Sunday, 12 November 2017

MAKALAH TAKHRIJ HADIS



MAKALAH
TAKHRIJ HADIS
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kritik Hadis
DosenPengampu:
MOHAMMAD SUBHAN ZAMZI,Lc.,M.TH,I




OLEH:
MUSRIFAH
NIM:   20160702050022

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR
JURUSAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PAMEKASANKATA PENGANTAR
            Dengan Talaffudzh alhamdulillah, segala puja dan puji syukur semoga tetap terpanjatkan ke Haribaan Allah SWT. Tuhan yang telah memberikan rahmat serta ma’unahnya terhadap penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini meski dalam keadaan tidak sempurna,yang bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kritik Hadis mengenai  Metode Takhrij Hadis.
            Salawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepad junjungan Nabi Muhammad SAW. dengan harapan semoga kita mendapatkan Syafa’atnya kelak di hari kiamat. Amien.
            Selanjutnya, dengan terselesaikannya makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh penulis, maka tidak lain harapannya adalah adanya kritik konstruktif dari pihak pembaca manapun sehingga kesempurnaan tulisan ini terwujud dan akan menjadi bermaafaat bagi  para pembaca sekalian.

                                                                        Pamekasan,13 November 2017

Penulis







DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A.    Latar Belakang..................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................. 1
C.     Tujuan Penulisan................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 2
A.    Pengertian Takhrij Hadis...................................................................... 2
B.     Sejarah Takhrih Hadis.......................................................................... 2-3
C.     Metode Takhrij Hadis........................................................................... 3-6
BAB III PENUTUP....................................................................................... 8
A.    Kesimpulam.......................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 9


 BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Hadis Rasululloh Saw merupakan sumber ajaran Islam setelah Alquran. Hadis bukan saja ungkapan-ungkapan, pesan-pesan serta tindakan-tindakan yang lahir dari seorang Nabi dan Rasul, tetapi juga sebagai penjelas terhadap isi kandungan Al-quran yang masih bersifat universal dan global.
Penggunaan hadis yang tidak jelas asal-usulnya dalam rangka menjelaskan atau menafsirkan ayat-ayat Al quran akan melahirkan ketetapan-ketetapan hukum yang keliru, yang sudah pasti akan membawa dampak negatif ke dalam kehidupan umat, karena besar kemungkinan ketetapan hukum itu tidak sesuai dengan kehendak Allah yang sebenarnya.
Sebagai tindakan antisipatif, ulama telah berhasil menghimpun dan menyusun berbagai macam bentuk  kitab-kitab hadis dan berusaha menemukan menemukan hadis-hadis yang murni berasal dari Rasul. Kitab hadis yang bermacam-macam itu disebut dengan takhrij hadis. Melalui takhrij ini akan ditemukan hadis dalam berbagai macam tingkat kualitas dan bentuknya, sesuai dengan kebutuhan.[1]   
B.     RUMUSAN MASALAH
1.    Apa yang dimaksud takhrij?
2.    Bagaimana sejarah takhrij?
3.    Bagaimana metode  dan contoh takhrij?

C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk mengetahui pengertian takhrij.
2.      Untuk mengetahui sejarah takhrij.
3.      Untuk mengetahui metode dan contoh takhrij.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Takhrij
Kata takhrij menurut bahasa dapat digunakan untuk beberapa arti, yaitu mengeluarkan (istinbath), melatih/meneliti (tadrib), menghadapkan (taujih).[2]
Takhrij secara Istilah adalah petunjuk jalan ke tempat atau letak hadis pada sumber-sumbernya yang orisinal yang sanadnya kemudian menjelaskan martabatnya jika diperlukan.[3]
Takhrij menurut ahli hadis yaitu:
a.       Takhrij persamaan kata ikhroj, yang berarti menampakkan hadis kepada orang lain dengan menyebut tempat pengambilannya.
b.      Takhrij terkadang digunakan untuk arti mengeluarkan hadis dan periwayatannya dari isi kitab-kitab.
c.       Takhrij terkadang disebut Dilalah artinya penunjuk sumber-sumber asli hadis dan mengacu padanya. Dengan menyebut penyusun yang pernah meriwayatkannya.
Menurut Mahmud al-thahhan takhrij adalah menunjukkan tempat hadis pada sumber-sumber aslinya, dimana hadis tersebut dikeluarkan lengkap dengan sanad-sanadnya, kemudian menjelaskan derajatnya ketika diperlukan.[4]
B.      Sejarah takhrij
Ulama dan peneliti hadis terdahulu tidak membutuhkan kaidah-kaidah dan pokok-pokok takhrij, karena pengetahuan dan ingatan mereka sangat kuat terhadap sumber-sumber sunnah. Sehingga ketika membutuhkan suatu hadis sebagai penguat dalam waktu singkat, mereka dapat menemukan tempatnya dalam kitab-kitab hadis, bahkan juznya. Selain itu, mereka mengetahui sistematika penyusunan kitab-kitab hadis, sehingga mereka mudah untuk memeriksa kembali dan mendapatkan hadis.
Keadaan seperti itu berlangsung berabad-abad, hingga pengetahuan ulama tentang kitab-kitab hadis dan sumber aslinya menjadi sempit, maka sulit bagi mereka untuk mengetahui tempat-tempat hadis yang menjadi dasar ilmu syar’i seperti;fiqh, tafsir, sejarah dan sebagainya. Berangkat dari kenyataan inilah, maka bangkitlah sebagian ulama untuk bersungguh-sungguh membela hadis dengan cara men-takhrij-nya dari kitab-kitab selain hadis, menisbatkannya pada sumber asli, menyebutkan sanad-sanadnya dan membicarakan ke-sahihan dan ke-dhaifan sebagian atau seluruhnya.[5] Dari situlah timbul kitab-kitab takhrij.
Langkah-langkah takhrij yang dilakukan ulama hadis pada tahap awal ini baru sebatas mengisnadkan hadis. Maksudnya mereka meneliti dan bersikap hati-hati dalam menerima suatu riwayat, menerima salah benarnya suatu hadis yang diterima dari ahlinya, lalu mengkritik perawinya serta menerangkan perihal mereka, baik kejujuran atau kedustaannya.[6]
C.    Metode takhrij
Jika kita mendapatkan sebuah hadis dan ingin mentakhrijnya, mengetahui keberadaannya pada sumbernya yang asli. Atau ketika kita diminta mentakhrij sebuah hadis maka pertama kali yang kita lakukan sebelum mencarinya pada kitab-kitab adalah memperhatikan status hadis yang kita temukan atau hadis yang diminta mentakhrijnya dengan memperhatikan orang-orang yang meriwayatkannya.[7] Berikut ini adalah metode takhrij yang dapat diterapkan dalam penelitian hadis diantaranya:
1.      Metode berdasarkan tema hadis
Mencari hadis terkadang tidak didasarkan pada lafadz matan (materi) hadis, tetapi didasarkan pada topik masalah. Pencarian matan hadis berdasarkan topik masalah sangat menolong pengkaji hadis yang ingin memahami petunjuk-petunjuk hadis dalam segala konteksnya.[8]
Untuk mengetahui topik suatu hadis terlebih dahulu untuk menyimpulkan tema suatu hadis yang akan ditakhrij dan kemudian mencarinya melalui tema tersebut pada kitab yang telah disusun menggunakan metode ini,  seperti hadis dibawah ini:
عن سلمة بن الاكوع ر ض قال: كنا نجمع مع رسول الله صلعم اد زالت الشمس, ثم نرجع نتبع الفئ.
Hadis ini dapat dicari pada kitab tentang “salat jumat” atau “waktu salat fardhu” karena hadis itu berisikan kedua tema tersebut.   
2.      Metode berdasarkan indeks kata
Metode ini digunakan dengan cara mencari kata-kata yang menjadi “kata kunci” dalam indeks hadis. Yang dimaksud dengan “kata kunci” adalah kata yang terdapat dalam matan hadis dan tidak banyak digunakan dalam ungkapan sehari-hari. Metode ini menggunakan al-mu’jam al-mufahras Li Alfazh Al-hadis yang disusun oleh sebuah tim yang beranggotakan pakar orientalis. Salah satu dari tim penyusunnya bernama A.J. Wensinck (w. 1939), seorang guru besar bahasa Arab di universitas Leiden. Al-Mu’jam Al-Mufahras memuat indeks kata yang terdapat dalam sembilan sumber koleksi hadis, yaitu al-kutub al-sittah, muwatha’, musnad Ahmad, dan Musnad Al-Darimi.[9]    
Contohnya hadis berikut ini:
عن علي ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: رفع القلم عن ثلاثة: عن النا ئم حتى يستيقظ وعن الصبي حتى يشب وعن المعتؤ حتى يعقل
Dalam mencari hadis tersebut, kita bisa menggunakan kitab Al-Mu’jam Al-Mufahras li Al-Fazh Al-Hadits An-Nabawi, berdasarkan kata kunci رفع, القلم dan ثلاثة
Kata رفع dicari pada juz yang memuat huruf awal ra’ (dalam hal ini juz II), kata القلم dicari pada juz yang memuat huruf qaf (dalam hal ini juz V), dan kata  ثلاثةdicari pada juz yang memuat huruf tsa’(dalam hal ini juz I).[10]
3.      Metode melalui Perawi Pertama
Banyak dijumpai baik dalam karangan maupun dalam ceramah, suatu hadis yang dikutip biasanya disebutkan perawi pertama sebelum matan hadis kemudian kolektornya setelah matan hadis atau keduanya diletakkan setelah matan hadis. Kalau dijumpai hadis seperti demikian, maka salah satu cara mentakhrijnya adalah melalui rawi pertama tersebut. Dalam melakukan takhrij dengan metode ini ada tiga jenis kitab yaitu:
a.       Kitab-kitab musnad
Yang disebut kitab musnad adalah kitab hadis yang cara penyusunannya berdasarkan sanad pada tingkat sahabat.[11]
b.      Mu’jam-mu’jam hadis
Yang dimaksud dengan mu’jam dalam termenologi hadis adalah kitab yang di dalamnya hadis-hadis Nabi disusun berdasarkan sanad-sanad berdasarkan sahib atau berdasarka para Syuyukh (kolektor) negeri asal sanad dan sebagainya.[12]
c.       Kitab-kitab Athraf
Kitab athraf adalah suatu jenis kitab hadis, dimana hadis-hadis yang dimuat hanyalah potongan-potongannya saja kemudian disertai dengan sanad-sanadnya baik berdasarkan penelitian pengarang maupun dinisbatkan pada kitab-kitab tertentu.sebagian pengarang kitab jenis ini menyebutkan keseluruhan sanad dan sebagian hanya saja menyebut kolektornya saja.[13] 

4.      Metode menurut lafadz pertama
Yaitu suatu metode yang berdasarkan pada lafazh pertama matan hadis, sesuai dengan urutan huruf-huruf hijaiyah dan alfabetis, sehingga metode ini mempermudah pencarian hadis yang dimaksud.[14]
Contohnya hadis Nabi:
ليس الشد يد با الصرعة
Untuk mengetahui lafadz lengkap dari penggalan matan tersebut, langkah yang harus dilakukan adalah menelusuri penggalan matan itu pada urutan awal matan yang memuat penggalan matan yang dimaksud. Dalam kamus yang disusun oleh Muhamamad Fuad Abdul Baqi, penggalan hadis tersebut terdapat dihalaman 2014 jus IV. Setelah diperiksa, bunyi matan hadis yang dicari adalah
عن ابي هريراة ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ليس الشديد با الصرعة انما الشديد الدي يملك نفسه عند الغضب
“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW besabda, (ukuran) orang yang kuat (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah.”
Bila hadis itu dikutip dalam karya tulis ilmiah, sesudah lafad matan dan nama sahabat periwayat hadis yang bersangkutan ditulis nama Imam Muslim disertakan. Biasanya kalimat yang dipakai.[15] رواه مسلم
5.      Metode berdasarkan status hadis
Metode ini memperkenalkan suatu upaya baru yang telah dilakukan ulama hadis dalam menyusun hadis-hadis berdasarkan statusnya.[16] Karya-karya tersebut sangatlah membantu sekali dalam proses pencarian hadis, seperti hadis-hadis qudsi, hadis masyhur, hadis mursal, hadis mutawatir, hadis maudhu’, dan lainnya. Seorang peneliti hadis dengan sendirinya telah melakukan takhrij hadis, karena sebagian besar hadis-hadis yang dimuat dalam kitab yang berdasarkan sifat-sifat hadis sangat sedikit sehingga tidak memerlukan upaya yang rumit.
Kitab-kitab yang berkenaan dengan metode ini antara lain:
a.       Sekitar hais-hadis mutawatir, seperti: kitab al-Azhar al-Mutanasirat fi al-akhbar al-Mutawatirah, karangan Suyuti.
b.      Sekitar hadis-hadis qudsi, seperti: al-ahadits al-Qudshiyyah, dari lembaga Al quran dan hadis, dewan tertinggi Agama Islam.
c.       Sekitar hadis-hadis mursal, seperti: al-Murasil, karangan Abu Daud.
d.      Sekitar hadis-hadis maudhu’, seperti: al-Masnu’afi Ma’rifat al-Hadits al-Maudhu’, karangan al-Qari.    






















BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Takhrij secara Istilah adalah petunjuk jalan ke tempat atau letak hadis pada sumber-sumbernya yang orisinal yang sanadnya kemudian menjelaskan martabatnya jika diperlukan.
2.      Berangkat dari kenyataan inilah, maka bangkitlah sebagian ulama untuk bersungguh-sungguh membela hadis dengan cara men-takhrij-nya dari kitab-kitab selain hadis, menisbatkannya pada sumber asli, menyebutkan sanad-sanadnya dan membicarakan ke-sahihan dan ke-dhaifan sebagian atau seluruhnya.
3.      Metode takhrij yaitu:
a.       Metode berdasarkan tema hadis
b.      Metode berdasarkan indeks kata
c.       Metode melalui perawi pertama
d.      Metode menurut lafad pertama
e.       Metode berdasarkan status hadis

B.     SARAN
Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat untuk penulis ataupun pembaca. Saran penulis jangan pernah berhenti untuk belajar dan berkarya. Tidak ada sesuatu di dunia ini yang sulit kecuali kita mau berusaha dan belajar, tetap semangat dan jangan pernah menyerah, masa depan ada di depan kita semua.








DAFTAR PUSTAKA

ü  Al Munawar Said Agil Husin, Alquran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Jakarta: Ciputat Press, Desember 2013.
ü  Zuhri Muh, Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003.
ü  al Thohhan, Mahmud, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad, Semarang: Dina Utama, 1995.
ü  Bahrudin, “Takhrij sebagai Metode Penelusuran Kualitas Hadis Ahad”, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 4, No.13.
ü  At-Tahhan,Mahmud, Metodologi Kitab Kuning Melacak Sumber Menelusuri Sanad dan Menilai Hadis, Surabaya: Diantama, 2007.
ü  Solahudin Agus, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, Bandung: Pustaka Setia, 2011.
ü  Andi Rahman, “Pengenalan Atas Takhrij Hadis”, Jurnal Studi Hadis, Vol. 2, No. 1, 2016.
ü  Jon Pamil, “Langkah Awal Penelitian Hadis”, Jurnal Pemikiran Islam, vol. 37, No. 1, Januari-Juni 2012.




[1] Said Agil Husin Al Munawar, Al quran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta: Ciputat Press, Desember 2013), hal. 137-138
[2] Muh.Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003), hlm. 149
[3] Mahmud al Thohhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad, (Semarang: Dina Utama, 1995), hlm. 18
[4] Bahrudin, “Takhrij sebagai Metode Penelusuran Kualitas Hadis Ahad”, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 4, No.13, Januari-Juni 2009, hlm. 449
[5] Mahmud At-Tahhan, Metodologi Kitab Kuning Melacak Sumber Menelusuri Sanad dan Menilai Hadis, (Surabaya: Diantama, 2007), hal. 14-15
[6] Said Agil Husin Al Munawar, Alquran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta: Ciputat Press, Desember 2013), hal. 141
[7] Mahmud Al Thahhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad, terj.Agil Husin Al Munawar, Masykur Hakim, (Semarang: Dina Utama Semarang, 1995), hal. 38
[8] Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hal. 199
[9] Andi Rahman, “Pengenalan Atas Takhrij Hadis”, Jurnal Studi Hadis, Vol. 2, No. 1, 2016, hal. 158
[10] Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, September,   2011), hal. 198-199
[11] Jon Pamil, “Langkah Awal Penelitian Hadis”, Jurnal Pemikiran Islam, vol. 37, No. 1, Januari-Juni 2012, hal. 59
[12] Ibid
[13] Ibid
[14] Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, September 2011), hal. 196
[15] Ibid
[16] Ani Khalilah, “Takhrij Al-Hadis”, (Skripsi, UIN Walisongo), hal