takhrij menurut ahli hadis yaitu:
a.
Takhrij
persamaan kata ikhroj, yang berarti menampakkan hadis kepada orang lain
dengan menyebut tempat pengambilannya.
b.
Takhrij
terkadang digunakan untuk arti mengeluarkan hadis dan periwayatannya dari isi
kitab-kitab.
c.
Takhrij
terkadang disebut Dilalah artinya penunjuk sumber-sumber asli hadis dan
mengacu padanya. Dengan menyebut penyusun yang pernah meriwayatkannya.
Menurut Mahmud
al-thahhan takhrij adalah menunjukkan tempat hadis pada sumber-sumber aslinya,
dimana hadis tersebut dikeluarkan lengkap dengan sanad-sanadnya, kemudian
menjelaskan derajatnya ketika diperlukan.[4]
B.
Sejarah takhrij
Ulama
dan peneliti hadis terdahulu tidak membutuhkan kaidah-kaidah dan pokok-pokok
takhrij, karena pengetahuan dan ingatan mereka sangat kuat terhadap sumber-sumber sunnah. Sehingga ketika
membutuhkan suatu hadis sebagai penguat dalam waktu singkat, mereka dapat
menemukan tempatnya dalam kitab-kitab hadis, bahkan juznya. Selain itu, mereka
mengetahui sistematika penyusunan kitab-kitab hadis, sehingga mereka mudah
untuk memeriksa kembali dan mendapatkan hadis.
Keadaan
seperti itu berlangsung berabad-abad, hingga pengetahuan ulama tentang
kitab-kitab hadis dan sumber aslinya menjadi sempit, maka sulit bagi mereka
untuk mengetahui tempat-tempat hadis yang menjadi dasar ilmu syar’i
seperti;fiqh, tafsir, sejarah dan sebagainya. Berangkat dari kenyataan inilah,
maka bangkitlah sebagian ulama untuk bersungguh-sungguh membela hadis dengan
cara men-takhrij-nya dari kitab-kitab selain hadis, menisbatkannya pada sumber
asli, menyebutkan sanad-sanadnya dan membicarakan ke-sahihan dan ke-dhaifan
sebagian atau seluruhnya.[5]
Dari situlah timbul kitab-kitab takhrij.
Langkah-langkah
takhrij yang dilakukan ulama hadis pada tahap awal ini baru sebatas
mengisnadkan hadis. Maksudnya mereka meneliti dan bersikap hati-hati dalam
menerima suatu riwayat, menerima salah benarnya suatu hadis yang diterima dari
ahlinya, lalu mengkritik perawinya serta menerangkan perihal mereka, baik
kejujuran atau kedustaannya.[6]
C. Metode takhrij
Jika kita mendapatkan sebuah hadis dan ingin
mentakhrijnya, mengetahui keberadaannya pada sumbernya yang asli. Atau ketika
kita diminta mentakhrij sebuah hadis maka pertama kali yang kita lakukan
sebelum mencarinya pada kitab-kitab adalah memperhatikan status hadis yang kita
temukan atau hadis yang diminta mentakhrijnya dengan memperhatikan orang-orang
yang meriwayatkannya.[7] Berikut ini adalah metode takhrij yang dapat diterapkan dalam
penelitian hadis diantaranya:
1.
Metode
berdasarkan tema hadis
Mencari
hadis terkadang tidak didasarkan pada lafadz matan (materi) hadis, tetapi
didasarkan pada topik masalah. Pencarian matan hadis berdasarkan topik masalah
sangat menolong pengkaji hadis yang ingin memahami petunjuk-petunjuk hadis
dalam segala konteksnya.[8]
Untuk mengetahui topik
suatu hadis terlebih dahulu untuk menyimpulkan tema suatu hadis yang akan
ditakhrij dan kemudian mencarinya melalui tema tersebut pada kitab yang telah
disusun menggunakan metode ini, seperti
hadis dibawah ini:
عن سلمة بن الاكوع ر ض قال: كنا نجمع مع رسول الله صلعم اد زالت الشمس, ثم
نرجع نتبع الفئ.
Hadis ini dapat dicari
pada kitab tentang “salat jumat” atau “waktu salat fardhu” karena hadis itu
berisikan kedua tema tersebut.
2.
Metode
berdasarkan indeks kata
Metode
ini digunakan dengan cara mencari kata-kata yang menjadi “kata kunci” dalam
indeks hadis. Yang dimaksud dengan “kata kunci” adalah kata yang terdapat dalam
matan hadis dan tidak banyak digunakan dalam ungkapan sehari-hari. Metode ini
menggunakan al-mu’jam al-mufahras Li Alfazh Al-hadis yang disusun oleh
sebuah tim yang beranggotakan pakar orientalis. Salah satu dari tim penyusunnya
bernama A.J. Wensinck (w. 1939), seorang guru besar bahasa Arab di universitas
Leiden. Al-Mu’jam Al-Mufahras memuat indeks kata yang terdapat dalam
sembilan sumber koleksi hadis, yaitu al-kutub al-sittah, muwatha’, musnad
Ahmad, dan Musnad Al-Darimi.[9]
Contohnya hadis berikut
ini:
عن علي ان رسول الله
صلى الله عليه وسلم قال: رفع القلم عن ثلاثة: عن النا ئم حتى يستيقظ وعن الصبي حتى
يشب وعن المعتؤ حتى يعقل
Dalam mencari hadis
tersebut, kita bisa menggunakan kitab Al-Mu’jam Al-Mufahras li Al-Fazh
Al-Hadits An-Nabawi, berdasarkan kata kunci رفع, القلم
dan ثلاثة
Kata رفع dicari pada juz yang memuat huruf awal ra’ (dalam hal
ini juz II), kata القلم
dicari pada juz yang memuat huruf qaf (dalam hal ini juz V), dan kata ثلاثةdicari pada
juz yang memuat huruf tsa’(dalam hal ini juz I).[10]
3.
Metode melalui
Perawi Pertama
Banyak
dijumpai baik dalam karangan maupun dalam ceramah, suatu hadis yang dikutip
biasanya disebutkan perawi pertama sebelum matan hadis kemudian kolektornya setelah
matan hadis atau keduanya diletakkan setelah matan hadis. Kalau dijumpai hadis
seperti demikian, maka salah satu cara mentakhrijnya adalah melalui rawi
pertama tersebut. Dalam melakukan takhrij dengan metode ini ada tiga jenis
kitab yaitu:
a.
Kitab-kitab
musnad
Yang disebut kitab
musnad adalah kitab hadis yang cara penyusunannya berdasarkan sanad pada
tingkat sahabat.[11]
b.
Mu’jam-mu’jam
hadis
Yang dimaksud dengan
mu’jam dalam termenologi hadis adalah kitab yang di dalamnya hadis-hadis Nabi
disusun berdasarkan sanad-sanad berdasarkan sahib atau berdasarka para Syuyukh
(kolektor) negeri asal sanad dan sebagainya.[12]
c.
Kitab-kitab
Athraf
Kitab athraf adalah
suatu jenis kitab hadis, dimana hadis-hadis yang dimuat hanyalah
potongan-potongannya saja kemudian disertai dengan sanad-sanadnya baik
berdasarkan penelitian pengarang maupun dinisbatkan pada kitab-kitab
tertentu.sebagian pengarang kitab jenis ini menyebutkan keseluruhan sanad dan
sebagian hanya saja menyebut kolektornya saja.[13]
4.
Metode
menurut lafadz pertama
Yaitu
suatu metode yang berdasarkan pada lafazh pertama matan hadis, sesuai dengan
urutan huruf-huruf hijaiyah dan alfabetis, sehingga metode ini mempermudah
pencarian hadis yang dimaksud.[14]
Contohnya hadis Nabi:
ليس الشد يد با الصرعة
Untuk mengetahui lafadz lengkap dari penggalan matan tersebut, langkah
yang harus dilakukan adalah menelusuri penggalan matan itu pada urutan awal
matan yang memuat penggalan matan yang dimaksud. Dalam kamus yang disusun oleh
Muhamamad Fuad Abdul Baqi, penggalan hadis tersebut terdapat dihalaman 2014 jus
IV. Setelah diperiksa, bunyi matan hadis yang dicari adalah
عن ابي هريراة ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ليس الشديد با الصرعة
انما الشديد الدي يملك نفسه عند الغضب
“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW besabda, (ukuran) orang yang
kuat (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi
yang disebut orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya tatkala
dia marah.”
Bila hadis itu dikutip dalam karya tulis ilmiah, sesudah lafad matan dan
nama sahabat periwayat hadis yang bersangkutan ditulis nama Imam Muslim
disertakan. Biasanya kalimat yang dipakai.[15] رواه مسلم
5. Metode berdasarkan
status hadis
Metode ini memperkenalkan suatu upaya baru yang telah dilakukan ulama hadis dalam
menyusun hadis-hadis berdasarkan statusnya.[16]
Karya-karya tersebut sangatlah membantu sekali dalam proses pencarian hadis,
seperti hadis-hadis qudsi, hadis masyhur, hadis mursal, hadis mutawatir, hadis
maudhu’, dan lainnya. Seorang peneliti hadis dengan sendirinya telah melakukan
takhrij hadis, karena sebagian besar hadis-hadis yang dimuat dalam kitab yang
berdasarkan sifat-sifat hadis sangat sedikit sehingga tidak memerlukan upaya
yang rumit.
Kitab-kitab yang berkenaan dengan metode ini antara lain:
a. Sekitar hais-hadis
mutawatir, seperti: kitab al-Azhar al-Mutanasirat fi al-akhbar al-Mutawatirah,
karangan Suyuti.
b. Sekitar
hadis-hadis qudsi, seperti: al-ahadits al-Qudshiyyah, dari lembaga Al quran dan
hadis, dewan tertinggi Agama Islam.
c. Sekitar
hadis-hadis mursal, seperti: al-Murasil, karangan Abu Daud.
d. Sekitar
hadis-hadis maudhu’, seperti: al-Masnu’afi Ma’rifat al-Hadits al-Maudhu’,
karangan al-Qari.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Takhrij secara Istilah adalah petunjuk jalan ke
tempat atau letak hadis pada sumber-sumbernya yang orisinal yang sanadnya
kemudian menjelaskan martabatnya jika diperlukan.
2. Berangkat dari kenyataan inilah, maka bangkitlah
sebagian ulama untuk bersungguh-sungguh membela hadis dengan cara
men-takhrij-nya dari kitab-kitab selain hadis, menisbatkannya pada sumber asli,
menyebutkan sanad-sanadnya dan membicarakan ke-sahihan dan ke-dhaifan sebagian
atau seluruhnya.
3. Metode takhrij yaitu:
a. Metode berdasarkan tema hadis
b. Metode berdasarkan
indeks kata
c. Metode melalui
perawi pertama
d. Metode menurut
lafad pertama
e. Metode berdasarkan
status hadis
B. SARAN
Harapan penulis
semoga makalah ini bermanfaat untuk penulis ataupun pembaca. Saran penulis
jangan pernah berhenti untuk belajar dan berkarya. Tidak ada sesuatu di dunia
ini yang sulit kecuali kita mau berusaha dan belajar, tetap semangat dan jangan
pernah menyerah, masa depan ada di depan kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA
ü
Al Munawar Said Agil Husin, Alquran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,
Jakarta: Ciputat Press, Desember 2013.
ü Zuhri Muh, Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis, Yogyakarta:
Tiara Wacana Yogya, 2003.
ü al Thohhan, Mahmud, Dasar-Dasar
Ilmu Takhrij dan Studi Sanad, Semarang: Dina Utama, 1995.
ü Bahrudin, “Takhrij sebagai Metode Penelusuran
Kualitas Hadis Ahad”, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 4, No.13.
ü At-Tahhan,Mahmud, Metodologi
Kitab Kuning Melacak Sumber Menelusuri Sanad dan Menilai Hadis, Surabaya: Diantama, 2007.
ü Solahudin Agus, Agus
Suyadi, Ulumul Hadis, Bandung: Pustaka Setia, 2011.
ü Andi Rahman, “Pengenalan Atas
Takhrij Hadis”, Jurnal Studi Hadis, Vol. 2, No. 1, 2016.
ü
Jon Pamil,
“Langkah Awal Penelitian Hadis”, Jurnal Pemikiran Islam, vol. 37, No. 1,
Januari-Juni 2012.
[1] Said
Agil Husin Al Munawar, Al quran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta:
Ciputat Press, Desember 2013), hal. 137-138
[2] Muh.Zuhri,
Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis, (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 2003), hlm. 149
[3]
Mahmud al Thohhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad, (Semarang:
Dina Utama, 1995), hlm. 18
[4]
Bahrudin, “Takhrij sebagai Metode Penelusuran Kualitas Hadis Ahad”, Jurnal Ilmu
Dakwah, Vol. 4, No.13, Januari-Juni 2009, hlm. 449
[5] Mahmud At-Tahhan, Metodologi Kitab Kuning
Melacak Sumber Menelusuri Sanad dan Menilai Hadis, (Surabaya: Diantama, 2007),
hal. 14-15
[6] Said
Agil Husin Al Munawar, Alquran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta:
Ciputat Press, Desember 2013), hal. 141
[7] Mahmud Al Thahhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad,
terj.Agil Husin Al Munawar, Masykur Hakim, (Semarang: Dina Utama Semarang, 1995), hal.
38
[8] Agus
Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2011),
hal. 199
[9] Andi
Rahman, “Pengenalan Atas Takhrij Hadis”, Jurnal Studi Hadis, Vol. 2, No. 1,
2016, hal. 158
[10] Agus
Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, September, 2011),
hal. 198-199
[11] Jon
Pamil, “Langkah Awal Penelitian Hadis”, Jurnal Pemikiran Islam, vol. 37, No. 1,
Januari-Juni 2012, hal. 59
[12] Ibid
[13] Ibid
[14] Agus
Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, September
2011), hal. 196
[15] Ibid
[16] Ani
Khalilah, “Takhrij Al-Hadis”, (Skripsi, UIN Walisongo), hal