Saturday, 15 September 2018

ANTARA BULPEN, AKU, DAN CINTA




ANTARA BULPEN, AKU, DAN CINTA
Karya  : Mas Kahfi
Bagiku hari ini adalah hari yang paling membahagian. Bagaimana tidak, di hari pertama aku masuk sekolah, aku diajak kenalan oleh seorang wanita. Sungguh aku malu sekali. Aku tak bisa menolaknya, karena aku adalah anak pindahan dari sekolah sebelah. Jujur, aku tidak pernah mempunyai teman wanita semenjak SD. Aku bingung harus bagaimana saat dia menjulurkan tangan dan meberitahukan namanya sembari berkata “namaku Dewi, salam kenal” Dengan polosnya aku juga mengenalkan diriku, Miqdad. Setelah berjabat tangan dia langsung pergi dan tak memedulikanku. Tapi dengan diriku sendiri, aku tidak bisa bergerak setelah jabatan itu terlepas. Tubuhku gemetaran dan aku bingung mau berbuat apa.
Aku paksa kaki ini melangkah masuk kelas dan berusaha berbuat sebiasa mungkin, jangan sampai kekonyolan terlihat banyak murit di kelas. Bisa-bisa aku akan hanya menjadi bahan tertawaan. Saat itu, bel berdering menandakan pelajaran pertama dimulai. Aku duduk dibangku paling belakang, berharap tidak ada yang melihatku. Aku masih belum terbiasa dengan murit-murit di sini. Bu guru juga menyuruhku perkenalan di depan kelas. Aku memperkenalkan diriku singkat dan bergegas menuju tempat dudukku lagi. Aku tak begitu memedulikan sekitar, aku hanya menatap buku kosong dan berusaha tidak melakukan hal yang membuat perhatian anak-anak menuju padaku.
Seketika itu bu guru membuka materinya dan aku pun melihat ke depan. Tanpa ku sadari, setelah aku melirik sedikit bangku kiriku, ternyata dia adalah wanita yang mengajakku kenalan tadi. Aku semakin gemetaran, kenapa sih cewek ini kok bisa pas ada di bangku paling belakang, di sampingku lagi. Kenapa dia gak duduk di depan saja, kenapa pas ketika aku masuk di hari pertama. Gerutuku dalam hati. Pas guru menyuruh kami untuk mencatat, aku pun merombak tas ku dan mencari pena yang aku sudah siapkan. Aku merogok tas ku sampai terdalam, ternyata bulpen yang telah aku siapkan dari tadi malam lupa aku masukan tas. Akhirnya aku meminjam pulpen temanku laki-laki di bangku sebelah.
“bro pinjem bulpen dong, aku lupa gak bawa nih”
“wah aku cuma punya satu” kata temenku.
Aku berusaha meminjam ke bangku depan. Ternyata dia juga gak punya.
Malahan dia menyarankan untuk pinjam ke temen perempuan.
“itu tu pinjem Dewi aja, dia punya banyak bulpen.”
Whatt ..?, Sebetulnya hari ini kenapa sih, kenapa coba kok pas banget. Ketemu sama cewek la, sebelahan la, sekarang aku harus pinjam bulpen. Karena terpaksa aku pinjam kepada cewek yang disebelahku, pun juga aku seorang murit baru, aku tidak mau tiba-tiba dianggap murit yang jelek karena tidak mencatat, dan yah aku bilang kepadanya,
“eh pinjem bulpen dong” kataku sambil malu-malu.
“ohh bulpen, bentar ya”
Dia mengeluarkan wadah pensilnya dari samping, dan kulihat ada mungkin sepuluh bulben yang berbeda warna dan jenisnya. Wih banyak banget nih anak bulpennya, kataku dalam hati.
Seketika itu tangannya menjulur memberi bulpen yang warna pink, aku pun langsung menangkapnya. Lalu bilang padanya,
“kok pink yang lain kan ada, itu aja tuh yang hitam”
“oh gak suka ya, ya udah sini”
Dia mengambilnya kembali sambil memberikan yang baru yang aku minta. Saat itu juga tangannya menjulur dan aku hendak mengambilnya lalu tangannya kembali sambil mendekap bulpen tersebut.
“kalo ini jangan ah, kan ini pemberian ibu ku dari Malaysa.”
“ya udah yang lain saja” kataku.
Dia memberikan yang warna biru, aku pun hendak meraihnya. Tapi lagi-lagi dia menggugurkan niatannya.
“ini juga jangan ah, ini juga susah belinya gak ada di sini”
Aku mulai kesal.
“yang ini aja” katanya.
Aku pun mengambilnya dengan sedikit malas, tapi sekali lagi, dia memberi harapan palsu. Tanganku yang sudah ingin merainya dianya dengan sergap mendekap pulpen yang hendak iya berikan.
Aku benar-benar kesal sekarang.
“aghh.. ya udah yang mana saja napa sih, ini sudah ketinggalan jauh nulisnyaaa..”
Dia pun tertawa kecil seraya memberikan bulpen yang mana saja dan aku sudah tak memperhatikan warna yang dia berikan. Aku pun segera menulis ketinggalanku.
Sekilas, aku teringat kejadian itu di rumah. Di dalam kamar yang sunyi sendiri ini, aku membanyangkan kejadian tadi pagi. Menurutku itu adalah hal terindah sepanjang hidupku.
Kring .. Kring .. (Dering hp berbunyi)
Aku membuka sms dan membaca pesan tersebut. Di sana bertuliskan
“Hai Miq, ini Dewi”
Haaaaaa ….???
Ini ada apa sih, kenapa cobak kok bisaaa …
Dia tahu nomerku dari mana, kita tak membicarakan tentang nomer tadi pagi, aku juga ngobrolnya nggak banyak sama dia. Kenapa sih dia bikin degdegan terus, baru saja memikirkannya kok bisa-bisanya ada SMS langsung dari dia.
Aku pun bingung dan tak membalasnya. Tapi tak lama setelah itu, hp_ku berdering lagi.
“Datang ke sekolahan sekarang!”
Ya Tuhaann..

Ini cobaan macam apaaa??
Baru saja kenal, kok dia sok akrab begitu, apa salahku Ya Tuhann..
Kenapa juga aku harus mempercayainya, bisa jadi itu nomer nyasar. Kenapa juga aku harus menuruti perintahnya. Dia bukan siapa-siapaku, mungkin teman tapi belum cukup akrab, kita juga baru kenal tadi pagi. Tapi karena aku yang tak tega meninggalkan perempun sendiri apa lagi malam seperti ini maka aku berangkat ke sekolahan. Kebetulan jarak rumahku dengan sekolah tak terlalu jauh. Datanglah aku dan mendapatinya sedang menunggu di depan pintu kelas. Ada kursi panjang di sana dengan cahaya lampu jalan kuning remang-remang. Sekolahku memang pinggir jalan dan dekat dengan rumah warga.
Aku menghampirinya.
“nih bukumu yang ketinggalan.” Kata dia.
“ohh iya makasih” jawabku dengan malu-mulu.
Aku bingung mau berkata apa, aku pun menjawab dengan ala kadarnya. Ternyata aku baru paham dia mendapatkan nomerku dari buku milikku yang ketinggalan.
“lain kali bawa bulpen, dan jangan sampai meninggalkan buku di meja guru. Karena kau bisa menurunkan citra baiku sebagai ketua”
“hehe, iya maap” jawabku singkat.
Malam itu kita membicarakan banyak hal. Aku juga belajar banyak darinya, dari apa saja yang harus aku persiapkan, aku harus membawa apa saja, guru mana yang biasanya terlihat seram dan menjengkelkan dan lain sebagainya. Sejak hari itu aku dan Dewi menjadi teman akrab. Setiap hari kita saling menghubungi lewat SMS dan kalian tau apa yang lebih membahagiakan?