SUFYAN ATS TSAURI
Nama
pengarang kitab tafsir ini adalah Abū `Abdullāh Sufyān ibnu Sa`īd ibnu Masrūq
al-Tsaurīy al-Kūfī. Lahir di Atsir, di kota Kufah yang menjadi ibukota negeri
`Irāq, pada masa Khalifah Sulaimān ibnu `Abdullāḥ al-Malik al-Amawīy. Adapun
tahun lahirnya, para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Menurut al-Waqidi,
yang kemudian pendapat ini diikuti oleh Ibnu Sa`d dan al-Bukhari, berpendapat
bahwa tahun lahir al-Tsauri adalah 97 Hijriyyah atau 715 menurut perhitungan
Masehi. Tetapi al-Khatib meriwayatkan dari `Ali ibnu Shālih, ia
mengatakan,”Kami lahir pada tahun 100 H, sedangkan Sufyan lebih tua 5 tahun
dari kami.” Ibnu Khalkān dan al-Yafi`i menukil suatu riwayat yang menunjukkan
bahwa al-Tsauri lahir pada tahun 96 H. Sedangkan al-Tibrizi yang kemudian
diikuti oleh al-Fatani dan al-Dahlawi, mengatakan bahwa beliau lahir pada tahun
99 H. Adapun yang menjadi pegangan adalah yang pertama (yaitu tahun 97 H)
seperti yag ditulis al-Jizri di dalam Al-Ghāyah.
Pada saat itu Kufah menjadi tempat penting ilmu-ilmmu
syar`i; hadits dan fikih. Rumah Ats-Tsauri sendiri menjadi tempat pertemuan
untuk belajar hadis. Beliau kemudian mengikuti jejak ayahnya dalam belajar
hadis dengan para ahli hadis, di antaranya Abu Ishaq al-Sabi`i, Manshur ibnu
al-Mu`tamar, Salamah ibnu Kahil, Habib ibnu Abi Tsabit, Ayyub al-Sikhtiyani,
Ashim al-Ahwal, Umar ibnu Dinar, dan yang lainnya.
Adapun murid-murid beliau adalah Malik ibnu Anas,
Yahya ibnu Sa`id al-Qaththan, al-Awza`īy, Ibnu al-Mubarak, Sufyan ibnu
`Uyainah. Mereka semua adalah para ahli hadis.
Sufyan al-Tsauri wafat pada bulan Sya`ban tahun 161 H
yang bertepatan dengan 778 Masehi. Ini menurut al-Bukhari, al-Thabari,
al-Mas`udi, Ibnu al-Nadim, al-Hakim, al-Sam`aniy, Ibnu al-Jauziy, Ibnu
al-Atsir, Ibnu Khalkan, al-Dzahabiy, ibnu Hajar, dan yang lainnya. Sedangkan
menurut al-Khathib yang meriwayatkan dari Khalifah ibnu Khayyath mengatakan
bahwa al-Tsauri wafat pada tahun 162 H.
Adz-Dzahabi berkata, “Menurut pendapat yang benar, Sufyan meninggal
pada bulan Sya’ban tahun161 H, Al-Waqidi juga mengatakan demikian, sedangkan
Khalifah meragukannya dan dia berkata bahwa meninggalnya Sufyan adalah pada
tahun 162 H.Sufyan rahimahullah memberikan wasiat kepada Abdurrahman bin Abdul
Malik, agar menyalatinya. Dan ketika beliau meninggal Abdurrahman pun memenuhi
wasiatnya tersebut dengan menyalatinya bersama penduduk Bashrah. Mereka telah
menjadi saksi meninggalnya Sufyan. Abdurrahman bin Abdul Malik bersama Khalid
bin Al-Haritsah dan dibantu penduduk Bashrah menguburkan Sufyan. Setelah acara
pemakaman selesai, dia bergegas ke Kufah dan memberitahu keluarga Sufyan
perihal meninggalnya Sufyan.
Guru-GuruSufyangAts-Tsauri
Al-Hafidz berkata, “Sufyan meriwayatkan dari ayahnya, Abu Ishaq Asy-Syaibani, Abdul Malik bin Umair, Abdurrahman bin ‘Abis bin Rabi’ah, Ismail bin Abu Khalid, Salamah bin Kuhail, Tharik bin Abdirrahman, Al-Aswad bin Qais, Bayan bin Bisyr, Jami’ bin Abi Rasyid, Habib bin Abi Tsabit, Husain bin Abdirrahman, Al-A’masy, Manshur, Mughirah, Hammad bin Abi Sulaiman, Zubaid Al-Yami, Shaleh bin Shaleh bin Haiyu, Abu Hushain, Amr bin Murrah, ‘Aun bin Abi Jahifah, Furas bin Yahya, Fathr bin Khalifah, Maharib bin Datsar dan AbuMalikAl-Asyja’i.” Beliau juga meriwayatkan dari guru-guru yang berasal dari Kufah, yang diantaranya adalah: Ziyad bin Alaqah, ‘Ashim Al-Ahwal, Sulaiman At-Tamimi, Hamaid Ath-Thawil, Ayyub, Yunus bin Ubaid, Abdul Aziz bin Rafi’, Al-Mukhtar bin Fulful, Israil bin Abi Musa, Ibrahim bin Maisarah, Habib bin Asy-Syahid, Khalid Al-Hadza’, Dawud bin Abi Hind dan Ibnu ‘Aun.Disamping itu, beliau juga meriwayatkan dari sekelompok orang dari Bashrah, yaitu Zaid bin Aslam, Abdullah bin Dinar, Amr bin Dinar, Ismail bin Umayyah, Ayyub bin Musa, Jabalah bin Sakhim, Rabi’ah, Saad bin Ibrahim, Sima budak Abu bakar, Suhail bin Abi Shaleh, Abu Az-Zubair, Muhammad, Musa bin Uqbah, Hisyan bin Urwah, Yahya bin Said Al-Anshari, dan sekelompok orang dari Hijaz dan yang lain.
Murid-MuridSufyanAts-Tsauri
Al-Hafidz berkata, “Orang-orang yang meriwayatkan darinya tidak terhitung jumlahnya, diantaranya adalah: Ja’far bin Burqan, Khusaif bin Abdurrahman, Ibnu Ishaq dan yang lain, mereka ini adalah tergolong guru-guru Sufyan Ats-Tsauri yang meriwayatkan darinya.
Sedangkan murid-murid Ats-Tsauri yang meriwayatkan darinya adalah: Aban bin Taghlab, Syu’bah, Zaidah, Al-Auza’I, Malik, Zuhair bin Muawiyah, Mus’ar dan yang lain, mereka ini adalahorang-orangyanghidupsezamandengannya.Diantara murid-muridnya lagi adalah Abdurrahman bin Mahdi, Yahya bin Said, Ibnu Al-Mubarak, Jarir, Hafsh bin Ghayyats, Abu Usamah, Ishaq Al-Azraq, Ruh bin Ubadah, Zaidah bin Al-Habbab, Abu Zubaidah Atsir bin Al-Qasim, Abdullah bin Wahab, Abdurrazzaq, Ubaidillah Al-Asyja’I, Isa bin Yunus, Al-Fadhl bin Musa As-Sainani, Abdullah bin Namir, Abdullah bin Dawud Al-Khuraibi, Fudhail bin Iyadh, dan Abu Ishaq Al-fazari.
Selain yang disebutkan diatas murid-muridnya yang lain adalah Makhlad bin Yazid, Mush’ab bin Al-Muqaddam, Al-Walid bin Muslim, Mu’adz bin Mu’adz, Yahya bin adam, Yahya bin Yaman, Waki’, Yazid bin Nu’aim, Ubaidillah bin Musa, Abu Hudzaifah An-Nahdi, Abu ‘Ashim, Khalad bin Yahya, Qabishah, Al-faryabi, Ahmad bin Abdillah bin Yunus, Ali bin Al-Ju’di, dan dia adalah perawi tsiqat (terpercaya) paling akhir yang meriwayatkan dari Sufyan Ats-Tsauri.
.
Profil Kitab Tafsir Sufyan al-Tsauri
1.
Naskah
Tafsir al-Tsauri
Terkait
naskah al-Tsauri, tidak ditemukan naskah yang sama dengan naskah yang ada,
yaitu naskah yang jadi referensi dalam penulisan makalah ini. Adapun naskah
referensi tersebut memiliki kekurangan dari awal hingga akhir, dan . Sebagai
catatan, ada dua Sufyan yang hidup pada zaman yang sama, yaitu Al-Tsauri dan
Ibnu `Uyainah. Keduanya memiliki tafsir al-Qur’an sebagaimana disebutkan di
dalam Kasyf al-Zhunūn.[1] Al-Hājj
al-Khalīfah menyebutnya “Tafsir al-Tsauri”, tetapi ia sendiri belum pernah
melihat salinannya, sehingga ia mengacu kepada al-Tsa`labī dengan mengatakan,”disebutkan
oleh al-Tsa`labī”.
Tafsir
Sufyan al-Tsauri sebenarnya tidak terdokumentasikan dengan baik dan mapan,
karena tafsir ini sendiri adalah nukilah-nukilan penafsiran al-Tsauri terhadap
ayat-ayat al-Qur’an, dan tidak tersusun berupa kitab tafsir. Kitab tafsir ini
nyaris dianggap hilang. Kemudian manuskripnya ditemukan oleh Prof. Imtiyaz Ali
`Irsyi di perpustakaan Ridha di kota Rambor, India, meskipun tidak utuh.
Beliaulah yang kemudian meneliti dan mengoreksi serta mentashhih tafsir
Sufyan al-Tsauri ini.
Salinan kitab
ini ditulis berdasarkan naskah yang mirip dengan tulisan Kufi pada umumnya, di
atas kertas dari `Arab berwarna kemerah-merahan. Dan tulisan tersebut telah
ditulis tidak jauh dari abad ke-3 Hijriyyah.
Adapun pada naskah
tersebut, baik di awal maupun di akhir, memiliki kekurangan, dan
lembaran-lembarannya tidak memiliki penomoran, sehingga tidak bisa ditentukan
berapa banyak kekurangan yang ada.
Walaupun demikian
keadaan tafsir al-Tsauri, tetapi penafsiran al-Tsauri telah menjadi rujukan
bagi para mufassir generasi selanjutnya. Tafsir al-Thabari yang dikatakan
sebagai tafsir tertua, adalah salah satu tafsir yang ternyata juga banyak
merujuk pendapat, riwayat, dan penafsiran dari Imam Sufyan al-Tsauri. Hal
ini bisa dilihat dari berbagai riwayat yang dinukil beliau dari Imam al-Tsauri.
Wafatnya sufyan ats
tsauri
Adz-Dzahabi berkata, “Menurut pendapat yang benar, Sufyan meninggal
pada bulan Sya’ban tahun161 H, Al-Waqidi juga mengatakan demikian, sedangkan
Khalifah meragukannya dan dia berkata bahwa meninggalnya Sufyan adalah pada
tahun 162 H.Sufyan rahimahullah memberikan wasiat kepada Abdurrahman bin Abdul
Malik, agar menyalatinya. Dan ketika beliau meninggal Abdurrahman pun memenuhi
wasiatnya tersebut dengan menyalatinya bersama penduduk Bashrah. Mereka telah
menjadi saksi meninggalnya Sufyan. Abdurrahman bin Abdul Malik bersama Khalid
bin Al-Haritsah dan dibantu penduduk Bashrah menguburkan Sufyan. Setelah acara
pemakaman selesai, dia bergegas ke Kufah dan memberitahu keluarga Sufyan
perihal meninggalnya Sufyan.