BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data
Analisis
data dilakukan terhadap hasil penelitian “Pengembangan Panduan Praktikum Fisika
Berbasis Literasi Sains Sub Pokok Bahasan Hubungan Momentum Dan Impuls Terhadap
Sikap Ilmiah Siswa” meliputi kelayakan
produk, tanggapan siswa dan guru terhadap panduan praktikum yang dikembangkan serta sikap ilmiah siswa.
1. Validasi Ahli
Panduan praktikum yang dikembangkan sebelum
diuji cobakan perlu dikonsultasikan serta diuji kelayakan atau validasi oleh
ahli. Konsultasi dilakukan untuk mendapatkan produk yang tepat digunakan.
Selain itu, peneliti mendapatkan masukan-masukan dari ahli yang digunakan untuk
memperbaiki panduan yang dikembangkan agar lebih baik lagi. Setelah
dikonsultasikan dengan ahli dan dilakukan revisi kemudian panduan praktikum
divalidasi oleh ahli. Validasi dilakukan untuk mendapatkan panduan praktikum
yang benar-benar layak digunakan.
Ukuran kelayakan produk atau panduan
praktikum fisika berbasis literasi sains dinilai dari aspek kelayakan materi
dan tampilan. Data diperoleh dari penilaian validator melalui angket tertutup
terhadap produk. Perolehan skor beserta persentase tiap-tiap aspek kelayakan panduan praktikum pada lembar validasi
dapat dilihat pada Gambar di bawah ini:
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa hasil penilaian terhadap
panduan praktikum hasil pengembangan aspek cakupan meteri dan memacu
keingintahuan sebesar 83%; aspek akurasi materi sebesar 88%; aspek kemutakhiran
materi dan integritas literasi sains sebesar 100%; aspek tampilan umum sebesar
92%; aspek penyajian sebesar 90%; aspek bahasa/keterbacaan sebesar 89%;.
Sedangkan validasi oleh ahli untuk seluruh aspek sebesar 90% dengan kategori
“layak” sehingga panduan praktikum hasil pengembangan ini dinyatakan baik untuk
digunakan dalam kegiatan praktikum walaupun ada beberapa item yang harus di
revisi.
Komentar
dan saran validator tentang panduan praktikum berbasis literasi sains hasil
pengembangan ini sebagai berikut: Pada bagian awal, motovasi yang digunakan berupa paku
yang dipukul dengan palu. Namun berdasarkan saran ahli maka dilakukan perbaikan dengan mengubah
motivasi agar tidak menggunakan paku dan palu, karena pada kejadian paku dan
palu konsep fisika yang digunakan lebih dominan terhadap tekanan. Maka dari
itu, motivasi diubah dengan menggunakan sarung tinju. Motivasi pada tahukah
kamu sebelum dan sesudah direvisi ditunjukkan oleh gambar di bawah ini:
Selain itu, juga dilakukan perbaikan pada hipotesis.
Komponen hipotesis mulanya ditempatkan setelah komponen mari mencoba.
Kemudian penempatannya diubah menjadi sebelum komponen
mari mencoba. Hal ini karena hipotesis harus dijawab terlebih dahulu untuk
memberikan gambaran terhadap siswa bagaimana langkah-langkah praktikum akan
dilaksanakan. Penempatan hipotesis sebelum dan sesudah direvisi ditunjukkan oleh gambar di bawah ini:
Gambar 4.3a sebelum direvisi Gambar
4.3b sesudah direvisi
Selain penempatan, komponen hipotesis juga harus
diperbaiki pada bagian isinya. Isi hipotesis diperbaiki dan lebih disesuikan
dengan permasalahan yang disajikan pada komponen tahukah kamu. Isi hipotesis sebelum
dan sesudah direvisi ditunjukkan
oleh gambar di bawah ini:
Gambar
4.4a sebelum direvisi Gambar
4.4b sesudah direvisi
Perbaikan juga dilakukan pada komponen mari diskusi.
Komponen tersebut membahas tentang bagaimana kecepatan jatuhnya kelereng jika
bahan yang melapisi kelereng semakin tebal, kemudian dilakukan perbaikan dengan
menyesuaikan isi mari diskusi dengan komponen pertanyaan sehingga isi komponen
mari diskusi diganti dengan membahas waktu kontak kelereng. Komponen mari
diskusi sebelum
dan sesudah direvisi ditunjukkan
oleh gambar di bawah ini:
Gambar 4.5a sebelum direvisi Gambar 4.5b sesudah direvisi
Cover pada panduan praktikum direvisi dengan menyesuaikan
gambar cover dengan permasalahan yang diangkat pada panduan praktikum berupa
sarung tinju. Selain itu, pada cover juga ditambahkan gambar seorang anak yang
menjatuhkan bola ke tanah. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap
siswa bagaimana praktikum yang akan dilaksanakan. Desain cover sebelum
dan sesudah dilakukan perbaikan
tampak pada gambar berikut:
Gambar 4.6a sebelum direvisi Gambar
4.6b sesudah direvisi
Terakhir, ahli
menyarankan agar setiap gambar yang terdapat dalam panduan praktikum diberi
keterangan. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada siswa tentang
gambar apa saja yang ditampilkan dalam panduan praktikum. Gambar sarung tinju sebelum dan sesudah direvisi ditunjukkan oleh gambar di bawah ini:
Gambar 4.7a sebelum direvisi Gambar 4.7b sesudah direvisi
2. Uji Coba
a. Uji Coba Skala Kecil
Panduan praktikum diuji cobakan dalam uji coba skala kecil kepada siswa kelas X-A MA Al-Djufri. Jumlah siswa pada uji coba skala kecil
adalah 10 siswa. Sepuluh siswa tersebut diberi panduan praktikum yang
dikembangkan kemudian siswa diberi angket tanggapan
pada akhir pertemuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap panduan
praktikum fisika berbasis literasi sains yang dikembangkan. Pada angket
tanggapan siswa juga diberikan kolom saran untuk perbaikan panduan praktikum
menjadi lebih baik lagi. Saran atau komentar yang diberikan sangat bervariasi
dan bermanfaat bagi pengembangan panduan praktikum menjadi lebih baik. Sebagian
besar siswa merasa tertarik dan memberi kesan yang baik terhadap panduan
praktikum fisika berbasis literasi sains yang dikembangkan.
Persentase
angket tanggapan siswa yang diperoleh pada uji coba skala kecil berdasarkan
Gambar 4.8 menunjukkan respon positif ketertarikan siswa terhadap
panduan praktikum yang dikembangkan. Secara lebih rinci hasil tanggapan siswa tiap
indikator pernyataan ditampilkan dalam Gambar
berikut:
Gambar 4.8 Diagram Persentase Tanggapan Siswa
Gambar 4.8 menunjukkan respon siswa terhadap
panduan praktikum berbasis literasi aspek
cakupan materi dan kemutakhiran materi sebesar 90%; aspek memacu keingintahuan
sebesar 85%; aspek penyajian sebesar 80%; aspek bahasa/keterbacaan sebesar
88%;. Sedangkan respon untuk seluruh aspek sebesar 87% sehingga termasuk dalam kategori
“menarik”.
b. Uji Coba Skala Besar
Panduan praktikum yang telah melalui tahap
revisi setelah digunakan pada uji coba skala kecil kemudian digunakan pada uji
coba skala besar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sikap ilmiah siswa.
Penilaian sikap ilmiah siswa didasarkan hasil observasi (pre-test dan post-test). Uji coba skala
besar dilakukan di kelas X-B
MA Al-Djufri dengan jumlah siswa sebanyak 26 siswa.
Penilaian sikap
ilmiah siswa dilakukan pada saat kegiatan praktikum. Data hasil pretes-postes
dari tiap-tiap indikator yang diamati perolehan pretes dan postes disajikan pada Gambar
berikut:
Gambar 4.9 Diagram hasil observasi sikap ilmiah siswa
Berdasarkan gambar
diatas terlihat bahwa persentase data sikap ilmiah pada saat pretes indikator sikap
ingin tahu sebesar 54%; sikap respek terhadap data/fakta sebesar 49%; sikap berpikir
kritis sebesar 57%; sikap penemuan dan kreatifitas 44%; sikap berpikiran
terbuka dan kerja sama sebesar 58%. Sedangkan persentase data sikap ilmiah pada
saat postes indikator sikap ingin tahu sebesar 66%; sikap respek terhadap
data/fakta sebesar 67%; sikap berpikir kritis sebesar 68%; sikap penemuan dan
kreatifitas 62%; sikap berpikiran terbuka dan kerja sama sebesar 71%.
Data
penelitian berupa sikap ilmiah siswa
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji prasyarat dan uji hipotesis.
Tujuan dari analisis data ini adalah agar data yang diperoleh lebih
representatif dalam menggambarkan keadaan hasil penelitian yang sebenarnya.
1) Uji Prasyarat
Analisis uji prasyarat yang digunakan adalah uji
normalitas menggunakan one sample
kolmogorov-smirnov test berbantuan software SPSS 16 for wondows. Uji normalitas dilakukan terhadap data hasil observasi sikap ilmiah siswa. Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui data berasal dari populasi berdistribusi
normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data dari populasi yang berdistribusi
normal jika memenuhi kriteria
.
Sedangkan jika memenuhi
kriteria
maka data dari populasi berdistribusi tidak
normal. Hasil analisis uji normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test
|
|||
|
|
Pretest
|
Posttest
|
N
|
26
|
26
|
|
Normal Parametersa
|
Mean
|
21.1154
|
26.5769
|
Std. Deviation
|
1.81828
|
3.20216
|
|
Most Extreme
Differences
|
Absolute
|
.244
|
.225
|
Positive
|
.198
|
.225
|
|
Negative
|
-.244
|
-.134
|
|
Kolmogorov-Smirnov
Z
|
1.244
|
1.149
|
|
Asymp. Sig.
(2-tailed)
|
.091
|
.143
|
Berdasarkan Tabel
4.1
terlihat bahwa data pretes dan posttes sikap ilmiah siswa terdistribusi normal.
Data hasil pretes terdistribusi normal dengan angka signifikansi 0,091,
sedangkan data hasil posttes terdistribusi normal dengan angka signifikansi
0,143. Berdasarkan hasil analisis ini dapat diintepretasikan bahwa sebaran data setiap
kelompok berdistribusi normal sehingga analisis data dapat dilanjutkan uji parametrik, yaitu uji paired-samples t
test dengan bantuan aplikasi SPSS 16 for
windows.
2) Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan yaitu paired
sample t test berbantuan software SPSS
16 for wondows. Uji paired-samples t test berfungsi
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan sikap ilmiah siswa setelah mengikuti
kegiatan praktikum menggunakan panduan praktikum fisika berbasis literasi
sains. Keputusan diambil berdasarkan ketenetuan pada pengujian
hipotesis, yaitu jika
maka H1 diterima. Sedangkan jika
, maka H1 ditolak. Hasil analisis uji hipotesis dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Paired
Samples Test
|
||||||||
Pretest–
Posttest
|
Paired
Differences
|
t
|
Df
|
Sig.
(2-tailed)
|
||||
Mean
|
Std.
Deviation
|
Std.
Error
Mean
|
95%
Confidence Interval
of the
Difference
|
|||||
Lower
|
Upper
|
|||||||
-5.50000
|
2.99666
|
.58769
|
-6.71038
|
-4.28962
|
-9.359
|
25
|
.000
|
Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh nilai t sebesar -9,359 dengan angka
signifikansi sebesar 0,00 lebih kecil dari 0,05. Hasil ini dapat
diintepretasikan bahwa hipotesis penelitian diterima, yaitu “Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan panduan
praktikum fisika berbasis literasi sains terhadap sikap ilmiah siswa”.
3. Respon Terhadap Panduan Praktikum
Penggunaan panduan praktikum fisika berbasis
literasi sains dalam kegiatan praktikum juga mendapatkan respon yang baik dari
siswa maupun guru. Respon dari siswa terhadap panduan praktikum yang
dikembangkan didapatkan pada saat uji coba skala kecil dan uji coba skala besar
sedangkan respon dari guru terhadap panduan praktikum fisika berbasis literasi
sains yang dikembangkan didapatkan setelah uji coba skala besar.
Persentase angket tanggapan siswa terhadap panduan praktikum fisika
berbasis literasi sains pada uji coba skala besar disajikan pada Gambar berikut:
Gambar 4.10
Diagram Persentase Tanggapan
Siswa Skala Besar
Gambar
4.10
menunjukkan respon siswa terhadap panduan praktikum berbasis literasi aspek cakupan materi dan bahasa/keterbacaan sebesar 80%;
aspek kemutakhiran materi sebesar 83%; aspek memacu keingintahuan sebesar 82%;
aspek penyajian sebesar 78%. Sedangkan respon untuk seluruh aspek
sebesar 81% sehingga termasuk dalam kategori “menarik”. Hal ini dapat
diinterpretasikan bahwa sebagian besar siswa merasa tertarik untuk melakukan
kegiatan praktikum dengan menggunakan panduan praktikum berbasis literasi
sains.
Adapun hasil analisis angket tanggapan guru terhadap
panduan praktikum yang dikembangkan dapat dilihat pada Gambar berikut:
Gambar 4.11 menunjukkan data angket tanggapan guru pada
uji coba skala besar menunjukkan respon positif dengan persentase
yang diperoleh dari data tanggapan guru aspek cakupan materi, penyajian dan
integritas literasi sains sebesar 100%; aspek kemutakhiran materi sebesar 88%;
aspek memacu keingintahuan dan bahasa/keterbacaan sebesar 75%;. Sedangkan
tanggapan guru untuk seluruh aspek sebesar 90% termasuk dalam kategori
“menarik”. Penilaian tanggapan guru menunjukkan bahwa panduan praktikum fisika
berbasis literasi sains sangat baik digunakan untuk membantu guru dalam
kegiatan praktikum.
4.2 Pembahasan
Hasil analisis terhadap lembar validasi panduan praktikum
berbasis
literasi sains menunjukkan bahwa
ahli memberikan skor yang tinggi pada masing-masing indikator yaitu cakupan
materi, akurasi materi, kemutakhiran materi, memacu keingintahuan, penyajian,
integritas literasi sains, tampilan umum dan bahasa/keterbacaan. Hasil
penilaian validasi oleh ahli mendapatkan rata-rata skor sebesar
90%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa panduan praktikum
yang dikembangkan termasuk dalam kategori layak. Hal ini sejalan dengan penelitian Amalia (2015)
yang menyatakan bahwa pengembangan Bahan
Ajar IPA berbasis Literasi Sains memiliki
kualitas baik dan layak digunakan dalam pembelajaran dengan hasil validasi
menurut tim validator sebesar
90,20% pada aspek kelayakan isi, 90,42% pada aspek teknik penyajian, 90,38%
pada aspek penilaian bahasa, dan 91,67% pada kegrafisan, dan 88,89% pada aspek
literasi sains.
Hasil uji coba skala kecil mendapatkan data
berupa hasil tanggapan siswa terhadap panduan praktikum fisika berbasis
literasi sains yang dikembangkan. Berdasarkan data pada Gambar 4.8 diketahui
bahwa rata-rata persentase tanggapan siswa memperoleh hasil 87% sehingga termasuk dalam kategori menarik. Hal ini
diperkuat oleh beberapa pendapat siswa yang menyebutkan bahwa gambar dan contoh
permasalahan yang disajikan bagus, panduan praktikum mudah dipahami, serta
bahasa yang digunakan lugas dan mudah dipahami. Selain komentar positif siswa
juga memberikan saran untuk menambahkan gambar rancangan
percobaan, agar dapat mempermudah siswa dalam melakukan percobaan. Berdasarkan hasil uji coba skala kecil ini dapat
disimpulkan panduan praktikum fisika berbasis literasi sains yang dikembangkan
dapat diterapkan dalam proses kegiatan praktikum dengan menambahkan
gambar rancangan percobaan.
Data sikap ilmiah perolehan pretes dan postes pada Gambar
4.9 menunjukkan bahwa setiap indikator
sikap ilmiah yang diamati mengalami peningkatan. Pada indikator sikap imngin
tahu persentase mencapai 66% dengan kategori “baik”. Hal ini disebabkan siswa
antusias saat melakukan praktikum, terlebih rasa ingin tahu siswa sudah
dirangsang dengan pertanyaan yang disajikan pada tahukah kamu dan hipotesis.
Sikap ingin tahu siswa juga ditunjukkan dengan banyaknya pertanyaan yang
dilontarkan siswa mengenai materi hubungan momentum dan impuls.
Indikator kedua yaitu sikap respek terhadap data/fakta
memperoleh persentase sebesar 67% dengan kategori “baik”. Hal ini disebabkan
siswa sudah mampu bersikap obyektif terhadap data. Sikap obyektif siswa
ditunjukkan dengan tidak memanipulasi data yang diperoleh. Siswa mengolah data
mentah yang memang diperoleh dari praktikum, meskipun hasil yang didapatkan
kurang sesuai dengan konsep hubungan momentum dan impuls.
Sikap berpikir kritis memperoleh persentase sebesar 68%
dengan kategori “baik”. Sikap berpikir kritis terbantu dengan komponen mari
diskusi yang membuat siswa berpikir lebih dalam lagi bagaimana menjawab
pertanyaan tentang hubungan momentum dan impuls dalam konteks yang berbeda.
Indikator berikutnya yaitu sikap penemuan dan kreatifitas
memperoleh persentase sebesar 62% dengan kategori ”cukup baik”. Hal ini
disebabkan karena belum terdapat siswa yang berinisiatif untuk melakukan
percobaan baru. Bahkan setelah diberi pertanyaan tentang percobaan baru
mengenai hubungan momentum dan impuls, siswa terlihat kurang antusias.
Sikap berpikiran terbuka dan kerja sama memperoleh
persentase sebesar 71% dengan kategori “baik”. Hal ini disebabkan siswa sudah
mampu bekerja aktif dengan kelompoknya. Selai itu pada saat terjadi perbedaan
pendapat mengenai pengambilan kesimpulan, siswa kemudian melakukan diskusi. Siswa yang
pendapatnya kurang tepat bersedia menerima dan mau mengubah pendapatnya sesuai
hasil diskusi.
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil pengolahan uji normalitas data sikap ilmiah
siswa menggunakan uji kolmogorov-smirnov menunjukkan angka signifikan
sebesar 0,091 untuk data pretes, dan 0,143 untuk data postes. Beradasarkan
hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa data pretes dan postes
terdistribusi normal karena angka signifikansi
0,05.
Berdasarkan Tabel
4.2 diketahui bahwa hasil pengolahan uji t menggunakan paired sampel t test mendapatkan nilai sebesar -9.359 pada taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan 25. Nilai
signifikansi sikap ilmiah siswa setelah dan sebelum perlakuan adalah 0,00 lebih
kecil dari
. Hal ini dapat diintepretasikan bahwa Ha diterima yang berarti ada perbedaan yang signifikan sikap ilmiah siswa setelah dan
sebelum perlakuan.
Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas maka
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan penggunaan panduan
praktikum fisika berbasis literasi sains terhadap sikap ilmiah siswa. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian Suprianto, et
al., (2017) yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan penggunaan
panduan praktikum fisika dasar 1 berbasis guided inquiry terhadap peningkatan
hard skill dan soft skills (sikap ilmiah) mahasiswa. Hasil-hasil tersebut
merupakan indikasi bahwa penggunaan panduan praktikum fisika berbasis literasi
sains layak dan dapat diterapkan dalam kegiatan praktikum serta dapat membantu
guru dan siswa untuk melakukan kegiatan praktikum.
Literasi sains dapat melatih sikap ilmiah karena pada
literasi sains terdapat kemampuan mengidentifikasi
masalah untuk penyelidikan, merumuskan hipotesis, dan merancang serta
melaksanakan penelitian (Sapriati & Sekarniwahyu, 2013). Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Chiapetta (dalam Amalia, 2015) bahwa dengan literasi sains dapat melibatkan siswa
dalam proses sains seperti
melakukan observasi, mengukur,
melakukan klasifikasi, menarik kesimpulan, mencatat
data, melakukan perhitungan,
melakukan percobaan, dan sebagainya.
Hal yang sama juga didapatkan dari hasil
penelitian Amalia (2015) yang menyimpulkan bahwa penggunaan bahan ajar IPA berbasis literasi sains
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis dengan rerata
keterampilan berpikir kritis secara global siswa kelas eksperimen adalah 78,16%
dan kelas kontrol adalah 64,81%.
Gambar 4.10 menunjukkan bahwa hasil persentase tanggapan siswa pada
uji coba skala besar mendapatkan respon positif dari
siswa yaitu sebesar 80% sehingga termasuk dalam kriteria “menarik”. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nurhayati (2009) yang menyatakan bahwa
menggunakan bahan ajar yang menarik dapat mendorong rasa ketertarikan siswa untuk lebih
memperhatikan. Berdasarkan tanggapan siswa terhadap panduan
praktikum berbasis literasi sains, sebagian besar siswa merasa tertarik dengan
panduan
praktikum. Hal ini dibuktikan dengan pendapat
siswa yang mengatakan bahwa panduan praktikum mudah dipahami, merangsang rasa
ingin tahu siswa, serta uraian/pertanyaan mudah dimengerti. Selain komentar positif siswa juga memberikan saran untuk
memperbaiki
penulisan beberapa rumus, agar dapat mempermudah siswa dalam memahami materi. Berdasarkan hasil uji coba skala kecil ini dapat
disimpulkan panduan praktikum fisika berbasis literasi sains yang dikembangkan
dapat diterapkan dalam proses kegiatan praktikum dengan memperbaiki
beberapa penulisan rumus.
Gambar 4.11 menunjukkan
hasil persentase
tanggapan guru yang menunjukkan respon positif dengan hasil persentase
sangat baik sebesar 90%. Hal ini menunjukkan bahwa panduan praktikum yang
dikembangkan mampu memberikan kemudahan kepada guru dalam menyampaikan materi
kepada siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian (Maryati, Sunarya, & Kurnia, 2015) yang menyebutkan bahwa guru memberikan penilaian terhadap
LKS yang dikembangkan berbasis inkuiri terstruktur mudah dipahami, dapat
digunakan oleh siswa dengan prestasi rendah maupun tinggi, kalimat yang
digunakan cukup baik serta desain LKS menarik. Guru menyampaikan
bahwa panduan praktikum yang
dikembangkan menarik, menggunakan permasalahan yang ada di sekitar siswa
sehingga memudahkan siswa dalam menerima materi, dan meningkatkan keterampilan
laboratorium. Guru juga menyampaikan saran
tentang pemilihan waktu penelitian sehingga proses pembelajaran saat penelitian
dapat berjalan optimal.
Berdasarkan proses dan hasil penelitian
selain diperoleh data tentang keefektifan panduan praktikum berbasis literasi
sains yang dikembangkan selama proses penelitian berlangsung juga ditemui
kendala. Kendala selama proses penelitian berasal dari berbagai faktor salah
satunya adalah faktor waktu. Proses penelitian yang seharusnya
dijadwalkan akhir bulan April ternyata harus dilaksanakan pada
pertengahan april. Hal tersebut disebabkan karena
pada akhir bulan April berbenturan dengan jadwal ujian semester.