BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam konteks
pembelajaran bahasa Arab, upaya menginovasi dan mengkreasi pembelajaran
merupakan ijtihad yang harus diperjuangkan. Ditengarai, bahwa sistem
pembelajaran bahasa Arab yang digunakan di sekolah maupun di madrasah masih
belum mengarah pada penggunaan bahasa Arab sebagai alat komunikasi, melainkan
lebih berbasis pasa pengenalan bentuk-bentuk kaidah bahasa Arab yang lepas dari
konteks. Selain itu, jarang sekali guru menggunakan media pembelajaran, baik
media elektronika maupun non-elektronika yang dapat merangsang siswa untuk
termotivasi belajar bahasa Arab. Berdasarkan pengamatan langsung penulis, ada
suatu sekolah yang secara institusional sangat mendukung pembelajaran bahasa
Arab, di sekolah tersebut tersedia laboratorium bahasa, tape recorder, dan
perlatan penunjang lainnya, tetapi guru bahasa Arab tidak tersentuh hatinya
untuk memanfaatkannya secara maksimal karena guru yang bersangkutan masih gagap
teknologi. Akhirnya, sarana dan peralatan tersebut hanya dimanfaatkan oleh guru
bahasa asing lainnya yang kreatif-inovatif. Dia mengajarkan bahasa Arab secara
apa adanya, tanpa ada sentuhan media dan gaya mengajar yang menarik dan
menyenangkan. Pembelajaran kering dari aktifitas pemerolehan bahasa yang
menekankan pada kegiatan komunikasi. Kondisi pembelajaran seperti ini berdampak
pada pemebentukan opini dalam diri siswa betapa inferioritas keberadaan bahasa
Arab di sekolah. Bahasa Arab bukan lagi dipandang sebagai bahasa yang modern,
inklusif, dan bergengsi, melainkan dipandang sebagai bahasa yang hanya
dipelajari pada komunitas ekslusif saja, misalnya untuk siswa pesantren
(pesantren salafiyah) saja yang tidak perlu memperoleh sentuhan
teknologi pembelajaran.
Berpijak pada uraian di atas, penelitian
pengembangan merupakan solusi yang tepat untuk memecahkan permasalahan di atas.
Berbagai penelitian pengembangan yang
telah dilakukan oleh berbagi pihak, misalnya mahasiswa penyusun tesis maupun
disertasi mengindikasikan bahwa produk-produk inovatif dan kreatif pembelajaran
sebagai hasil pengembangan dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.
Produk yang dimaksud dapat berupa model pembelajaran, media pembelajaran, bahan
ajar, model instrument penilaian, software computer untuk pembelajaran,
dan peralatan pembelajaran lainnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
Istilah penelitian pengembangan merupakan padanan makna
dari kata Research dan Development yang dalam bahasa Arabnya
disebut dengan al-Bahts at-Tathwiry. Menurut Borg dan Gall, penelitian
pengembangan adalah suatu desain penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan
dan memvalidasi produk pendidikan. Penggunaan produk pendidikan menurut mereka bukan
saja terbatas pada pengembangan bahan ajar, misalnya buku teks, film-film
pembelajaran, tetapi juga pengembangan prosedur dan proses pembelajaran, misalnya metode dan pengorganisasian pembelajaran. Bahkan menurut
penulis, produk pembelajaran yang dikembangkan juga bisa berupa perencanaan
pembelajaran (kurikulum dan silabus), tetapi bisa berupa instrumen asesmen dan
lain sebagainya.
Setiap sesutu
pasti mempunyai sebuah karakteristik, begitu juga dengan penelitian
pengembangan. karakteristik penelitian pengembangan adalah
sebagai berikut.
1.
Produk berbasis masalah
Sebagaimana dikemukakan, bahwa output
dari penelitian pengembangan adalah produk. Akan tetapi, produk yang
dikembangkan tidak sembarang produk melainkan produk yang didesain sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Akan tidak efektif,
manakala masalah utama yang dihadapi terkait dengan penggunaan bahan ajar,
tetapi produk yang dikembangkan instrumen asesmen atau media pembelajaran. Oleh
karena itu, dalam konteks seperti ini, studi pendahuluan (dirasah tamhidiyah)
merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam penelitian pengembangan
sehingga produk yang dihasilkan relevan dengan kebutuhan.
2.
Uji Coba Produk
Untuk memperoleh produk yang layak guna, maka sebelum finalisasi produk perlu dilakukan uji coba
produk atau validasi untuk menentukan tingkat efektifitas produk yang dihasilkan.
Secara prosedural uji coba produk dielaborasi dengan para ahli yang relevan,
pengguna produk, dan uji lapang.
3.
Revisi Produk
Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa produk yang dihasilkan tidak serta
merta dapat diaplikasikan begitu saja, melainkan harus diujicoba terlebih
dahulu baik kepada para ahli, pengguna, maupun uji lapang. Dari uji coba ini,
peneliti memperoleh masukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif dari para
ahli, pengguna, dan uji lapang. Masukan dari berbagai pihak yang kompeten
tersebut dijadikan bahan oleh peneliti sebagai bahan revisi produk agar produk
yang dihasilkan efektif dan layak guna.
Hakikat penelitian pengembangan
adalah terletak pada produk yang dihasilkan serta efektifitas produk tersebut
untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Terkait dengan jenis produk apa yang
dihasilkan oleh penelitian pengembangan tergantung pada berbagai variabel atau
komponen yang terkait dengan sistem pembelajaran itu sendiri. Jenis produk
penelitian pengembangan di bidang pendidikan adalah sebagai berikut:
1) Alat Peraga
Alat peraga merupakan piranti atau alat bantu yang digunakan untuk
memeragakan sesuatu atau untuk menyampaikan atau menjelaskan materi pelajaran
agar materi tersebut lebih mudah dipahami oleh siswa atau peserta didik. Dalam konteks
pembelajaran, alat peraga ini memiliki fungsi (a) merangsang minat belajar, (b)
mempermudah siswa memahami materi pelajaran, (c) merangsang daya kognitif
siswa, (d) memperkuat ingatan jangka panjang siswa, (e) menciptakan atmosfir
belajar yang interaktif, komunikatif,
dan aspiratif.
2)
Media
Pembelajaran Elektronik
Media merupakan
salah satu komponen yang memiliki pengaruh signifikan untuk meningkatkan proses
dan hasil belajar. Meskipun demikian, media bukanlah tujuan dalam pembelajaran
bahasa Arab, akan tetapi ia sebagai alat bantu.
3)
Bahan Ajar
Bahan Ajar (BA)
merupakan salah satu bagian integral dari keutuhan eksistensi pendidikan.
Eksistensi BA sebagai bagian integral dalam sistem
pendidikan dibuktikan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Schiefelbein
dan Ferrel di Chili, bahwa materi pelajaran atau BA mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap prestasi siswa di kalangan keluarga berstatus ekonomi
rendah.
Eksistensi BA yang strategis dan fungsional
dalam pendidikan tentunya harus diimbangi oleh keberadaan BA yang berkualitas.
4)
Model
Pembelajaran
Model
pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Arab yang digunakan oleh guru
berpengaruh terhadap kualitas proses dan hasil belajar. Model dalam konteks ini
dapat dimaknai sebagai pendekatan, metode, strategi atau teknik pembelajaran. Monotonisme
penggunaan model pembelajaran mengimplikasikan minat dan hasil belajar siswa menjadi rendah. Untuk
itu, pengembangan model pembelajaran yang inovatif-kreatif diharapkan dapat
memberikan spirit belajar bagi siswa.
5)
Instrumen
Asesmen
asesmen
merupakan proses pengumpulan informasi selengkap-lengkapnya tentang siswa dan
kelas untuk tujuan pembuatan keputusan pengajaran. Dalam kurikulum 2004,
istilah asesmen populer dalam frasa asesmen otentik yang mengacu pada
berbagai bentuk asesmen yang merefleksikan
hasil belajar siswa, motivasi,
dan sikap mereka terhadap aktivitas kelas.
6)
Produk
Pembelajaran Berbasis Komputer
Saat ini, pengembangan pembelajaran berbasis komputer, khususnya
pengembangan software pembelajaran menjadi perioritas kita sebagai
upaya untuk menginovasi dan mengkreasi pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan. Dalam konteks pembelajaran bahasa Arab, pengembangan software
pembelajaran dapat berupa bahan ajar, strategi atau model pembelajaran, maupun
berupa instrument penilaian yang kesemuanya berbasis multi media.
Penelitian pengembangan memiliki prosedur
tersendiri yang berbeda dengan jenis penelitian lainnya, misalnya penelitian
deskripsi maupun PTK. Secara umum,
penelitian pengembangan ini melibatkan berbagai pihak terkait baik dengan para
pakar (ahli) maupun pengguna produk.
Menurut Borg dan Gall (1983), ada
sepuluh langkah dalam mengembangkan produk (produk pembelajaran), yaitu:
(1)
Melakukan penelitian dan pengumpulan informasi (research and information
collecting) yang meliputi kajian pustaka dan pengamatan kelas.
(2)
Menyusun perencanaan (planning) yang meliputi
menentukan keterampilan, menentukan tujuan, menentukan urutan pembelajaran, dan
uji coba pada skala kecil.
(3)
Mengembangkan bentuk produk awal (develop preliminary form product).
Kegiatan ini meliputi penyiapan materi pembelajaran, buku pegangan (handbooks),
dan piranti penilaian (evaluation devices).
(4)
Melakukan uji lapang tahap awal. Uji lapang ini dilaksanakan pada 2 sampai
3 sekolah dengan menggunakan 6 sampai 12 subjek. Pengumpulan dan analisis data
dilakukan melalui wawancara, pengamatan, dan angket.
(5)
Melakukan revisi terhadap produk. Revisi ini
dilakukan atas dasar masukan yang diperoleh pada uji lapang tahap awal.
(6)
Melakukan uji lapang utama. Uji lapang ini dilakukan pada 5 sampai 10
sekolah dengan 30 sampai 100 subjek. Data kuantitatif terhadap performansi
subjek dari sebelum dan sesudah pembelajaran dikumpulkan. Hasilnya dievaluasi
dengan mengacu pada tujuan pembelajaran, selanjutnya hasil tersebut dikomparasi dengan data
kelompok kontrol.
(7)
Melakukan revisi terhadap produk operasional. Revisi ini dilakukan atas
dasar masukan dari hasil tes lapangan
utama.
(8)
Melakukan uji lapang operasional. Hal ini dilakukan pada 30 sekolah dengan
subjek berjumlah antara 40 sampai 100. Pengumpulan dan analisis data dilakukan
melalui wawancara, pengamatan, dan angket.
(9)
Revisi produk akhir. Revisi ini
dilakukan atas dasar masukan dari hasil tes uji lapang operasional.
(10)
Melakukan diseminasi dan implementasi produk. Hal ini dapat dilakukan
melalui pelaporan, penyebarlauasan produk melalui pertemuan dan jurnal ilmiah. Bekerjasama dengan penerbit
yang diasumsikan memberikan sumbangan komersial, memantau distribusi untuk kontrol kualitas.
Kegiatan analisis data terkait erat dengan jenis data yang
dianalisis. Apabila data bersifat kuantitatif, maka teknik analisisnya juga
dengan pendekatan kuantitatif baik dengan menggunakan teknik statistik
sederhana maupun dengan teknik statistik yang lebih kompleks.
Berpijak dari pendekatan di atas,
langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data adalah sebagai berikut.
1)
Pengumpulan
data dan pengecekan (pemeriksaan kembali) catatan lapangan.
2)
Reduksi data,
dalam hal ini peneliti memilih dan memilah data yang relevan dan kurang relevan
dengan tujuan penelitian. Data yang relevan akan dianalisis, sedangkan data
yang kurang relevan akan disisihkan (tidak dianalisis).
3)
Penyajian data.
Setelah data direduksi, langkah berikutnya adalah penyajian data yang meliputi:
(a) identifikasi, (b) klasifikasi, (c) penyusunan. (d) penjelasan data secara
sistematis, objektif, dan menyeluruh, dan (e) pemaknaan.
4)
Penyimpulan.
Peneliti menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan katagori dan makna temuan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Untuk
menghasilkan model pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan progresif, maka
upaya menginovasi dan mengkreasi pembelajaran secara berkelanjutan menjadi
penting. Dalam konteks inilah penelitian pengembangan merupakan solusi yang
sistematis, objektif, dan komprehensif untuk dijadikan dasar dalam menghasilkan
suatu pembelajaran yang berkualitas seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
B.
Saran
Dalam penyusunan Telaah artikel ini tentu terdapat berbagai
kekeliruan dan kekurangan sebagaimana fitrah kami sebagai manusia, tempat salah
dan lupa.
Oleh karena itu, dengan setulus hati kami mengharapkan apresiasi
pembaca sekalian untuk menyampaikan saran dan kritik demi perbaikan di masa
mendatang.