Sunday 24 June 2018

MODUL BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL



MODUL

BIMBINGAN DAN KONSELING
PRIBADI SOSIAL

Dosen Pengampu: Evi Febriani, M.PSI



 















Oleh : Sayanah
                                                                                    









 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MADURA
                                                        2018            





BIMBINGAN DAN KONSELING
PRIBADI SOSIAL



Sayanah







PENGANTAR PENULIS

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa, karena dengan curahan rahmat, hidayah dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan buku Modul Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial. Selawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Sallallaahu  ‘Alaihi Wa Sallam, karena melalui Islam, ajaran dan risalahnya telah membimbing kita menuju ridha Allah.
Agar Islam yang merupakan risalah universal Allah, tetap menjadi eksis dan tidak tinggal namanya sebagaimana diramalkan Nabi dalam sebuah sabda beliau kelak akan tiba suatu zaman di mana Islam Tinggal namanya dan Al-Qur’an hanya tinggal tulisannya saja, dan perilaku umatnya jauh dari nila-nilai keislaman. Maka Islam perlu dipelajari dengan intens dan benar. Buku ini ditulis, sekalipun tidak mengklaim diri sebagai sesuatu yang mampu melakukan hal tersebu, tetapi penulis berharap semoga buku ini dapat menjadi “pintu masuk” dan proses menuju “pemahaman tentang bimbingan dan konseling pribadi sosial” sekaligus memancing dan merangsang pembaca untuk lebih bersemangat dalam memperbarui pemahaman dan wawasan. Sehingga pada akhirnya dapat mengantarkan pada pemehaman yang lebih memadai dan proporsional.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih dan pasti memiliki kekurangan dalam segala hal, karenanya kritik dan saran senantiasa penulis harapkan demi perbaikan dan peningkatan kualitas pada edisi berikutnya.
Akhirnya, penulis berharap semoga buku ini bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya, seiring dengan petunjuk Allah.
Wa ma tawfiqy illa bi Allah, ‘Alayhi Tawakkaltu wa Ilayhi unib. Wa Allahu Ta’ala a’lam.


Pamekasan, 06 Juni 2018
Penyusun
Sayanah





DAFTAR ISI

PENGANTAR  PENULIS...................................................................      i
DAFTAR ISI.........................................................................................      ii
BAB I KONSEP DASAR BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL..........     1
A.    Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial...........     1
B.     Sikap Individu Terhadap Lingkungan.......................................     2
C.     Keterkaitan Diri Dengan Lingkungan Sosial.............................     2
D.    Pengertian BK Pribadi Sosial.....................................................    3
BAB II HAKEKAT DAN TUJUAN PRIBADI SOSIAL.................     4
A.    Hakekat Bimbingan Konseling Pribadi......................................     4
B.     Tujuan Bimbingan Dan Konseling Pada Aspek Pribadi............     9
BAB III HUBUNGAN BIMBINGAN KONSELING PRIBADI
SOSIAL DENGAN LAYANAN BK LAINNYA.................     10
A.    Hubungan BK Pribadi Sosial Dengan Bimbingan Pribadi........   10
B.     Hubungan BK Pribadi Sosial Dengan Bimbingan Sosial..........    10
C.     Hubungan BK Pribadi Sosial Dengan Bimbingan Karir...........    11
BAB IV MASALAH-MASALAH YANG TERKAIT DENGAN
BIDANG PRIBADI DAN SOSIAL......................................     13
A.       Permasalahan Dalam Bimbingan Konseling Pribadi...............    13
BAB V ASPEK-ASPEK DALAM PENGEMBANGAN
PRIBADI SOSIAL.................................................................    15
A.    Perkembangan Kepribadian......................................................    15
B.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian.....................    16
C.     Perubahan Keprbadian..............................................................     17
BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN PRIBADI SOSIAL......     19
A.       Layanan Dasar.........................................................................    19
B.       Layanan Responsif Bimbingan dan Konseling.......................     21
C.       Layanan Perencanaan Individual............................................     22


BAB VII PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN   
KONSELING PRIBADI SOSIAL..................................     24 
A.    Program Bimbingan Konseling.....................................    24
B.     Tahapan Penyusunan Program Bimbingan Koseling....    25
C.     Hal-hal yang Perlu di Perhatikan dalam Penyusunan
Program BK..................................................................    30
BAB IX TAHAPAN EVALUASI BIMBINGAN DAN
 KONSELING.....................................................................     32
A.  Pengertian Evaluasi Pelaksanaan Program BK................    32
B.   Penilaian Terhadap Program BK.....................................     34
C.   Hambatan-Hambatan dalam Evaluasi Program BK.........    36
D.  Prinsip-Prinsip Evaluasi Program BK..............................    37
E.   Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Program BK...................    38
DAFTAR PUSTAKA........................................................................    40

BAB I

KONSEP DASAR BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL
A.  Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial
Bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan atau tuntunan, ada juga yang mengartikan sebagai pertolongan. Konseling adalah situasi pertemuan tatap muka antara konselor dengan klien (siswa) yang berusaha memecahkan sebuah masalah dengan mempertimbangkannya bersama-sama sehingga klien dapat menyelesaikan msalahnya berdasarkan penentuan sendiri.
Bimbingan pribadi sosial merupakan salah satu bimbingan disekolah. Inti dari pengertian bimbingan pribadi sosial yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi adalah bahwa  bimbingan pribadi sosial diberikan kepada individu, agar mampu menhadapi dan memecahkan permasalahan pribadi sosialnya secara individu.Bimbingan pribadi sosial merupakan salah satu bidang bimbingan yang ada disekolah. Menurut Dewa Ketut Sukardi mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi sosial merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi dan memecahkan masalh pribadi sosial, seperti penyesuian diri, menghadapi konflik dan pergaulan. Bimbingan pribadi - social merupakan bimbingan untuk membantu para individu .
Bimbingan pribadi - sosial adalah layanan bimbinganuntuk membantu siswa agar menemukan  dan  mengembangkan  pribadi  yang  beriman  dan  bertaqwa  terhadap Tuhan  Yang  Maha  Esa,  mantap  dan  mandiri,  sehat  jasmani  dan  rohani  serta mampu  mengenal  dengan  baik  dan  berinteraksi  dengan  lingkungan  sosialnya secara bertanggung jawab.
Bimbingan pribadi - social pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan  kemampuan  individu  dalam  menangani  masalah-masalah dirinya. Bimbingan  ini  merupakan  layanan  yang  mengarah  pada  pencapaian pribadi  yang  seimbang  dengan  memperhatikan  keunikan karakteristik  pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu.


B.  Sikap Individu Terhadap Lingkungan
1.    Individu menolak atau menentang lingkungan.
Dalam keadaan ini, lingkungan tidak sesuai dengan yang ada dalam diri individu. Dalam keadaan yang tidak sesuai ini, individu dapat memberikan bentuk atau perubahan lingkungan seperti yang dikehendaki oleh individu yang bersangkutan, misalnya, akibat banjir sebagian jalan terputus. Untuk mengatasi ini, dibuatlah tanggul untuk melawan pengaruh dari lingkungan itu, sehingga orang tidak menerima begitu saja pengaruh lingkungan tetapi orang menolak atau mengatasi pengaruh lingkungan demikian itu. Dalam kehidupan bermasyarakat, kadang-kadang orang tidak cocok dengan norma-norma dalam sesuatu masyarakat. Orang dapat berusaha untuk dapat mengubah norma yang tidak baik itu menjadi norma yang baik. Jadi, individu secara aktif memberikan pengaruh terhadap lingkungannya.
2.    Individu menerima lingkungan.
Dalam hat ini, keadaan lingkungan sesuai atau sejalan dengan yang ada datam diri individu. Dengan demikian, individu akan menerima lingkungan itu.
3.    Individu bersikap netral.
Dalam hal ini, individu tidak menerima tetapi juga tidak menolak. Individu dalam keadaan status quo terhadap lingkungan.
                                
C.  Keterkaitan Diri Dengan Lingkungan Social
Keterkaitan diri dengan lingkungan sosial tidak hanya berlangsung searah, dalam arti bahwa hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu, tetapi antara individu dengan lingkungannya terdapat hubungan yang saling timbal balik, yaitu lingkungan berpengaruh pada individu, dan sebaliknya individu juga mempunyai pengaruh pada lingkungan. Semisal dalam tatanan kebersihan lingkungan, saat kita membuang sampah sembarangan tentu itu sangat berdampak buruk pada lingkungan karena akan kotor dan banyak penyakit,karena kita membuang sampah seembarangan akan berdampak buruk pula pada individu semisal terkena penyakit dbd, itu yang di maksud antar individu dan lingkungan sosial saling berkaitan.
D.  Pengertian BK Pribadi Sosial”                  
Bimbingan dan konseling pribadi sosial adalah upaya yang di lakukan untuk memberikan bantuan kepada individu untuk mengembangkan dirinya melalui pemahaman dan pengembangan seluruh potensi diri serta kompetensi kompetensi pribadi sosial yang dimiliki sehingga individu memperoleh keselarasan dalam menjalani hidup baik dalam dimensi pribadi (intrapersonal) maupun antar pribadi (interpersonal).

























BAB II
HAKEKAT DAN TUJUAN PRIBADI SOSIAL
A.  Hakekat Bimbingan Konseling Pribadi
1.    Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling merupakan gabungan dari dua kata yaitu kata bimbingan dan kata konseling. Keduanya seakan sudah menjadi satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Jika bimbingan mencakup segala macam konseling, maka konseling lebih sempit cakupannya. Segala macam konseling termasuk dalam bimbingan akan tetapi tidak semua bimbingan merupakan konseling.
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan social, kemampuan belajar, dan perencanaan karier, melalui berbagain jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sudah banyak sekali literatur yang menjelaskan mengenai pengertian Bimbingan. Di sini, hanya akan ditulis beberapa saja mengenai pengertian Bimbingan. Beberapa pengertian bimbingan menurut beberapa ahli:
-       Menurut Frank Parson, 1951 : “Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk memilih, mempersiapkan diri, dan memangku, suatu jabatan, serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya.”
-       Chiskolm : “Bimbingan membantu individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.”
-        Bernard & Fullmer, 1969 :“Bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu.”
-       Mathewson, 1969 :“Bimbingan merupakan pendidikan dan pengembangan yang menekankan proses belajar yang sistematik.”
-       Djumhur dan Moh. Surya, (1975-15) :“Bimbingan adalah suatu proses pemberian yang terus menerus dan sistematis kepada individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.”
-       Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah :“Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan mas depan.”
-       Tolbert : “Bimbingan adalah seluruh program atan smua kegiatan dan layanan dalam lembaga pendidikan yang diarahkan pada membantu individu agar mereka dapat menyusun dan melaksanakan rencana serta melakukan penyesuaian diri dalam semua aspek kehidupannya sehari-hari. Bimbingan merupakan layanan khusus yang berbeda dengan bidang pendidikan lainnya”
-       Dalam kamus bahasa indonesia hakikat adalah keadaan yang sebenarnya. Dan manusia adalah makhluk tuhan yang otonom, pribadi yang tersusun atas kesatuan harmonik jiwa raga dan eksis sebagai individu(nafsun) yang memasyarakat. Jadi, hakikat pribadi manusia adalah makhluk tuhan yanh otonom atau tersusun atas kesatuan jiwa dan raga atau keadaan yang sebenarnya. Sesungguhnya manusia adalah makhluk yang lemah dan keberadaannya sangat bergantung pada penciptanya (tuhan). Akan tetapi kebergantungannya kepada sang pencipta diterima dengan otonomi dan kreativitasnya, manusia dapat mengatasi segala macam problem dalam hidupnya.
-       Hakikat pribadi manusia adalah sebagai jiwa dan raga mempunyai kebutuhan dan kepentingan masing masing. Dan jiwa dan raga mempunyai jiwa yang selaras dan berimbang, tetapi kadang kadang bertolak belakang. Dan untuk menyelaraskan kebutuhan jiwa dan raga manusia harus memerhatikan batas batas yang sesuai, dan juga tidak berlebih lebihan. Pemenuhan kebutuhan raga bisa memberikan ketenangan jiwa dan kesegaran raga. Adapun kedudukan manusia sebagai makhluk hidup dan sosial juga menuntut kebutuhan dan kepentingan diri sendiri.
Dan dari berbagai pengertian bimbingan dari beberapa ahli diatas, maka dapat dipahami bahwa bimbingan merupakan suatu bantuan yang diberikan dari orang yang ahli kepada individu maupun kelomok dalam rangka memberikan pemahaman mengenai diri sendiri, lingkungan, serta memilih, menentukan, maupun menyusun rencana dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Istilah konseling berasal dari kata “counseling” yang merupakan kata dalam bentuk masdar dari “to counsel” sedangkan secara etimologis berarti “to give advice” atau memberikan saran dan nasihat. Konseling juga memiliki arti memberikan nasihat; atau member anjuran kepada orang lain secara tatap muka (face to face). Dalam bahasa Indonesia, konseling juga dikenal dengan istilah penyuluhan.
Pengertian Konseling menurut para ahli:
-       Edward Hoffman
Perjumpaan secara berhadapan muka antara konselor dengan konseli atau orang yang disuluh sedang di dalam pelayanan bimbingan. Konseling dapat dianggap sebagai intinya proses pertolongan yang esensial bagi usaha pemberian bantuan kepada murid pada saat mereka berusaha memecahkan permasalahan yang mereka hadapi. Namun demikian, konseling tidak dapat memadai bilamana hal tersebut tidak dibentuk atas dasar persiapan yang tersusun dalam struktur organisasi. Maka natara bimbingan dan konseling tidak dapat dipisahkan.
-       Rogers
Konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dalam mengubah sikap dan tingkah laku”
-       Hansen Cs
Konseling adalah proses bantaun kepada individu dalam belajar tentang dirinya, lingkungannya, dan metode dalam menangani peran dan hubungan. Meskipun individu menglami masalah konseling ia tidak harus remedial. Konselor dapat membantu seorang individu dengan proses pengambilan keputusan dalam hal pendidikan dan kejuruan serta menyelesaikan masalah interpersonal.
-       Dra. Hallen A, M.Pd.,
Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di mana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru pembimbing/konselor dan klien, dengan tujuan agar klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya, dan mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki kearah perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial”.
Dari berbagai pendapat dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa konseling adalah suatu bantuan yang diberikan kepada individu dalam rangka memberikan pemahaman mengenai dirinya sendiri, lingkungan, maupun metode dalam menangani peran dan hubungan. Tetapi konseling tidak dapat dipisahkan dengan bimbingan. Karena keduanya merupakan satu kesatuan.
2.     Pengertian Bimbingan Konseling Sosial
Bimbingan Konseling Sosial adalah proses pemberian bantuan yang diberikan untuk mewujudkan tatanan yang sejahtera baik individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi rasa keselamatan, kesusilaan, keamanan, ketertiban, dan ketenteraman baik lahir maupun batin, hal ini akan dapat terwujud melalui berbagai kerja sama dan tanggung jawab antara pemerintah dan masyarakat.
Bimbingan dan Konseling Social Meliputi Pengembangan:
a)    Pemahaman tentang keragaman suku dan budaya.
b)   Sikap-sikap social (empati dll)
c)    Kemampuan berhubungan social secara positif
Permasalahan individu ditinjau dari tugas-tugas dan aspek-aspek perkembangan yang meliputi: perkembangan fisik, perkembangan bahasa, perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan emosi, perkemabnagn moral dan etika, perkembangan kepribadian, perkembangan agama.
Bimbingan pribadi adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu dalam rangka memahami dirinya, mengenai lingkungan dunianya dan merencanakan masa depannya. Pengertian tersebut menitik beratkan pada pencapaian tujuan dan tugas perkembangan pribadi agar individu dapat mewujudkan pribadi yang mampu dan menyesuaikan.
3.    Tujuan Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial.
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurhalisa merumuskan beberapa tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial sebagai berikut:
a)    Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan terhadapa Tuhan Yang Maha Esa, baik dlam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
b)   Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
c)    Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenagkan dan tidak menyenangkan, serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
d)   Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.
e)    Memiliki sifat positif atau respk terhadap diri sendiri dan orang lain.
f)    Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
Juntika Nurihsan menyatakan tujuan bimbngan pada akhirnya membantu individu dalam mencapai:
a)    Kebahagian hidup pribadi sebagai makhluk Than Yang Maha Esa.
b)   Kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat.
c)    Hidup bersama dengan individu-individu lain
d)   Harmoni anara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimiliki.
Dengan memahami arti dan tujuan dari bimbingan pribadi-sosial ini, maka diharapkan individu mampu mengatasi permasalahan interpersonal dan mampu berinteraksi sosial dengan baik.
B.  Tujuan Bimbingan Dan Konseling Pada Aspek Pribadi Dan Aspek Sosial”
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005:14), merumuskan beberapa tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi dan aspek sosial sebagai berikut:
1.      Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai nilai keimanan dan ketakwaaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
2.      Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing masing.
3.      Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
4.      Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun psikis.
5.      Memiliki sifat  positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
6.      Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.
7.      Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harg dirinya.
8.      Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen, terhadap tugas dan kewajibannya
9.      Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk persahabatan, persaudaraan atau silaturrahmi dengan sesama manusia.
10.  Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun oran lain.


BAB III
HUBUNGAN BIMBINGAN KONSELING PRIBADI SOSIAL DENGAN LAYANAN BK LAINNYA
A.  Hubungan BK Pribadi Sosial Dengan Bimbingan Pribadi
1.    Bimbingan Konseling Pribadi social
Bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan atau tuntunan, ada juga yang mengartikan sebagai pertolongan. Konseling adalah situasi pertemuan tatap muka antara konselor dengan klien (siswa) yang berusaha memecahkan sebuah masalah dengan mempertimbangkannya bersama-sama sehingga klien dapat menyelesaikan msalahnya berdasarkan penentuan sendiri.
2.    Bimbingan pribadi adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu dalam rangka memahami dirinya, mengenai lingkungan dunianya dan merencanakan masa depannya.
3.        Hubungan Keduanya
Bimbingan pribadi sukar sekali terpisah dari bimbingan social atau sebaliknya, karena masalah pribadi biasanya tidak terlepas dari masalah social.Dikatakan sebagai bimbingan pribadi, jika penekanan bimbingan lebih pada usaha menangani masalah-masalah pribadi. Sedangkan bimbingan sosial penekanannya lebih pada penekanan masalaah-masalah sosial yang dihadapi oleh individu.Bimbingan pribadi dan sosial di lain pihak tidak lain adalah seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik agar dapat menghadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial dengan memilih jenis-jenis kegiatan social yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan mesalah-masalah pribadi dan sosial yang dialaminya.
               
B.  Hubungan BK Pribadi Sosial Dengan Bimbingan Sosial
1.    Bimbingan Konseling Pribadi social
Bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan atau tuntunan, ada juga yang mengartikan sebagai pertolongan. Konseling adalah situasi pertemuan tatap muka antara konselor dengan klien (siswa) yang berusaha memecahkan sebuah masalah dengan mempertimbangkannya bersama-sama sehingga klien dapat menyelesaikan msalahnya berdasarkan penentuan sendiri.      
2.    Bimbingan  social  merupakan  bimbingan  untuk  membantu para  individu  dalam memecahkan  masalah-masalah  social  pribadi. Bimbingan Konseling Sosial adalah proses pemberian bantuan yang diberikan untuk mewujudkan tatanan yang sejahtera baik individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi rasa keselamatan, kesusilaan, keamanan, ketertiban, dan ketenteraman baik lahir maupun batin, hal ini akan dapatterwujud melalui berbagai kerja sama dan tanggung jawab antara pemerintah dan masyarakat.
3.    Hubungan Keduanya
Bimbingan sosial penekanannya lebih pada penekanan masalaah-masalah sosial yang dihadapi oleh individu.Bimbingan pribadi dan sosial di lain pihak tidak lain adalah seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik agar dapat menghadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial dengan memilih jenis-jenis kegiatan social yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan mesalah-masalah pribadi dan sosial yang dialaminya.
      
C.  Hubungan BK Pribadi Sosial Dengan Bimbingan Karir
1.    Bimbingan Konseling Pribadi sosial
Bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan atau tuntunan, ada juga yang mengartikan sebagai pertolongan. Konseling adalah situasi pertemuan      tatap muka antara konselor dengan klien (siswa) yang berusaha memecahkan sebuah masalah dengan mempertimbangkannya bersama-sama sehingga klien dapat menyelesaikan msalahnya berdasarkan penentuan sendiri.
2.    Bimbingan Karir
Bimbingan  karir  yaitu  bimbingan  untuk  membantu  individu  dalam  perencanaan, pengembangan  dan  pemecahan  masalah-masalah  karir  seperti  :  pemahaman terhadap jabatan dan  tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman  kondisi  lingkungan,  perencanaan  dan  pengembangan  karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi. Bimbingan  karir  juga  merupakan  layanan  pemenuhan  kebutuhan  perkembangan individu  sebagai  bagian  integral  dari  program  pendidikan.  Bimbingan  karir  terkait dengan  perkembangan  kemampuan  kognitif,  afektif  maupun  keterampilan  individu dalam  mewujudkan  konsep  diri  yang  positif,  memahami proses  pengambilan keputusan,  maupun  perolehan  pengetahuan  dalam  keterampilan  yang  akan membantu dirinya memasuki system kehidupan social budaya yang terus menerus berubah.
3.    Hubungan Keduanya
Bimbingan karier yang merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk memasuki suatu pekerjaan. Bimbingan karier tidak hanya sekedar memberikan respon kepada masalah-masalah yang muncul, akan tetapi juga membantu individu membantu pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan bimbingan karier dengan bimbingan sosial juga memiliki keterkaitan dalam hal memberikan bantuan dan motivasi bagi individu maupun kelompok














                                                           BAB IV                               
MASALAH-MASALAH YANG TERKAIT DENGAN BIDANG PRIBADI DAN SOSIAL

A.  Permasalahan Dalam Bimbingan Konseling Pribadi
Masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang pribadi :
1.    Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mencakup :
a.    Kurang motivasi untuk mempelajari agama sebagai pedoman hidup;
b.    Kurang memahami bahwa agama sebagai pedoman hidup;
c.    Kurang  memiliki  kesadaran  bahwa  setiap  perbuatan manusia  diawasi  oleh Tuhan;
d.   Masih merasa malas untuk melaksanakan shalat;
e.    Kurang memiliki kemampuan untuk bersabar dan bersyukur.
2.    Perolehan system nilai, meliputi :
a.    Masih memiliki kebiasaan berbohong;
b.    Masih memiliki kebiasaan mencontek;
c.    Kurang berdisiplin (khususnya memelihara kebersihan).
3.    Kemandirian emosional, meliputi :
a.    Belum  mampu  membebaskan  diri  dari  perasaan  atau  perilaku  kekanakkanakan;
b.    Belum mampu menghormati orang tua atau orang lain secara ikhlas.
c.    Masih  kurang  mampu  menghadapi  atau  mengatasi  situasi  frustrasi  (stress) secara positif.
4.    Pengembangan keterampilan intelektual, meliputi :
a.    Masih kurang mampu mengembil keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang;
b.    Masih  suka  melakukan  sesuatu  tanpa  mempertimbangkan  baik-buruknya, untuk-ruginya.
5.    Menerima diri dan mengembangkan secara efektif, meliputi :
a.    Kurang merasa bangga dengan keadaan diri sendiri;
b.    Merasa  rendah  diri,  apabila  bergaul  dengan  orang lain  yang  mempunyai kelebihan (seperti teman yang lebih cantik/ cakep)
Permasalahan Dalam Bimbingan Konseling Sosial
1.    Berperilaku sosial yang bertanggung jawab, meliputi :
a.    Kurang menyenangi kritikan orang lain;
b.    Kurang memahami tata karma (etika) pergaulan;
c.    Kurang  berpartisipasi  dalam  kegiatan  sosial,  baik  di  kampus maupun  di masyarakat.
2.    Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, meliputi:
a.       Merasa malu untuk berteman dengan lawan jenis;
b.      Merasa tidak senang kepada teman yang suka mengkritik.
3.    Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga, meliputi :
a.       Sikap yang kurang positif terhadap pernikahan;
b.      Sikap yang kurang positif terhadap hidup berkeluarga.
c.       Merasa malas untuk melaksanakan ibadah shalat, shaum, sedekah, dan amal sholeh lainnya.
d.      Kurang memiliki kemampuan untuk bersabar dan bersyukur.
e.       Masih memilki kebiasaan berbohong.
f.       Masih memiliki kebiasaan menyontek.
g.      Kurang motivasi untuk mempelajari agama.
h.      Stress.
i.        Depresi.
j.        Putus asa.










BAB V
ASPEK-ASPEK DALAM PENGEMBANGAN PRIBADI SOSIAL
A.  Perkembangan Kepribadian
Setiap organisme, baik manusia maupun hewan, pasti mengalami peristiwa perkembangan selama hidupnya. Perkembangan ini meliputi seluruh bagian dengan keadaan yang dimiliki oleh organisasi tersebut, baik yang bersifat konkret maupun yang bersifat abstrak. Jadi, arti peristiwa perkembangan itu khususnya perkembangan manusia tidak hanya tertuju pada aspek psikologis saja, tetapi juga aspek biologis. Karena setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, inteligensi maupun sosial, satu sama lain saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi yang positif diantara aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kemandegan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelabilan emosional.
1.    Pengertian Kepribadian
Istilah kepribadian merupakan terjemahan dan Bahasa Inggris o7iai’t’ istilah personality secara etimologis berasal dan bahasa Latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribad Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya; seorang pemurung, pendiam, periang, peramah, pemarah, dan sebagainya. Jadi persona itu bukan pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dan tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya.
Kepribadian dapat juga diartikan sebagai “kualitas perilaku individu yang dapat rnelakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik” Keunikan penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri, yaitu meliputi hal-hal berikut.
a.       Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika pen laku, konsisten atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
b.      Temperamen, yaitu disposisi reaktif seseorang, atau cepat/lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan
c.       Sikap terhadap objek (orang, benda, peristiwa, norma dan sebagainya) yang bersifat positif, negatif atau ambivalen (ragu-ragu).
d.      Stabilitas emosi, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dan lingkungan. Seperti: mudah tidaknya tersinggung marah, sedih atau putus asa.
e.       ResponsibilitaS (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima risiko dan tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti: mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri risiko yang dihadapi.
f.       Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Disposisi ini seperti tampak dalam sifat pribadi yang tertutup atau terbuka; dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

B.  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian
Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik hereditas (pembawaan) maupun lingkungan (seperti: fisik, sosial, kebudayaan, spiritual).
a.       Fisik. Faktor yang dipandang mempengaruhi perkembangai kepribadian adalah postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau tinggi), kecantikan (cantik atau tidak cantik), kesehatan (sehat atau sakit-sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau cacat), dan keberfungsian organ tubuh.
b.      Inteligensi. Tingkat intelegensi individu dapat mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Individu yang inteligensinya tinggi atau normal biasa mampu menyesuaikan din dengan lingkungannya secara wajar, sedangkan yang rendah biasanya sering mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
c.       Keluarga. Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang dibesar kan dalam Iingkungan keluarga yang harmonis dan agamis dalam arti, orangtua memberikan curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan dalam kehidupan berkeluarga, maka perkembangan kepribadian anak tersebut cenderung positif. Adapun anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang broken home, kurang harmonis, orangtua bersikap keras terhadap anak atau tidak memperhatikan nilai-nilai agama dalam keluarga, maka perkembangan kepribadiannya cenderung akan mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya (maladjustment).
d.      Teman sebaya (peer group). Setelah masuk sekolah, anak mulai bergaul dengan teman sebayanya dan menjadi anggota dan kelompoknya. Pada saat inilah dia mulai mengalihkan perhatiannya untuk mengembangkan sifat-sifat atau perilaku yang cocok atau dikagumi oleh teman-temannya, walaupun mungkin tidak sesuai dengan harapan orangtuanya. Melalui hubungan ini terpersonal dengan teman sebaya, anak belajar menilai dirinya sendiri dan kedudukannya dalam kelompok. Bagi anak yang kurang mendapat kasih sayang dan bimbingan keagamaan atau etika dan orangtuanya, biasanya kurang memiliki kemampuan selektif dalam memilih teman dan mudah sekali terpengaruh oleh sifat dan perilaku kelompoknya.
e.       Kebudayaan. Setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras, atau suku bangsa) memiliki tnadisi, adat, atau kebudaya yang khas.
C.  Perubahan Keprbadian
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubaha ke dalam tiga kategori, yaitu:
a.       Faktor organik, seperti: makanan, obat, infeksi, dan gangguan organik.
b.      Faktor lingkungan sosial budaya, seperti: pendidikan, nekreasi dan partisipasi sosial.
c.       Faktor dari dalam individu itu sendiri, seperti: tekanan emosional identifikasi terhadap orang lain, dan imitasi.
d.      Karakteristik Kepribadian
E.B. Hurlock (1986) mengemukakan bahwa penyesuaian yang sehat atau kepribadian yang sehat (healthy personality) ditandai dengan karakteristik sebagai berikut.
a. Mampu menilai diri secara realities
b. Mampu menilai situasi secara realistik.
c. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik.
d. Menerima tanggung jawab.
e. Kemandirian (autonomi).
f. Dapat mengontrol emosi.
g. Berorientasi tujuan.
h. Berorientasi keluar.
i. Penerimaan sosial.
j. Memiliki filsafat hidup.
k. Berbahagiaan












BAB VI
STRATEGI PENGEMBANGAN PRIBADI SOSIAL
A.  Layanan Dasar
1.    Pengertian Layanan Dasar
Layanan dasar bimbingan diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada semua siswa (for all) melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka membantu perkembangan dirinya secara optimal.
2.    Tujuan Dari Layanan Dasar Bimbingan
Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci tujuan layanan dirumuskan sebagai upaya untuk membantu siswa agar:
a.    Memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan agama).
b.    Mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya.
c.    Mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya.
d.   Mampu mengembangkan dirinya  dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
3.    Jenis layanan dasar Bimbingan dan Konseling
Menurut Ridwan (2015) terdapat 6 jenis layanan dasar bimbingan dan konseling seperti dijelaskan dibawah ini :
a.    Layanan Orientasi
Layanan Orientaasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya. Pemberian layanan ini bertolak dari anggapan bahwa memasuki lingkungan baru bukanlah hal yang selalu dapat beerlangsung dengan mudah dan menyenangkan.
b.    Layanan Informasi
Layanan informasi bermaksud memberikan pemahaman kepada individu- individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki.
c.     Layanan Penempatan dan Penyaluran
Individu sering mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan, sehingga tidak sedikit individu yang bakat, kemampuan minat, dan hobinya tidak tersalurkan dengan baik. Individu seperti itu tidak mencapai perkembangan secara optimal. Mereka memerlukan bantuan atau bimbingan dari orang- orang dewasa, terutama konselor, dalam menyalurkan potensi dan mengembangkan dirinya.
d.   Layanan Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya inteligensi. Sering kegagalan itu terjadi desebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai.
e.         Layanan Konseling Perorangan
Konseling ini dimaksudkan sebagai pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap muka antar konselor dan klien. Dalam hubungan itu masalah klien dicermati dan diupayakan pengentasannya, sedapat- dapatnya dengan kekuatan klien sendiri. Dalam kaitan itu, konseling dianggap sebagai upaya layanan yang paling utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan masalah klien.
f.     Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
Bimbingan dan konseling kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok individu. Dengan satu kali kegiatan, layanan kelompok itu memberikan manfaat atau jasa kepada sejumlah orang. Kemanfaatan yang lebih meluas inilah yang paling menjadi perhatian semua pihak berkenaan dengan layanan kelompok itu. Apalagi pada zaman yang menekankan perlunya efesiensi, perlunya perluasan pelayanan jasa yang mampu menjangkau lebih banyak konsumen secara tepat dan cepat, layanan kelompok semakin menarik.

B.  Layanan Responsif Bimbingan dan Konseling
Menurut Dewa (2013) layanan responsif bimbingan dan konseling didalamnya termuat pengertian, tujuan, strategi, aspek-aspek serta fokus pengembangannya dipaparkan sebagai berikut :
1.    Pengertian Responsif
Layanan Responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh siswa pada saat ini dan layanan ini diberikan kepada siswa dengan segera.
2.        Tujuan layanan responsive
Layanan ini bertujuan untuk membantu siswa memenuhi kebutuhannya yang dirasakan pada saat ini, atau para siswa yang dipandang mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Indikator dari kegagalan itu berupa ketidak mampuan untuk menyesuaikan dari atau perilaku bermasalah.
3.    Strategi layanan responsive
Strategi layanan ini yang bersifat kuratif, strategi yang digunakan adalah konseling individual, konseling kelompok, dan konsultasi. Isi layanan responsif ini adalah bidang :
a.       Bidang pendidikan
Bidang pendidikan adalah pemilihan program studi di sekolah sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan; dan pemilihan program studi lanjutan di perguruan tinggi.
b.      Bidang belajar
Bidang belajar adalah cara belajar efektif dan cara mengatasi kesulitan belajar.
c.       Bidang social
Bidang social adalah cara memilih teman yang baik, cara memelihara persahabatan yang baik, dan cara pembentukan pola karier.

d.      Bidang pribadi
Bidang pribadi adalah pembentukan identifikasi karier, pengenalan karakteristik dan lingkungan pekerjaan, dan pembentukan pola karier.
e.       Bidang tata tertib di sekolah
Bidang tata tertib di sekolah adalah pengenalan tata tertib sekolah dan pengembangan sikap serta perilaku disiplin.
4.    Fokus pengembangan layanan responsive
Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan konseli. Masalah dan kebutuhan konseli berkaitan dengan keinginan untuk memahami sesuatu hal karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya secara positif. Kebutuhan ini seperti kebutuhan untuk memperoleh informasi antara lain tentang pilihan karir dan program studi, sumber-sumber belajar, bahaya obat terlarang, minuman keras, narkotika, pergaulan bebas.Masalah lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang dirasakan mengganggu kenyamanan hidup atau menghambat perkembangan diri konseli, karena tidak terpenuhi kebutuhannya, atau gagal dalam mencapai tugas-tugas perkembangan. Masalah konseli pada umumnya tidak mudah diketahui secara langsung tetapi dapat dipahami melalui gejala-gejala perilaku yang ditampilkannya.

C.  Layanan Perencanaan Individual
1.    Pengertian
Layanan perencanaan individual adalah upaya bimbingan yang bertujuan membantu seluruh siswa membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karier, dan kehidupan sosial pribadinya.
2.    Tujuan
Perencanaan individual bertujuan untuk membantu konseli agar :
a.    Memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannyamampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap perkembang-an dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
b.    Dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya.
Tujuan perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya memfasilitasi konseli untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola rencana pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri. Isi layanan perencanaan individual adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan konseli untuk memahami secara khusus tentang perkembangan dirinya sendiri. Dengan demikian meskipun perencanaan individual ditujukan untuk memandu seluruh konseli, pelayanan yang diberikan lebih bersifat individual karena didasarkan atas perencanaan, tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh masing-masing konseli.(Erlin Istiqomah, 2013)
3.    Strategi
Strategi yang digunakan dalam layanan perencanaan individual adalah konsultasi dan konseling, sedangkan isi dari layanan ini meliputi bidang pendidikan, bidang karir, dan bidang sosial pribadi. Menurut Gysbers, 2006 dalam Dewa (2013) strategi dalam layanan perencanaan individual, meliput:
a.    Individual appraisal, individu diminta oleh konselor untuk menginterpretasi tentang bakat, minat, keterampilan, dan prestasi yang ada dalam dirinya sendiri.
b.    Individual advisement, konselor meminta individu yang bersangkutan untuk mempertimbangkan tentang pendidikan, karir, sosial dan pribadi. Dan, kemudian bagaimana individu tersebut untuk merealisasikan.
c.    Transition planning, konselor bekerjasama dengan pihak guru yang lain membantu individu untuk membuat rencana apakah akan melanjutkan sekolah, bekerja, atau mengikuti training/kursus.
d.   Follow up, konselor bekerjasama dengan pihak guru yang lain menindaklanjuti dari data yang diperoleh untuk kemudian dievaluasi.




BAB VII
PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN KONSELING PRIBADI SOSIAL
A.  Program Bimbingan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling terlaksanan melalui sejumlah kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan tersebut diselenggarakan melalui suatu program bimbingan (guidance program). Secara umum program bimbingan merupakan suatu rancangan atau rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Rancangan atau rencana kegiatan tersebut disusun secara sistematis,  terorganisasi dan terkoordinasi dalam jangka waktu tertentu.
Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari proses pendidikan dan memiliki kontribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan. Pelayanan bimbingan konseling hanya mungkin dapat dilaksanakan secara baik, apabila diprogramkan dengan baik pula. Dengan kata lain, pelayanan bimbingan dan konseling perlu direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis sehingga dapat diselenggarakan secara efisien dan efektif serta dirasakan manfaatnya oleh berbagai pihak.
Penyusunan program bimbingan dan konseling umumnya mengikuti empat langkah pokok, yaituidentifikasi kebutuhan, penyusunan rencana kerja, pelaksanaan kegiatan dan penilaian kegiatan.Keempatv langkah diatas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan.
1.    Identifikasi kebutuhan, program yang baik adalah program yang baik adalah program yang sesuai kebutuhan konseli seperti kebutuhanaktualisasi diridan pemenuhan diri seperti pengembangan potensi diri. Kebutuhan harga diri seperti status aatau kedudukan, kepercayaan diri, pengakuan, reputasi, kehormatan diri dan penghargaan.
2.    Penyusunan rencana kegiatan, rencana kegiatanbimbingan disusun atas dasar jenis-jenis dan prioritas kebutuhan konseli. Selain itu, rencana kegiatan bimbingan juga harus disesuaikan dan diintegrasikan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya serta disusun secara spesifik dan realiatas
3.    Pelaksanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan merupakan realisasi rencana program bimbingan yang telah disusun. Dalam kaitannya, buat format monitoring dan kembangkan dalam rangka pencatatan proses kegiatan(proses bimbingan).
4.    Penilain kegiatan, penilaian dilakukan mencakup semua kegiatan bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan. Penilaian dilakukan pada setiap tahap kegiatan dalam keseluruhan program. Hasil penilaian merupakan gambaran tentang proses seluruh hasil yang dicapai disertai dengan rekomendasi tentang kegiatan berikutnya.
Penyusunan program bimbingan dapat dikerjakan oleh tenaga ahli bimbingan atau konselor dan melibatkan tenaga bimbingan yang lain. Penyusunan program bimbingan harus merujuk kepada kebuetuhan konseli. Dalam menyusun rencana program bimbingan dan konseling, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
-       Pola dasar yang mana yang sebaiknya dipegang dan strategi mana yang paling tepat untuk diterapkan.
-       Bidang-bidang atau jenis layanan mana yang sesuai untuk melayani kebutuhan konseli.
-       Pengaturan pelayanan konsultasi
-       Cara mengevaluasi program.
-       Penetapan alih kasus atau tindak.

B.  Tahapan Penyusunan Program Bimbingan Koseling
Berkenaan dengan penyusunan program bimbingan dan konseling, perlu dilakukan dan dipersiapkan hal sebagai berikut:
1.    Tahap Studi Kelayakan
Lembaga BK dan instisusi pendidikan, mengetengahkan studi kelayakan sebagai fase penting untuk dilaksanakan. Studi kelayakan ini mengacu pada semua refleksi tentang alasan mengapa diperlukan suatau program dan kebutuhan siswa apa yang dapat dipenuhi melalui proram itu, sekaligus tentukana garis-garis kebijaksanaan umu yang diambil di institusi pendidikan.
Beberapa hal yang perlu dianalisis dalam studi kelayakan, seperti karakteristik diri klien, kebudayaan setempat serta kestrategis lokasi. Hal ini hendak diperkuat dengan setting riset yang valid. Adapun hal-hal sebgai pijakan untuk mempraktikkan layanan BK, pada intinya adalah :
-       Melakukan penelaahan kebutuhan untuk mengukur dan menafsirkan keinginan, sikap, kepercayaan, serta tingkah laku objek BK.
-       Menentukan kebutuhan pokok objek BK yang akan dilayani,
-       Memilih prioritas layanan dan subjek sasaran tertentu untuk memenuhi kebutuhan objek BK.
Studi kelayakan ini menjadi satu mata rantai dengan beberapa suborganisasi dan administrasi yang akan dibahas selanjutnya. Oleh karena itu, masalah studi kelayakan harus dikaji secara serius dan diletakkan pada awal sebelum mendirikan lembaga BK.
2.    Tahap penyusunan tujuan program bimbingan dan konseling
Ketika studi kelyakan usai dilakukan, tahap slanjutnya yang menjadi kesinambungan ialah menyusun tujuan program BK. Tujuan program BK tidak lain adalah agar kegiatan bimbingan dan konseling disekolah dapat terlaksana dengan lancar, efisien, efektif, serta hasil-hasilnya dapat dinilai. Tersususn dan terlaksana program BK dengan baik selain akan menjamin pencapaian tujuan kegiatan dan bimbingan konseling pada khususnya, tujuan sekolah pada umumnya juga akan lebih menegakkan akuntabilitas bimbingan dan konseling disekolah.
3.    Tahap menentukan lingkup program
Tahap ini merupakan yang memberikan layanan-layanan pada program bimbingan dan konseling. Pada program umum lingkup ini mencakup bidang-bidang tetentu. Lingkup program umum bimbingan dan konseling dapat mencakup, sebagai berikut :
-       Bimbingan pribadi : layanan pengembangan kemampuan mengatasi masalah-masalah pribadi dan kepribadian, berkenaan dengan aspek-aspek intelektual, afektif dan psikomotorik.
-       Bimbingan sosial : layanan pengembangan kemampuan dan mengatasi maslah sosial, dalam kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat, dalam bekerja sama dan berinteraksi dengan teman sebaya (peer group), dengan orang dewasa ataupun dengan peserta didik yang lebih muda.
-       Bimbingan belajar : layanan mengoptimalkan perkembangan dan mengatasi masalah dalam proses pembelajaran bersama guru dan belajar mandiri baik dirumah maupun di sekolah.
-       Bimbingan karier : layanan merencanakan dan mempersiapkan pengembangan karier.
4.    Tahap konsultasi usulan program bimbingan dan konseling
Agar layanan bimbingan dan konseling diterima berbagai pihak, ada baiknya program bimbingan dan konseling yang telah tertuang dalam pelaksanaan perlu dikonsultasikan oleh berbagai pihak ahli konselor atau penjabat-pejabat dalam masyarakat. rancangan program ini harus mendapat persetujuan dari berbagai elemen masyarakat. hal ini dapat menimbulkan otokrirtik yang konstruktif unntuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan keliru.
Selain itu, ada berbagai cara yang dapat ditempuh oleh institusi penyelenggara program bimbingan dan konseling seperti :
a.       Menjelaskan secra lisan kepada berbagai pihak yang berkepentingan.
b.      Menggunakan perangkat-perangkat yang ada pada lembaga, misalnya kotak kritik dan saran, kolom saran jika tersedia layanan website atau e-mail, serta cara-cara yang menunjang keefektifan dalam kerja.
5.    Tahap penyediaan fasilitas
Tempat atau fasilitas bimbingan dan konseling selama ini menjadi suatu hal yang eksklusif dibeberapa institusi terutama pada institusi pendidikan. Kata eksklusif ini sebenarnya mewakili dua hal, pertama, disebut eksklusif karena temaptnya mersa istimewa karena dikaitkan dengan kondisi kegiatan bimbingan dan konseling. Kedua, eksklusif karena cendrung diartikan sebgai tempat bagi orang yang berkonotasi negatif atau bermasalah.
Oleh karena itu, penyediaan fasilitas bimbingan dan konseling selain merupakan kewajiban juga harus diimbangi dengan pencitraan fasilitas itu sendiri sebagai tempat yang “baik”. Selain itu, harus diperhatikan juaga tentang fasilitasa profesional, meliputi:
a.       Tata letak lokasi;
b.      Simbol, dekorasi ruangan, aksesoris, dan sebagainya.
6.    Tahap penyediaan anggaran biaya
Penganggaran biaya merupakan hal yang cukup sensitive dan cukup rumit untuk diterapkan dan terkadang sulit dirasionalisasikan. Sebenarnya, penyediaan anggaran bersifat vital karena berhubungan dengan optimalisasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, harus ada beberapa pendekatan dalam menerapkan anggaran biaya. Menurut Ridwan (2004) ada tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam penganggaran program bimbingan dan konseling, yaitu:
a.  Pendekatan subjektif, pendekatan ini didasarkan  atas pengalaman-pengalaman terdahulu, dengan pengalaman yang lalu kita dapat mengusulkan kembali anggaran tersebut kepada pimpinan lembaga.
b.  Pendekatan tugas, setiap satuan layanan dan kegiatan pendukungnya  telah berisi tujuan dan hasil-hasil yang hendak dicapai, dan distribusi tugas untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Atas dasar ini ditetapkan anggaran dan dikonsultasikan kepada pimpinan lembaga.
c.  Pendekatan normative, konselor menawarkan layanan unggulan kepada siswa, maka dalam penyusunan anggaran, konselor sekolah sebaiknya mengarahkan perhatian pada optimalisasi perkembangan siswa. Dengan kata lain, dalam menyusun satuan-satuan  layanan dan kegiatan pendukungnya, maka konselor perlu mengarahkan pelayanan untuk membantu siswa mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi.


7.    Tahap Implementasi program Bimbingan dan Konseling
Implementasi program adalah tahap melaksanakan semua jenis layanan dan kegiatan yang sudah dirancang. Program jangka panjang merupakan program umum yang akan dicapai dalam jangka waktu yang relative lama, program ini menjadi program umum tahunan.
Dalam implementasi program bimbingan dan konseling, para konselor dan guru pembimbing memegang peranan yang sangat penting, mereka merupakan ujung tombak pelaksanaan program. Konselor dan guru pembimbing selain dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tugasnya, kesungguhan, ketekunan dan kesediaan memberikan layanan demi kepentingan siswa.
Pemberian layanan bimbingan dan konseling membutuhkan kerja sama, kekompakan, saling pengertian, saling membantu dan saling menunjang diantara para pelaksanaannya. Meskipun sesuatu layanan mungkin mejadi tugas dan rencana dari konselor dan guru pembimbing, tetapi dalam pelaksanaannya sering sekali menuntut partisipasi dan batuan dari para pelaksana pendidikan lainnya.
Hubungan dan kerja sama antarkonselor atau guru pembimbing juga dipengaruhi oleh kepedulian dan kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah yang memiliki perhatian dan kepedulian yang tinngi akan mendukung, mendorong, dan memfasilitasi semua kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Sebaliknya, kepala sekolah yang keperduliaannya kurang, dapat menghambat pelaksanaan program bimbingan konseling di sekolah. Pelaksanaan bimbingan dan konseling juga dipengaruhi oleh peranan ketua tim bimbingan dan konseling dalam mengoordinasi, mengadakan sikronisasi, mendorong dan menggerakan berbagai jenis kegiatan layanan bimbingan yang sudah direncanakan.
Keberhasilan implementasi program bimbingan dan konseling selain tergantung pada kinerja para pengelola dan pelaksanaannya, yaitu kepala sekolah, ketua tim BK, dan para konselor atau  guru pembimbing, juga membutuhkan dukungan sarana-prasarana, instrument dan bahan yang memadai.komunikasi dan kerja sama antartim BK dan anatara tim BK dengan jurusan-jurusan di Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan (LPTK) dapat membantu memudahkan mendapatkan instrument dan bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
Dalam penyusunan program bimbingan konseling, Frank W. Miller (Sukardi,1983:60), menyarankan tahap-tahap kegiatan sebagai berikut :
1.    Tahap persiapan
Persiapan kegiatan dilakukan melalui survey, agar dapat menginventarisasi tujuan, kebutuhan dan kemampuan sekolah, serta kesiapan sekolah bersangkutan untuk melaksanakan program bimbingan.
2.    Pertemuan-pertemuan permulaan
Tujuan utama dari pertemuan-pertemuan permulaan adalah untuk menanamkan pengertian bagi para peserta tentang tujuan tujuan dari program bimbingan di Sekolah. Pertemuan-pertemuan ini melibatkan petugas-petugas yang berminat dan tertarik serta memiliki kemampuan dalam bidang bimbingan konseling.
3.    Pembentukan panitia sementara
Tujuan dari pembentukan panitia sementara adalah untuk merumuskan progaram bimbingan. Tugas-tugas dari panitia sementara ialah untuk menentukan tujuan program bimbingan di Sekolah, mempersiapkan bagan organisasi dari program bimbingan, serta membuat kerangka dasar dari program bimbingan.
4.    Pembentukan panitia penyelenggara program
Panitia penyelenggara program mempunyai tugas utama untuk mempersiapkan program testing, mempersiapkan dan melaksanakan sistem pencatatan, serta mempersiapkan dan melaksanakan latihan bagi para pelaksana program bimbingan.

C.  Hal-hal yang Perlu di Perhatikan dalam Penyusunan Program BK
Saat ini keberadaan layanan bimbingan dan konseling sudah tampak lebih baik apabila dibanding dengan era sebelumnya. Pengakuan ke arah pelayanan bimbingan dan konseling sebagai suatu profesi sudah semakin mengkristal terutama pada kalangan pemerintah dan kalangan profesi yang lainnya. Apabila dilihat dari tugas, peran, fungsi dan tanggung jawab, bimbingan dan konseling menempati peran yang sangat penting dalam keberadaannya di dalam sebuah lembaga pendidikan. Oleh karena itu dibutuhkan penyusunan program bimbingan dan konseling yang terencana dan sistemik.
Dalam penyusunan program bimbingan dan konseling ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu:
1.    Arah Kegiatan Bimbingan dan Konseling
a.    Kegiatan bimbingan dan konseling diarahkan kepada :
-       Terpenuhinya tugas-tugas perkembangan peserta didik dalam setiap tahap perkembangan mereka.
-       Dalam upaya mewujudkan tugas-tugas perkembangan itu, kegiatan bimbingan dan konseling mendorong peserta didik mengenal diri dan lingkungan, mengembangkan diri dan sikap positif, mengembangkan arah karier dan masa depan.
-       Kegiatan bimbingan dan konseling meliputi bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karier.
















BAB VIII
TAHAPAN EVALUASI BIMBINGAN DAN KONSELING
                                                                   
A.  Pengertian Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling         
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu Evaluation. Dalam buku “Essentials of Educational Evaluation”, Edwind Wand dan Gerald W. Brown, mengatakan bahwa : “Evaluation rafer to the act or prosses to determining the value of something”. Jadi menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses utnuk menentukan nilai dari pada sesuatu. Sesuai dengan pendapat tersebut maka evaluasi pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah yang diharapkan oleh Departemen Pendidikan, telah dijabarkan dalam pedoman khusus Bimbingan dan Penyuluhan, kurikulum 1975 buku IIIc.
Perlu dijelaskan disini bahwa evaluasi tidak sama artinya dengan pengukuran (measurement). Pengertian pengukuran (measurement) Wand dan Brown mengatakan : “Measurement means the art or prosses of exestaining the extent or quantity of something”. Jadi pengukuran adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan luas atau kuantitas dari pada sesuatu.
Dari definisi evaluasi atau penilaian dan pengukuran (measurement) yang disebut diatas, maka dapat diketahui perbedaannya dengan jelas antara arti penilaian dan pengukuran. Sehingga pengukuran akan memberikan jawaban terhadap pertanyaan “How Much”, sedangkan penilaian akan memberikan jawaban dari pertanyaan “What Value”.
Walaupun ada perbedaan antara pengukuran dan penilaian, namun keduanya tidak dapat dipisahkan. Karena antara pengukuran dan penilaian terdapat hubungan yang sangat erat. Penilaian yang tepat terhadap sesuatu terlebih dahulu harus didasarkan atas hasil pengukuran-pengukuran. Pada akhir pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling selalu tercantum suatu kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan rencana tertentu.
Pendapat “Good” yang dikutip oleh I.Jumhur dan Moch. Surya (1975 :154), tentang evaluasi adalah : “Proses menentukan atau mempertimbangkan nilai atau jumlah sesuatu melaluipenilaian yang dilakukan dengan seksama”.Sejalan dengan rumusan diatas, Arthur Jones memberikan batasan tentang evaluasi adalah sebagai berikut : “Proses yang menunjukkan kepada kita sampai berapa jauh tujuan – tujuan program sekolah dapat dilaksanakan”.
Lebih jauh Moch. Surya mengemukakan menilai bimbingan pada hakekatnya mengetahui secara pasti tentang bagaimana organisasi dan administrasi program itu, bagaimana guru-guru dan petugas-petugas bimbingan lainnya dapat berpartisipasi bagaimana pelaksanaan konseling dan bagaimana catatan-catatan kumulatif dapat dikumpulkan. Uraian tersebut merupakan penjabaran dari proses kegiatan Bimbingan dan Konseling, yang akhirnya perlu pula diketahui bagaimana hasil dari pelaksanaan kegiatan itu. Dengan kata lain bahwa penilaian yang dilakukan terhadap kegiatan Bimbingan dan Konseling ditujukan untuk menilai bagaimana kesesuaian program, bagaimana pelaksanaan yang dilakukan oleh para petugas Bimbingan, dan bagaimana pula hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi terhadap kegiatan Bimbingan dan Konseling, mengandung tiga aspek penilaian.
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan suatu proses. Proses berarti tahapan-tahapan suatu kegiatan. Proses bimbingan dan konmseling berarti tahapan-tahapan dalam bimbingan dan konseling. Evaluasi layanan bimbibgan dan konseling bisa dilakukan secara evaluasi proses (formatif) dan evaluasi hasil(sumatif). Dalam evaluasi proses, yang dievaluasi adalah proses pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dari mulai perencanaan hingga pelaksanaan. Selama proses bimbingan berlangsung, pembimbing melakukan evaluasi atau penilaian. Evaluasi proses bertujuan untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi proses dan pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas proses bimbingan itu sendiri. Dalam evaluasi hasil,yang dievaluasi adalah hasil-hasil yang dicapai dari pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan sesuai tujuan yang telah ditetapkan dengan criteria-krtiteria seperti yang disebutkan diatas.
           
Dalam melaksanakan evaluasi program ditempuh tahap-tahapan berikut:
1.      Merumuskan masalah atau beberapa pertnyaan, karena tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh data yang diperlukan untuk mengambil keputusan, maka konselor perlu mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan hal-hal yang akan dievaluasi
2.      Mengembangkan atau menyusun instrument pengumpulan data, unruk memperoleh data yang diperlukan, yaitu mengenai tingkat keterlaksanaan dan ketercapaian program, maka konselor perlu menyusun instrument yang relevan dengan kedua aspek tersebut
3.      Mengumpulkan dan menganalisis data, setelah data diperoleh maka data itu dianalisis, yaitiu menelaah tentang prpgram apa saja yang telah dan belum dilaksankan, serta tujuan mana saja yang telah dan belum tercapai.
4.      Melakukan tindak lanjut(follow up), berdasarkan temuan yang diperoleh, maka dapat dilakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini meliputi dua kegiatan yaitu, (1)memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah, kurang tepat, atau kurang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai.(2)mengembangkan program, dengan cara merubag atau menambah beberapa hal yang dipandang dapat meningkatkan kualitas atau efektifitas program.

B.  Penilaian Terhadap Program Bimbingan dan Konseling.
Untuk mengungkapkan tujuan yang telah disebutkan diatas perlu adanya kejelasan tentang aspek-aspek yang perlu dievaluasi. Berikut akan diuraikan beberapa aspek yang menyangkut : program, proses, dan hasil (product) dalam suatu kegiatan Bimbingan dan Konseling.
1.    Evaluasi Peserta Didik
Untuk mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program bimbingan konseling di sekolah, maka pemahaman terhadap peserta didik yang mendapatkan bimbingan dan konseling penting dan perlu. Pemahaman mengenai peserta didik perlu dilakukan sedini mungking.Evaluasi jenis ini dimulai dari layanan pengumpulan data pada saat peserta didik diterima di sekolah bersangkutan.
Adapun jenis data yang dikumpulkan dari peerta didik dapat berupa: kemampuan sekolastik umum, bakat, minat, kepribadian, prestasi belajar, riwayat kependidikan, riwayat hidup, cita-citapendidikan/jabatan, hobi dan penggunaan waktu luang, kebiasaan belajar, hubungan social, keadaan fisik dan kesehatan, kesulitan-kesulitan yang dihadapi, dan minat terhadap mata pelajaran sekolah.
2.    Evaluasi Program.
Apabila kita mempelajari pedoman penyusunan program Bimbingan dan Konseling seperti terdapat pada buku IIIc, kurikulum 1975, dapat kita simpulkan bahwa program Bimbingan dan Konseling di sekolah terdapat beberapa kegiatan pelayanan. Sejalan dengan pendapat “Koestoer Partowisastro” (1982:93), bahwa sesuai dengan pola dasar pedoman operasional pelayanan Bimbingan ini terdiri atas:
a. Pelayanan kepada murid.
b. Pelayanan kepada guru.              
c. Pelayanan kepada kepala sekolah.
d. Pelayanan kepada orang tua murid atau masyarakat.
Pada hakikatnya tujuan umum program Bimbingan disekolah adalah membantu siswa agar dapat:
a. Membuat pilihan pendidikan dan jabatan secara bijaksan
b. Memperoleh penyesuaian kepribadian yang lebih baik
c. Dapat memperoleh penyesuaian diri dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi baik dimasyarakat, sekolah maupun dalam keluarga.
Kegiatan operasional dari masing-masing pelayanan tersebut diatas, perlu disusun dalam sistimatika sebagai berikut:
a.       Masalah atau kebutuhan yang ditangani dalam pelayanan Bimbingan.
b.      Tujuan khusus pelayanan Bimbingan.
c.       Kriteria keberhasilan
d.      Ruang lingkup pelayanan Bimbingan
e.       Kegiatan-kegiatan pelayanan bimbingan beserta jadwal kegiatannya.
f.       Hubungan antara kegiatan pelayanan bimbingan dengan kegiatan sekolah dan kegiatan diluar sekolah.
g.      Metode dan teknik pelayanan Bimbingan.
h.      Sarana pelayanan bimbingan.
i.        Pengelolaan pelayanan bimbingan.
j.        Penilaian dan penelitian pelayanan bimbingan.
3.    Evaluasi Proses.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu program, dituntut suatu proses pelaksanaan yang mengarah kepada tujuan yang diharapkan. Didalam proses pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di sekolah banyak faktor yang terlihat khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan. Hal itu dapat diuraikan seperti berikut :
a. Organisasi dan administrasi program bimbingan.
b. Personal / petugas pelaksana.
c. Fasilitas dan perlengkapan.
d. Kegiatan Bimbingan.
e. Partisipasi guru.
f. Anggaran pembiayaan.

C. Hambatan-Hambatan dalam Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
1. Pelaksana bimbingan di sekolah tidak mempunyai waktu yang cukup memadai untuk melaksanakan evaluasi pelaksanaan program BK.
2. Pelaksana bimbingan dan konseling memiliki latar belakang pendidikan yang bervariasi baik ditinjau dari segi jenjang maupun programnya, sehingga kemampuannya pun dalam mengevaluasi pelaksanaan program BK sangat bervariasi termasuk dalam menyusun, membakukan dan mengembangkan instrumen evaluasi.
3. Belum tersedianya alat-alat atau instrument evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah yang valis, reliable, dan objektif.
4. Belum diselenggarakannya penataran, pendidikan, atau pelatihan khusus yang berkaitan tentang evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling pada umumnya, penyusunan dan pengembangan instrumen evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah
5. Penyelenggaraan evaluasi membutuhkan banyak waktu dan uang. Tidak dapat diragukan lagi untuk memulai mengadakan evaluasi tampaknya memerlukan baya yang cukup mahal dan perlu biaya yang banyak.
6. Belum adanya guru inti atau instruktur BK yg ahli dlm bidang evaluasi pelaksanaan peogram BK di sekolah. Sampai saat ini kebanyakan yg terlibat dlm bidang ini adalah dari perguruan tinggi yang sudah tentu konsep dan kerangka kerjanya tidak berorientasi kepada kepentingan sekolah
7. Perumusan kriteria keberhasilan evaluasi pelaksanaan bimbingan dan yang tegas dan baku belum ada sampai saat ini.
D.  Prinsip-Prinsip Evaluasi Program Bimbingan Konseling
Menurut Gibson and Mitchell (1981), Depdikbud (1993) mengemukakan beberapa prinsip yang semestinya diperankan dalam penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan peogram BK, sebagai berikut :
1.    Evaluasi yang efektif menuntup pengenalan terhadap tujuan2 program
2.    Evaluasi yang efektif memerlukan kriteria pengukuran yang jelas.
3.    Evaluasi melibatkan berbagai unsur yang professional
4.    Menuntut umpan balik (feed back) dan tindak lanjut (follow-up) sehingga hasilnya dpt digunakan unt membuat kebijakan / keputusan.
5.    Evaluasi yang efektif hendaknya terencana dan berkesinambungan. Hal ini bahwa evaluasi program bimbingan dan konseling bukan merupakan kgiatan yang bersifat insidental, melainkan proses kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan.



E.  Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Program Bimbingan Konseling
1.    Fase persiapanPada fase persiapan ini terdiri dari kegiatan penyusunan kisi-kisi evaluasi. Dalam kegiatan penyusunan kisi-kisi evaluasi ini langkah-langkah yg dilalui adalah:
a.    Langkah pertama penetapan aspek-aspek yang dievaluasi baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil, meliputikesesuaian antara program dengan pelaksanaan
1) keterlaksanaan program,hambatan yang dijumpai,
2) dampak terhadap KBM,
3) respon konseli, sekolah, orang tua, masyarakat
4) perubahan kemajuan dilihat dari capaian tujuan layanan, capaian tugas perkembangan dan hasil relajar, keberhasilan lulusan.
b.    Langkah-langkah kedua penetapan kriteria keberhasilan evaluasi.
Misalnya, bila proses aspek kegiatan yang akan dievaluasi maka kriteria yang dapat dievaluasi ditinjau dari: lingkungan bimbingan, sarana yang ada, dan situasi daerah.
c.    Langkah ketiga penetapan alat-alat/ instrument evaluasi
Misalnya aspek proses kegiatn yang hendak dievaluasi dengan kriteria bagian b di atas, maka instrument yang harus digunakan ialah: ceklis, observasi kegiatan, tes situsasi, wawancara, dan angket
d.   Langkah keempat penetapan prosedur evalusi
Seperti contoh pada butir b dan c di atas, maka prosedur evaluasinya mlalui: penelaahan, kegiatan, penelaahan hasil kerja, konfrensi kasus, dan lokakarya
e.    Langkah kelima penetapan tim penilaian atau evaluator
Berkaitan dengan contoh diatas, maka yang harus menjadi evaluator dalam penilaian proses kegiatan ialah: ketua bimbingan dan konseling, kepala sekolah, tim bimbingan dan konseling, dan konselor

2.    Fase persiapan alat / instrument evaluasi
Dalam fase kedua ini dilakukan kegiatan diantaranya:
a.    Memilih alat-alat/instumen evaluasi yang ada atau menyusun dan mengembangkan alat-alat evaluasi yang diperlukan.
b.    Pengadaan alat-alat instrument evaluasi yang akan digunakan
3.    Fase pelaksanaan kegiatan evaluasi
Dalam fase pelaksanaan evaluasi ini, evaluator melalui kegiatan, yaitu:
a.       Persiapan pelaksanaan kegiatan evaluasi;
b.      Melaksanakan kegiatan evaluasi sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
4.    Fase menganalisis hasil evaluasi
Dalam fase analisis hasil evaluAsi dan pengolahan data hasil evaluasi ini dilakukan mengacu kepada jenis datanya. Data-data itu, diantarnya:
a. Tabulasi data;                                     
b. Analisis hasil pengumpulan data melalui statistik atau non-statistik
5. Fase penafsiran atau interprestasi dan pelaporan hasil evaluasi
Pada fase ini dilakukan kegiatan membandingkan hasil analisis data dengan kriteria penilaian keberhasilan & kemudian diinterprestasikan dng memakai kode-kode tertentu, untuk kemudian dilaporkan serta digunakan dalam rangka perbaikan dan atau pengembangan program layanan Bimbingan Konseling.








DAFTAR PUSTAKA

Abu, Ahmadi. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Asmani. Journal Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial Tohirin. 2014 Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rajawali Pers
Dewa,Sukardi.(2002).Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konsling.Jakarta:Rineka Cipta.
Gatot, Subroto. (2003). Bimbingan Dan Konseling. Bandung: PT. Graha.
Hallen. (2005). Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching.
https://bukunq. wordpress.com
Juntika, Nurhisan. (2008),  Landasan Bimbningan Dan Konseling, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ketut Sukardi, Dewa. 1998. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Bina Aksara
Munawir. (2008). Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Yogyakarta: Gramedia.
Nurhisan,A.J.(2006).Bimbungan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
Ridwan. (2004). Penanganan Efektif Bimbigan Dan Konseling Di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Salahuddin, Anas. (2012). Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia.
Sukardi, D. K (2007). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah . jakarta: Rineka Cipta.
Tohirin. (1998). Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Winkel. 1999. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Grasindo.